You are on page 1of 16

SISTEM ENDOKRIN REPRODUKSI

Disusun oleh
Henderiana L. L. Belli

Kontrol reproduksi dari mammalia telah bergeser dari susunan syaraf pusat
(CNS) ke pengaturan dari dua sistem yakni susunan syaraf pusat dan sistem
endokrin. Didahului oleh penemuan bahwa hypothalamus meng-hubungkan
kedua sistem tersebut melalui hypothalamus-hypophyseal portal sistem dalam
mengkoordinasikan fungsi dari gonad. Bagaimanapun, banyak fenomena tak
dapat diterangkan hanya pada neuroendokrin kontrol. Pada dekade terakhir telah
ditemukan chemical messengers (growth factors) dan adanya pengaturan
autocrine/paracrine sistem dalam gonad. Kemajuan-kemajuan ini telah
membantu membuka fenomena bahwa sampai sekarang tidak dapat diterangkan
hanya semata-mata pada kontrol neuroendokrin.

Baik sistem endokrin maupun sistem syaraf berfungsi dalam inisiasi, koordinasi
serta pengaturan fungsi sistem reproduksi. Tidak seperti sistem syaraf dimana
kontrol terhadap fungsi tubuh dengan cepat, impuls syaraf elektrik seperti sistem
musculoskletal, sistem endokrin menggunakan chemical messenger atau
hormon untuk mengatur proses tubuh yang lambat seperti pertumbuhan dan
reproduksi.

Batasan klasik hormon adalah suatu zat organik, substansi kimia yang disinteisis
dan disekresi oleh kelenjar tanpa saluran, masuk kedalam sistem pembuluh
darah untuk transpor. Hormon berfungsi dalam menghambat, menstimulasi serta
mengatur aktivitas fungsional dari target organ atau jaringan. Dalam hal ini
organ-organ seperti uterus dan hypothalamus yang memproduksi hormon tidak
memenuhi batasan klasik ini.

Disamping hormon yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin, penelitian ekstensif


pada dekade terakhir mengungkapkan peranan dari growth faktor pada
reproduksi, biasa disebut growth factors. Growth factors adalah substansi
hormon yang mengontrol pertumbuhan dan perkembangan beberapa organ,
jaringan dan sel-sel kultur. Tidak seperti hormon, growth factors diproduksi dan
disekresi oleh sel-sel dari jaringan yang berbeda yang menyebar kedalam target
sel.

Kelenjar-kelejnar endokrin
Sebelum masuk kedalam diskusi hormon reproduksi, sangat bermanfaat untuk
mempelajari tinjauan singkat mengenai anatomi fungsianal dari hypothalamus,
pituitary dan gonad.

Hypothalamus
Hypothalamus menempati hanya sebagian sangat kecil pada otak, terdiri atas
daerah ventricle ketiga, diluar daerah optic chiasma pada mammilary body.
Terdapat hubungan syaraf antara hypothalamus dengan lobus posterior melalui
saluran hypothalamic-hypophyseal dan hubungan vascular antara hypothalamus
dengan lobus anterior pituitary. Darah dari artery masuk kedalam pituitary melalui
superior hypophyseal artery dan inferior hypophyseal artery. Superior
hypophyseal artery membentuk loop pembuluh kapiler pada median eminence
dan pars nervosa. Dari kapiler-kapiler ini darah mengalir kedalam hypothalamo-
hypophyseal portal sistem, dimana dimulai dan diakhiri didalam kapiler tanpa
melalui hati. Sebagian dari venous (pembuluh darah halus) mengalir keluar dari
anterior pituitary dengan jalan mengalir mundur, yang mengekspos
hypothalamus dengan tingginya konsentrasi hormon pituitary anterior. Aliran
darah ini menyebabkan kelenjar pituitary mengatur mekanisme umpan balik
negatif dalam pengaturan fungsi dari hypothalamus. Tipe umpan balik ini disebut
short-loop feedback (umpan balik pendek).

1
Kelenjar pituitary
Kelenjar pituitary terletak pada sella tursica, bagian yang rendah pada dasar
otak. Kelenjar ini dibagi dalam tiga bagian: lobus anterior, intermediate dan
posterior. Tipe sel dari pituitary anterior diklasifikasi atas agranular dan
chromophils. Chromophils terdiri dari acidophils dan basophils. Anterior pituitary
mempunyai lima tipe sel yang mensekresi 6 hormon. Tipe sel somatotrops
mensekresi growth hormone, corticotropes mensekresi adenocorticotropic
hormone (ACTH), mammatropes mensekresi prolactin, thyrotropes mensekresi
thyrois stimulating hormone (TSH), dan gonadotropes mensekresi follicle
stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH).

Gonad
ada jantan dan betina, gonad berperan ganda: memproduksi germ cells
(gametogenesis) dan sekresi hormon-hormon gonad. Sel-sel interstitial yang
berlokasi diantara tubuli seminiferus dinamakan sel-sel Leydig, mensekresi
hormon testosterone pada jantan sedanPg sel-sel interna dari folikel de Graaf
merupakan penghasil utama hormon estrogen. Setelah ovulasi, sel-sel granulosa
dan theca akan diganti oleh corpus luteum (CL) yang akan menghasilkan
hormon progesteron.

Kelenjar pineal
Kelenjar pineal bermula sebagai suatu neuroepithelial dari langit-langit ventrikel
ketiga di bawah ujung posterior dari corpus callosum. Kelenjar pineal dari
amphibi adalah photoreceptor yang mengirim informasi ke otak sedang pada
mammalia sebagai kelenjar endokrin.

Aktivitas hormonal dari kelenjar pineal dipengaruhi oleh siklus gelap-terang


(dark-light cycle) dan musim, menyebabkan penting peranannya pada kontrol
neuroendocrine dalam reproduksi. Kelenjar ini mengubah informasi melalui
syaraf dari mata tentang lamanya siang hari menjadi hormon melatonin, yang
disekresi kedalam peredaraan darah dan cairan otak.

HORMON

Hormon adalah suatu zat organik/substansi kimia yang disintesis oleh kelenjar
tanpa saluran di dalam tubuh, ditranspor oleh sistem pembuluh darah, berfungsi
dalam menstimulir atau menghambat atau mengatur aktivitas fungsional dari
target organ.

Hormon dapat diklasifikasikan berdasarkan struktur biokimia atau cara kerjanya.


Struktur biokimia dari hormon yaitu glycoproteins, polypeptides, steroids, fatty
acids dan amines.

Struktur hormon
Berdasarkan struktur kimianya, hormon reproduksi dibagi atas 4 kelompok yakni:
1. Protein. Merupakan polipeptida dengan berat molekul 300 sampai 70.000
dalton, contoh oxytocin, FSH dan LH.
2. Steroid. Berasal dari kolesterol dan mempunyai berat molekul 300 sampai
400 dalton, contoh testosteron.
3. Fatty acid. Berasal dari asam arachidonic, berat molekul 400 dalton.
4. Amine. Senyawa ini berasal dari tyrosine atau tryptophan, contoh melatonin.

Cara kerja dan komunikasi intraselular


Susunan syaraf pusat (CNS) dianggap sebagai koordinator dari seluruh sistem
tubuh sampai penemuan kelenjar endokrin. Kemudian terjadi kesimpulan bahwa
pengaturan proses reproduksi dipengaruhi bersama-sama oleh dua sistem

2
terpisah dengan hypothalamus sebagai interface antara dua sistem ini. Kini,
chemical messenger, growth factors ditemukan memegang peranan dalam
kontrol reproduksi. Suatu sel berkomunikasi dengan sel lainnya melalui chemical
messenger yakni amine, asam amino, steroid dan polypeptide. Jadi terdapat 4
cara kerja komunikasi diantara sel yaitu:
1. Neural communication (komunikasi syaraf), dimana neurotransmitter
(pemancar neural) dilepaskan pada perbatasan synaptic dari sel-sel syaraf
dan bekerja melewati synaptic yang sempit sebagai neurotransmitter.
2. Endocrine communication (komunikasi endokrin), transpor hormon melalui
sirkulasi darah.
3. Paracrine communication (komunikasi parakrin). Produksi dari sel-sel yang
tersebar melalui cairan ekstraseluler yang mempengaruhi sel-sel tetangga
lainnya, contoh prostaglandin.
4. Autocrine communication (komunikasi autokrin). Sel mensekresi chemical
messenger yang mengikat pada reseptor pada sel yang sama.

Pengaturan Sekresi Hormon


Sistem syaraf memegang peranan esensiel dalam kontrol pengaturan aktivitas
gonad denggunakan mekanisme umpan balik endokrin, jalur syaraf, dan kontrol
immunologi.

1. UMPAN BALIK ENDOKRIN


Gonad. Hormon dari kelenjar target (estrogen) akan mempengaruhi sekresi dari
hormon tropik FSH. Kontrol umpan balik terjadi pada level hypothalamus dan
kelenjar pituitary. Tergantung pada konsentrasinya di dalam darah, hormon
steroid akan mendesak suatu umpan balik stimulatory atau perangsangan
(positif) atau inhibitory/menghalangi (negatif).
Inhibitory atau umpan balik negatif. Sistem ini meliputi hubungan timbal-balik
antara dua atau lebih kelenjar dan target organ. Contoh: bila sekresi estrogen
oleh ovarium meningkat, kadar FSH akan menurun. Contoh lain, bila hormon-
hormon pituitary mencapai level tertentu, beberapa nuclei pada hypothalamus
akan berespons dengan menurunkan produksi releasing hormon, penurunan
sekresi hormon tropik dari pituitary dan rendahnya level dari fungsi target organ.
Stimulatory atau umpan balik positif. Pada sistem ini, peningkatan level suatu
hormon menyebabkan terjadinya peningkatan level hormon lainnya. Contoh,
naiknya kadar estrogen selama fase pre-ovulasi akan menjadi trigger (pencetur)
pelepasan hormon LH dari pituitary. Kedua kejadian ini serempak bersamaan
karena LH surge diperlukan bagi pecahnya folikel de Graaf pada ovarium.
Hypothalamic hormon. Baik hormon pituitary atau steroid, keduanya mengatur
proses pembentukan, penyimpanan dan pelepasan hormon-hormon dari
hypothalamus melalui dua mekanisme umpan balik, mekanisme panjang dan
pendek. Umpan balik panjang meliputi interaksi antara gonad, pituitary dan
hypothalamus sedang sistem umpan balik pendek menyebabkan gonadotropin
dari pituitary mempengaruhi pelepasan releasing hormon dari hypothalamus
tanpa melalui gonad.

2. REFLEKS NEUROENDOCRINE. Sebagian dari mekanisme umpan balik yang


disebut diatas, sistem syaraf mengontrol pelepasan hormon lewat jalur syaraf
(neural pathways), contoh oxytocin pada proses milk-let down (turunnya air susu)
dan pelepasan LH setelah kopulasi.

3. KONTROL IMMUNOENDOCRINE Sistem endokrin dan sistem kekebalan


berinteraksi secara luas (ekstensif) untuk saling mengatur. Beberapa organ
endokrin meliputi beberapa aspek dari proses pengaturan hypothalamus,
pituitary, gonad, adrenal, pineal, thyroid dan thymus. Beberapa dari organ-organ
ini saling mempengaruhi oleh fungsi kekebalan.

3
Reseptor hormon
Setiap hormon mempunyai efek khusus pada satu atau lebih target organ. Efek
ini dicapai melalui dua mekanisme yakni:
"Tiap target organ mempunyai suatu cara yang spesifik dalam mengikat hormon
yang mana tidak dijumpai pada jaringan lainnya".
"Target organ memiliki jalur metabolic hormon tertentu yang mampu merespons
hormon jalur metabolic hormon yang tidak dimiliki oleh non target jaringan".

Pengikatan spesifik ini adalah suatu mekanisme biasa. Contoh, seluruh jaringan
target yang berespons pada hormon steroid mengandung reseptor protein di
dalam sel, khususnya dalam mengikat aktivitas hormon. Di dalam target sel,
hormon steroid ditemukan di dalam sitoplasma, yang mengikat pada banyak
protein (berat molekul 200.000 dalton). Hasil pengikatan pada transformasi atau
aktivasi dari kompleks steroid protein memudahkan lebih banyak yang berpindah
kedalam nukleus sel. Pada bagian nukleus ini kompleks steroid mengikat pada
reseptor yang spesifik yang menyebabkan respons fisiologis yang khas pada sel
tersebut.

Target sel dari pituitary anterior mempunyai reseptor pada membran sel yang
akan mengenal dan memilih dalam mengikat hormon protein, termasuk
gonadotropin. Fenomena pengikatan trigger pada sintesis dan sekresi hormon
pituitary melalui cyclic AMP protein kinase sistem dari sel. Level estrogen
mempengaruhi reseptor dari gonadotropin.

Assay hormon
Beberapa teknik telah digunakan dalam studi endokrinologi: ablasi dari kelenjar,
terapi pengganti organ, dan isolasi hormon. Kuantitas pada pengukuran hormon
didasarkan pada bioassay, immunologic assay dan radioimmunoassay (RIA).
Biologi assay digunakan untuk mengukur aktivitas dari seluruh hormon. Hormon
disuntikan atau diberikan kepada ternak untuk merangsang suatu respons
ukuran biologi. RIA, mengukur secara cepat dari banyak sampel yang
mengandung hormon dengan konsentrasi rendah. Prinsip RIA didasarkan pada
teori bahwa absennya anlebel antigen dari hormon (H), akan memberi lebel
radioaktif hormon (H*) yang mempunyai kesempatan maksimal untuk bereaksi
dengan jumlah terbatas dari bagian yang diikat oleh antibodi (Ab).

HORMON-REPRODUKSI PRIMER

Hormon reproduksi primer mengatur berbagai proses reproduksi, sementara


hormon reproduksi sekunder atau hormon metabolic tidak langsung
mempengaruhi proses reproduksi. Hormon-hormon primer mempengaruhi
banyak aspek di dalam proses reproduksi seperti spermatogenesis, ovulasi,
tingkah laku seksual, fertilisasi, laktasi, dan tingkah laku induk.

Hormon-hormon reproduksi berasal dari 4 mayor sistem atau organ yakni


berbagai area di hypothalamus, lobus anterior dan posterior dari kelenjar
pituitary, gonad (testes dan ovarium termasuk jaringan intestitial dan CL), dan
uterus dan plasenta.

Releasing/inhibiting hormon dari hypothalamus


Hormon-hormon yang berasal dari hypothalamus yang mempengaruhi proses
reproduksi adalah gonadotropin releasing hormone (GnRH atau LH-RH),
prolactin inhibiting factor (PIF). Hypothalamus juga menghasilkan oxytocin dan
vasopressin, yang disimpan di dalam neorohypophysis (lobus posterior kelenjar
pituitary). Kontrol neuroendocrine dari hormon-hormon hypothalamus, jalur
sensori, dan area integrasi ditampilkan pada gambar 3-1.

4
Pada tahun 1977, dua scientists dari Amerika memenangkan hadiah Nobel atas
riset mereka dalam penentuan struktur kimia dari hormon hypothalamus yang
mengontrol fungsi pituitary. GnRH adalah decapeptide (10 asam amino) dengan
berat molekul 1183 dalton, disintesis dan disimpan dalam medial basal
hypothalamus. GnRH menggunakan humoral link antara sistem syaraf dengan
sistem endokrin. Didalam respons terhadap signal syaraf, GnRH pulse
dilepaskan kedalam sistem portal hypophyseal untuk pelepasan LH dan FSH
dari pituitary anterior.

Hormon-hormon adenohypophyseal
Kelenjar pituitary anterior mensekresi 3 gonadotropin yakni FSH, LH dan
prolactin. LH dan FSH adalah glycoprotein dengan berat molekul 32.000 dalton.
Tiap hormon terdiri atas 2 subunit yang berbeda yakni alpha dan beta subunit.
Subunit alpha biasanya pada FSH dan LH di dalam spesies sedang subunit beta
berbeda dan mempunyai spesifikasi sendiri pada setiap gonadotropin. Subunit
alpha dan beta dari hormon-hormon ini tidak mempunyai aktivitas biologi bagi
hormon-hormon tersebut. Prolactin tidak termasuk glycoprotein. Seperti telah
dikatakan, GnRH dan steroid dari gonad mengatur sekresi gonadotropin.
Disamping itu peptide dari gonad mengatur sekresi FSH. Kedua stimulasi
(activin) atau inhibit (inhibin, follistatin) sekresi FSH akan dibicarakan kemudian.

FOLLICLE STIMULATING HORMONE. FSH menstimulir pertumbuhan dan


pematangan folikel di ovarium atau folikel de Graaf. FSH tidak menyebabkan
sekresi estrogen dari ovarium, malahan, membutuhkan kehadiran LH untuk
menstimulasi produksi estrogen. Pada hewan janatan, FSH berperan pada sel-
sel germinal pada tubuli seminiferus dari testes dan bertanggung jawabpada
proses spermatogenesis sampai fase spermatocyte sekunder, kemudian
androgen dari testes akan membantu fase terakhir spermatogenesis.

LUTEINIZING HORMONE. LH adalh glycoprotein yang disusun oleh subunit


alpha dan beta dengan berat molekul 30.000 dalton dengan waktu paruh 30
menit. Level dasar LH berperan bersama dengan FSH merangsang sekresi
estrogen dari folikel pada ovarium. Pre-ovulasi LH surge bertanggung jawab atas
pecahnya dinding folikel dan ovulasi. LH menstimulir interstitial sel pada ovarium
dan testes. Pada jantan, interstitial sel (sel-sel Leydig) memproduksi androgen
setelah distimulir oleh LH.

PROLACTIN. Prolactin adalah hormon adalah hormon polypeptide yang


disekresi oleh adenohypophysis. Prolactin pada ovine terdiri dari 198 asam
amino dengan berat molekul 24.000 dalton. Molekul dari prolactin sama
strukturnya dengan growth hormone, dan pada banyak spesies, hormon-hormon
ini mempunyai sifat biologi yang sama.
Suatu inhibiting hormon disebut prolactin inhibiting factor (PIF) mengatur sekresi
prolactin. PIF mungkin adalah catecholamine, dopamine, yang adalah amine
dengan berat molekul yang rendah, disintesis oleh L-tyrosine. PIF disekresi oleh
terminal syaraf, terbanyak berlokasi di arcuate nucleus pada median eminence
dan transpor melalui sistem portal hypophyseal ke adenohypophysis.

Prolactin berperan dalam memulai atau memprakarsai dan memelihara laktasi.


Prolactin dianggap seperti gonadotropic hormon karena memiliki sifat luteotropic
(memelihara CL) pada rodensia. Namun pada domestik mammalia, LH
merupakan luteotropic yang utama sedang prolactin sebagai kurang penting
pada proses luteotropic. Prolactin mungkin sebagai media dari efek musim dan
laktasi terhadap reproduksi ternak.

Hormon-hormon neurohypophyseal
Hormon dari pituitary posterior (neurohypophysis) berbeda dari hormon pituitary
lainnya, karena hormon-hormon tersebut tidak berasal dari pituitary tetapi hanya

5
disimpan saja sampai dibutuhkan. Dua hormon yaitu oxytocin (milk let down
hormone) dan vasopressin (anti-diuretic hormone; ADH) sebenarnya diproduksi
di hypothalamus. Lalu hormon-hormon ini ditransfer dari hypothalamus ke
pituitary posterior tidak melalui sistem vaskular tetapi sepanjang axon dari sistem
syaraf.

OXYTOCIN. Oxytocin dibentuk pada nucleus supraoptic dari hypothalamus dan


ditranspor di dalam gelembung-gelembung kecil yang tertutup oleh membran
axon syaraf hypothalamic-hypophyseal. Hormon tersebut kemudian disimpan di
neurohypophysis sampai dilepaskan kedalam sirkulasi darah. Oxytocin juga
diproduksi oleh corpus luteum (CL), jadi oxytocin mempunyai dua tempat
produksi yakni ovarium dan hypothalamus.

Oxytocin juga berperan penting pada proses reproduksi. Selama fase folikel,
oxytocin menstimulir kontraksi uterus, yang akan memudahkan transpor sperma
mencapai oviduct pada saat estrus. Peregangan cervix pada saat parturisi
disebabkan oleh lintasan dari fetus yang akan menstimulir secara refleks
pelepasan oxytocin. Juga pengaruh oxytocin pada refleks pelepasan air susu.
Pada induk laktasi, visual dan tactile dari proses menyusu (suckling) atau
pemerahan menyebabkan pelepasan oxytocin kedalam sirkulasi, yang akan
menyebabkan kontraksi sel-sel myoepithel (sel-sel otot licin) yang mengelilingi
alveoli pada kelenjar susu, mengakibatkan turunnya air susu.

Oxytocin dari ovarium berhubungan dengan fungsi luteal. Peranannya pada


endometrium menyebabkan pelepasan prostaglandin F2, yang memiliki
pengaruh luteolytic (regresi CL).

MELATONIN. Melatonin (N-acetyl-5-methoxytrpt-amine) disintesis di dalam


kelenjar pineal. Sel-sel pineal parenchymal mengambil asam amino, tryptophan
dari sirkulasi dan mengubahnya menjadi serotonin. Terdapat dua langkah
didalam metabolisme serotonin yang berada dibawah kontrol syaraf. Yang
pertama perubahan serotonin menjadi N-acetylserotonin, yang diikuti oleh
perubahan N-acetylserotonin menjadi melatonin. Langkah kedua meliputi
pembentukan enzim melatonin, hydroxyindole-O-methyl-transferase (HIOMT).

Sintesis dan sekresi melatonin sangat tinggi pada saat gelap. Panjangnya peride
harian dan sekresi yang tinggi dari melatonin mungkin bertanggung jawab pada
induksi siklus ovarium pada kambing penghalangan siklus pada kuda betina.

Efek pemberian melatonin pada gonad tergantung pada spesies dan waktu
pemberian. Pemberian melatonin mengatur aktivitas gonad kambing,
pemberianya secara kontinu merangsang aktivitas breeding pada kambing
acyclic selama pertengahan musim panas.

Hormon Steroid dari Gonad


Ovarium dan testes mensekresi hormon-hormon gonad. Organ non-gonad
seperti adrenal dan plasenta juga menghasilkan hormon steroid pada beberapa
tingkat. Terdapat 4 tipe hormon gonad yakni androgen, estrogen, progestin dan
relaxin. 3 hormon pertama adalah steroid sedang hormon keempat adalah
protein. Ovarium memproduksi 2 steroid yaitu estradiol dan progesterone, serta
satu hormon protein yakni relaxin; testes mensekresi hormon tunggal
testosteron. Hormon steroid yang dihasilkan oleh ovarium, testes, plasenta dan
adrenal cortex mempunyai dasar atau mukleus khusus yang disebut
cyclopentanoperhydrophenanthrene nucleus, yang terdiri atas tiga, enam fully
hydrogenated (perhydro) cincin phenanthrene, A, B, C dan satu-5-cincin
cyclopenanten D. 18 carbon steroid mempunyai aktivitas estrogen, 19 carbon
steroid mempunyai aktivitas androgen dan 21 carbon steroid mempunyai
aktivitas progestogen. Cholesterol dengan 27 carbon steroid, menjadi

6
pregnenolone (20 carbon) bila rantai samping membelah. Prenenolone lalu
berubah menjadi progesterone dimana akan berubah lagi menjadi androgen dan
estrogen.

Jalur biosintesis pada semua organ endokrin yang menghasilkan hormon steroid
adalah sama, organ-organ berbeda hanya pada sistem enzim yang
dikandungnya. Testes memproduksi androgen sedang ovarium menghasilkan 2
tipe steroid: 18-carbon estrogen dan 21-carbon progestin.

Di dalam plasma darah, hormon steroid banyak berikatan dengan albumin, suatu
plasma protein yang rendah daya gabung (affinity) dan tinggi kapasitas atau
daya muat steroid. Porsi lain dari steroid ini berikatan dengan satu atau dua
protein yang khas yang tinggi affinitinya. Waktu paruh dari steroid alamiah yang
terjadi di dalam tubuh sangat singkat. Beberapa steroid yang dimodifikasi
struktur biokimianya telah dibuat guna kepentingan klinik.

Aktivitas pengeluaran hormon steroid oleh gonad berada dibawah kontrol


endokrin dari pituitary anterior. Hypophysectomy atau pengeluaran kelenjar
hypophysis sebelum atau setelah pubertas menyebabkan atropi kelenjar gonad,
sedang penyuntikan jaringan preparasi dari pituitary atau implantasi pituitary
akan memulihkan aktivitas pengeluaran hormon.

ESTROGEN. Estradiol adalah estrogen yang utama, dengan estron dan estriol
mewakili metabolically aktif estrogen lainnya. Beberapa substansi dari aktivitas
estrogen ditemukan pada hewan dan tumbuhan.

Estradiol adalah biologically aktif estrogen yang diproduksi oleh ovarium, dengan
estron dalam jumlah terkecil. Kecuali kemungkinan produksi estriol dalam jumlah
kecil pada fase luteal, kebanyakan estriol yang dihubungkan dengan estrogen
pada urine adalah kerusakan produksi metabolicdari estradiol/estron. Seluruh
estrogen dari ovarium diproduksi dari precursor androgenic.

Estrogen dari tumbuhan ditemukan terutama pada legum seperti subterranean


clover dan alfalfa. Dua dari senyawa ini, genistein dan coumestrol menyebabkan
infertility pada betina, dan sedikit pada jantan. Zeronal (Ralgro) adalah suatu
senyawa estrogen yang diproduksi oleh jamur. Dalam bentuk implant (pada
telinga)senyawa ini dipromosikan pada hewan pertumbuhan pada sistem feedlot.
Senyawa ini seperti estrogen tetapi tidak mempunyai 18 atom carbon sebagai
nukleus steroid.

Dari semua steroid, estrogen mempunyai lebih banyak fungsi fisiologis,


diantaranya: (a) Berperan pada sistem syaraf pusat sehingga menyebabkan
estrus pada betina. Sedikit progesteron bersama-sama dengan estrogen
dibutuhkan untuk induksi estrus pada kambing dan sapi. (b) Mempengaruhi
uterus dalam meningkatkan amplitudo dan frekuensi kontraksi oleh potensialnya
oxytocin dan PGF2. (c) Mempengaruhi perkembangan fisik secondary sexual
characteristicc pada betina. (d) Menstimulasi pertumbuhan saluran dan
perkembangan kelenjar susu. (e) Mempengaruhi kontrol umpan balik negatif dan
positif pada pelepasan LH dan FSH melalui hypothalamus. Efek umpan balik
negatif pada tonic center di hypothalamus, positif efek berada di preovulatory
center.

Pada ruminansia, estrogen juga memiliki efek protein anabolik guna


meningkatkan berat badan dan pertumbuhan. Kemungkinan peningkatan
pertumbuhan adalah karena kemampuan estrogen menstimulir pituitary untuk
melepaskan lebih banyak growth hormone.

Diethylstilbesterol (DES), non-steroid estrogen sintetik, dahulu digunakan untuk


menaikkan pertumbuhan pada sapi dan domba. DES mengikat reseptor estrogen

7
dan bekerja seperti atau sama dengan potensi estradiol-17. Karena mempunyai
efek carcinogenic, telah digantikan oleh implant estrogenic lainnya. Estrogen
telag digunakan untuk membuat abortus pada sapi dan domba karena memiliki
daya luteolytic (regresi CL) sedangkan pada induk babi, estrogen bersifat
luteotrophic (membantu memelihara CL).
PROGESTOGEN. Progesteron adalah progestogen utama, umum, alamiah dan
disekresi oleh sel-sel luteal dari CL, plasenta dan kelenjar adrenal. Progesteron
ditransportasi dalam darah oleh suatu pengikatan dengan globulin, sama halnya
pada androgen dan estrogen. LH menstimulir sekresi progesteron. Progesteron
berfungsi sebagai berikut:
1. Menyiapkan endometrium bagi proses implantasi dan memelihara
kebuntingan oleh aktivasi peningkatan kelenjar-kelenjar pengeluaran pada
endometrium dan oleh inhibiting (menghalangi) motility dari myometrium.
2. Bekerja secara sinergik dengan estrogen mempengaruhi tingkah laku estrus.
3. Mengembangkan jaringan secretory (pengeluaran) alveoli pada kelenjar
susu.
4. Menghalangi estrus dan ovulatory surge dari LH, sehingga progesteron
mempunyai peranan penting dalam pengaturan hormonal pada siklus estrus.
5. Menghalangi motilitas uterus.

Terdapat progesteron sintetik untuk proses sinkronisasi estrus pada ruminansia.


Progesteron bekerja oleh inhibiting sekresi LH dari pituitary. Hormon ini dapat
diberikan melalui makanan atau memasukkan kedalam vagina sebagai intra
vaginal device untuk satu periode siklus estrus. Pada akhir treatment, hewan
akan memperlihatkan estrus dan ovulasi terjadi 48 sampai 72 jam kemudian.

Androgen. Androgen adalah 19-carbon steroid dengan hydroxyl atau oxygen


pada posisi 3 dan 17 dan suatu dobel ikatan pada posisi 4. Androgen disebut 17-
ketosteroids ketika oxygen ditemukan pada posisi 17 (Fig. 3-7) dengan jumlah
terbatas yang diproduksi oleh adrenak korteks. Testosteron ditranspor di dalam
darah oleh suatu -globulin yang ditandai steroid-binding globulin. Sebanyak
98% dari sirkulasi tertosteron diikat oleh steroid binding globulin, sedang
testosteron sisa adalah bebas dan masuk pada target dimana enzim pada
sitoplasma merubah testosteron menjadi dihydrotestosteron, dapat bekerja pada
nuclear receptor.

Kuda merupakan spesies yang unik karena tubuli seminiferus dan epididymus
juga memproduksi testosteron dalam jumlah yang banyak. Tingginya level
androgen memperpanjang hidup spermatozoa di dalam epididymus kuda
dibanding fungsinya pada tanda-tanda seks sekunder.
Fungsi testosteron adalah:
1. Menstimulir fase terakhir dari proses spermatogenesis dan memperpanjang
hidup spermatozoa di dalam epididymus,
2. Menaikan pertumbuhan, perkembangan, dan aktivitas pengeluaran kelenjar
asesoris pada jantan,
3. Mempertahankan tanda-tanda seks sekunder dan tingkah laku seksual atau
libido pada jantan.

Androgen sintetik, testosteron propionate dan androstenedione, kadang


digunakan untuk menyiapkan hewan pemancing pada saat deteksi estrus.
Pemakaian sapi dan kambing betina androgenized ini mempunyai keuntungan
tidak menjangkitkan penyakit-penyakit veneral.

Relaxin
Relaxin adalh hormon polypeptida terdiri dari subunit alpha dan beta yang
dihubungkan oleh dua ikatan disulfide. Mempunyai berat molekul 5700 dalton.
Inhibin dan insulin mempunyai kesamaan struktur, tetapi berbeda dalam kerja
biologisnya. Relaxin terutama disekresi oleh corpus luteum selama kebuntingan

8
(Tabel 3-3). Pada banyak spesies, plasenta dan uterus juga menghasilkan
relaxin. Kerja biologis utama dari relaxin adalah dilatasi cervix dan vagina
sebelum parturisi. Relaxin juda menghambat kontraksi uterus dan menyebabkan
prningkstsn perkembangan kelenjar susu bila diberikan bersama dengan
estradiol.

Inhibin dan Activin


Inhibin dan activin diisolasi dari cairan gonad karena efeknya terhadap produksi
FSH (Table 3-3). Inhibin dan activin adalah paracrine pengatur dalam signal LH.

Inhibin
Gonad merupakan penghasil utama inhibin dan berhubungan dengan protein,
berperan dalam pengaturan endokrin dari sistem reproduksi. Sel-sel sertoli pada
jantan serta sel-sel granulosa dari betina memproduksi inhibin. Inhibin bukan
steroid tetapi protein yang terdiri dari dua subunit sulfide  dan . Pada jantan,
inhibin disekresi melalui getah bening dan tidak melalui pembuluh darah halus
seperti pada betina.

Inhibin memegang peran penting dalam pengaturan hormonal proses


perkembangan folikel ovarium selama siklus estrus. Inhibin bekerja sebagai
signal kimia pada kelenjar pituitary pada jumlah folikel yang berkembang di
ovarium. Inhibin mengurangi sekresi FSH pada level, yang mempertahankan
jumlah ovulasi dari spesifik spesies pada ovulasi tunggal dan banyak. Dengan
mengurangi pelepasan FSH tanpa perubahan pelepasan LH, inhibin mungkin
bertanggungjawab terhadap pelepasan LH dan FSH yang berbeda dari pituitary.
Disamping pengaturan produksi FSH dari pituitsry, inhibin berhubungan protein
yang mengatur fungsi sel-sel Leydig.

Activin
Cairan folikel mengandung suatu fraksi ubtuk stumulasi dibanding inhibin pada
sekresi FSH. Proteinlah yang bertanggung jawah terhadap aktivitas ini bila
dikarakteristik sebagai aktivin. Activin potent atau kuat dalam pelepasan FSH
dan ada di dalam cairan gonad seperti cairan folikel dan cairan rete testes.
Heterodimeric hormon ini disusun dari sebuah subunit  dan dua subunit .
Activin adalah anggota fungsional dari growth factof.

Hormon-hormon placenta
Placenta mensekresi beberapa hormon yang identik dan aktivitas giologinya
sama dengan hormon reproduksi yakni: equine chorionoc gonadotropin (eCG),
human chorionic gonadotropin (hCG), placental lactogen (PL), dan protein B.

Equine Chorionic Gonadotropin (hCG). Hormon eCG (PMSG) ditemukan pada


darah kuda bunting. ECH adalah glycoprotein dengan subunit  dan  yang
sama dengan pada LH dan FSH tetapi mengandung karbohidrat yang tinggi,
terutama sialic acid. Injeksi tunggal eCG mempunyai efek biologi pada kelenjar
target lebih dari seminggu.

Uterus kuda bunting yang mensekresi hormon gonadotropin ini. Cangkir-cangkir


endometrium adalah penghasil eCG. Cangkir-cangkir yang dibentuk pada hari
ke 40 sampai 85 kebuntingan. ECG mempunyai aktivitas biologi seperti FSH dan
LH, dengan aksi FSH lebih dominan. ECG hanya berada dalam sirkulasi darah,
tidak diekskresi di dalam urine. Sekresi eCG menstimulir perkembangan folikel
pada ovarium (Table 3-4). Banyak folikel akan mengalami ovulasi tetapi
kebanyakan mengalami luteinisasi folikel, dikarenakan LH seperti kerja dari eCG.
CL memperoduksi progesteron yang akan memelihara kebuntingan dari kuda
betina tersebut. ECG adalah gonadotropin komersial pertama yang digunakan
dalam injus superovulasi pada ternak.

9
Human Chorionic Gonadotropin (hCG). HCG adalah glycoprotein, terdiri dari
subunit  dan subunit  dengan berat molekul 40.000 dalton. Subunit 
mempunyai 92 asam amino dan dua rantai karbohydrat. Subunit  dari hCG
sama dengan subunit  LH pada manusia, babi, kambing, dan sapi. Subunit 
memiliki 145 asam amino dan lima rantai karbohidtar. HCG bersifat luteinizing
dan luteotropic utama dan mempunyai hanya sedikit aktivitas FSH. Sel-sel
syncytiothrophoblastic pada placenta primata mensintesa hCG dari placenta
primata; hCG ditemukan pada darah dan urine (Table 3-4). HCG ada dalam
urine pada awal kebuntingan, dan menjadi dasar tes kebuntingan pada manusia.
HCG dideteksi dalam uribe wanita pada usia kehamilan 8 hari setelah konsepsi
melalui immunoassay sensitif.

Placental Lactogen (PL). Placental lactogen adalah suatu protein dengan


memiliki kimia yang sama dengan prolactin dan growth hormon. Berat
molekulnya 22.000 sampai 23.000 dalton pada kambing dengan 192 asam
amino. Placental lactogen diisolasi dari jaringan placenta tetapi tidak dapat
dideteksi pada serum pada hewan bunting sampai trimester terakhir kebuntingan
(Table 3-4). Placental lactogen sangat penting bagi growth hormon dibanding
prolactin; penting dalam pengaturan nutrient induk kepada fetus dan tentunya
sangat penting bagi pertumbuhan fetus. Placental lactogen memegang peranan
penting pada produksi susu karena kadarnya tang lebih tinggi pada sapi perah
dibanding sapi daging.

Prostaglandin
Pertama diisolasi dari cairan kelenjar seks asesori pada hewan jantan,
dinamakan prostaglandin karena hubungannya dengan kelenjar prostat. Hampir
seluruh jaringan tubuh mensekresi prostaglandin. Semua prostaglandin adalah
20-carbon asam lemak tak jenuh dengan rantai cyclopentene. Asam arachidonic,
suatu asam lemak esensiel, adalah precursor pada prostaglandin, sangat
berhubungannya dengan reproduksi, terutama PGF2 PGE2 (Fig 3-13).

Kebanyakan prostaglandin bekerja secara lokal pada tempat produksinya


dengan interaksi dari sel ke sel dan tidak tepat dengan definisi klasik dari
hormon. Tidak seperti perantara humoral lainnya, prostaglandin tidak dilokalisasi
dalam jaringan tertentu. Mereka ditranspor dalam darah dan bekerja pada target
jaringan jauh dari tempat produksinya. Beberapa bentuk tidak pernah tampak
dalam darah, sedang lainnya mengalami penurunan setelah sirkulasi lewat hati
dan paru-paru. PGF2 adalah luteolytic alamiah yang mengakhiri fase luteal (CL)
dari siklus estrus dan dimulainya siklus yang baru bila tidak terajadi fertilisasi.
Digunakan juga untuk mengakhiri kebuntingan terutama pada kebuntingan
muda.

Prostaglandin mungkin termasuk hormon, yang mengatur beberapa fenomena


fisiologi dan farmakologi, seperi kontraksi otot licin pada saluran reproduksi dan
pencernaan, ereksi, ejakulasi, transpor sperma, ovulasi, pembentukan Cl, proses
kelahiran dan penurunan air susu. Prostaglandin juga mempengaruhi ovulasi.
Contoh, pada kambing dan sapi, ovulasi diblok oleh pemberian indomethacin,
suatu inhibitor prostaglandin. Sejak pelepasan LH tidak dipengaruhi pada ternak-
ternak ini, aksi ini pada level folikel ovarium meliputi baik PGF2, PGE2 atau
keduanya.

Peningkatan estrogen, yang mempengaruhi pertumbuhan myometrium dari


uterus, akan menstimulir pembentukan dan pelepasan PGF2. Pada hewan
bunting, embrio yang berkembang akan mengirim signal pada uterus, mencegah
efek luteolytic dari PGF2. Kapasitas PGF2 dalam menginjus luteolysis telah
dimanfaatkan untuk memanipulasi siklus estrus dan induksi kelahiran.

10
PENGATURAN HORMON REPRODUKSI

Fungsi hypothalamus adalah sebagai penghubung antara sisitem syaraf dan


sistem endokrin dan memegang peranan penting di dalam pengaturan hormonal
dari reproduksi. Seperti telah dikemukakan sebelumnya bahwa hormon-hormon
gonad menghambat pelepasan LH dan FSH pada kedua seks (melalui umpan
balik negatif) sedang meningkatkan pelepasan LH dan FSH hanya pada hewan
betina (umpan balik positif).

Mekanisme endokrin
Mekanisme endokrin yang didiskusikan disini adalahpubertas, siklus estrus,
kebuntingan dan parturisi, fungsi testicular, sel-sel Sertoli dan activin serta
inhibin.

Pubertas. Jantan atau betina mencapai pubertas ketika mampu menghasilkan


gamet (spermatozoa dan sel telur) serta menunjukkan tingkah laku seksual.
Permulaan pubertas dipengaruhi terutama oleh kematangan dari hypothalamic-
adenohypophyseal axis dari pada ketidakmampuan kelenjar pituitary
memproduksi gonadotropin atau insensitifitas ovarium. Telah diketahui bahwa
prapubertas sapi, babi dan domba akan mengalami ovulasi bila diberikan
gonadotropin.

Betina prapubertas bereaksi terhadap pulsasi sekresi gonadotropin oleh sekresi


estrogen secara gradual. Pada kambing dan heifer, frekuensi LH-peaks
meningkat diikuti oleh kenaikan sementara preovulasi LH-surge. Ini berhubungan
dengan tingkah laku estrus selama periode prapubertas.

Prapubertas jantan dalam merespons gonadotropin, menghasilkan testosteron


semakin progresif. Setiap pulse LH diikuti oleh satu jam interval sementara
peningkatan testosteron. Setelah pubertas, kenaikan testosteron dalam darah
menyebabkan penurunan sekresi gonadotropin melalui efek umpan balik negatif.

Siklus estrus. Selama siklus estrus, LH dan FSH dilepaskan secara tonic dan
surge. Jalur syaraf juga berhubungan dengan waktu ovulasi (Table 3-14).

LH tonic dan pelepasan FSH. Level tonic dari LH dan FSH dikontrol oleh
umpan balik negatif dari gonad. Level tonic LH tidak tetap tetapi berubah setiap
jam. Tonic kadar serum LH meningkat setelah gonadectomy (pembuangan
gonad) pada jantan dan betina. Peningkatan kadar LH dan FSH setelah
gonadectomy disebabkan karena kekurangan umpan balik negatif dari steroid
pada pusat kontrol tonic LH di hypothalamus (Fig 3-15). LH dan FSH surge juga
menginjus fase terakhir pematangan oocyte, sesaat sebelum ovulasi, menuju
proses metaphase II.

Preovulatory LH dan Pelepasan FSH. Tipe kedua dari pelepasan LH dan FSH,
disebut preovulatory LH dan FSH-surge, adalah jelas pada betina sebelum
ovulasi. Peningkatan sirkulasi konsentrasi estrogen mempunyai umpan balik
positif pada hypothalamus, menginjus secara tiba-tiba pelepasan GnRH-surge,
yang disertai oleh preovulatori LH dan FSH-surge. Preovulatori LH dan FSH-
surge 6 sampai 12 jam terakhir, bertanggung jawab terhadap ovulasi. Kadar
estradiol menurun setelah LH dan FSH-surge, dan manifestasi estrus berkurang.
Hewan akan mengalami ovulasi 24 sampai 30 jam setelah maksimal
gonadotropin-surge.
Jalur syaraf. Berbagai jalur syaraf ada diantara sistem reproduksi dan poros
hypothalamic-pituitary. Perkawinan dapat mengatur pelepasan LH dibanding oleh
peningkatan konsentrasi pada plasma. Perkawinan mempengaruhi waktu ovulasi
pada spesies dengan ovulasi spontan seperti domba. Pada sapi daging,
stimulasi clitoris mempercepat permulaan ovulasi, dan stimulasi pada cervix

11
menurunkan waktu dari permulaan estrus ke LH-surge. Pada babi, kawin alam
mempengaruhi ovulasi dengan memperpendek interval antara permulaan estrus
dan ovulasi dan menurunkan interval ovulasi pertama dan terakhir.

Kebuntingan dan Kelahiran. Baik pemeliharaan kebuntingan maupun


permulaan kelahiran berada dibawah kontrol endokrin. Progesteron merupakan
hormon penting yang diperlukan untuk kelanjutan kebuntingan. Pada semua
ternak, progesteron disekresi oleh CL, esensiel pada awal kebuntingan. Pada
kuda, placenta mengambil alih fungsi dari sekresi progesteron. Mendekati
parturisi, penurunan kadar progesteron merupakan trigger suatu kompleks
interaksi meliputi fetus dan induk. PGF2, estrogen, oxytocin dan fetal cortisol
adalah beberapa dari hormon yang berhubungan dengan parturisi.

Fungsi Testicular. Kontrol neuroendocrine pada fungsi testicular sama dengan


pada betina. FSH dan androgen mempertahankan fungsi gametogenic,
sedangkan LH mengontrol sekresi testosteron dari sel-sel Leydig. Tidak seperti
pada betina, tidak terdapat sistem umpan balik positif. Setelah castrasi, baik
konsentrasi maupun frekuensi LH dan FSH-pulse tetap.

Sekresi testosteron diatur oleh putaran panjang, pendek, dan sangat pendek.
Putaran panjang meliputi FSH, inhibin, dan interaksi LH dan testosteron. (Fig 3-
16). Putaran pendek antara interstitial dan epitel seminifrus meliputi growth factor
dab hormon. Putaran sangat pendek mengatur interaksi sel Sertoli-sel germ-sel
myoid. Pada sapi, setiap pulse dari LH menghasilkan satu peak dari testosteron
30 sampai 40 menit kemudian.

Kuda jantan memproduksi dan mengeluarkan estrogen dalam jumlah besar


dibanding dengan yang diproduksi oleh pejantan spesies mammali lainnya.
Testes memproduksi estrogen. Konsentrasi estradiol 17 (estradiol) pada kuda
dipengaruhi oleh musim dan paralel dengan konsentrasi LH dan testosteron.

Sel-sel Sertoli. Sel-sel Sertoli dan sel-sel germ bersifat timbal balik mengatur
sekresi satu sama lain dalam siklus sekresi protein sepanjang tubuli seminiferus.
Sel-sel myoid memperkuat proses ini melalui perubahan growth factor, pengatur
humoral, dan susunan ekstraselular. Sel-sel sertoli dilengkapi dengan jalur
resisten yang rendah pada tranpor interseluler dari sel-sel metabolites, yang
mengkoordinir aktivitas epitelium seminiferus. Beberapa sirkulasi protein
didalamimelalui ruang terpisah kedalam sel-sel Sertoli oleh mekanisme endokrin:
transferrin, androgen bound protein (ABP), insulin-like growth factor (IGF), dan
hubungan growth factor. Protein yang disekresi oleh sel-sel Sertoli pada ruang
adluminal didalami oleh mekanisme paracrine dalam sel germ. Spermatocyte
dan permulaan spermatid target istimewa dari sel-sel Sertoli protein pada testes.

Activin dan Inhibin. Activin dan inhibin bekerja di dalam gonad dan placenta
sebagai autocrine dan paracrine pengatur produksi steroid dan hormon lainnya,
dan growth factor. Seperti telah disebut, inhibin dan activin diproduksi oleh sel-
sel Sertoli, yang mengatur sekresi FSH tetapi mempunyai efek yang minim pada
sekresi LH.

Tingkah Laku Seksual

Tingkah laku Seksual pada Jantan. Kastrasi pada hewan jantan adalah
prosedur rutin dalam program menejement reproduksi pada ternak. Depresi yang
disebabkan oleh kastrasi berbeda dalam spesies, individu, dan status fisiologi
dan tingkah laku dari ternak pada saat operasi berlangsung.

Aktivitas menaiki biasanya terjadi setelah kastrasi pada prapubertas pada sapi
dan kambing, tetapi genital yang tidak berkembang karena kurangnya androgen .

12
Dua parameter tingkah laku estrus normal seperti keinginan hewanuntuk menaiki
dan daya dorong serta kemampuan ejakulasi. Setelah kastrasi, keinginan
menaiki menjadi reda untuk waktu lama dibanding kemampuan ejakulasi. Hasil
yang dicapai berupa ereksi merupakan aspek terakhir dari tingkah laku seksual
yang normal yang tidak timbul setelah kastrasi.

Tingkah laku Seksual pada Betina Tingkah laku seksual pada betina
tergantung keseimbangan hormanal yang dihasilkan oleh perkembangan folikel
ovarium. Ovariectomy menghambat tingkah laku seksual, tetapi pada sapi dan
babi, tingkah laku seksual disimpan setelah injeksi dengan dosis minimal
estrogen setelah 8 sampai 12 hari ditreatmen oleh progesteron. Pada babi dan
kambing, terdapat suaru linear dosis-respons yang berhubungan antara lamanya
estrus dengan logaritme dari dosis estrogen. Juga terdapat hubungan antara
lama estrus alamiah dengan jumlah ovulasi pada babi dan kambing.

Spesifitas Seks. Hormon-hormon steroid yang spesifik pada seks, androgen


pada jantan serta estrogen dan progesteron pada betina meningkatkan
kemungkinan suatu pengaruh langsung dari hormon terhadap respons tingkah
laku. Ritme dari sekresi, berbeda diantara seks, dan pusat seksual pada otak
mungkin mempengaruhi reaksi ini. Percobaan pada ternak yang di-gonadoctomy
dengan oposite hormon seks memperlihatkan bahwa spesifitas aeks dari hormon
terbatas sejauh respons tingkah laku yang terjadi. Injeksi estrogen setiap hari
mengakibatkan aktivitas seks kembali pada kambing jantan kastrasi., sedang
dosis tunggal testosteron menginjus aktivitas normal pada betina yang di-
ovariectomy.

Mekanisme Syaraf. Signal fisiologi yang memulai motivasi seksual adalah


sekresi hormon-hormon steroid. Sekali pelepasannya pada aliran darah, hormon
akan dengan mengikat pada reseptor pada susunan syaraf pusat. Maksimum
level estrogen dalam darah pada kambing dan babi terjadi 24 jam sebelum
permulaan estrus. Ketika ternak dalam kondisi motivasi seksual, dimulailah
tingkah laku seksual. Stimulasi sensori yang spesifik atau tidak spesifik pada
organ-organ, melalui mekanisme pembawaan atau yang diperoleh, diintegrasi di
dalam otak untuk mendapatkan reaksi yang tepat.

GROWTH FACTOR

Growth factor telah menjadi sangat penting dalam banyak bidang dari fisiologi
reproduksi. Growth factor didefinisikan berdasarkan kemampuannya untuk
menginjus stimulasi target sel dalam memperbanyak, dan aktivitas ini diukur oleh
assay yang mengukur peningkatan populasi sel atau inkorporasi thymidine yang
dilabel kedalam DNA yang ditentukan. Growth factor adalah hormon-seperti
polypeptida dan protein, utamanya paracrine dan autocrine dalam aktivitas
mengembangkan mitogenic pada proliferasi dan remodeling jaringan lokal,
contohnya perubahan bentuk folikel pada ovarium menjadi CL.
Growth factor dibagi dalam tiga kelas:
1. Suatu agent yang mengembangkan melipatgandakan dan atau
mengembangkan berbagai tipe dari sel, growth factor syaraf, insulin like
growth factor 1 (IGF-1), avtivin dan inhibin, dan epidermal growth factor
(EGF).
2. Cytokines, diproduksi oleh macrophag dan lymphocyte, penting pada
pengaturan sistem kekebalan.
3. Colony stimulating factor (CGF) yang mengatur perkembangbiakan/proliferasi
dan pendewasaan darah merah dan putih.

Mekanisme Kerja
Growth factor memperoleh respons selular oleh pengikatan dengan sel spesifik,
permukaan reseptor pada target jaringan. Polypeptida growth factor mengatur

13
proliferasi pada banyak tipe sel serta mengatur pertumbuhan saluran reproduksi.
Faktor-faktor ini mempunyai range yang besar dari tipe sel yang
mengekspresikan reseptor growth factor yang tepat. Tabel 3-5 memperlihatkan
daftar beberapa growth factor yang berhubungan dengan reproduksi pada
ternak, sedang tabel 3-6 menampilkan studi-studi terakhir tentang pengaturan
fungsi ovarium.

Cytokines. Cytokin adalah hormon silke chemical messenger yang disekresi


oleh lymphocyte dan macrophag yang menyebabkan sistem kekebalan
kekebalan. Sekali rangkaian asam amino dari suatu faktor dibuat, akan berganti
menjadi interleukin, contoh interleukin-1 (IL-1) atau IL-2. IL-2 adalah growth
factor yang diproduksi oleh sel-sel T4 yang meningkatkan sintesis sel T8 dan B.

Epidermal Growth Factor (EGF). Adalah polypeptida yang mempunyai


kekuatan mitogenicpada beberapa tipe sel in vivo dan in vitro. Faktor ini diisolasi
dari kelenjar submaxillary tikus, urine manusia dah penghasil lainnya.

Fibroblast Growth Factor (FGF). Aslinya diisolasi dari pituitsry sapi, adalah
polypeptida, termasuk angiogenic (contoh, simulir pertumbuhan pembuluh darah)
sebaik seperti mitogenic. Sintesis FGF di ovarium menstimulir sel-sel luteal sapi
tetapi menunda differensiasi sel-sel granulosa sapi yang dikultur.

Inhibin dan Activin. Inhibin dan activin adalah paracrine dan autocrine penting
pengatur FSH dan LH. Struktur, penghasil, dan kerjanya telah didiskusikan
sebelumnya.

Insulin dan Insulin -Like Growth Factor (IGFs). IGFs atau somatomedin
adalah polypeptida adalah polypeptida growth factor yang disekresi oleh hati dan
beberapa jaringan yang direspons oleh growth hormon. IGF-1 dan IGF-II adalah
rantai tunggal polypeptida dengan struktur homologi ke proinsulin. Mereka
mengatur proliferasi dan differensiasi beberapa tipe sel dan mendesak insulin-
like metabolic effect. Tidak seperti insulin, banyak tissue memproduksi IGFs.
IGFs mempunyai kapasitas untuk bekerja melalui endokrin sebaik mekanisme
autocrine dan atau paracrine.

Interferon (IFNs). Adalah suatu group protein yang mulai diidentifikasi karena
kemampuannya melindungi sel-sel melawan virus penyebab infeksi. Terdapat
sekurang-kurangnya tiga kelas: ,  dan . IFNs  dan  disintesis sebagai
respons atas infeksi virus sedang IFN- diproduksi di dalam lymphocyte T
setelah stimulasi mitogenic dan antigenic.

Nerve Growth Factor (NGF). NGF adalah suatu growth factor protein yang
diperlukan untuk pertumbuhan dan pemeliharaan syaraf-syaraf simpatik.

Platelet-Activating Factor (PAF). PAF adalah suatu mediator potent


phospholipid yang diproduksi oleh beberapa tipe sel: neutrophils, macrophages,
sel-sel endothelial dan pra-imlantasi embrio. PAF injus range yang luas dari
respons fisiologi dan farmakologi yang meliputi proses reproduksi, platelet
agregasi, anaphylaxix, dan permeabiliti vascular. PAF, diproduksi oleh sperma
meningkatkan motiliti sperma dan IVF selama inkubasi sperma dan sel telur.

Platelet-Derived Growth Factor (PDGF). PDGF merupakan suatu polypeptida


diproduksi oleh platelet, macrophages, dan sel-sel endothelial. Poten sebagai
mitogen pada urat daging licin pada vascular (pembuluh darah), dan membantu
penyembuhan luka. PDFG juga meningkatkan stimulasi FSH terhadap produksi
progestin.

Relaxin-Like Factor (RLF). RLF adalh anggota baru dari famili insulin/insulin-
like growth factor, yang timbul sebagai ekspresi utama di dalam sel-sel Leydig

14
dari testes. Juga diproduksi di Ovarium dari sejumlah spesies pada sel-sel theca
folikel dan pada CL dan CL kebuntingan. RLF mungkin berfungsi sebagai
sustitusi pada relaxin sapi.

Transforming Growth Factor (TGF). TGF sangat berhubungan dekat dengan


EGF, mengikat pada reseptor EGF dan mempunyai pengarug yang sama. TGF
diproduksi di dalam sel-sel granulosa dan sel-sel theca dan oocyte.

Tumor Necrosis Factor (TNF). TNF mempunyai hubungan tradisional dengan


inflammation, tetapi beberapa laporan menggambarkan fungdi potensial TNF
pada saluran betina. TNF mempengaruhi perkembangan gamet, perubahan
siklus dalam uterus, kanker pada saluran reproduksi betina, pendewasaan
placenta, dan perkembangan embrio.

Vascular Endothelia Growth Factor (VEGF). Organ reproduksi pada betina


memperlihatkan pola, pertumbuhan secara periodik dan regresi, disertai oleh
persamaan dan perubahan yang menyolok pada tingkat aliran darah. Beberapa
jaringan dewasa yakni angiogenesis terjadi sebagai proses yang normal. Folikel
pada ovarium dan CL memproduksi angiogenic faktor. Angiogenic faktor ini
timbul menjadi ikatan dengan hati dan menjadi famili fibroblast growth factor
(FGF) dan vascular endotelial growth factor (VEGF) dari protein. VEGF
didemonstrasi sebagai yang pertama pada CL sapi dan kemudian pada CL
kambing. Perubahan siklus berhubungan dengan formasi dan regresi CL
dihubungkan dengan formasi dari pembuluh darah baru, angiogenesis.

Growth Factor dan Reproduksi


Telah diketahui bahwa FSH dan LH mengatur fungsi ovarium dan testes. Namun
sulit untuk menjelaskan proses reproduksi seperti folliculogenesis, seleksi
terhadap folikel-folikel yang ovulasi dan yang atretik, serta pendewasaan oocyte
semata-mata oleh perubahan kadar gonadotropin. Pada dekade lalu, perhatian
langsung pada kerja dari faktor yang diproduksi secara lokal oleh mekanisme
autocrine atau paracrine yang dapat mengatur respons dari target sel terhadap
FSH dan LH. Agent autocrine dan paracrine ini mungkin mempengaruhi
perubahan sensivitas atau responsivitas pada FSH dan LH baik stimulasi
maupun penghambatan.

Pengatur Intra-ovarian. Folikel pada ovarium mengalami perkembangan sel


dengan cepat selama awal pertumbuhan, rupanya bebas dari sirkulasi
gonadotropin. Mungkin agent autocrine dan paracrine ovarium mengatur
dimulainya pertumbuhan folikel.

Banyak growth factor dan cytokine mengubah responsivitas dari sel-sel theca
pada LH dan sel-sel granulosa terhadap LH dan FSH secara in vitro. Termasuk
activin, inhibin, IGF-1, EGF, FGF, TGF- dan TGF-, TNF, interleukin=1,
interferon- dan endothelin. Namun kerja dari hanya sedikit dari faktor-faktor
tersebut yang telah didemonstrasi in vivo.

Pada tahun 1995, Campbell melakukan test growth factor in vivo dengan infus
intra-arterial pada kambing yang mendapat transplantasi ovarium. Mereka
mendapatkan EFG, TGF-, dasar FGF, inhibin dan steroid bebas pada cairan
folikel menghambat fungsi ovarium, sementara IGF-1 menstimulir sekresi
hormon.

Rupanya, kontrol terhadap perkembangan dan seleksi folikel yang akan ovulasi
(ovulatry follicle) terjadi pada tiga level:
1. Gonadotropin mempengaruhi dimulainya perkembangan folikel
2. Ovulatory follicle memproduksi growth factor yang menekan perkembangan
folike-folikel lainnya melalui mekanisme gonadotropin-dependent.

15
3. Faktor didalam ovulatory follicle , mengatur kerja gonadotropin.

Dalam respek ini, inhibin dan activin potensial dalam pengaturan intra-ovarium.
Di dalam ovarium, subunit peptida dari inhibin dan activin nampaknya sebagai
pengatur perkembangan.

Implantasi dan Kebuntingan. Growth factor sebagai perantara


perkembangan sel, perubahan, perpindahan dan penyerbuan (invasion) selama
perkembangan praimplantasi, implantasi dan fase berikutnya dari kebungtingan.
Pada kambing, produksi utama dari praimplantasi blastocyte adalah ovine
trophoblast protein-1 (oTP-1) yang kini diklasifikasikan sebagai -interferon
(IFN). Trophoblast interferon yang sama, bovine trophoblast protein-1 (bTP-1)
atau IFN, adalah produk pengeluaran dari conceptus bovine. Secara in vivo,
interferon ini memerpanjang siklus estrus melalui antiluteolysis efek dari uterus
(PGF2).

Awal Embrio. Beberapa growth factor menyebabkan implantasi


blastocyst. PDGF, suatu glycoprotein (berat molekul 30.000 dalton) membantu
pertumbuhan serum-dependent sel (Table 3-6). PDGF normalnya dibatasi pada
kerja autocrine dan paracrine. PDGF disekresi oleh blastocyst manusia dan
berada dalam sekresi uterin. Growth factor pada zygote, morula dan blastocyst
termasuk transforming growth factor (TGFB1), transforming growth factor-
(TGFF-), IGF (IGFII), PDGF, dan interleuke6 (IL-6). Growth factor lain dan
hubungan isoform yang tidak direkam oleh morula dan blastocyst termasuk IGF-
1, epidermal growth factor (EGF), dan nerve growth factor (NGF).

Kontraksi Uterin. Reseptor PDGF dan insulin mempunyai efek yang sangat
besar pada sel-sel endometrial dan myometrial oleh stimulasi dari
perkembangan sel-sel tersebut. PDGF melepaskan asam arachidonic dan
selanjutnya merubahnya menjadi prostaglandin, PGF2 menstimulir kontraksi
uterus.

Fungsi sel-sel Leydig. Peranan inhibin dan protein tidak dibatasi pada
pengaturan pituitary LH. Protein-protein ini kini dikenal sebagai growth dan
perbedaan faktor dan pada testes mereka mengatur fungsi sel-sel epithelial dan
sel-sel interstitial. Pada rodent dan babi, inhibin dan activin adalah pengatur
paracrine dari steroidogenesis dengan jalan mengatur signal LH. Activin
mempunyai peranan yang berarti dalam perkembangan sel-sel Leydig pada
testes fetus dan pada saat pubertas, yakni activin (like TGF).

Endogenous opioid peptide (EOP) sepertinya berperan dalam pengaturan


autocrine dan paracrine pada steroidogenesis sel-sel Leydig dan partisipasi
dalam kontrol intratesticular dari permeabilitas pembuluh darah. -endorphin
berada di dalam testicular interstitial fluid (TIF), di dalam konsentrasi banyak kali
lebih tinggi dibanding yang ditemukan pada plasma.

PUSTAKA
Hafez, E.S.E and B. Hafez. 2000. Reproduction in Farm Animals. Seventh
edition. Lipincott Williams & Wilkins.

16

You might also like