You are on page 1of 39

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat
derajat kesehatan perempuan, sampai saat ini masih tinggi di Indonesia dan jauh
berada di atas negara ASEAN lainnya. Angka kematian ibu berguna untuk
menggambarkan status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan serta
tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil pada saat melahirkan dan
masa nifas (Langelo, 2012).
Sekitar 800 wanita meninggal akibat kehamilan atau komplikasi pada saat
melahirkan di seluruh dunia setiap hari .sekitar 99 % terjadi di negara
berkembang . Komplikasi yang dapat terjadi sekitar 80% kematian ibu akibat
perdarahan, infeksi, tekanan darah tinggi selama kehamilan, dan aborsi yang tidak
aman (Lin, 2010).
Sepuluh juta wanita mengalami preeklamsia setiap tahun di seluruh dunia.
Di seluruh dunia terdapat 76.000 wanita hamil meninggal setiap tahun akibat
preeklamsia dan gangguan hipertensi (WHO, 2012).
Preeklamsia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas ibu dan
bayi di dunia khususnya negara-negara sedang berkembang frekuensi dilaporkan
berkisar antara 0,3% sampai 0,7 %, sedangkan di negara-negara maju angka
preeklamsia lebih kecil, yaitu 0,05% sampai 0,1% (Arianti, 2010).
Kematian ibu adalah kematian seorang wanita yang terjadi selama
kehamilan sampai dengan 42 hari setelah berakhirnya kehamilan tanpa
memperhatikan lama dan tempat terjadinya kehamilan, yang disebabkan oleh
kehamilannya atau penanganan kehamilannya, tetapi bukan karena kecelakaan.
Angka kematian ibu (AKI) adalah jumlah kematian ibu bersalin dan ditambah
jumlah kematian ibu nifas per 100.000 kelahiran hidup (KH). Angka kematian ibu
berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi
dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan
2

terutama untuk ibu hamil, melahirkan dan masa nifas (Dinas Kesehatan Provinsi
Sulawesi Tengah, 2014).
Posisi AKI Kota Palu lima tahun terakhir dari Tahun 2010 sebanyak
173/100.000 kelahiran hidup, tahun 2011 sebanyak 172/100.000 kelahiran hidup,
tahun 2012 sebanyak 102/100.000 kelahiran hidup, tahun 2013 sebanyak
165/100.000 kelahiran hidup, dengan melihat data ini, maka nampak kematian ibu
di Kota Palu berfluktuasi sedangkan tahun 2014 AKI sebesar 111/100.000
kelahiran hidup, mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Palu, kasus maternal (kematian ibu)
di Kota Palu tahun 2013, 41,66% akibat perdarahan, 33,33% akibat eklamsia dan
25,01% akibat faktor lain. Sedangkan pada tahun 2014, kasus maternal 25%
akibat eklamsia, 25% akibat ketuban pecah & ginjal, 13% akibat & jantung, 12%
akibat preeklamsia berat (PEB), dan 12% akibat ketuban pecah (Dinas Kesehatan
Kota Palu, 2014).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Undata Palu, kejadian preeklamsia pada tahun 2013 ditemukan sebanyak
90 kasus dan sebanyak 109 kasus pada tahun 2014 (Data Rumah Sakit Umum
Daerah Undata Palu, 2014).
Banyak faktor yang mempengaruhi kejadian preeklamsia, yang kemudian
dapat meningkatkan angka kejadian preeklamsia. Hal inilah yang mendasari
penulis untuk melakukan penelitian untuk mencari faktor-faktor yang
berhubungan dengan preeklamsia di RSUD Undata Palu pada tahun 2014.
B. Rumusan Masalah
Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berkaitan dengan kejadian
preeklamsia di RSUD Undata palu tahun 2014.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Menganalisis faktor resiko terjadinya preeklamsia di RSUD Undata Palu
tahun 2014.
2. Tujuan khusus
3

a. Untuk mengetahui adanya hubungan faktor umur ibu dengan kejadian


preeklamsia di RSUD Undata Palu tahun 2014
b. Untuk mengetahui adanya hubungan jumlah gravida dengan kejadian
preeklamsia di RSUD Undata Palu tahun 2014
c. Untuk mengetahui adanya hubungan jumlah paritas dengan kejadian
preeklamsia di RSUD Undata Palu tahun 2014
d. Untuk mengetahui adanya hubungan riwayat abortus dengan kejadian
preeklamsia di RSUD Undata Palu tahun 2014
e. Untuk mengetahui adanya hubungan berat bayi lahir dengan kejadian
preeklamsia di RSUD Undata Palu tahun 2014

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademik/Ilmiah
Memperoleh pembuktian teori tentang faktor-faktor determinan terjadinya
preeklamsia
2. Bagi Peneliti
Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang kesehatan
reproduksi agar preeklamsia dapat dideteksi lebih dini dan menambah
pengalaman dalam penelitian kesehatan
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai data awal untuk dapat dijadikan sebagai bahan penelitian lebih
lanjut oleh peneliti lain
4. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian dapat digunakan untuk memberikan pengetahuan pada
masyarakat mengenai salah satu faktor risiko terjadinya preeklamsia agar
nantinya lebih waspada dalam melaksanakan pelayanan antenatal selama
kehamilan dan memotivasi ibu hamil untuk memperhatikan pertambahan
berat badan selama kehamilan dan mempertahankan kesehatan ibu hamil.
Selain itu dapat dijadikan pertimbangan bagi masyarakat dalam
mengantisipasi preeklamsia.
4

E. Keaslian Penelitian
Terdapat beberapa penelitian yang berkaitan dengan preeklamsia dan
faktor resikonnya. Beberapa hasil suatu kajian dan penelitian terdahulu yang
sedikit banyak dapat mendukung dalam penelitian ini. Rozikhan (2007) telah
melakukan penelitian case control terkait faktor-faktor risiko terjadinya
preeklamsia berat menemukan bahwa variable yang menjadi risiko antara lain
ialah riwayat preeklamsia, faktor keturunan, dan status gravidarum.
Perbedaan antara penelitian yang dilakukan sebelumnya dengan penelitian
yang dilakukan peneliti saat ini adalah terletak pada faktor-faktor yang akan
diteliti dan tempat penelitian
Adapun penelitian yang menghubungkan anatara umur ibu hamil dengan
kejadian preeklamsia. Juraij (2012) dengan jenis penelitian survey analitik dengan
pendekatan cross sectional melihat hubungan antara umur ibu hamil dengan
kejadian preeklamsia. Penelitian ini menarik kesimpulan bahwa terdapat
hubungan yang bermakna antara umur ibu hamil dengan kejadian preeklamsia.
Perbedaan antara penelitian yang dilakukan sebelumnya dengan yang akan
peneliti lakukan saat ini yaitu terletak pada variabel,subjek, tempat dilakukannya
penelitian, jumlah sampel yang diteliti, dan waktu dilakukan penelitian.
Denantika, O. et al (2015) “ Hubungan Status Gravida dan Usia Ibu
Terhadap Kejadian Preeklamsia di RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2012-
2013”. Kesimpulannya terdapat hubungan yang bermakna antara status gravida
dengan kejadian preeklamsia, dimana primigravida mempunyai kecenderungan
untuk menderita preeklamsia daripada multigravida. Terdapat hubungan yang
bermakna antara usia ibu dengan kejadian preeklamsia, dimana ibu hamil yang
berusia dalam kategori usia risiko tinggi mempunyai kecenderungan untuk
menderita preeklamsia daripada ibu yang berusia dalam kategori usia risiko
rendah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan saat ini, memiliki perbedaan
dengan penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya, yakni pada variabel yang di
teliti, rancangan penelitian yang digunakan, serta waktu dan lokasi penelitian.
5

Windaryani, Y. et al (2013) “ Hubungan Antara Primigravida /


Multigravida Dengan Angka Kejadian Preeklamsia / Eklamsia Di RSKDIA Siti
Fatimah Makassar”. Kesimpulannya ada hubungan yang bermakna antara
primigravida dengan angka kejadian preeklamsia / eklamsia di RSKDIA Siti
Fatimah dengan nilai X2 = 2,379 dengan nilai signifikan P = 0,023. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan saat ini, memiliki perbedaan dengan penelitian yang
telah dipaparkan sebelumnya, yakni pada variabel yang di teliti, rancangan
penelitian yang digunakan, serta waktu dan lokasi penelitian.
6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka
2.1.Definisi Hipertensi
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik
sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolic sedikitnya 90 mmHg.
Perjalanan penyakit hipertensi sangat perlahan. Penderita hipertensi
mungkin tak menunjukkan gejala selama bertahun-tahun. Masa laten ini
mengikuti perkembangan penyakit sampai terjadi kerusakan organ yang
bermakna. Bila terdapat gejala maka biasanya bersifat non-spesifik,
misalnya sakit kepala atau pusing. Apabila hipertensi tetap tidak diketahui
dan tidak dirawat, mengakibatkan kematian karena infark miokardium,
stroke, serta gagal ginjal. Namun deteksi dini dan perawatan hipertensi
yang efektif dapat menurunkan jumlah morbiditas dan mortalitas. Dengan
demikian, pemeriksaan tekanan darah secara teratur mempunyai arti
penting dalam perawatan hipertensi (Price & Wilson, 2005).
Penyebab hipertensi tidak diketahui pada sekitar 95% kasus.
Bentuk hipertensi idiopatik disebut hipertensi primer atrau esensial.
Pathogenesis pasti tampaknya sangat kompleks dengan interaksi dari
berbagai variable. Mungkin pula ada predisposisi genetic. Mekanisme lain
yang dikemukakan mencakup perubahan-perubahan berikut : (1) Ekskresi
natrium dan air oleh ginjal, (2) kepekatan baroreseptor, (3) respon
vascular, dan (4) Sekresi renin. Lima persen penyakit hipertensi terjadi
sekunder akibat proses penyakit lain seperti penyakit parenkim ginjal
(Price & Wilson, 2005).

2.2. Definisi Kehamilan


Kehamilan adalah salah satu tugas perkembangan yang
didambakan oleh sebagian besar perempuan dewasa dini yang telah
memasuki kehidupan berumah tangga. Menurut Kartono perempuan yang
7

sedang hamil merasa bangga akan kesuburan, dan berbahagia menyambut


kelahiran anaknya. Biasanya calon ibu akan mengembangkan mekanisme
kepuasan dan kebanggaan jika kehamilan tersebut merupakan yang
pertama kali, karena ia bias memenuhi tugas kewajiban sebagai perempuan
dan sebagai penerus generasi (Sari, 2012).

2.3. Hipertensi Dalam Kehamilan


Hipertensi pada kehamilan merupakan penyebab utama
peningkatan morbiditas dan mortalitas maternal, janin, dan neonates.
Perempuan hamil dengan hipertensi mempunyai resiko yang tinggi untuk
komplikasi yang berat seperti abruption plasenta, penyakit
serebrovaskular , gagal organ, koagulasi intravascular (Sudoyo, 2010).
Pada penelitian observasi pasien hipertensi kronik yang ringan
didapatkan resiko kehamilan sebagai berikut : preeklamsia 10-25% ,
abruption 0,7-1,5%, kelahiran premature kurang dari 37 minggu 12-34%
dan hambatan pertumbuhan janin 8-16% (Sudoyo, 2010).
Klasifikasi yang dipakai di Indonesia adalah berdasarkan report of
the National High Blood Pressure Education Program Working Group on
High Blood Pressure in Pregnancy adalah :
1) Preeklamsia adalah hipertensi (140/90 mmHg) dan proteinuria
(>300mg/24 jam urin) yang terjadi setelah kehamilan 20 minggu pada
perempuan yang sebelumnya normotensi
2) Hipertensi kronik didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik lebih atau
sama dengan 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolic lebih dari 90
mmHg yang telah ada sebelum kehamilan, pada saat kehamilan 20
minggu yang bertahan sampai lebih dari 20 minggu pasca partus.
3) Preeklamsia pada hipertensi kronik adalah hipertensi pada perempuan
hamil yang kemudian mengalami proteinuria, atau pada yang
sebelumnya sudah ada hipertensi dan proteinuria, adanya kenaikan
mendadak tekanan darah atau proteinuria , trombositopenia, atau
peningkatan enzim hati.
8

4) Hipertensi gestasional atau yang sesaat dapat terjadi pada saat


kehamilan 20 minggu tetapi tanpa proteinuria. Pada perkembangannya
dapat terjadi proteinuria sehingga dianggap sebagai preeklamsia.
Kemudian dapat juga keadaan ini berlanjut menjadi hipertensi kronik
(Sudoyo, 2010).

2.4. Preeklamsia
a. Definisi
Preeklamsia merupakan suatu sindroma yang terjadi pada usia
kehamilan diatas 20 minggu pada wanita yang sebelumnya
normotensi. Ditandai dengan peningkatan tekanan darah sistolik > 140
mmHg atau tekanan darah diastolic >90 mmHg dan disertai dengan
proteinuria (Lukas, 2014).
Preeklamsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat
terjadi ante, intra, dan antepartum (Prawirohardjo, 2009).
Preeklamsia dan eklamsia merupakan kesatuan penyakit yang
langsung disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum
jelas. Selain infeksi dan perdarahan, preeklamsia dan eklamsia
merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal yang paling
penting (Hanum, 2013).
b. Epidemimologi
Preeklamsia mempengaruhi 3-5% wanita hamil diseluruh dunia
dan diperkirakan sekitar 76.000 wanita meninggal setiap tahun karena
preeklamsia. Di Indonesia angka kejadian preeklamsia berkisar antara
3,5 %-8,5% dari seluruh kehamilan dengan angka kematian maternal
akibat preeklamsia berat adalah 9,8-25%. Angka kematian maternal
akibat preeklamsia berkisar antara 30-40% dari seluruh kematian
maternal sedangkan angka kematian perinatal berkisar antara 30-50%
(Lukas, 2014).
9

c. Etiologi
Penyebab preeklamsia belum diketahui sampai sekarang secara
pasti, bukan hanya satu factor melainkan beberapa factor dan besarnya
kemungkinan preeklamsia akan menimbulkan komplikasi yang dapat
berakhir dengan kematian. Akan tetapi untuk mendeteksi preeklamsia
sedini mungkin dengan melalui antenatal secara teratur mulai
trimester I sampai dengan trimester III dalam upaya mencegah
preeklamsia menjadi lebih berat (Manuaba, 2008).
Penyebab preeklamsia masih belum diketahui, namun telah ada
sejumlah teori yang berkembang dan menunjukkan hubungan
penyebab terjadinya preeklamsia. Teori-teori tersebut mencakup
adanya respon abnormal imunologis ibu terhadap alograf janin,
abnormalitas genetik yang mendasari, ketidakseimbangan kaskade
prostanoid dan adanya toksik dan atau vasokontriktor endogen dalam
aliran darah (Norwitz & Schorge, 2008).
d. Klasifikasi
1) Preeklamsia ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut :
a. Tekanan darah 140/90 mmHg, atau kenaikan diastolic 15
mmHg atau lebih atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih
pada usia kehamilan di atas 20 minggu dengan riwayat tekanan
darah sebelumnya normal.
b. Proteinuria ≥ 0,3 gr per liter atau kuantitatif 1+ atau 2+ pada
urine kateter atau midstream (Manuaba, 2008).
2) Preeklamsia Berat, bila disertai keadaan sebagai berikut :
a. Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih
b. Proteinuria 5gr per liter atau lebih dalam 24 jam atau
kuantitatif 3+ atau 4+
c. Oligouri, yaitu jumlahurine <400 cc per 24 jam
d. Adanya gangguan serebral, gangguan penglihatan, dan rasa
nyeri di epigastrium
e. Terdapat edema paru dan sianosis
10

f. Trombositopenia
g. Gangguan fungsi hati
h. Pertumbuhan janin terhambat (Manuaba, 2008).
i. Faktor Resiko
Preeklamsia merupakan salah satu penyulit kehamilan yang belum
diketahui dengan pasti penyebabnya. Tetapi beberapa penelitian
menyimpulkan beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya
preeklamsia, antara lain :
1) Faktor genetik
Sebuah riwayat pribadi maupun riwayat keluarga dengan
preeklamsia meningkatkan resiko terjadinya kondisi ini. Wanita
dengan preeklamsia 2,3 kali lebih mungkin untuk memiliki adik
yang memiliki preeklamsia, sedangkan mereka dengan hipertensi
gestasional adalah 1,6 kali lebih cenderung memiliki saudara
perempuan dengan hipertensi gestasional (Indriani, 2012).
2) Faktor imunologis
Beberapa penelitian menemukan bahwa durasi hubugan
seksual prakonsepsi dan jumlah unprotected intercourse
berbanding terbalik dengan kejadian preeklamsia/eklamsia. Bila
unprotected intercourse jarang dan tidak lama durasinya maka akan
meningkatkan resiko terjadinya preeklamsia/eklamsia. Hipotesis
yang popular saat ini adalah hipotesis gangguan adaptasi
imunologis. Janin mengandung antigen dari ayahnya yang asing
bagi ibu yang sedang hamil tersebut. Dukungan terhadap teori ini
datang dari studi epidemiologi yang memperlihatkan dampak dari
berganti pasangan dan inserminasi dari donasi (Indriani, 2012).
3) Faktor graviditas
Suatu gravidarum merupakan factor resiko yang berkaitan
dengan timbulnya preeklamsia. Frekuensinya lebih tinggi terjadi
pada primigravida daripada multigravida. Hubungan antara
primipara dan preeklamsia begitu diterima secara luas merupakan
11

inti dari beberapa teori patofisiologi. Sebagai contoh, telah


diusulkan bahwa preeklamsia konsekuensi dari reaksi kekebalan
ibu terhadap antigen ayah dinyatakan dalam plasenta dan bahwa
reaksi ini mungkin mengakibatkan invasi trofoblas rusak dan
selanjutnya terjadi disfungsi plasenta. Semakin rendah resiko
preeklamsia antara multipara wanita telah dikaitkan dengan
desensitisasi setelah paparan antigen ayah dalam plasenta selama
kehamilan (Indriani, 2012).
4) Faktor umur
Usia ibu hamil yang ekstrim (terlalu muda maupun terlalu
tua) merupakan salah satu faktor resiko terjadinya preeklamsia.
Usia 20-30 tahun adalah periode paling aman untuk
hamil/melahirkan. Usia yang rentan terkena preeklamsia adalah
usia <18 atau >35 tahun. Pada usia <18 taun, keadaan alat
reproduksi belum siap untuk menerima kehamilan. Hal ini akan
meningkatkan terjadinya keracunan kehamilan dalam bentuk
preeklamsia dan eklamsia (Manuaba, 2008).
5) Faktor Usia gestasi
Preeklamsia paling sering ditemukan pada usia kehamilan
lebih dari 37 minggu atau kurang dari 37 minggu tetapi dapat pula
berkembang sebelum saat tersebut pada penyakit trofoblastik
(Indriani, 2012).
6) Faktor Indeks Massa Tubuh
Sudah diketahui secara umum bahwa wanita obesitas
mempunyai resiko mengalami preeklamsia/eklamsia 3 ½ kali lebih
tinggi dibandingkan dengan wanita yang berat badannya ideal atau
kurus (Indriani, 2012).
7) Faktor bayi
Insidens preeklamsia tiga kali lebih tinggi pada kehamilan
kembar dibandingkan dengan kehamilan tunggal (Indriani, 2012).
8) Riwayat preeklamsia Sebelumnya
12

Risiko preeklamsia sebesar 14,7 % pada kehamilan kedua


bagi wanita yang mengalami preeklamsia pada kehamilan pertama
mereka dan 31,9% untuk wanita yang telah memiliki preeklamsia
pada dua kehamilan sebelumnya (Indriani, 2012).
9) Tingkat pendidikan
Hasil penelitian Agung Supriandono dan Sulchan sofoewan
yang menyebutkan bahwa 80 (49,7%) kasus preeklamsia berat
mempunyai lama pendidikan kurang dari 12 tahun, dan 72 (44,2%)
kasus bukan preeklamsia berat dengan lama pendidikan yang sama
(Indriani, 2012).
10) Pekerjaan
Aktifitas pekerjaan seseorang dapat mempengaruhi kerja otot
dan peredaran darah. Begitu juga bila terjadi pada seorang ibu
hamil, dimana peredaran darah dalam tubuh dapat terjadi
perubahan seiring dengan bertambahnya usia kehamilan akibat
adanya tekanan dari pembesaran Rahim. Semakin bertambahnya
usia kehamilan akan berdampak pada konsekuensi kerja jantung
yang semakin bertambah dalam rangka memenuhi kebutuhan
selama proses kehamilan. Oleh karenanya pekerjaan tetap
dilakukan, asalkan tidak terlalu berat dan melelahkan seperti
pegawai kantor, administrasi perusahaan atau mengajar. Semuanya
untuk kelancaran peredaran darah dalam tubuh sehingga
mempunyai harapan akan terhindar dari preeklamsia (Indriani,
2012).
f. Patofisiologi
Kelainan patofisiologi yang mendasari preklamsia pada umumnya
karena vasospasme. Peningkatan tekanan darah dapat ditimbulkan
oleh peningkatan cardiac output dan resistensi sistem pembuluh darah.
Cardiac output pada pasien dengan preeklamsia tidak terlalu berbeda
pada kehamilan normal di trimester terakhir kehamilan yang
disesuaikan dari usia kehamilan. Bagaimanapun juga resistensi sistem
13

pembuluh darah pada umumnya diperbaiki. Aliran darah renal dan


angka filtrasi glomerulus (GFR) pada pasien preeklamsia/eklamsia
lebih rendah dibandingkan pada pasien dengan kehamilan normal
dengan usia kehamilan yang sama. Penurunan aliran darah renal
diakibatkan oleh konstriksi di pembuluh darah afferen yang dapat
mengakibatkan kerusakkan membran glomerulus dan kemudian
meningkatkan permeabilitas terhadap protein yang berakibat
proteinuria. Oliguria yang diakibatkan karena vasokontriksi renal dan
penurunan GFR. Resistensi vaskular cerebral selalu tinggi pada pasien
preeklamsia. Pada pasien hipertensi tanpa kejang, aliran darah cerebral
mungkin bertahan sampai batas normal sebagai hasil fenomena
autoregulasi. Pada pasien dengan kejang, aliran darah cerebral dan
konsumsi oksigen lebih sedikit dibandingkan dengan wanita hamil
biasa dan terdapat penurunan aliran darah dan peningkatan tahanan
vaskuler pada sirkulasi uteroplasental pada pasien preeklamsia
(Castro, 2010).
j. Komplikasi Preeklamsia
Kondisi bayi pada saat kehamilan sampai pada waktu persalinan
juga dipengaruhi oleh preeklamsia. Bayi akan lahir dengan berat
badan lahir rendah (BBLR) karena preeklamsia mengurangi pasokan
darah melalui plasenta (Prawirohardjo, 2009).
Beberapa komplikasi preeklamsia menurut Norwitz dan Schorge
(2008) antara lain :
o Hipertensi tak terkontrol
o HELLP (Hemolysis, elevated liver enzyme, low platelet count)
o Cedera hepatoseluler
o Gagal hati
o Ruptur hati
o Edema paru
o Aspirasi bronkial
o Gagal ginjal (1,8 %)
14

o Oliguria
o Pertumbuhan janin terhambat (PJT)
o Oligohidramnion
o Infark plasenta
o Prematuritas
o Perdarahan paska persalinan
o Tingkat kekambuhan untuk eklamsia adalah 10 %
o Persalinan preterm
o Peningkatan mortalitas perinatal
o Stroke pada ibu
o Kematian ibu
h. Pencegahan
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti,
mengenali tanda-tanda bahaya sedini mungkin, lalu diberikan
pengobatan yang cukup supaya penyakit tidak menjadi lebih berat,
selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya preeklamsia apabila
terdapat factor predisposisi, berikan penyuluhan tentang manfaat
istirahat dan tidur, ketenangan, serta pentingnya mengatur diet rendah
garam, lemak, serta karbohidrat, juga menjaga kenaikan berat badan
berlebihan (Indriani,2012).
i. Penanganan
Menurut prawirohardjo (2009), adapun penanganan yang dapat
dilakukan sebagai berikut .
a) Preeklamsia Ringan
Jika kehamilan <37 minggu dan tidak ada tanda-tanda perbaikan,
maka perlu dilakukan penilaian dua kali seminggu secara rawat
jalan :
1) Memantau tekanan darah, proteinuria, reflek dan kondisi
janin
2) Lebih banyak beristirahat
3) Melakukan diet
15

4) Tidak perlu memberi obat-obatan


5) Jika rawat jalan tidak mungkin, merawat di rumah sakit :
a. Diet biasa
b. Memantau tekanan darah 2x sehari, proteinuria 1x
sehari
c. Tidak perlu memberikan obat-obatan
d. Tidak perlu diuretic, kecuali jika terdapat edema paru,
dekompensasi kordis atau gagal ginjal akut
e. Jika tekanan diastolic turun sampai normal pasien dapat
dipulangkan. Jika tekanan diastolic naik lagi pasien
rawat kembali
f. Jika tidak ada tanda-tanda perbaikan, pasien tetap
dirawat
g. Jika terdapat tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat,
pertimbangkan terminasi kehamilan
h. Jika proteinuria meningkat, ditangani sebagai
preeklamsia berat.
Jika kehamilan >37 minggu, pertimbangkan terminasi :
1) Jika serviks matang, melakukan induksi dengan
oksitosin 5 IU dalam 500 ml dextrose IV 10 tetes/menit
atau dengan prostaglandin.
2) Jika serviks belum matang, memberikan prostaglandin ,
misoprostol atau kateter foley, atau terminasi dengan
seksio sesarea (Prawirohardjo, 2009).
b) Preeklamsia Berat
1) Penanganan umum
 Jika tekanan diastolic >110 mmHg berikan antihipertensi
sampai tekanan diastolic di antara 90-110 mmHg
 Pasang infus Ringer Laktat
 Ukur keseimbangan cairan
16

 Kateterisasi urin untuk pengeluaran volume dan


proteinuria
 Jika jumlah urin <30 ml per jam :
 Infus cairan dipertahankan 1 1/8 jam
 Pantau kemungkinan edema paru
 Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai
aspirasi dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin
 Observasi tanda vital, reflex, dan denyut jantung janin
setiap jam
 Auskultasi paru untuk mencari tanda edema paru.
Krepitasi merupakan tanda edema paru. Jika terjadi
edema paru, stop pemberian cairan dan berikan diuretic
misalnya furosemide 40 mg intravena
 Nilai pemberian darah dengan uji pembekuan darah
bedside jika pembekuan tidak terjadi setelah 7 menit,
kemungkinan terdapat koagulopati (Prawirohardjo,
2009).
17

2.5.Kerangka Teori
Berdasarkan atas tinjauan pustaka pada bab sebelumnya, maka
kerangka teori tentang faktor-faktor resiko pada preeklamsia adalah:

Umur ibu

Jumlah gravida

Jumlah paritas

Riwayat abortus
Kematian ibu
Status pekerjaan

Usia gestasi
Diabetes melitus
Preeklamsia
Hipertensi
Preeklamsia kehamilan
sebelumnya

Keterangan :
Pendidikan
:Variabel yang diteliti Bayi: Prematur,
:Variabel yang tidak diteliti BBLR,
kematian
Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian

(Prawirohardjo,2009)
18

2.6. Kerangka Konsep


Berdasarkan atas kerangka teori diatas maka disusun kerangka
konsep penelitian sebagai berikut :
Variabel bebas Variable terikat

 Faktor gravida
 Faktor paritas
 Riwayat abortus
 Faktor umur Preeklamsia
 Faktor usia gestasi
 pekerjaan

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

2.7.Landasan Teori
Preeklamsia adalah salah satu penyebab paling penting dari
mortalitas dan morbiditas ibu. Preeklamsia didefinisikan sebagai
peningkatan tekanan darah sistolik sampai 140 mmHg dan tekanan darah
diastolic sampai 90 mmHg pada pengukuran dua kali atau lebih berturut-
turut dinilai 6 jam atau lebih terpisah disertai dengan timbulnya proteinuria
(300 mg/24 jam atau +1 pada pemeriksaan dipstick) setelah 20 minggu
kehamilan (Kharanghani, 2012).
Penyebab terjadinya preeklamsia tidak hanya disebabkan oleh satu
factor saja, melainkan banyak factor (multiple causation). Terjadinya
preeklamsia dapat dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya usia ibu.
Usia ibu yang sangat muda ataupun sudah tua sangat berisiko. Pada usia
<18 tahun, keadaan alat reproduksi belum siap untuk menerima kehamilan
dalam bentuk preeklamsia dan eklamsia (Manuaba, 2008).
Pada tingkat permulaan preeklamsia tidak memberikan gejala-
gejala yang dapat dirasakan oleh pasien sendiri, maka diagnose dini hanya
dapat dibuat dengan antenatal care. Jika calon ibu melakukan kunjungan
setiap minggu ke klinik prenatal selama 4-6 minggu terakhir
kehamilannya, ada kesempatan untuk melakukan tes proteinuria,

ia gestasi
19

mengukur tekanan darah, dan memeriksa tanda-tanda edema (Indriani,


2012).

2.8.Hipotesis Penelitian
HO: Tidak terdapat hubungan antara factor umur, jumlah graviditas, jumlah
paritas, riwayat abortus, usia gestasi, dan pekerjaan ibu hamil dengan
kejadian preeklamsia di Rumah Sakit Umum Undata Palu Tahun
2014.
H1: Terdapaat hubungan antara factor umur, jumlah graviditas, jumlah
paritas, riwayat abortus, usia gestasi, dan pekerjaan ibu hamil dengan
kejadian preeklamsia di Rumah Sakit Umum Undata Palu Tahun
2014.

BAB III

METODE PENELITIAN
20

A. Jenis dan Desain Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain
potong lintang (cross-sectional). Penelitian cross-sectional merupakan penelitian
survei epidemiologik analitik untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-
faktor risiko dengan efek, dengan model pendekatan atau observasi sekaligus pada
satu saat.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian ini akan dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Undata
Palu.
2. Waktu Penelitian
Waktu yang direncanakan pada penelitian ini adalah pada Bulan
Desember 2015 dengan melihat rekam medis pasien tahun 2014.

C. Populasi dan Sampel serta Teknik Pengambilan sampel


1. Populasi
Populasi dalam penilitian ini adalah semua ibu hamil yang tercatat di
bagian rekam medis Rumah Sakit Umum Undata Palu sejak 1 Januari 2014-
31 Desember 2014.
2. Sampel
Sampel merupakan populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi
dan ekslusi.
a) Kriteria inklusi
1) Ibu hamil dengan umur kehamilan >20 minggu.
2) Pasien dengan rekam medis lengkap sesuai data yang dibutuhkan.
b) Kriteria eksklusi
1) Ibu hamil yang mempunyai komplikasi kehamilan lain seperi mola
hidatidosa, kehamilan ektopik, plasenta previa, riwayat hipertensi
sebelumnya, trombositopenia, eklamsia dan riwayat penyakit
lainnya.
21

2) Pasien dengan data rekam medis tidak lengkap.

3. Teknik Pengambilan Sampel


Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling.
Purposive sampling ini merupakan teknik non-probability/ non random
sampling dimana setiap pasien yang memenuhi kriteria dimasukkan dalam
penelitian sampai kurun waktu tertentu. Sampel penelitian harus memenuhi
kriteria inklusi. Besar sampel minimal dihitung dengan menggunakan rumus
slovin sebagai berikut :

𝑁
𝑛=
1 + (𝑁(𝑒 2 ))

Keterangan : 𝑛 = jumlah besar sampel minimal yag akan digunakan


N = besar populasi
E = Tingkat kesalahan (e = 0,05 atau 5 %)

Diketahui jumlah populasi adalah orang, maka :

𝑁
𝑛=
1 + (𝑁(𝑒 2 ))

79
𝑛=
1 + (79(0,052 )

79
𝑛=
1,1975

𝑛 = 65,9

𝑛 = 66

D. Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan
22

a) Melakukan observasi awal rumusan masalah yang akan diteliti


dengan arahan dosen pembimbing.
b) Melakukan penelusuran literatur.
c) Mengambil data awal dengan mengunjungi instansi terkait yaitu
RSUD Undata Palu.
d) Konsultasi proposal penelitian dengan dosen pembimbing.
e) Melakukan seminar proposal.
2. Tahap Pelaksanaan
a) Mengajukan surat tugas dan surat izin penelitian yaitu RSUD Undata
Palu.
b) Mengadakan penelitian dengan mengumpulkan seluruh data
penelitian berupa data rekam medik.
c) Konsultasi hasil penelitian dengan dosen pembimbing.
d) Mengolah dan menganalisis data penelitian.
3. Tahap Pelaporan
a) Menyajikan hasil dan pembahasan penelitian;
b) Menarik kesimpulan penelitian;
c) Mempertanggungjawabkan hasil penelitian dalam seminar hasil.

E. Definisi Operasional
1. Variable dependen
Variable dependen adalah variable yang dipengaruhi oleh variable
bebas/independen dan merupakan variable efek atau akibat. Variable
dependen dalam penelitian ini adalah preeklamsia dengan definisi
operasionalnya adalah pasien yang diambil dari catatan rekam medic
didiagnosa oleh dokter spesialis kebidanan dan kandungan menderita
preeklamsia dengan didasarkan atas terdapatnya dua dari tanda-tanda sebagai
berikut :
23

 Hipertensi (sistolik≥ 140 𝑚𝑚𝐻𝑔, 𝑑𝑖𝑎𝑠𝑡𝑜𝑙𝑖𝑘 ≥ 90 𝑚𝑚𝐻𝑔, peningkatan


tekanan darah diukur minimal dua kali dengan interval waktu 6 jam atau
lebih)
 Proteinuria positif (1+, 2+,3+,4+)
 Edema (tentative)
skala : Ordinal
Hasil ukur : 0 = tidak terjadi preeklamsia
1 = terjadi preeklamsia
2. Variabel Independen
Variable independen atau variable bebas adalah variable yang tidak
terpengaruh oleh variable lain justru mempengaruhi variable dependen/
terikat dan merupakan variable resiko atau sebab (Notoatmodjo,2010).
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 Definisi Operasional Variabel Dependen
NO VARIABEL DEFINISI SKALA HASIL UKUR
OPERASIONAL

1. Umur Jumlah tahun hidup Ordinal 0 = <20 tahun


pasien sampai saat
1 = 20-35 tahun
melahirkan kehamilan
sekarang 2 = >35 tahun

2. Graviditas Jumlah kehamilan yang Ordinal 0 = Primigravida


pernah dialami pasien
1 = multigravida

3. Paritas Jumlah anak yang pernah Ordinal 0 = nulipara


dilahirkan oleh pasien
1= primipara

2 = multipara

3 = grandepara
24

4 Riwayat Jumlah kejadian abortus Ordinal 0 =tidak abortus


abortus yang pernah dialami oleh
1 = pernah abortus
pasien

5. Berat Bayi Berat badan bayi yang Ordinal 0 = <2500 gram


Lahir ditimbang dalam waktu 1
1 = 2500-4000 gram
jam pertama setelah lahir
2 = > 4000 gram

F. Teknik Pengumpulan
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan menggunakan instrumen berupa
rekam medis pasien preeklamsia yang dirawat inap di RSUD Undata Palu pada
periode 01 Januari – 31 Desember 2014. Dalam pemenuhan besar sampel, data
yang diambil secara purposive sampling sehingga pengambilan sampel lebih
diprioritaskan pada data rekam medis periode 01 Januari – 31 Desember 2014.
Apabila kemudian besar sampel optimal belum terpenuhi pada kurun waktu
tersebut, maka baru kemudian dilakukan pengambilan sampel tambahan.

G. Instrument Penelitian
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah rekam medis yang
diperoleh dari Rumah Sakit Umum Undata Palu.

H. Pengolahan Data

Kegiatan dalam proses pengolahan data meliputi editing, coding, entry,


dan tabulating data. Yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Editing, yaitu memeriksa kelengkapan data, mengkoreksi data yang telah
terkumpul dan belum lengkap.
2. Coding, yaitu memberikan kode-kode untuk memudahkan proses pengolahan
data.
25

3. Entry, memasukkan data untuk diolah menggunakan computer.


4. Tabulating, yaitu mengelompokkan data sesuai variable yang akan diteliti guna
memudahkan analisis data.

I. Analisis Data
1. Analisa Univariat
Analisa univariat digunakan untuk mendapatkan gambaran dan distribusi
karakteristik frekuensi yang dipakai untuk mendeskripsikan setiap variable
yang diteliti
2. Analisa Bivariat
Analisa ini dilakukan untuk melihat hubungan variable dependen dan
independen. Uji statistic yang digunakan adalah chi-square. Keputusan
digunakan derajat kepercayaan 95% (𝛼 = 5%). Bila p-value <0,05 maka uji
statistic bermakna signifikan dan bila p-value lebih dari 0,05 maka perhitungan
statistinya tidak bermakna.

J. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti memandang perlu adanya
rekomendasi dari pihak institusi akademik dengan mengajukan permohonan izin
kepada instansi tempat penelitian dilaksanakan. Setelah mendapat persetujuan
tersebut, barulah dilakukannya penelitian dengan menekankan masalah etika
penelitian yaitu Confidential (kerahasiaan). Kerahasiaan informasi rekam medis
dijamin oleh peneliti.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil RSUD UNDATA Palu


26

Undata berdiri sejak tanggal 7 Agustus 1972, berlokasi di pesisir teluk


Palu, berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Propinsi Sulawesi Tengah No.
59/DH.TAP/1972, dan diberi nama UNDATA yang memiliki arti “Obat Kita”.
Kata ini sekaligus bermakna tentang layanan kesehatan dalam cakupan bersifat
prefentif, kuratif, dan rehabilitatif pada tatanan kebersamaan “Mosangu
Mosipakabelo” (RSUD Undata, 2015).
Pada periode Agustus 2009, RSUD Undata pindah ke bangunan baru
berlokasi di Jl. Trans Sulawesi- Tondo-Palu Timur, sesuai dengan Surat
Keputusan Gubernur No. 445/400/RO/.ADM KESRAMAS Tanggal 06 Agustus
2009 dan Surat Keputusan DPRD Propinsi Sulawesi Tengah No. 13/P.JMP-
DPRD/2009 tanggal 24 Juni 2009 (RSUD Undata, 2015).
Visi RSUD Undata Palu yaitu dapat menjadi rumah sakit yang terdepan
dan terbaik di provinsi Sulawesi Tengah, adapun misinya adalah 1) Meningkatkan
Pelayanan Kesehatan yang profesional serta menyiapkan dan megembangkan
sumber daya manusia, 2) Meningkatkan Pendapatan Rumah sakit dan
Kesejahteraan karyawan, dan 3) Meningkatkan kerjasama dengan mitra rumah
sakit (RSUD Undata, 2015).

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan


1. Analisis Sampel
Penelitian ini dilakukan di RSUD Undata Palu. Data yang diambil adalah
data pasien ibu hamil dengan preeklamsia di RSUD Undata Palu periode 01
Januari 2014-31 Desember 2014. Pengambilan data dilakukan di bagian rekam
medis RSUD Undata Palu dengan memperhatikan kriteria inklusi dan
eksklusi.

2. Analisis Univariat
a. Distribusi sampel berdasarkan umur ibu
Tabel 4.1. Distribusi sampel berdasarkan umur ibu
Umur ibu Jumlah Persentase (%)
27

20-35 tahun 10 10 %
<20 tahun dan >35 90 90 %
tahun
Total 100 100
` Sumber: Data sekunder (Rekam Medik, 2014).
Berdasarkan tabel 4.1 diatas, untuk variabel umur, proporsi umur
ibu hamil yang mengalami preeklamsia yang mengalami preeklamsia yang
paling banyak adalah pada kelompok umur <20 tahun dan >35 tahun yaitu
terdapat 90 % sedangkan umur 20-35 tahun proporsinya adalah 10 %
dengan jumlah sampel 31 orang.

b. Distribusi sampel berdasarkan gravida


Tabel 4.2. Distribusi sampel berdasarkan gravida
Gravida Jumlah Persentase (%)

primigravida 68 68 %
multigravida 32 32 %
Total 100 100
Sumber: Data sekunder (Rekam Medik, 2014).
Berdasarkan tabel 4.2 diatas, dapat dilihat bahwa pasien
preeklamsia primigravida adalah 68 orang (68%) sedangkan untuk
multigravida yaitu sebanyak 32 orang (32%).

c. Distribusi sampel berdasarkan Paritas


Tabel 4.3. Distribusi sampel berdasarkan Paritas
Paritas Jumlah Persentase (%)

Nulipara 35 35 %
28

Primipara 33 33 %

Multipara 30 30 %
Grandemultipara 2 2%
Total 100 100

Sumber: Data sekunder (Rekam Medik, 2014).


Berdasarkan tabel 4.3 diatas, dapat dilihat bahwa distribusi
frekuensi pasien preeklamsia dengan nulipara adalah 35% , untuk pasien
preeklamsia dengan Primipara adalah 33%, untuk pasien preeklamsia
dengan multipara adalah 30%, dan pasien preeklamsia dengan
grandemultipara 2%.

d. Distribusi sampel berdasarkan riwayat abortus


Tabel 4.4. Distribusi sampel berdasarkan riwayat abortus
Abortus Jumlah Persentase (%)

Pernah mengalami 19 19%


Belum pernah 81 81%
mengalami
Total 100 100

Sumber: Data sekunder (Rekam Medik, 2014).


Berdasarkan tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa hasil distribusi
frekuensi untuk variabel riwayat abortus pada pasien preeklamsia yang
pernah mengalami abortus yaitu 19 orang (19%) sedangkan pada pasien
preeklamsia dengan belum pernah mengalami abortus yaitu 81 orang
(81%).

e. Distribusi sampel berdasarkan berat bayi lahir


Tabel 4.5. Distribusi sampel berdasarkan berat bayi lahir
Berat bayi lahir Jumlah Persentase (%)
29

(gram)

<2500 24 24%
2500-4000 68 68%
>4000 8 8%

Total 100 100

Sumber: Data sekunder (Rekam Medik, 2014).


Berdasarkan tabel 4.5 diatas, untuk variabel berat bayi lahir pada
pasien preeklamsi dengan berat badan <2500 gram yaitu sebanyak 24
orang (24%) sedangkan untuk berat badan 2500-4000 gram sebanyak 68
orang (68%), dan berat badan >4000 gram yaitu sebanyak 8 orang (8%).
30

3. Analisis Bivariat
a. Hubungan antara umur dengan preeklamsia
Tabel 4.8. Hubungan umur dengan preeklamsia
preeklamsia Nilai Nilai
umur Total
ya tidak α p
<20 dan Jumlah 8 2 10
>35 tahun Persentase 10,1% 9,5% 10%
20-35 Jumlah 71 19 90 0,05 0,043
tahun Persentase 89,9% 90,0% 90%
Total 79 21 100
Sumber : Data sekunder (Rekam Medik, 2014)

Dari hasil analisis data program komputer SPSS menggunakan uji


statistik chi-square diperoleh bahwa ada hubungan antara usia dengan
kejadian preeklamsia pada ibu hamil. Berdasarkan data pada tabel 4.8 ,
terlihat bahwa pasien dengan preeklamsia umur <20 tahun dan >35
tahun sebesar 10,1% sedangkan pasien yang tidak mengalami
preeklamsia dengan umur <20 tahun dan >35 tahun sebesar 9,5%.
Pasien dengan preeklamsia umur 20 sampai 35 tahun sebesar 89,9%
sedangkan pasien yang tidak mengalami preeklamsia umur 20 sampai
35 tahun sebesar 90%. Menurut hasil uji chi square yang telah
dilaksanakan, nilai P pada variabel umur adalah 0,043, hal ini berarti
terdapat hubungan antara faktor umur ibu dengan kejadian
preeklamsia.
31

b. Hubungan antara graviditas dengan preeklamsia


Tabel 4.9. Hubungan antara graviditas dengan preeklamsia
preeklamsia Nilai
Gravida Total Nilai p
ya tidak α
Jumlah 27 5 32
multigravida
Persentase 34,2% 23,8% 32%
Jumlah 52 16 68 0,05 0,0365
primigravida
Persentase 65,8% 76,2% 68%
Total 79 21 100
Sumber: Data sekunder (Rekam Medik, 2014).
Dari hasil analisis data program komputer SPSS menggunakan uji
statistik chi-square diperoleh bahwa ada hubungan antara graviditas
dengan kejadian preeklamsia pada ibu hamil. Berdasarkan data pada
tabel 4.9 , terlihat bahwa pasien dengan preeklamsia dengan
multigravida sebesar 34,2% sedangkan pasien yang tidak mengalami
preeklamsia dengan multigravida sebesar 23,8%. Pasien dengan
preeklamsia dengan primigravida sebesar 65,8% sedangkan pasien
yang tidak mengalami preeklamsia dengan primigravida sebesar
76,2%. Menurut hasil uji chi square yang telah dilaksanakan, nilai P
pada variabel umur adalah 0,0365 hal ini berarti terdapat hubungan
antara faktor umur ibu dengan kejadian preeklamsia.
32

c. Hubungan antara paritas dengan preeklamsia


Tabel 4.10. Hubungan paritas dengan preeklamsia
Preeklamsia Nilai Nilai
Paritas Total
Ya Tidak α p
Jumlah 5 6 11
Buruk
Persentase 45,5% 54,5% 100%
Jumlah 20 7 27
Kurang
Persentase 74,1% 25,9% 100%
Jumlah 40 21 61 0,05 0,338
Baik
Persentase 65,6% 34,4% 100%
Jumlah 1 0 1
Lebih
Persentase 100% 0% 100%
Total 66 34 100
Sumber : Data sekunder (Rekam Medik, 2014)

Sumber: Data sekunder (Rekam Medik, 2014).


Dari hasil analisis data program komputer SPSS menggunakan uji
statistik chi-square diperoleh bahwa tidak ada hubungan antara jumlah
trombosit dan lama rawat inap pasien DBD. Hal ini didasarkan pada
nilai p > nilai α yaitu p =0,342.
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya. Perwira (2011), Siregar (2010), dan Simon (2009)
memperoleh bahwa ada hubungan antara jumlah trombosit dengan
lama rawat inap pasien DBD. Namun, hasil penelitian Siregar (2010)
menunjukkan hubungan yang sangat lemah atau tidak bermakna antara
jumlah trombosit dengan lama rawat inap, sehingga dapat disimpulkan
bahwa jumlah trombosit tidak dapat dijadikan prediktor lama rawat
inap pada penderita DBD. Padahal secara teori, jumlah trombosit
merupakan salah satu indikasi dalam menegakkan diagnosis DBD dan
selama menjalani rawat inap pasien DBD akan dipantau keadaannya
33

melalui hasil pemeriksaan laboratorium trombosit (Hadinegoro, et. al.,


2006).
Perbedaan hasil penelitian ini bisa dikarenakan perbedaan dalam
hal jumlah subjek, pengkategorian variabel-variabel yang diuji, dan
metode penelitian yang digunakan sehingga karena perbedaan-
perbedaan ini menimbulkan kesimpulan penelitian yang berbeda pula.
d. Hubungan jumlah leukosit dengan lama rawat inap
Tabel 4.11. Hubungan jumlah leukosit dengan lama rawat inap
Jumlah Lama rawat inap Total Nilai α Nilai p
leukosit ≤ 4 hari > 4 hari
<5000/ µl 20 20 40 0.05 0,730
≥5000/ µl 26 30 56
Total 46 50 96
Sumber: Data sekunder (Rekam Medik, 2014).
Dari hasil analisis data program komputer SPSS menggunakan uji
statistik chi-square diperoleh bahwa tidak ada hubungan antara jumlah
leukosit dengan lama rawat inap pasien DBD. Hal ini didasarkan pada
nilai p > nilai α yaitu p =0,730.
Jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya, hasil penelitian
ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Haryanto (2014)
yaitu tidak terdapat hubungan antara jumlah leukosit dengan lama
rawat inap pasien DBD. Namun, berbeda halnya hasil penelitian yang
dilakukan oleh Perwira (2011) yang memperoleh bahwa terdapat
hubungan antara jumlah leukosit dengan lama rawat inap pasien DBD.
Perbedaan hasil ini dapat dikarenakan perbedaan dalam hal subjek
penelitian, pengkategorian variabel-variabel yang diuji, dan metode
penelitian yang digunakan. Akibatnya kesimpulan penelitian yang
diperoleh pun berbeda.
Dalam buku pedoman manajemen klinis sindrom dengue
menyebutkan bahwa hitung leukosit penting diperhitungkan dalam
menentukan prognosis pada fase-fase awal infeksi. Leukopenia
34

merupakan pertanda bahwa dalam 24 jam kedepan demam akan turun


dan penderita akan memasuki masa kritis (WHO/SEARO/Country
Office for Bangladesh and DGHS, Ministry of Health and Family
Welfare, Bangladesh, 2013).
e. Hubungan nilai hematokrit dengan lama rawat inap
Tabel 4.12. Hubungan nilai hematokrit dengan lama rawat inap
Nilai Lama rawat inap Total Nilai α Nilai p
hematokrit ≤ 4 hari > 4 hari
<20% 0 1 1 0.05 1,000
≥20% 46 49 95
Total 46 50 96
Sumber: Data sekunder (Rekam Medik, 2014).
Dari hasil analisis data program komputer SPSS menggunakan uji
statistik chi-square diperoleh bahwa tidak ada hubungan antara nilai
hematokrit dan lama rawat inap pasien DBD. Hal ini didasarkan pada
nilai p > nilai α yaitu p =1.
Hasil ini serupa dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Haryanto (2014) memperoleh bahwa tidak ada hubungan antara nilai
hematokrit dengan lama rawat inap pasien DBD. Perbedaan hasil ini
dapat dikarenakan perbedaan dalam hal subjek penelitian,
pengkategorian variabel-variabel yang diuji, dan metode penelitian
yang digunakan. Akibatnya kesimpulan penelitian yang diperoleh pun
berbeda.
Hematokrit merupakan indikasi pada pasien DBD untuk menjalani
rawat inap. Peningkatan hematokrit menggambarkan hemokonsentrasi
dan merupakan indikator yang peka akan terjadinya perembesan
plasma (Hadinegoro, et. al., 2006).
f. Hubungan kelas perawatan dengan lama rawat inap
Tabel 4.13. Hubungan kelas perawatan dengan lama rawat inap
Kelas Lama rawat inap Total Nilai α Nilai p
35

perawatan ≤ 4 hari > 4 hari


Regular 38 48 86 0.05 0,032
Non-reguler 8 2 10
Total 46 50 96
Sumber: Data sekunder (Rekam Medik, 2014).
Dari hasil analisis data program komputer SPSS menggunakan uji
statistik chi-square maka diperoleh bahwa terdapat hubungan antara
kelas perawatan dengan lama rawat inap pasien DBD. Hal ini
didasarkan pada nilai p < nilai α yaitu p =0,032. Selanjutnya,
dilakukan uji kekuatan hubungan dengan uji lambda maka didapatkan
hubungan yang tidak begitu bermakna antara kelas perawatan dengan
lama rawat inap pasien DBD.
Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian yang telah dilakukan
oleh Perwira (2011) bahwa terdapat hubungan antara kelas perawatan
dengan lama rawat inap pasien yang terinfeksi virus dengue. Sesuai
dengan telaah teori, telah dijelaskan bahwa diperlukan ruang rawat
khusus untuk perawatan pasien DBD agar tatalaksana dapat dilakukan
lebih efektif sehingga dapat mempersingkat lama rawat inap pasien
tersebut.
36

DAFTAR PUSTAKA

Arianti,I.S., Djannah, S. N., 2010. Gambaran Epidemiologi Kejadian


Preeklamsia/Eklamsia DI RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun
2007-2009. Diakses pada tanggal 12 Agustus 2015 dari http://
eprints.ums.ac.id/22742/12/9RR._NASKAH PUBLIKASI.pdf
37

Castro, CL. 2010. Hipertensive Disorder Of Pregnancy : Essential Of Obstetric


and Gynecology Fifth Edition. Elsevier Inc: Philadelphia

Dinas Kesehatan Kota Palu, 2014. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
Tahun 2014. Diakses tanggal 9 September 2015. Diunduh dari http ://
www.depkes.go.id/

Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah, 2014. Profil Kesehatan Provinsi


Sulawesi Tengah Tahun 2014. Diakses tanggal 9 September 2015. Diunduh
dari http :// www.depkes.go.id/

Hanum, H. et al. 2013. Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian


Preeklamsia Pada Ibu Bersalin Di RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2013.
Viewed 5 September 2015. From http://journal.mercubaktijaya.com

Indriani, N. 2012. Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan dengan


Preeklamsia/Eklamsia pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah
Kardinah Kota Tegal Tahun 2011. Jurnal Kesehatan Wiraraja Medika.
Viewed 6 September 2015. From http://www.download.portalgaruda.org

Kharanghani, et al. 2012. Hubungan Status Gravida dan Usia Ibu Terhadap
Kejadian Preeklamsia Di RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2012 – 2013.
Journal Kesehatan Andalas. Vol.4. No.1. Viewed 5 September 2015. From
http://www.jurnal.fk.unand.ac.id

Langelo, W., Arsin,A.A., Russeng, S., 2012. Factor risiko kejadian preeklamsia di
RSKD ibu dan anak Siti Fatimah Makassar tahun 2011-2012. Diunduh dari
http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/c68cala9c60198732bca55722cf.pdf
38

Lin, H.c., Chen, S.F. 2010. Increased Risk of Adverse Pregnancy Outcomes In
Women With Reumatoid Arthritis: a Nationwide Population Based Study.
Diakses pada tanggal 3 November 2015 dari http://www.nichd.nih.gov

Lukas, E., Tahir, M., 2014. Kadar Serum P38 MAPK, Profil Darah Rutin Pada
Pasien Preeklamsia Berat Dibandingkan Kehamilan Normal. Diakses pada
tanggal 9 September 2015 dari http://www.pasca.unhas.ac.id/jurnal/files

Manuaba, I.G.B.,2008. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga


Berencana untuk Pendidikan Bidan.EGC, Jakarta.

Norwitz, E., Schorge, J., 2008. At a Glance Obstetri & Ginekologi Edisi Kedua.
Erlangga Medical Series, Jakarta.

Prawirohardjo , S., 2009.Ilmu Kebidanan. PT Bina Pustaka, Jakarta.

Price,S.A., Wilson, LM., 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit. Volume 1. Edisi 6. EGC,Jakarta.

Sari, S, et al. 2012. Hubungan Gravida Ibu Dengan Kejadian Preeklamsia. Jurnal
Kesehatan Wiraraja Medika. Viewed 6 September 2015. From
(http://www.download.portalgaruda.org)
39

Sudoyo, W..A., dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V.
InternaPublishing, Jakarta.

World Health Organization, 2012. Beyond the number: reviewing maternal deaths
and complications to make pregnancy safer. Ganeva : World Health
Organization

You might also like