You are on page 1of 10

Nurmaliyah, Menurunkan Stres Akademik Siswa dengan Menggunakan ...

273
Tersedia Online di http://journal.um.ac.id/index.php/jph Jurnal Pendidikan Humaniora
ISSN: 2338-8110 Vol. 2 No. 3, Hal 273-282, September 2014

Menurunkan Stres Akademik Siswa dengan Menggunakan


Teknik Self-Instruction

Faridah Nurmaliyah
Konselor SMA Laboratorium UM
Jl. Bromo 16 Malang. Email: bk.labschool@gmail.com

Abstract: The purpose of this study was to determine: 1) a decrease in students’ academic stress
after intervention with self-instruction techniques; 2) increase the ability of students before and af-
ter the intervention in changing the thoughts, feelings, and physical Events negative when: a) opin-
ion conveying; b) gather information; and c) take action. Subjects in this study amounted to 3 peo-
ple, which is selected by purposive. Design studies using multiple treatments with ABCD type. Data
was collected using observation, interviews, and job sheets. The data obtained is analyzed using
graphic visual analysis and descriptive analysis. The results of the study are: in general self-instruction
techniques can lower academic stress, and in particular the technique can improve: 1) expression in
subjects 1 and 3 subjects after entering the second intervention phase (B). While the subject of 2
may indicate a change, and stable after being on the third intervention phase (D); 2) collect information
on the subject since the middle third second intervention (C); and 3) act positively on the subject 1
and subject 2 since entering the first intervention phase (B), while three new subjects may indicate
a change, and stable in the mid-third intervention (D).

Key Words: academic stress, self-instruction techniques

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) penurunan stres akademik siswa setelah
dilakukan intervensi dengan teknik self-instruction; 2) peningkatan kemampuan siswa sebelum dan
sesudah intervensi dalam merubah pikiran, perasaan, dan kodisi fisik yang negatif ketika: a) menyam-
paikan pendapat; b) mengumpulkan informasi; dan c) melakukan tindakan. Subjek dalam penelitian
ini berjumlah 3 orang, yang dipilih dengan cara Purposive. Desain penelitian menggunakan multiple
treatment dengan tipe A-B-C-D. Pengumpulan data dilakukan dengan: observasi, wawancara, dan
lembar tugas, kemudian data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan analisa visual grafis
dan analisa deskriptif. Hasil penelitian adalah secara umum teknik self-instruction dapat menurunkan
stres akademik, dan secara khusus teknik ini dapat meningkatkan kemampuan: 1) menyampaikan
pendapat pada subjek 1 dan subjek 3 setelah memasuki tahap intervensi kedua (B). Sedangkan sub-
jek 2 dapat menunjukkan perubahan, dan stabil setelah berada pada tahap intervensi ketiga (D); 2)
mengumpulkan informasi pada ketiga subjek sejak pertengahan intervensi kedua (C); dan 3) bertindak
positif pada subjek 1 dan subjek 2 sejak memasuki tahap intervensi pertama (B), sedangkan subjek 3
baru dapat menunjukkan perubahan, dan stabil pada pertengahan intervensi ketiga (D).

Kata kunci: stres akademik, teknik self-instruction

Prioritas utama bagi siswa di SMA yang rata-rata pilannya, aktif dalam berbagai kegiatan di sekolah
berusia antara 15-17 tahun, adalah menyalurkan kei- maupun di luar sekolah, dan sebagainya.
nginan untuk dapat mengembangkan seluruh potensi Siswa yang mampu mengembangkan potensi-
yang dimilikinya, dengan cara mengaktualisasikan diri, nya secara positif akan menghasilkan prestasi dan
memperluas hubungan sosialnya, dan diakui kebera- penghargaan, sementara siswa yang tidak mampu
daannya oleh orang lain. Mereka akan melakukan mengembangkan potensi dirinya secara tepat akan
berbagai cara agar keinginan utamanya itu dapat me- bertentangan dengan keinginan diri (harapan) dengan
reka wujudkan. Misalnya dengan meningkatkan pres- tuntutan lingkungannya, memicu munculnya konflik
tasi akademik maupun non akademik, menata penam- baik dengan dirinya sendiri maupun dengan orang
273 Artikel diterima 15/07/2013; disetujui 18/04/2014
274 JURNAL PENDIDIKAN HUMANIORA, HAL 273-282

lain. Misalnya, siswa yang tidak mampu menghadapi terjadi. Jika individu menilai dirinya lemah, dan meng-
tuntutan pendidikan akan menunjukkan ketidakse- anggap tuntutan orang lain lebih berkuasa atas harap-
nangannya dengan berperilaku negatif, menjadi o- an-harapannya, maka individu itu akan terpuruk da-
rang yang berprestasi rendah, bekerja di bawah ke- lam stres.
mampuan dalam setiap mata pelajaran atau dalam Beck & Judith (1998) juga menjelaskan bahwa,
mata pelajaran yang tidak disukai. Ketidakmampu- pikiran-pikiran negatif akan muncul sebagai akibat
an mereka dalam menuntaskan masalah internal individu menilai dirinya tidak mampu dalam mengatasi
dalam dirinya itu akan berpotensi menjadi sumber hambatan atau tekanan yang datang. Pikiran-pikiran
kegagalan dalam berprestasi (Papalia, dkk., 2008). negatif yang menguasai struktur kognitif individu ak-
Papalia (2003) menyatakan, siswa SMA memi- hirnya mempengaruhi tingkah lakunya. Jadi, stres
liki tugas yang cukup berat karena mereka akan yang timbul pada diri seseorang adalah akibat penilai-
menghadapi serangkaian tuntutan dan tugas yang di- an-penilaian subjektif individu terhadap suatu kondisi,
bebankan kepadanya, baik oleh keluarga, sekolah, situasi atau peristiwa lebih banyak dikuasai atau dipe-
maupun lingkungan sosialnya, disamping dirinya sen- ngaruhi oleh perasaan-perasaan atau pikiran-pikiran
diri juga memiliki keinginan dan harapan. Tekanan negatif.
dan hambatan pada diri siswa, menurut Misra dan Stres yang dialami siswa disebut dengan stres
Mc Kean (2000: 41) banyak dipengaruhi oleh kei- akademik. Carveth (Misra & McKean, 2000) me-
nginan-keinginan pribadi yang tidak sejalan dengan ngemukakan stres akademik merupakan persepsi sis-
kondisi lingkungan belajarnya, seperti: kurikulum di wa terhadap banyaknya pengetahuan harus dikuasai
sekolah yang padat, mengambil keputusan, kelanjutan dan persepsi terhadap ketidakcukupan waktu untuk
studi, penjurusan, guru dan teman yang memiliki ra- mengembangkannya. Stres akademik adalah stres
gam karakter, ekspektasi orang tua yang menuntut yang berhubungan dengan kegiatan belajar siswa di
pencapaian prestasi yang maksimal, dan sebagainya. sekolah, berupa ketegangan-ketegangan yang ber-
Beratnya tuntutan akademik di sekolah dan di luar sumber dari faktor akademik yang dialami siswa, se-
sekolah membuat siswa menjadi jenuh, bosan, malas, hingga mengakibatkan terjadinya distorsi pada pikiran
tidak percaya diri, dan mengalami penurunan pada siswa dan mempengaruhi fisik, emosi, dan tingkah
kualitas belajarnya. laku.
Situasi dilematis antara tuntutan dari luar yang Heiman, & Kariv (2005) juga menjelaskan, bah-
tidak seimbang dengan keinginan dan kemampuan wa stres akademik merupakan stres yang disebabkan
yang dimiliki sering kali membuat siswa tertekan seca- oleh academic stressor dalam proses belajar menga-
ra psikologis. Tekanan-tekanan itu oleh Lazarus & jar atau hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan
Folkman (1984) disebut dengan dengan stres, yaitu belajar, misalnya: tekanan untuk naik kelas, lama bela-
kondisi yang muncul akibat perbedaan antara keingin- jar, kecemasan menghadapi ujian, banyaknya tugas
an dengan kenyataan. yang harus diselesaikan, mendapat nilai ulangan yang
Menurut Branon (2000), stres adalah suatu ting- jelek, birokrasi yang rumit, keputusan menentukan
kat kesedihan pada individu, sementara Selye (Ras- jurusan dan karir, dan manajemen waktu.
mun, 2004: 270) mendefinisikan stres sebagai reaksi Minimnya pengetahuan, pengalaman, dan daya
spesifik antara individu dengan lingkungannya, yang dukung lingkungan terhadap kebutuhan psikologis sis-
dinilai membebani atau melebihi kapasitas individu wa sering membuat siswa kehilangan kemampuan
dan membahayakan kesejahteraannya. Beck (1995) dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya
menyatakan stres adalah dorongan yang muncul dari (Stallard, 2004). Keterbatasan pengetahuan dan peng-
pikiran bawah sadar yang tiba-tiba muncul karena alaman mereka membuat penilaian subjektif yang me-
situasi-situasi yang mempengaruhi ketidaknyamanan reka buat menjadi negatif. Ketidakmampuan meng-
pada diri seseorang. hadapi tuntutan-tuntutan itu dapat terjadi pada siswa
Lazarus & Folkman (1984) berpendapat, bahwa dimanapun berada, tidak terkecuali siswa di TK, SD,
stres dapat terjadi jika individu menilai kemampuan- SMP, SMA, bahkan di perguruan tinggi. Ketidak-
nya tidak cukup untuk memenuhi tuntutan situasi ling- mampuan ini dipicu oleh beberapa hal, antara lain: 1)
kungan fisik dan sosial Artinya, stres akan dialami kemampuan, kepribadian, dan kompetensi guru dalam
atau tidak dialami bergantung pada penilaian subjektif mengajar; 2) muatan kurikulum yang padat; 3) ke-
individu terhadap sumber stres yang datang. Jika indi- mampuan, kebiasaan, kesiapan belajar, dan keteram-
vidu menganggap kemampuannya cukup untuk me- pilan belajar siswa yang buruk; 4) tuntutan tugas se-
menuhi tuntutan lingkungan, maka stres tidak akan kolah dan tuntutan orangtua yang tidak dapat dipenuhi

Volume 2, Nomor 3, September 2014


Nurmaliyah, Menurunkan Stres Akademik Siswa dengan Menggunakan ... 275

sehingga menyebabkan frustasi, 5) keluarga yang ti- minasi pikiran dan perasaan, maka coping yang dipilih
dak harmonis, retak, orang tua yang terlalu menuntut, akan bersifat adaptif. Tetapi, jika penilaian subjektif
otoriter, dan sebagainya; dan 6) faktor-faktor internal yang negatif lebih mendominasi pikiran dan perasaan
seperti rendah diri, tidak yakin dengan kemampuan individu, maka coping yang dipilih akan bersifat mal-
sendiri, konflik dengan teman maupun konflik dengan adaptif.
diri sendiri, penolakan diri, dan sebagainya. (San- Salah satu teknik dalam Cognitive Behavior
trock, 2003). Therapy (CBT) yang digunakan untuk memodifikasi
Stres yang tidak dapat dikendalikan atau diatasi dan merestrukturisasi sistem kognisi adalah teknik
siswa akan mempengaruhi pikiran, perasaan, reaksi self-instruction. Mengendalikan pikiran negatif de-
fisik, dan tingkah lakunya. seperti; a) secara kognitif ngan terus menerus melakukan verbalisasi diri secara
(pikiran): kesulitan memusatkan perhatian dalam bel- positif dari teknik self-instruction adalah strategi
ajar, sulit mengingat pelajaran atau mudah lupa, sulit coping yang akan diajarkan kepada siswa sebagai
memahami bahan pelajaran, berpikir negatif pada diri salah satu upaya untuk menurunkan tingkat stres aka-
dan lingkungannya; b) secara afektif: munculnya rasa demiknya. Teknik ini dipilih sebagai salah satu strategi
cemas, sensitif, sedih, kemarahan, frustasi; c) secara coping yang adaptif, karena teknik ini mengajarkan
fisiologis: muka memerah, pucat, lemah dan merasa siswa untuk mengenali pikiran negatifnya, memotivasi
tidak sehat, jantung berdebar-debar, gemetar, sakit diri dengan menemukan sendiri pikiran-pikiran positif
perut, pusing, badan kaku dan berkeringat dingin; d) yang sebaiknya ditumbuhkan, menguji coba tingkah
dampak tingkah laku yang muncul antara lain: meru- laku yang lebih baik, menenangkan pikiran dan tubuh
sak, menghindar, membantah, berkata kotor, menghi- sehingga merasa lebih baik, berpikir lebih jelas dan
na, menunda-nunda penyelesaian tugas sekolah, ma- membantu membuat keputusan yang tepat.
las sekolah, dan terlibat dalam kegiatan mencari kese- Tujuan mengajarkan teknik self-instruction ini
nangan secara berlebih-lebihan dan beresiko. adalah agar: 1) siswa memiliki kesadaran terhadap
Ketika orang dewasa mengalami stres, ia akan stres yang dirasakannya, situasi, dan pikiran-pikiran
menghubungi orang-orang terdekatnya, mengikuti se- yang menyebabkan munculnya stres, reaksi tubuh,
minar-seminar, dan rekreasi, bahkan menghubungi dan perilaku yang ditunjukkan ketika stres; 2) siswa
jasa profesional seperti psikolog, psikiater untuk mem- mengetahui cara mengelola stres dengan merubah
bantunya mencari jalan keluar dari stres yang dihada- pola verbalisasi, merubah pikiran negatif menjadi posi-
pinya. Berbeda dengan siswa yang mengalami stres, tif; dan 3) siswa mampu mempersiapkan mental dan
karena pengetahuan dan pengalaman dalam mengha- perasaan agar secara mandiri dapat mengelola stres
dapi stres masih sangat minim, mereka biasanya tidak dengan efektif (Rutter dan Taylor dalam Smet, 1994:
tahu harus berbuat apa. 146).
Ketika seseorang mengalami situasi atau kondisi Ketika siswa merasakan ancaman, kemudian
yang menimbulkan stres, secara alamiah mereka akan dirinya mampu mengendalikan pikiran negatifnya de-
berusaha untuk mengatasinya dengan menggunakan ngan terus menerus meningkatkan positive self-
sejumlah perilaku tertentu baik secara positif maupun statement, maka secara otomatis ia akan mengarah-
negatif (Cooper & Davidson, 1991; Feldman, 1997; kan pikiran, perasaan, dan tingkah lakunya ke arah
Lazarus, 1976). Usaha yang dipilih untuk mengendali- yang lebih positif. Jika siswa berhasil dengan efektif
kan stres disebut dengan Coping (Anshel & Delany, mengendalikan situasi yang dinilai menekan (stres)
2001; Lazarus & Folkman, 1984; Skinner & Zimmer- melalui pengelolaan pikiran-pikiran yang positif, maka
Gembeck, 1998). Coping merupakan usaha untuk dampak negatif dari stres dapat dikurangi (Meichen-
mengelola situasi yang menekan atau intensitas keja- baum dalam Kanfer, 1986).
dian yang ditanggapi sebagai situasi yang menekan Langkah awal yang perlu dilakukan oleh konse-
(Lazarus & Folkman, 1984). Jika berhasil secara e- lor dalam teknik self-instruction adalah menumbuh-
fektif mengendalikan situasi yang dinilai menekan, kan kesadaran diri siswa terhadap penyebab dan
maka dampak negatif dari stres dapat dikurangi seca- dampak masalah yang dihadapinya. Setelah siswa
ra maksimal. memiliki kesadaran untuk memperbaiki diri karena
Efektif atau tidaknya usaha untuk mengendali- masalah yang dihadapi membawa dampak yang ne-
kan dan mengurangi situasi yang menekan (coping) gatif, konselor akan mengajarkan pada siswa bagai-
sangat tergantung bagaimana kualitas penilaian sub- mana cara mereka berpikir, merasa, dan bertindak,
jektif yang positif mampu mendominasi pikiran dan serta bagaimana akibatnya terhadap orang lain mela-
perasaan. Jika penilaian subjektif yang positif mendo- lui dialog internal (Meichenbaum dalam Shraf, 2004)
276 JURNAL PENDIDIKAN HUMANIORA, HAL 273-282

Intervensi dengan teknik self-instruction, dia- ject research. Simbol yang ditunjukkan dalam desain
wali dengan: 1) mempersiapkan diri konselor yang ini adalah A-B1-B2-B3 atau A-B-C-D. Multiple
akan berperan sebagai model. Konselor akan mem- treatment design yang diadaptasi untuk penelitian
berikan contoh atau model kepada siswa tentang sua- ini memiliki empat tahap, yaitu: A (baseline) sebagai
tu instruksi (apa yang harus dilakukan) pada diri sen- tahap untuk mengumpulkan data tentang perilaku tar-
diri untuk melaksanakan suatu tugas. Instruksi ini diu- get subjek sebelum perlakuan. Alat pengumpulan data
capkan secara overt, faded, dan covert; 2) konselor yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan
mengarahkan siswa untuk melakukan komunikasi de- lembar pantau diri; B (intervensi 1) adalah tahap
ngan diri sendiri melalui dialog internal (self talk), pemberian intervensi dengan teknik self-instruction;
mengarahkan diri untuk merubah instruksi yang dibe- C (intervensi 2) dimana subjek akan diminta mela-
rikan kepada diri mereka sendiri agar mau mengatasi porkan hasil lembar pantau diri secara berkala; dan
masalah secara lebih efektif; 3) konselor dapat D (intervensi 3) merupakan tahap pemberian konse-
menggunakan berbagai strategi seperti: modelling, ling kelompok.
rehearsal, verbal cueing, role-playing, thought Beberapa intervensi yang diberikan pada subjek
stopping, dan sub-vocalization dalam teknik self- sengaja diberikan untuk membuktikan bahwa peru-
instruction (Freeman & Dattillo dalam Escamillia, bahan yang terjadi pada subjek tidak disebabkan oleh
2000). faktor lain selain variabel independen (Barlow & Hay-
Penurunan tingkat stres akademik siswa setelah es, 1979). Tujuan mengadaptasi dan menggunakan
mendapat intervensi dengan teknik self-instruction multiple treatment design ini adalah untuk mengon-
dapat dilihat dari kemampuannya dalam merubah pe- trol dan menentukan bahwa penerapan perlakuan de-
nilaian diri yang negatif, yang telah mempengaruhi ngan memberikan teknik self-instruction telah me-
pikiran, perasaan, dan reaksi fisiknya dalam: 1) mem- nyebabkan terjadinya penurunan tingkat stres akade-
berikan respon dalam bentuk pernyataan atau ung- mik siswa.
kapan yang menggambarkan penilaian terhadap diri Subjek penelitian dipilih secara purposive de-
dan lingkungannya; 2) menyampaikan pertanyaan, ngan mengelompokkan siswa kelas XI SMA Labora-
mengklarifikasi pada orang lain, dan ketika meminta torium UM yang memiliki skor stres tinggi, sedang,
penjelasan tentang sesuatu. Pernyataan dan sikap rendah. Dari hasil analisa Skala Stres Akademik
yang tunjukkan siswa akan menjadi alat ukur, sebera- ditemukan 33 siswa yang memiliki skor stres tinggi,
pa jauh memampuan mereka mampu mengelola pi- tapi hanya 16 siswa diantaranya yang direkomendasi
kiran negatifnya menjadi lebih positif; 3) setelah me- konselor untuk ditindaklanjuti. Setelah dilakukan peng-
reka memiliki konsep dan pemahaman yang baru dari ukuran dengan rubrik penilaian, amati dan diwawan-
informasi yang telah mereka peroleh, maka wujud carai, ditemukan 3 orang siswa yang memenuhi krite-
dari pemahaman baru yang telah mereka peroleh ria stres akademik dalam penelitian ini. Pada 3 subjek
akan diapresiasikan dalam bentukan tindakan. Positif tersebut stres akademik yang ditunjukkan adalah keti-
atau negatif tindakan yang mereka lakukan akan dakmampuan mereka dalam mengendalikan pikiran,
mencerminkan sejauhmana pikiran-pikiran positif perasaan, dan reaksi fisiknya ketika: 1) menyampai-
yang mereka peroleh melalui pengalaman belajarnya kan pendapat, menjawab, menjelaskan, 2) mengum-
dengan teknik self-instruction, dapat mempengaruhi pulkan informasi dengan bertanya, meminta penjelas-
tingkah lakunya. an, atau mengklarifikasi, dan 3) melakukan tindakan
Tahap-tahap intervensi yang akan digunakan yang positif, dalam memenuhi tuntutan akademiknya.
dalam penelitian ini mengadaptasi dari tahap intervensi Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh dari
yang dilakukan oleh Meichenbaum (Martin & Pear, suatu perlakuan terhadap target behavior yang telah
2003), yaitu: 1) identifikasi negative thoughts ; 2) ditetapkan, peneliti menggunakan analisa visual grafis
mengubah negative thoughts dengan positive self- dan analisa deskriptif. Analisa ini digunakan untuk
statement; 3) merumuskan tingkah laku baru yang menggambarkan proses: 1) peningkatan kemampuan
diinginkan; 4) merumuskan self-reinforcement subjek penelitian dalam merubah pikiran, perasaan,
reaksi fisik, dan tingkah lakunya yang negatif menjadi
lebih positif dalam tiap-tiap tahap; dan 2) usaha yang
METODE dilakukan subjek penelitian untuk menurunkan stres
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini akademiknya, dengan mengarahkan pikiran, perasa-
mengadaptasi multiple treatment dalam single sub- an, reaksi fisiknya yang negatif ketika menyampaikan
pendapat, mengumpulkan informasi dari orang lain,

Volume 2, Nomor 3, September 2014


Nurmaliyah, Menurunkan Stres Akademik Siswa dengan Menggunakan ... 277

dan melakukan tindakan, menjadi lebih positif, terha- subjek pada tahap baseline (A) berada pada kategori
dap tuntutan akademiknya di kelas dan di sekolah. rendah. Kriteria rendah ini berarti subjek belum dapat
mengintegrasikan aspek pikiran, perasaan, tingkah
laku, dan reaksi fisik secara positif dalam menyam-
HASIL paikan pendapat.
Meningkatnya kemampuan menurunkan tingkat Pada gambar 1 juga dapat diketahui terjadinya
stres akademik yang dialami subjek penelitian telah peningkatan pada tahap intervensi pertama (B). Ke-
menumbuhkan kepekaan pada diri mereka untuk me- mampuan pada diri subjek dari negatif secara berta-
ngenali pikiran, perasaan, tingkah laku dan reaksi fi- hap meningkat menjadi lebih positif dengan kisaran
siknya yang positif maupun negatif. Sehingga setelah skor antara 0 - 6 dengan rata-rata 3,6. Artinya skor
mereka mengenali pikiran-pikirannya, secara berta- rata-rata kemampuan menyampaikan pendapat dari
hap mereka memperbaiki penilaian negatifnya de- 3 subjek pada tahap intervensi pertama (B) berada
ngan terus melakukan verbalisasi diri yang positif. pada kategori sedang.
Peningkatan kemampuan tersebut dapat dilihat dalam Tahap intervensi ketiga (C) juga digambarkan
Gambar 1. terjadi peningkatan kemampuan pada diri subjek pe-
Pada gambar 1 terdapat 3 grafik yang meng- nelitian. Skor yang dapat diberikan siswa antara 4 -
gambarkan kemampuan menyampaikan pendapat 8 dengan rata-rata skor 6,1. Skor rata-rata kemampu-
dari ketiga subjek. Dari gambar tersebut dapat diketa- an ketiga subjek pada tahap intervensi ketiga (C)
hui, bahwa pada tahap baseline (A) semua subjek berada pada kategori tinggi.
penelitian memiliki kemampuan merubah pikiran, Peningkatan juga terjadi pada tahap intervensi
perasaan, reaksi fisik, dan tingkahlakunya yang nega- ketiga (D), kemampuan subjek bertahan berkisar an-
tif menjadi lebih positif dalam menyampaikan penda- tara skor 1 hingga menjadi lebih positif dengan kisaran
pat pada tingkat rendah. Skor yang dicapai oleh se- skor antara 6 - 8 dengan rata-rata 7,3. Artinya skor
tiap subjek berada pada kisaran 0 - 1 dengan rata- rata-rata kemampuan merubah pikiran, perasaan, re-
rata 0,6. Artinya skor rata-rata kemampuan ketiga aksi fisik, dan tingkahlakunya yang negatif menjadi

Gambar 1. Kemampuan Menyampaikan Pendapat


278 JURNAL PENDIDIKAN HUMANIORA, HAL 273-282

lebih positif dalam menyampaikan pendapat dari 3 ke aspek pikiran, perasaan, tingkah laku, dan reaksi
subjek pada tahap intervensi ketiga (D) berada pada fisik secara positif.
kategori tinggi. Pada gambar 2 juga dapat diketahui terjadinya
Ketiga subjek mampu menunjukkan perubahan peningkatan pada tahap intervensi pertama (B). Ke-
kemampuan merubah pikiran, perasaan, reaksi fisik, mampuan subjek dari negatif secara bertahap me-
dan tingkahlakunya yang negatif menjadi lebih positif ningkat menjadi lebih positif dengan kisaran skor an-
dalam menyampaikan pendapat ke arah yang lebih tara 0 - 5 atau dengan rata-rata 2,7. Artinya skor ra-
positif daripada sebelumnya, dan dapat mencapai ta-rata kemampuan ketiga subjek pada tahap inter-
skor sedang dan tinggi. Peningkatan ini ditandai de- vensi pertama (B) berada pada kategori sedang.
ngan pernyataan, tindakan, dan reaksi fisik yang posi- Pada gambar 2 juga diketahui, bahwa pada tahap
tif dalam menyampaikan pendapat. Sehingga dapat intervensi kedua (C) terdapat peningkatan kemampu-
disimpulkan teknik self-instruction dapat meningkat- an ketiga subjek penelitian. Skor yang dapat diberikan
kan kemampuan menyampaikan pendapat ketika sub- siswa antara 4 - 7 atau dengan rata-rata 5,9. Artinya
jek mengalami stres akademik. skor rata-rata kemampuan ketiga subjek pada tahap
Gambar 2 terdapat grafik yang menunjukkan intervensi kedua (C) berada pada kategori tinggi.
kemampuan merubah pikiran, perasaan, reaksi fisik, Gambar 2 juga menjelaskan, bahwa pada tahap
dan tingkah lakunya yang negatif menjadi lebih positif intervensi ketiga (D) terdapat peningkatan kemam-
dalam mengumpulkan informasi. Dari gambar 2 dapat puan pada subjek penelitian. Skor yang dapat diberi-
diketahui, bahwa pada tahap baseline (A) semua kan siswa antara 4 - 8 atau dengan rata-rata 7,3.
subjek penelitian memiliki kemampuan yang rendah. Artinya skor rata-rata kemampuan ketiga subjek pa-
Skor yang dicapai oleh setiap subjek berada pada ki- da tahap intervensi ketiga (D) berada pada kategori
saran 0 - 1 atau dengan rata-rata 0,5. Artinya skor tinggi.
rata-rata kemampuan ketiga subjek pada tahap base- Pada tahap ini semua subjek telah mendapatkan
line (A) berada pada kategori rendah. Kriteria ren- intervensi dengan menggunakan teknik self-instruc-
dah ini berarti subjek belum dapat mengintegrasikan tion. Ketiga subjek mampu menunjukkan perubahan

Gambar 2. Kemampuan Mengumpulkan Informasi

Volume 2, Nomor 3, September 2014


Nurmaliyah, Menurunkan Stres Akademik Siswa dengan Menggunakan ... 279

kemampuan ke arah yang lebih positif daripada se- skor rata-rata kemampuan ketiga subjek pada tahap
belumnya, dan dapat mencapai skor sedang dan tinggi. intervensi pertama (B) berada pada kategori tinggi.
Peningkatan ini ditandai dengan pernyataan-pernya- Ketiga subjek secara bertahap mampu menun-
taan yang menunjukkan perubahan pikiran dan pera- jukkan perubahan kemampuan ke arah yang lebih
saan subjek, serta reaksi fisik dan tingkah lakunya positif daripada sebelumnya. Semua subjek dapat
yang menjadi lebih positif dalam mengumpulkan in- mencapai skor sedang dan tinggi, ditandai dengan
formasi. pernyataan, tindakan, dan reaksi fisik yang positif
Gambar 3 menunjukkan grafik perubahan ke- dalam melakukan tindakan yang positif.
mampuan merubah pikiran, perasaan, dan reaksi fi- Pada tahap intervensi kedua (C) juga digambar-
siknya yang negatif menjadi lebih positif dalam ber- kan terjadi peningkatan pada kemampuan subjek. Skor
tingkah laku pada ketiga subjek. Dari gambar 3 dapat yang dapat diberikan siswa antara 4 - 7 dengan rata-
diketahui, bahwa pada tahap baseline (A) semua rata 6,3. Artinya skor rata-rata kemampuan ketiga
subjek penelitian memiliki kemampuan pada tingkat subjek pada tahap intervensi kedua (C) berada pada
rendah. Hal ini dapat dilihat dari skor rata-rata yang kategori tinggi.
dicapai oleh setiap subjek berada pada kisaran 0 - 1 Gambar 3 juga menjelaskan, bahwa pada tahap
dengan rata-rata 0,6. Artinya skor rata-rata kemam- intervensi ketiga (D) terdapat peningkatan kemam-
puan ketiga subjek pada tahap baseline (A) berada puan ketiga subjek penelitian. Skor yang dapat diberi-
pada kategori tinggi. kan siswa antara 4 - 8 atau dengan rata-rata 7,1.
Pada gambar 3 juga dapat diketahui terjadinya Artinya skor rata-rata kemampuan ketiga subjek pa-
peningkatan pada tahap intervensi pertama (B). Ke- da tahap intervensi ketiga (D) berada pada kategori
mampuan merubah pikiran, perasaan, dan reaksi fi- tinggi.
siknya yang negatif menjadi lebih positif dalam ber- Hal ini dapat diartikan bahwa ketiga subjek mam-
tingkah laku pada ketiga subjek dari negatif secara pu mengubah pikiran negatifnya dengan membiasa-
bertahap meningkat menjadi lebih positif dengan ki- kan diri menyusun pernyataan-pernyataan positif keti-
saran skor antara 0 - 5 dengan rata-rata 3. Artinya ka melakukan tindakan positif, dan teknik self-in-

Gambar 3. Kemampuan Melakukan Tindakan Positif


280 JURNAL PENDIDIKAN HUMANIORA, HAL 273-282

struction dapat meningkatkan kemampuan merubah nyenangkan, dan 4) mempertahankan perilaku baru
pikiran, perasaan, dan reaksi fisiknya yang negatif yang lebih baik dengan memberi penguatan.
menjadi lebih positif dalam bertingkah laku pada ketiga Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh
subjek. Meichenbaum tersebut, peneliti menguji keefektifan
teknik self-instruction untuk menurunkan tingkat
stres akademik siswa, dan secara khusus tujuan pe-
PEMBAHASAN neliti membuktikan teknik self-instruction dalam me-
Ketika seseorang mengalami stres, seringkali ningkatkan kemampuan subjek merubah penilaian ne-
mengalami kesulitan mengendalikan perilakunya ka- gatif yang mempengaruhi pikiran, perasaan, dan
rena pikiran dan perasaannya terpusat pada stres reaksi fisiknya ketika: 1) menyampaikan pendapat;
yang dialaminya. Demikian pula dengan stres akade- 2) mengumpulkan informasi, dan 3) melakukan tin-
mik yang dialami siswa di sekolah. Beberapa kasus dakan.
yang dialami siswa di sekolah merupakan reaksi dari Ada empat tahap penelitian yang dilakukan un-
beban pikiran, dan perasaan siswa atas masalah yang tuk mengetahui sejauh mana peran teknik self-in-
dipersepsi negatif, sehingga siswa tidak mampu me- struction untuk menurunkan stres akademik siswa,
nyampaikan pendapat, mengumpulkan informasi dari yaitu: tahap baseline (A), tahap intervensi pertama
orang lain, dan bertingkah laku positif. Akibat dari (B), tahap intervensi kedua (C), dan tahap intervensi
ketidakmampuannya ini, siswa sulit mengenali masa- ketiga (D). Hasil penelitian menunjukkan adanya pe-
lah utama yang terjadi dalam dirinya, dan mengang- nurunan stres akademik, yang ditunjukkan dengan
gap orang lain atau lingkungannya sebagai penyebab peningkatan kemampuan menyampaikan pendapat,
masalah yang ia alami. mengumpulkan informasi, dan melakukan tindakan
Stres tidak dapat dipisahkan dari setiap aspek positif pada diri subjek dibandingkan sebelum mereka
kehidupan. Stres merupakan masalah emosional yang menerima perlakuan.
dapat dialami oleh siapa saja dalam bentuk tertentu, Penelitian ini menghasilkan implikasi teoritik.
dalam kadar berat ringan yang berbeda. Stres dapat Pertama, dari hasil temuan penelitian ini menunjukkan
terjadi karena berkembangnya persepsi seseorang bahwa stres akademik yang dialami subjek penelitian
terhadap kemampuan diri dalam merespon sebuah diawali dari proses penilai subjektif yang negatif yang
situasi atau peristiwa. Sebuah situasi yang sama dapat mendominasi pikiran individu. Sehingga dapat dikata-
dinilai positif, netral, atau negatif oleh orang yang kan, stres adalah respon negatif seseorang terhadap
berbeda. Penilaian ini bersifat subjektif pada setiap stimulus yang menyebabkan timbulnya rasa tidak nya-
orang. Oleh karena itu, seseorang dapat merasa lebih man pada dirinya. Stimulus yang dihadapi subjek bia-
stres daripada yang lainnya walaupun mengalami ke- sanya berkaitan dengan motivasi yang ada dalam diri-
jadian yang sama. nya seperti; kebutuhan-kebutuhan, keinginan-keingin-
Menurut Mc Kay and Cox (1979), stres meru- an, dorongan-dorongan, harapan-harapan, dan seba-
pakan suatu gejala yang sangat individual. Stres meru- gainya.
pakan hasil penafsiran seseorang mengenai keterli- Kedua, sesuai dengan hasil temuan dalam peneli-
batannya di dalam lingkungan, baik secara fisik mau- tian ini menunjukkan, bahwa stres akademik yang
pun psikososial. Stres timbul sebagai akibat dari hasil dialami siswa diakibatkan dari cara ia menilai dan
ketidakseimbangan antara persepsi orang itu dengan memaknai situasi dan kondisi yang terjadi secara ne-
tuntutan luar. gatif. Pemaknaan yang terjadi dalam diri siswa dise-
Dengan menggunakan teknik self-instruction but dengan verbalisasi diri (Meichenbaum, 1993).
dari Meichenbaum (Martin & Pear, 2003), siswa dia- Apa yang dikatakan pada diri sendiri kemudian mem-
jarkan cara untuk: 1) mengenali pikiran-pikiran negatif berikan isyarat kepada reaksi tubuh dan tingkah laku.
yang dapat mempengaruhi tingkat stres akademik Karena pemaknaan tersebut sangat mempengaruhi
siswa dengan proses identifikasi pikiran negatif, dan reaksi tubuh dan tingkah laku ketika menghadapi situ-
2) setelah mengenali pikiran negatifnya, siswa diarah- asi dan kondisi yang memicu munculnya stres, maka
kan untuk merubah pikiran negatif itu menjadi pikiran diperlukan peningkatan kemampuan pada diri siswa
positif dengan melatih menyusun pernyataan-pernya- untuk dapat merubah proses penilaian atau pemberian
taan positif yang diucapkan secara lantang, pelan, makna tersebut agar memberi manfaat bagi diri dan
berbisik, atau dalam hati, 3) merumuskan perilaku lingkungannya.
baru untuk mengganti perilaku negatif yang tidak me- Di sinilah letak peran verbalisasi diri dalam
mengatasi stres yang dialami siswa. Melalui proses

Volume 2, Nomor 3, September 2014


Nurmaliyah, Menurunkan Stres Akademik Siswa dengan Menggunakan ... 281

menantang, menghentikan pikiran, dan mengubah sebut meningkatkan kesadarannya pada bentuk-ben-
pikiran-pikiran negatif, subjek menguji kemampuan tuk tingkah laku (bagaimana dia berpikir, merasakan,
penilaian atau pemberian makna terhadap situasi dan dan berperilaku). Bandura (1997) juga menyampai-
kondisi yang mereka hadapi. Dengan demikian dapat kan, bahwa kesadaran diri terhadap reaksi internal
dikatakan, bahwa penyebab utama munculnya stres merupakan langkah penting yang dapat mengarahkan
akademik pada siswa adalah bagaimana mereka seseorang mengontrol tingkah laku sehingga dapat
memberikan penilaian terhadap situasi dan kondisi mengidentifikasi lebih awal sensasi-sensasi, emosi,
yang dihadapinya, dan kemudian bagaimana kemam- dan perilaku untuk mencapai kesadaran diri tersebut.
puan dialog internal yang ada dalam dirinya mampu
mengalahkan pikiran-pikiran negatif tentang situasi
dan kondisi tersebut. SIMPULAN DAN SARAN
Hasil temuan penelitian adalah secara bertahap Simpulan
subjek dapat mengembangkan kemampuan membuat
verbalisasi diri baru yang dapat diukur dari kemampu- Setelah dilakukan analisis dengan menggunakan
an subjek menyampaikan pendapat, mengumpulkan analisis kuantitatif terhadap sejumlah data yang ter-
data, dan melakukan tindakan yang dapat dipertang- kumpul, hasil penelitian dapat disimpulkan, bahwa se-
gungjawabkan. Pada tahap awal sebelum diberi per- cara umum, teknik self-instruction dapat digunakan
lakuan, subjek belum dapat melakukan verbalisasi untuk menurunkan tingkat stres akademik siswa. Se-
diri dengan baik, sehingga kemampuan yang diharap- cara khusus, kemampuan merubah pikiran, perasaan,
kan muncul untuk mengetahui perubahan tingkat dan kodisi fisik yang negatif menjadi lebih positif keti-
stres yang dialaminya adalah negatif. Ketika mereka ka: a) menyampaikan pendapat; b) mengumpulkan
masuk dalam tahap intervensi, kemampuan itu secara informasi; dan c) melakukan tindakan setelah perla-
bertahap mengalami peningkatan, dan bertahan hing- kuan lebih tinggi dari pada sebelum diberi perlakuan
ga tahap akhir. Subjek mampu menunjukkan perubah- dengan menggunakan teknik self-instruction. Hal
an kemampuan menyampaikan pendapat, mengum- ini dapat diketahui dari perubahan yang ditunjukkan
pulkan data, dan lebih bertanggung jawab terhadap pada hasil observasi, wawancara, lembar pantau diri
tingkah lakunya. siswa, dan pernyataan-pernyataan yang subjek pene-
Kondisi ini menurut Sunanto (2005) karena sesi- litian ketika a) menyampaikan pendapat; b) mengum-
sesi awal perlakuan dimungkinkan subjek belum ber- pulkan informasi; dan c) melakukan tindakan.
adaptasi dengan tugas (task) yang diberikan. Namun
setelah beberapa sesi, kondisi menjadi stabil karena
Saran
diperkirakan telah terjadi proses adaptasi (penyesuai-
an). Terbukti, selama intervensi ini, ketiga subjek me- Berdasarkan hasil temuan dalam penelitian ini,
miliki kemampuan menyampaikan pendapatnya de- ada beberapa saran yang ditujukan kepada sekolah,
ngan lebih baik dan menggunakan pernyataan-per- konselor, dan peneliti selanjutnya, yaitu: a) penerapan
nyataan positif. teknik self-instruction untuk menurunkan tingkat
Ketiga, dari hasil temuan dalam penelitian ini stres akademik bukan hanya berimplikasi pada pema-
juga menunjukkan bahwa penurunan tingkat stres haman seorang konselor terhadap pendekatan teknik
akademik tidak hanya dibuktikan hanya dengan penu- self-instruction, tetapi juga menuntun konselor untuk
runan intensitas tingkah laku negatif dan kualitas per- memiliki kepribadian yang mampu menjadi model (sa-
nyataan yang disampaikan subjek penelitian. Karena, bar, empati, respek kepada orang lain; b) semakin
walaupun intensitas tingkah laku negatif dan subjek tinggi tuntutan kurikulum akan memberi dampak pada
penelitian mampu menyampaikan pernyataan dengan siswa. Tindakan preventif yang dapat dilakukan untuk
baik, belum dapat dikatakan tingkat stres akademik- mengurangi dampak negatif dari ketidakseimbangan
nya menurun. Dari hasil temuan dalam penelitian ini, antara tuntutan dan keinginan siswa, maka dibutuh-
kemampuan untuk menumbuhkan kesadaran diri dan kan perhatian dan dukungan dari sekolah dan keluarga
kemauan untuk melakukan perubahan dari dalam diri kepada siswa; c) stres adalah masalah emosi yang
subjek sangat dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang dapat terjadi pada siapa saja. Berat dan ringan kuali-
diinginkan, yaitu penurunan tingkat stres akademik. tas stres pada individu tidak dapat digeneralisasikan,
Hal ini sesuai dengan pendapat Meichenbaum mengingat banyak faktor yang mempengaruhinya.
(1986), bahwa seseorang tidak akan dapat mengubah Sehingga, penelitian tentang stres hendaknya dianalisa
atau mengendalikan tingkahlakunya tanpa orang ter- secara kuantitatif dan kualitatif; d) untuk mengem-
282 JURNAL PENDIDIKAN HUMANIORA, HAL 273-282

bangkan, memperkaya, dan memperluas teori tentang Heiman & Kariv. 2005. Task-Oriented versus Emotion-
menurunkan tingkat stres akademik siswa, diperlukan Oriented Coping Strategies: The Case of College
penelitian lanjutan dengan menggunakan setting yang Students. College Student Journal, 39 (1): 72-89.
berbeda, baik dari segi usia, wilayah, jenis kelamin, Kanfer, Goldstein, AP. 1986. Helping People Change. New
kepribadian, status sosial dan sebagainya. York: Pergamon Press.
Lazarus, R.S & Folkman, S., 1984. Stress, appraisal, and
coping. New York: Springer.
DAFTAR RUJUKAN Martin, G. & Pear, J. 2003. Behavior Modification : What
It Is and How To Do It. 7th ed. New Jersey: Pearson
Bandura, A. 1997. Self Efficacy: Toward a Unifiying Theory
Education International.
of Behavioral Change. Psychology Review, 84: 191-
215. Misra R, McKean M. 2000. College Students’ Academic
Stress and its Relation to Their Anxiety, Time
Barlow, D. H., & Hayes, S. C. 1979. Alternating treatments
Management, and Leisure Satisfaction, Am. J.
design: One strategy for comparing the effects of
Health Stud, 16(1): 41-51.
two treatments in a single subject. Journal of Ap-
Papalia D.E., Sally Wendkos Old S.W, & Ruth Duskin
plied Behavior Analysis, 12: 199-210.
Feldman. 2008. Human Development. Jakarta:
Beck, R. 1995. Cognitive-Behavior Therapy: Basic and
Beyond (2nd ed). New York: The Guilford Press. Kencana.
Santrock, J.W. 2003. Life-Span Development. Ninth
Beck, R., & , Judith S. 1998. Cognitive Behavioral Thera-
Edition. Boston: McGraw- Hill Companies.
py in the Treatment Inc., 95 Church Street, White
Selye, H. 1983. Guide to Stress. Volume 3. New York.
Plains, N.Y. 106001.
Shraf, David R. 2004. Behavior Modification, 5th edition,
Brannon, L.. & Feist, J. 2007. Health Psychology: An Intro-
duction to Behavior and Health. USA: Wads Thomson Wadsworth, USA.
Skinner, E., & Zimmer-Gembeck, M. 1998. Stress, Coping
worth.
and Relationships in Adolescence. Merrill-Palmer
Cooper, C.L. & Davidson, R. 1991. Personality and stress:
Quarterly, 44(1): 120.
individual differencesin the stress process. New
Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT Grasindo.
York: John Wiley and Sons Ltd.
Stallard, E. 2004. Health Psychology. New York: MC. Graw
Escamillia. 2000. Professional School Counseling A Hand-
book of theories, Programs and Practice. Hill Co.

Volume 2, Nomor 3, September 2014

You might also like