Professional Documents
Culture Documents
..
Disusun oleh:
Hilman Suhaili
01.211.6410
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2016
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN
DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS NGALIYAN KOTA SEMARANG
Yang dipersiapkan dan disusun oleh:
Laporan Kasus yang telah diseminarkan, diterima dan disetujui di depan tim penilai
Puskesmas Ngaliyan Kota Semarang.
Disahkan Oleh:
Pembimbing Kepala Puskesmas Ngaliyan
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan case report
mengenai Diare Pada Balita di Puskesmas Ngaliyan Periode 25 April 2016 – 24 Juni 2016.
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas-tugas dalam rangka menjalankan
kepanitraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat. Laporan ini dapat diselesaikan berkat
kerjasama tim dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu kami mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada :
Kami menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari
sempurna karena keterbatasan waktu dan kemampuan. Karena itu kami sangat berterima
kasih atas kritik dan saran yang bersifat membangun.Akhir kata kami berharap semoga hasil
case report mengenai gizi ini di Puskesmas Ngaliyan Semarang Periode 25 April 2016 – 24
Juni 2016 dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB III STATUS PRESENT ................................................................................................ 21
3.1 Cara dan Waktu Pengamatan .......................................................................... 21
3.2 Gambaran Umum Puskesmas ......................................................................... 21
3.3 Analisa Situasi ................................................................................................ 21
3.4 Data Pasien ..................................................................................................... 22
3.5 Laporan Hasil Pengamatan ............................................................................. 22
3.5.1 Identitas Pasien...................................................................................... 22
3.5.2 Anamnesis Holistik ............................................................................... 23
3.6 Pemeriksaan Fisik ........................................................................................... 26
3.7 Data Perkesmas .............................................................................................. 27
3.8 Identifikasi Permasalahan Yang Didapat Dalam Keluarga ............................ 31
3.9 Usulan Penatalaksanaan Komprehensif.......................................................... 32
3.10 Prioritas Penyebab Masalah............................................................................ 32
3.11 Daftar Prioritas Penyebab Masalah ................................................................ 34
BAB IV ANALISA/PEMBAHASAN ................................................................................... 38
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................................................ 40
5.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 40
BAB VI PENUTUP................................................................................................................ 43
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 44
LAMPIRAN ............................................................................................................................. 45
v
DAFTAR TABEL
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
dari 1,3 miliar serangan dan 3,2 juta kematian pertahun pada balita pertahun pada balita
disebabkan oleh diare. Setiap anak mengalami episode serangan rata – rata 3,3 kali setiap
tahun. Lebih kurang 80% kematian terjadi pada anak berusia kurang dari 2 tahun.
kematian anak mengalami penurunan sebesar 41% dari estimasi 87 kematian per 1000
kelahiran pada tahun 1990, menjadi 51 kematian per 1000 kelahiran hidup pada tahun
2011. Penurunan ini menjadi penurunan rata-rata angka kematian anak sebesar 2.5%
setiap tahunnya. Jumlah kematian anak telah menurun dari 12 juta pada tahun 1990 dan
Diare merupakan penyebab kurang gizi yang penting terutama anak – anak. Diare
menyababkan anoreksia (kurang nafsu makan) sehingga megurangi asupan gizi dan diare
dapat megurangi daya serap usus terhadap sari makanan. Dalam keadaan infeksi,
kebutuhan sari makanan pada anak – anak yang mengalami diare akan meningkat,
sehingga setiap serangan diare akan meyebabkan kekurangan gizi. Jika hal ini
diare dapat ditanggulangi dengan penangan yang tepat sehingga tidak sampai
1
Berdasarkan data yang diperoleh di Puskesmas Ngaliyan , didapatkan angka
kejadian diare pada tahun 2014 sebanyak 227 kasus dan tahun 2015 sebanyak 300 kasus.
Berdasarkan data tersebut terjadi peningkatan angka kejadian diare pada balita.Pada bulan
januari s/d april 2016 ditemukan kasus diare pada balita berjumlah 131 kasus. Dengan
jumlah kasus pada bulan januari 26 kasus, bulan februari 40 kasus, bulan maret 38 kasus,
dan bulan april 27 kasus. Maka dari itu dapat disimpulkan angka kejadian diare pada
1.3 Tujuan
pada balita
1.3.2.3. Untuk mengetahui pengaruh perilaku dengan kejadian diare pada balita
2
1.3.2.4. Untuk mengetahui pengaruh pelayanan kesehatan dengan kejadian diare
pada balita
1.3.2.5 Untuk mengetahui pengaruh genetik dengan kejadian diare pada balita
1.4 Manfaat
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Diare menurut definisi Hippocrates adalah buang air besar dengan frekuensi
yang tidak normal (meningkat), konsistensi tinja menjadi lebih lembek atau
cair.Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau
frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonates lebih dari 4 kali sehari dengan
tanpa lender darah. Diare dapat juga didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana
terjadi perubahan dalam kepadatan dan karakter tinja, atau tinja cair dikeluarkan
tiga kali atau lebih perhari.Diare merupakan salah satu gejala dari penyakit pada
sistem gastrointestinal atau penyakit lain diluar saluran pencernaan. Jadi diare
adalah buang air besar yang frekuensinya lebih dari 3 kali sehari dengan
a. Diare akut
Diare akut yaitu buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan
konsistensi tinja yang lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya dan
Menurut Depkes , diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari
4
14 hari tanpa diselang-seling berhenti lebih dari 2 hari. Berdasarkan banyaknya
cairan yang hilang dari tubuh penderita, gradasi penyakit diare akut dapat
dibedakan dalam empat kategori, yaitu: (1) Diare tanpa dehidrasi, (2) Diare
dengan dehidrasi ringan, apabila cairan yang hilang 2-5% dari berat badan, (3)
Diare dengan dehidrasi sedang, apabila cairan yang hilang berkisar 5-8% dari
berat badan, (4) Diare dengan dehidrasi berat, apabila cairan yang hilang lebih
dari 8-10%.
b. Diare persisten
kelanjutan dari diare akut atau peralihan antara diare akut dan kronik.
c. Diare kronik
metabolisme yang menurun. Lama diare kronik lebih dari 30 hari. Menurut, diare
kronik adalah diare yang bersifat menahun atau persisten dan berlangsung 2
minggu lebih
2.1.3 Etiologi
a. Faktor Infeksi
1. Infeksi enteral
utama diare pada anak. Infeksi parenteral ini meliputi: (a) Infeksi bakteri:
5
dan sebagainya. (b) Infeksi virus: Enteroovirus (Virus ECHO, Coxsackie,
(candida albicans).
2. Infeksi parenteral
Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan,
Ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak
b. Faktor Malabsorbsi
bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktrosa.
2. Malabsorbsi lemak
3. Malabsorbsi protein
e. Faktor Pendidikan
rehidrasi oral dengan baik pada balita dibanding dengan kelompok ibu dengan
6
status pendidikan SD ke bawah. Diketahui juga bahwa pendidikan merupakan
faktor yang berpengaruh terhadap morbiditas anak balita. Semakin tinggi tingkat
pendidikan orang tua, semakin baik tingkat kesehatan yang diperoleh si anak.
f. Faktor pekerjaan
Ayah dan ibu yang bekerja Pegawai negeri atau Swasta rata-rata mempunyai
pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan ayah dan ibu yang bekerja sebagai
buruh atau petani. Jenis pekerjaan umumnya berkaitan dengan tingkat pendidikan
dan pendapatan. Tetapi ibu yang bekerja harus membiarkan anaknya diasuh oleh
orang lain, sehingga mempunyai risiko lebih besar untuk terpapar dengan
penyakit.
Sebagian besar diare terjadi pada anak dibawah usia 2 tahun. Balita yang
berumur 12-24 bulan mempunyai resiko terjadi diare 2,23 kali dibanding anak
h. Faktor lingkungan
berbasisi lingkungan. Dua faktor yang dominan yaitu sarana air bersih dan
pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku
manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare
serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, yaitu
penyakit diare.
7
i. Faktor Gizi
penyembuhan diare tersebut. Bayi dan balita yang gizinya kurang sebagian besar
meninggal karena diare. Hal ini disebabkan karena dehidrasi dan malnutrisi.
Faktor gizi dilihat berdasarkan status gizi yaitu baik = 100-90, kurang = <90-70,
keluarga besar dengan daya beli yang rendah, kondisi rumah yang buruk,
Kontak antara sumber dan host dapat terjadi melalui air, terutama air
minum yang tidak dimasak dapat juga terjadi secara sewaktu mandi dan
berkumur. Kontak kuman pada kotoran dapat berlangsung ditularkan pada orang
lain apabila melekat pada tangan dan kemudian dimasukkan kemulut dipakai
untuk memegang makanan. Kontaminasi alat-alat makan dan dapur. Bakteri yang
sigella. Dan virusnya yaitu Enterovirus, rota virus, serta parasite yaitu cacing
Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pada pertama kehidupan.
8
Pada bayi yang tidak diberi ASI resiko untuk menderita diare lebih besar
daripada bayi yang diberi ASI penuh dan kemungkinan menderita dehidrasi berat
juga lebih besar. Menggunakan botol susu ini memudahkan pencemaran oleh
dapat melindungi kita terhadap berbagai kuman penyebab diare seperti Sigella
dan V. Cholerae.
2.1.4 Patogenesis
a. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang
diare.
Mukosa usus halus adalah epitel berpori, yang dapat dilewati air dan
elektrolit dengan cepat untuk mempertahankan tekanan osmotik antara isi usus
dengan cairan ekstraseluler. Diare terjadi jika bahan yang secara osmotic dan sulit
diserap. Bahan tersebut berupa larutan isotonik dan hipertonik. Larutan isotonik,
air dan bahan yang larut didalamnya akan lewat tanpa diabsorbsi sehingga terjadi
diare. Bila substansi yang diabsorbsi berupa larutan hipertonik, air, dan elektronik
akan pindah dari cairan ekstraseluler kedalam lumen usus sampai osmolaritas dari
usus sama dengan cairan ekstraseluler dan darah,sehingga terjadi pula diare.
9
b. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya diare
terus atau meningkat. Hal ini menyebabkan peningkatan sekresi air dan
elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang
hipovolemik atau prarenjatan sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai
asidosismetabolik bertambah berat, kesadaran menurun dan bila tak cepat diobati
penderita dapat meninggal. (3) Gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya
dan diare pada anak atau bila makanan tetap diberikan dalam bentuk
diencerkan. Hipoglikemia akan sering terjadi pada anak yang sebelumnya telah
menderita malnutrisi atau bayi dengan gagal bertambah berat badan, sehingga
10
c. Gangguan motilitas usus
Patogenesis diare akut adalah: (a) Masuknya jasad renik yang msih hidup
kedalam usus halus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung. (b) Jasad
renik tersebut berkembang biak (multiplikasi) didalam usus halus. (c) Oleh
jasad renik dikeluarkan toksin (toksin Diaregenik). (d) Akibat toksin tersebut
lain-lain.
Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya
meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja
cair dan mungkin disertai lendir dan atau darah. Warna tinja makin lama berubah
sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin
asam sebagai akibat makin banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa yang
tidak dapat diabsorbsi usus selama diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum
atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang turut meradang
11
atau akibat gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit. Bila penderita telah
banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi makin tampak.
Berat badan menurun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun membesar
menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.
ringan, sedang, dan berat, sedangkan berdasarkan tonisitas plasma dapat dibagi
2.1.6 Komplikasi
2.1.6.7 Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah, penderita
bertambah).
12
2.1.7 Pencegahan Diare
dan anak balita yang disebabkan diare makin lama makin menurun. Angka
kesakitan diare masih tetap tinggi ialah sekitar 400 per 1000 kelahiran hidup.
Salah satu jalan pintas yang sangat ampuh untuk menurunkan angka kesakitan
suatu penyakit infeksi baik oleh virus maupun bakteri. Untuk dapat membuat
pencernaan makanan.
1. Pemberian ASI
ASI adalah makanan paling baik untuk bayi, komponen zat makanan
tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara
optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan sampai
umur 4-6 bulan, tidak ada makanan lain yang dibutuhkan selama masa ini. ASI
adalah makanan bayi yang paling alamiah, sesuai dengan kebutuhan gizi bayi dan
mempunyai nilai proteksi yang tidak bisa ditiru oleh pabrik susu manapun.
Tetapi pada pertengahan abad ke-18 berbagai pernyataan penggunaan air susu
sudah dimulai produksi secara masal susu kaleng yang berasal dari air susu sapi
sebagai pengganti ASI. ASI steril berbeda dengan sumber susu lain, susu formula,
atau cairan lain disiapkan dengan air atau bahan-bahan yang terkontaminasi
dalam botol yang kotor. Pemberian ASI saja tanpa cairan atau makanan lain dan
13
organisme lain yang akan menyebabkan diare. Keadaan ini disebut disusui
secara penuh. Menurut Sulastri (2009), bahwa bayi-bayi harus disusui secara
penuh sampai mereka berumur 4-6 bulan, setelah 6 bulan dari kehidupannya,
dengan adanya antibody dan zat-zat lain yang dikandungnya, ASI turut
memberikan perlindungan terhadap diare. Pada bayi yang baru lahir, pemberian
ASI secara penuh mempunyai daya lindung 4x lebih besar terhadap diare
mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Menurut Supariasa dkk (2002)
pendamping ASI diberikan. Untuk itu menurut Shulman dkk (2004) bahwa ada
ASI yang lebih baik, yaitu (1) perkenalkan makanan lunak, ketika anak
berumur 4-6 bulan tetapi teruskan pemberian ASI. Tambahkan macam makanan
sewaktu anak berumur 6 bulan atau lebih. Berikan makanan lebih sering (4x
sehari), setelah anak berumur 1 tahun, berikan semua makanan yang dimasak
14
dengan baik, 4 - 6x sehari, teruskan pemberian ASI bila mungkin. (2)
energy. Tambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging, kacang- kacangan,
dengan sendok yang bersih. (4) Masak atau rebus makanan dengan benar,
simpan sisanya pada tempat yang dingin dan panaskan dengan benar sebelum
pola perilaku hidup bersih dan sehat dilakukan beberapa penilaian antara
adalah apakah sudah ditimbang secara teratur keposyandu minimal 8 kali setahun,
(2) Gizi, anggota keluarga makan dengan gizi seimbang, (3) Air bersih, keluarga
menggunakan air bersih (PAM, sumur) untuk keperluan sehari-hari, (4) Jamban
kesehatan, (5) Air yang diminum dimasak terlebih dahulu, (6) Mandi
menggunakan sabun mandi, (7) Selalu cuci tangan sebelum makan dengan
(10) Terhadap faktor bibit penyakit yaitu (a) Membrantas sumber penularan
15
rakyat, sehingga dapat memperbaiki dan memelihara kesehatan, (d) Terhadap
sehingga faktor- faktor yang tidak baik dapat diawasi sedemikian rupa sehingga
2.1.8 Penatalaksaan
dan elektrolit tanpa melihat etiologinya. Jumlah cairan yang diberi harus sama
dengan jumlah yang telah hilang melalui diare dan atau muntah, ditambah
dan ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui tinja dan muntah
yang masih terus berlangsung. Jumlah ini tergantung pada derajat dehidrasi serta
berat masing-masing anak atau golongan umur, (b) Nutrisi. Makanan harus
diteruskan bahkan ditingkatkan selama diare untuk menghindari efek buruk pada
status gizi. Agar pemberian diet pada anak dengan diare akut dapat memenuhi
mulai dengan yang mudah dicerna, makanan diberikan dalam porsi kecil dengan
frekuensi sering. Pemberian ASI diutamakan pada bayi, pemberian cairan dan
elektrolit sesuai kebutuhan, pemberian vitamin dan mineral dalam jumlah yang
16
secara rutin, obat-obat anti diare meliputi antimotilitas seperti loperamid,
difenoksilat, kodein, opium, adsorben seperti norit, kaolin, attapulgit, anti muntah
berikut:
a. Rencana pengobatan A
meneruskan terapi diare dirumah, memberikan terapi awal bila anak terkena
diare lagi. Cairan rumah tangga yang dianjurkan seperti oralit, makanan cair,
air matang. Gunakanlah larutan untuk anak seperti dijelaskan dalam tabel
berikut:
b. Rencana pengobatan B
sedang dengan cara 3 jam pertama diberikan 75ml/kg BB, berat badan anak
17
Berikan anak yang menginginkan lebih banyak oralit, dorong juga ibu
untuk meneruskan ASI. Bayi kurang dari 6 bulan yang tidak mendapatkan ASI,
berikan juga 100-200ml air masak. Setelah 3-4 jam, nilai kembali anak
melanjutkan.
c. Rencana pengobatan C
derajat berat. Pertama-tama berikan cairan intravena, nilai setelah 3 jam. Jika
keadaan anak sudah cukup baik maka berikan oralit. Setelah 1-3 jam berikutnya
a. Pemeriksaan tinja
c. pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest, bila
menentukan pH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaan
fosfor dalam serum (terutama pada penderita diare yang disertai kejang).
18
e. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim lactase
g. Malnutrisi energy protein, karena selain diare dan muntah penderita juga
mengalami kelaparan.
masalah kehilangan cairan yang berlebihan (dehidrasi). Dehidrasi ini bila tidak
segera diatasi dapat membawa bahaya terutama bagi balita dan anak-anak. Bagi
penderita diare ringan diberikan oralit, tetapi bila dehidrasi berat maka perlu
dibantu dengan cairan intravena atau infus. Hal yang tidak kalah penting dalam
(refeeding) sebab selama diare pemasukan makanan akan sangat kurang karena
akan kehilangan nafsu makan dan kehilangan makanan secara langsung melalui
2.1.11 Komplikasi
19
b. Renjatan hipovolemik
d. Hipoglikemi
20
BAB III
STATUS PRESENT
Anamnesa awal kepada pasien dan kunjungan rumah untuk mengamati kondisi
lingkungan, perilaku pasien, dan keluarga pasien dilakukan di kelurahan Wates pada
wilayah kerja.
Kesehatan Kota Semarang dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama dalam
Data Wilayah
Batas Wilayah Puskesmas Ngaliyan
Utara : Wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Purwoyoso
Barat : Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Tambak Aji
Selatan : Wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Kedung Pane dan
Kelurahan Pesantren
Timur : Wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Kali Pancur
21
Luas Wilayah
Luas wilayah kerja Puskesmas Genuk adalah 3.176.775 km2, dengan jumlah
penduduk 55.793 jiwa. Jumlah kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Genuk
adalah 6 (enam) kelurahan. Puskesmas Induk Ngaliyan mempunyai 2 Puskesmas
Pembantu yaitu Pustu Bringin dan Pustu Podorejo.
No. Kelurahan
Luas Wilayah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
(km2) RT RW KK Penduduk
1 NGALIYAN 527,645 89 12 4249 14529
2 BAMBANKEREP 322,000 31 5 1721 5701
3 GONDORIYO 371,300 60 11 1933 6624
4 BERINGIN 268,485 112 15 4498 15940
5 PODOREJO 1.105,349 49 10 2535 8330
6 WATES 581,996 23 3 1393 4552
7
JUMLAH 3`176`755 364 56 16392 55739
RTP Puskesmas, 2014
22
Alamat : Tambak Aji RW 2/ RT 8
3.5.2 Anamnesis Holistik
Aspek personal: (alasan kedatangan, harapan, kekhawatiran)
BAB cair disertai ada ampas, warna kuning, berbusa, tidak ada darah.
Pasien juga terlihat lemas dan susah untuk makan dan minum. Ibu pasien
menyangkal adanya demam, batuk pilek, dan muntah pada anaknya. Hingga
saat ini belum ada obat yang diberikan pada pasien untuk mengurangi diare
sereal dan minum susu soya, tidak ada makanan lain yang diberikan.
23
dan mendapatkan pengobatan intensif selama 6 bulan. Setelah pengobatan
pasien dinyatakan sembuh dari TB.
Riwayat alergi
Pasien tinggal dengan ibu, nenek, paman, dan tantenya dalam satu rumah.
pasien dirawat oleh ibu dan kadang dibantu oleh nenek pasien.
Rumah tinggal nenek pasien terdiri dari 2 ruang tidur, 1 ruang keluarga dan
1 dapur. Luas rumah pasien ± 6x8 meter, rumah pasien tidak memiliki
keluarga dan ruang tidur baik, hanya ada 1 ventilasi di dapur (pembuangan
asap saat memasak). Lantai rumah untuk ruang keluarga dan ruang tidur
sudah berubin. Dinding rumah berupa tembok. Atap rumah terbuat dari
asbes. Lantai dapur masih beralaskan tanah yang kering, dan terlihat
terpakai. Rumah pasien memiliki jamban dan untuk keperluan MCK berasal dari
sumur.
24
Pendapatan keluarga berasal dari ayah pasien yang bekerja sebagai supir truk (
Riwayat Kebiasaan:
25
3.6 Pemeriksaan Fisik
2. Vital sign :
BB : 7,2 Kg
TB : 69 cm
a. Pemeriksaan Kepala
- Bentuk kepala : normocephal, simetris
- Rambut : warna kehitaman, tampak lebat tidak mudah patah
- Nyeri tekan : tidak ada
b. Pemeriksaan Mata
- Palpebra : tidak ada udem
- Konjungtiva : anemis
- Sklera : tidak ikterik
- Pupil : reflek cahaya (+/+), isokor dengan diameter ± 3 mm
c. Pemeriksaan Telinga : tidak ada discharge
d. Pemeriksaan Hidung : nafas cuping hidung (-)
e. Pemeriksaan Mulut : bibir tidak sianosis, faring tidak hiperemis
f. Pemerksaan Leher : kelenjar limfe dalam batas normal, tekanan vena
jugularis tidak meningkat
g. Pemeriksaan thorak
- Pulmo
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri pada saat statis
dan dinamis, tidak terdapat retraksi diafragma, iga mengambang
Palpasi : Fremitus taktil dan vokal simetris kanan dan kiri.
26
Perkusi : Sonor seluruh lapang paru, tidak terdapat peranjakan paru-hati.
Auskultasi : vesikuler, tidak ada ronkhi, tidak ada wheezing.
- Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat.
Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS IV linea midklavikula sinistra, kuat
angkat, dan tidak terdapat thrill
Perkusi : Batas jantung kanan pada ICS V linea sternalis dextra, batas
jantung kiri pada ICS V linea midklavikula sinistra, batas pinggang jantung
pada ICS III linea parasternalis sinistra, proyeksi besar jantung normal.
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II normal, tidak terdapat murmur dan
bunyi gallop.
h. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : Tampak datar, simetris, tidak terdapat kelainan kulit.
Auskultasi : Bising usus normal, bising aorta abdominalis terdengar.
Palpasi : supel, tidak terdapat nyeri tekan, Hepar dan lien tak teraba.
Perkusi : tympani di seluruh lapang abdomen, Undulasi (-), Pekak beralih (-
).
1. Identitas keluarga
Nama KK : M. Nur Laili
Pekerjaan : Supir
Nama ibu : Sri Nurhayati
Pekerjaan : Kerja serabutan
Usia
No Nama Pendidikan Status
(tahun)
27
DIAGRAM KELUARGA NY.S
Keterangan :
: Laki-laki meninggal
2. Data Lingkungan
Data Individu :
Pasien anak pertama , pasien tinggal dengan ibu, neneknya, tante dan
pamannya dalam satu rumah. Pasien biasanya dirawat oleh ibu dan neneknya.
Ekonomi
Ayah pasien seorang supir, pendapat perbulan Rp.800.000-Rp.1.000.000
perbulan.Sedangkan ibu pasien hanya seorang yang bekerja serabutan dan
gaji yang diperoleh tidak tentu. Sebagian kebutuhan hidup pasien juga
dibantu oleh nenek pasien yang tinggal satu rumah. Pasien berobat BPJS non-
PBI
28
Masyarakat
Pasien tinggal di daerah padat penduduk dengan tingkat kebersihan dan
kesadaran masyarakat akan kesehatan cukup.
Lingkungan
Struktur Rumah
Rumah terbuat dari tembok bata. Luas rumah ± 9m x 6m. Lantai
rumah untuk ruang keluarga dan kamar tidur terbuat dari ubin,
sedangkan lanntai dapur masih berupa tnah keras. Atap rumah terbuat
dari genteng. Rumah tersebut memiliki 2 ruang tidur, 1 ruang keluarga,
dapur dan 1 kamar mandi dan toilet. Dinding rumah menempel dengan
dinding rumah tetangga dan tidak memiliki pekarangan.
Pencahayaan dan kelembaban
Pencahayan pada ruang keluarga dan dapur sangat minimal. Hampir
tidak ada ventilasi disekitar ruang keluarga. Pada saat siang hari ruang
keluarga dan dapur tampak gelap. Akibatnya ruangan tersebut agak
lembab.
Sirkulasi udara
Ventilasi rumah pada ruang keluarga dan dapur tidak ada. Ventilasi
hanya terdapat pada masing-masing kamar tidur berupa jendela
berbentuk persegi panjang dengan ukuran 150 cm x 40 cm baik pada
kamar depan dan belakang.
29
Dapur hanya tidak memiliki cerobong asap dan tampak gelap.Keluarga
pasien memasak menggunakan kompor gas LPG dan kondisi dapur
kotor dan kurang rapi.
e. Kondisi Lingkungan
Lingkungan rumah termasuk hunian padat penduduk. Rumah satu
dengan rumah yang lainnya saling berdekatan dan menempel.
Hanya ada jalan gang seukuran dua sepeda motor.
Depan rumah ada saluran air (got) dipenuhi dengan sampah dan
kondisi saluran air tidak mengalir.
3. Data Perilaku
Latar pendidikan kedua orangtua pasien adalah lulusan sekolah dasar.
Pengetahuan akan kesehatan sangat rendah, ibu pasien hanya berbekal
ilmu yang diajarkan oleh nenek pasien dalam merawat balita, sehingga
banyak hal yang tidak disadari mengenai perilaku yang berpengaruh
buruk terhadap kesehatan.
Sejak kecil pasien sering megalami diare, hal ini berkaitan dengan
perilaku tidak sehat yang sering dilakukan oleh ibu pasien seperti
sanitasi yang kurang terjaga dalam memberi susu pada pasien, baik
kebersihan wadah tempat minum susu,maupun air minum yang
digunakan sehari-hari yang berasal dari sumur.
Selain perilaku kurang sehat, pasien juga sejak kecil tidak pernah
mendapat ASI dari ibunya. Pasien hanya diberi susu sapi sampai umur
6 bulan dan dilanjutkan susu soya hingga usia 11 bulan. Pada saat 6
bulan pasien sudah mendapat makanan tambahan berupa sereal.
Ketiadaan asupan ASI sejak lahir dapat mempengaruhi kondisi
imunologis pasien dan dapat meyebabkan pasien rentan terhadap
infeksi, termasuk infeksi yang meyebabkan terjadinya diare.
Pasien kurang memperhatikan kebersihan anak, kamar, dan rumah.
Pasien tidak mengetahui dengan benar faktor-faktor yang dapat
menyebabkan penyakit diare.
30
4. Data Akses Pelayanan yang Terdekat
Akses pelayanan terdekat adalah Puskesmas Ngaliyan dan Posyandu yang
diadakan sebulan sekali. Jarak rumah ke puskesmas terdekat sekitar 3 KM
dan harus menggunakan transportasi umum. Petugas kader kesehatan dan
Puskesmas aktif dalam memberikan penyuluhan kesehatan atau pelayanan
kesehatan di daerah tersebut.
Aspek resiko internal yang paling berpengaruh terhadap kesehatan pasien adalah
asupan nutrisi yang diperoleh oleh pasien sejak kecil. Pasien sejak kecil tidak
pernah mendapat ASI dari ibunya. Pasien hanya diberi susu sapi sampai umur 6
bulan dan dilanjutkan susu soya hingga usia 11 bulan. Pada saat 6 bulan pasien
sudah mendapat makanan tambahan berupa sereal. Ketiadaan asupan ASI sejak
lahir dapat mempengaruhi kondisi imunologis pasien dan dapat meyebabkan
pasien rentan terhadap infeksi, termasuk infeksi yang meyebabkan terjadinya diare.
31
4. Sumber air yang digunakan sehari-hari yang berasal dari sumur
dapat menjadi faktor resiko penyebaran penyakit.
Diagram HL Blum
LINGKUNGAN
Lingkungan dalam rumah tampak kotor dan tidak tertata.
GENETIKA/PENDUDUK PELAYANAN
BALITA DENGAN KESEHATAN
Genetika tidak DIARE
berhubungan dengan Belum ada sistem
penyakit diare. monitoring dari evaluasi
dari puskesmas terhadap
setiap kegiatan
penyampaian informasi
kesehatan
PERILAKU
Kurangnya kebersihan alat-alat makan dan minum yang digunakan oleh pasien.
Perilaku ibu yang tidak pernah memberikan ASI sejak kecil.
Perilaku ibu yang kurang memperhatikan perawatan dan kebersihan pasien.
Kebiasaan diri untuk selalu mencuci tangan kurang
Rendahnya pengetahuan ibu pasien tentang diare
32
Table 4.1 Kriteria Urgency
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 TH
1 + + - - - - - + - 3
2 + + + + + + + + 2
3 - - - - - - - 6
4 + + + - - - 4
5 + + + + + 7
6 + + + + 6
7 + - + 4
TH 3 8 0 3 5 4 2 0 0 0
TV 0 0 0 2 2 2 2 3 4 5
Total 3 8 0 5 7 6 4 3 4 5
33
Table 4.4 Urutan Prioritas Penyebab Masalah
1 3 3 3 9 V
2 2 2 2 6 VII
3 6 6 4 16 II
4 4 4 4 12 IV
5 7 7 7 21 I
6 6 4 5 15 III
7 4 4 2 10 VI
2. Kurangnya kebersihan alat-alat makan dan minum yang digunakan oleh pasien.
7. Belum ada sistem monitoring dari evaluasi dari puskesmas terhadap setiap kegiatan
34
PERENCANAAN
35
4 Perilaku ibu yang tidak Memberikan edukasi mengenai pentingnya Ibu pasien mulai memberikan keluarga Kunjungan ke 4
pernah memberikan asi sejak ASI bagi pertumbuhan dan daya tahan asupan ASI walaupun dimulai rumah
kecil tubuh balita agar tidak mudah terjangkit dari usia 11 bulan
penyakit
5 Lingkungan rumah tampak Memberikan informasi kepada keluarga Rumah terlihat bersih dan rapi, keluarga kunjungan ke 3
tentang bagaimana dampak lingkungan serta memiliki cukup ruang dan rumah
kotor dan tidak tertata
rumah yang kotor dan tidak tertata tidak terlalu padat
terhadap kesehatan.
Memberikan edukasi tentang penataan
sehat.
6 Rendahnya pengetahuan ibu Memberikan penyuluhan mengenai Pasien paham dan mengerti faktor keluarga Kunjungan 2
penyakit diare pada anak,dan tatacara resiko yang dapat menyebabkan rumah
pasien tentang diare
mengenali faktor resiko yang dapat terjangkitnya penyakit diare , dan
meyebabkan terjangkitnya diare. mengetahui tentang gejala dan
tahapan pengobatanya
36
7 Belum ada sistem monitoring Membuat sistem monitoring dan Terdapatnya sistem monitoring 1
dari evaluasi dari puskesmas evaluasi terhadap penyampaian dan data hasil evaluasi mengenai
terhadap setiap kegiatan informasi pada masyarakat. pengetahuan ibu tentang informasi
penyampaian informasi yang diberikan penyuluh.
kesehatan
37
BAB IV
ANALISA/PEMBAHASAN
diare pada balita dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, tingkat ekonomi dan sosial. Tingkat
pendidikan yang rendah pada umumnya akan mempengaruhi mata pencaharian ekonomi,
dari hal itu akan terbentuk paradigma pemenuhan kebutuhan hidup yang seadanya
termasuk pemenuhan sandang, pangan, maupun papan (pakaian, gaya hidup kurang
diperhatikan, makan seadanya, struktur rumah yang kurang diperhatikan). Sehingga hal
tersebut membuat nutrisi perorang menjadi berkurang, akhirnya daya tahan tubuh melemah
Lingkungan yang tidak sehat (higieni dan sanitasi tidak baik) dapat menjadi medium yang
penyebab diare dapat tumbuh dan berkembang biak dengan sangat baik pada lingkungan
yang kotor. Kenyataan yang kami temukan di lapangan antara lain: Pasien jarang
pasien, ibu pasien kurang memperhatikan kebersihan alat makan dan minum yang
ibu tentang penyakit diare serta perilakuan ibu yang tidak memberikan ASI sesuai anjuran
yaitu anak tidak pernah diberi ASI sejak kecil dan hal ini jelas akan mempengaruhi tingkat
Selain faktor perilaku, faktor lingkungan yang juga berpengaruh terhadap kejadian
38
diare pada penderita. Pada umumnya, lingkungan rumah yang buruk (tidak memenuhi
merupakan merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Dua faktor
yang dominan yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan
berinteraksi bersama dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat
karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak
sehat pula, yaitu melalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan
kejadian penyakit diare. Kenyataan yang kami temukan di lapangan antara lain,
lingkungan dalam dan luar rumah pasien tidak terawat kebersihannya, terdapat tumpukan
barang bekas pada dapur dan terlihat ada sampah. Daerah rumah tersebut sangat
Dari faktor pelayanan kesehatan kami menemukan belum ada sistem monitoring
dan evaluasi dari penyampaian informasi yang diberikan kepada masyarakat baik berupa
penyuluhan maupun informasi yang diberikan melaui leaflet . Pengetahuan kesehatan akan
berpengaruh kepada perilaku, sebagai hasil jangka menengah (intermediate impact) dari
kesehatan.
Dalam hal ini tidak didapatkan hubungan kausal antara genetika dengan penyakit diare.
39
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari pemeriksaan yang dilakukan kepada pasien baik secara observasi langsung
(home visit), wawancara dengan pasien dan catatan medik selama pasien berobat di
dapatkan data sebagai berikut:
5.1.1 Anamnesis
Pada tanggal 18 mei 2016 pasien dibawa oleh ibunya ke Puskesmas Ngaliyan
dengan keluhan sejak 2 hari anaknya BAB cair 4x dalam 1 hari.Orangtua pasien
mengatakan BAB cair disertai ada ampas, warna kuning, berbusa, tidak ada darah.
Pasien juga terlihat lemas dan susah untuk makan dan minum. Ibu pasien menyangkal
adanya demam, batuk pilek, dan muntah pada anaknya. Hingga saat ini belum ada obat
yang diberikan pada pasien untuk mengurangi diare pada pasien. Ibu pasien
mengatakan sebelumnya pasien hanya makan sereal dan minum susu soya, tidak ada
pasien.
40
5. Lingkungan dalam rumah tampak kotor dan tidak tertata.
7. Belum ada sistem monitoring dari evaluasi dari puskesmas terhadap setiap
41
5.1.4.1.3 Genetik
Tidak ada hubunga kausal antara genetik dengan penyakit diare
5.1.4.1.4 Pelayanan Kesehatan
Membuat sistem monitoring dan evaluasi terhadap penyampaian
informasi pada masyarakat.
5.1.4.2 Untuk puskesmas
5.1.4.2.1 Memberikan pengobatan medikamentosa sesuai dengan
Managemen Terapi Balita Sakit.
5.1.4.2.2 Mengadakan kerjasama dengan pihak kelurahan untuk membentuk
kader-kader kesehatan dalam upaya memberikan informasi
kesehatan secara rutin.
5.1.4.2.3 Mengadakan bulan bakti kesehatan dalam upaya menanamkan
perilaku hidup bersih dan sehat.
5.1.4.2.4 Membentuk sistem monitoring dan evaluasi terhadap upaya
penyelesaian masalah yang diberikan.
42
BAB VIII
PENUTUP
Demikianlah laporan dan pembahasan mengenai hasil peninjauan kasus diare pada
balita dipasien di Puskesmas Ngaliyan. Saya menyadari bahwa kegiatan ini sangat penting
dan bermanfaat bagi para calon dokter, khususnya yang kelak akan terjun di masyarakat
sebagai Health Provider, Decision Maker, dan Communicator sebagai wujud peran serta
dalam pembangunan kesehatan.
Akhir kata saya berharap laporan ini bermanfaat sebagai bahan masukan dalam usaha
peningkatan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Genuk.
43
DAFTAR PUSTAKA
Aman, A.T., 2004, Perkembangan Terkini Vaksin terhadap Diare, disampaikan dalam Seminar
Nasional Diare Perkembangan Terkini dan Permasalahannya, Yogyakarta.
Amiruddin R., (2007), Current Issue Kematian Anak (Penyakit Diare), Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Andrianto, P., (1995), Penatalaksanaan dan Pencegahan Diare Akut, EGC, Jakarta.
Depkes, (2000), Buku Pedoman Pelaksanaan Program Pemberantasan Penyakit
Diare,Ditjen PPM & PLP, Jakarta.
Hamdani, 2009,. Pengaruh Faktor Upaya Pengobatan Dan Pencegahan Yang Dilakukan Ibu
Pada Balita Dengan Penyakit Diare Di Puskesmas Bandar Baru Kabupaten Pidie
Jaya Tahun 2009. Tesis. Medan: FKM USU
Handayani, L,. 2007. Hubungan Higiene Pribadi Ibu dan Sanitasi Lingkungan dengan
Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Tempel I Kecamatan Tempel
Kabupaten Sleman. Yogyakarta : Pasca sarjana UGM
44
LAMPIRAN
DATA ANGKA KEJADIAN DIARE
PADA BALITA DI PUSKESMAS NGALIYAN
KOTA SEMARANG tahun 2014 s/d 2016
NO. TAHUN JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AGUS SEPT OKT NOV DES JUMLAH
1 2016 26 40 38 27 - - - - - - - - 131
2 2015 34 9 13 24 21 22 20 25 49 33 34 16 300
3 2014 25 17 17 12 15 22 16 13 34 13 24 19 227
45
23