Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat
derajat kesehatan perempuan, sampai saat ini masih tinggi di Indonesia dan jauh
berada di atas negara ASEAN lainnya. Angka kematian ibu berguna untuk
menggambarkan status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan serta
tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil pada saat melahirkan dan
masa nifas (Langelo, 2012).
Sekitar 800 wanita meninggal akibat kehamilan atau komplikasi pada saat
melahirkan di seluruh dunia setiap hari .sekitar 99 % terjadi di negara
berkembang . Komplikasi yang dapat terjadi sekitar 80% kematian ibu akibat
perdarahan, infeksi, tekanan darah tinggi selama kehamilan, dan aborsi yang tidak
aman (Lin, 2010).
Sepuluh juta wanita mengalami preeklamsia setiap tahun di seluruh dunia.
Di seluruh dunia terdapat 76.000 wanita hamil meninggal setiap tahun akibat
preeklamsia dan gangguan hipertensi (WHO, 2012).
Preeklamsia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas ibu dan
bayi di dunia khususnya negara-negara sedang berkembang frekuensi dilaporkan
berkisar antara 0,3% sampai 0,7 %, sedangkan di negara-negara maju angka
preeklamsia lebih kecil, yaitu 0,05% sampai 0,1% (Arianti, 2010).
Kematian ibu adalah kematian seorang wanita yang terjadi selama
kehamilan sampai dengan 42 hari setelah berakhirnya kehamilan tanpa
memperhatikan lama dan tempat terjadinya kehamilan, yang disebabkan oleh
kehamilannya atau penanganan kehamilannya, tetapi bukan karena kecelakaan.
Angka kematian ibu (AKI) adalah jumlah kematian ibu bersalin dan ditambah
jumlah kematian ibu nifas per 100.000 kelahiran hidup (KH). Angka kematian ibu
berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi
dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan
2
terutama untuk ibu hamil, melahirkan dan masa nifas (Dinas Kesehatan Provinsi
Sulawesi Tengah, 2014).
Posisi AKI Kota Palu lima tahun terakhir dari Tahun 2010 sebanyak
173/100.000 kelahiran hidup, tahun 2011 sebanyak 172/100.000 kelahiran hidup,
tahun 2012 sebanyak 102/100.000 kelahiran hidup, tahun 2013 sebanyak
165/100.000 kelahiran hidup, dengan melihat data ini, maka nampak kematian ibu
di Kota Palu berfluktuasi sedangkan tahun 2014 AKI sebesar 111/100.000
kelahiran hidup, mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Palu, kasus maternal (kematian ibu)
di Kota Palu tahun 2013, 41,66% akibat perdarahan, 33,33% akibat eklamsia dan
25,01% akibat faktor lain. Sedangkan pada tahun 2014, kasus maternal 25%
akibat eklamsia, 25% akibat ketuban pecah & ginjal, 13% akibat & jantung, 12%
akibat preeklamsia berat (PEB), dan 12% akibat ketuban pecah (Dinas Kesehatan
Kota Palu, 2014).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Undata Palu, kejadian preeklamsia pada tahun 2013 ditemukan sebanyak
90 kasus dan sebanyak 109 kasus pada tahun 2014 (Data Rumah Sakit Umum
Daerah Undata Palu, 2014).
Banyak faktor yang mempengaruhi kejadian preeklamsia, yang kemudian
dapat meningkatkan angka kejadian preeklamsia. Hal inilah yang mendasari
penulis untuk melakukan penelitian untuk mencari faktor-faktor yang
berhubungan dengan preeklamsia di RSUD Undata Palu pada tahun 2014.
B. Rumusan Masalah
Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berkaitan dengan kejadian
preeklamsia di RSUD Undata palu tahun 2014.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Menganalisis faktor resiko terjadinya preeklamsia di RSUD Undata Palu
tahun 2014.
2. Tujuan khusus
3
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademik/Ilmiah
Memperoleh pembuktian teori tentang faktor-faktor determinan terjadinya
preeklamsia
2. Bagi Peneliti
Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang kesehatan
reproduksi agar preeklamsia dapat dideteksi lebih dini dan menambah
pengalaman dalam penelitian kesehatan
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai data awal untuk dapat dijadikan sebagai bahan penelitian lebih
lanjut oleh peneliti lain
4. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian dapat digunakan untuk memberikan pengetahuan pada
masyarakat mengenai salah satu faktor risiko terjadinya preeklamsia agar
nantinya lebih waspada dalam melaksanakan pelayanan antenatal selama
kehamilan dan memotivasi ibu hamil untuk memperhatikan pertambahan
berat badan selama kehamilan dan mempertahankan kesehatan ibu hamil.
Selain itu dapat dijadikan pertimbangan bagi masyarakat dalam
mengantisipasi preeklamsia.
4
E. Keaslian Penelitian
Terdapat beberapa penelitian yang berkaitan dengan preeklamsia dan
faktor resikonnya. Beberapa hasil suatu kajian dan penelitian terdahulu yang
sedikit banyak dapat mendukung dalam penelitian ini. Rozikhan (2007) telah
melakukan penelitian case control terkait faktor-faktor risiko terjadinya
preeklamsia berat menemukan bahwa variable yang menjadi risiko antara lain
ialah riwayat preeklamsia, faktor keturunan, dan status gravidarum.
Perbedaan antara penelitian yang dilakukan sebelumnya dengan penelitian
yang dilakukan peneliti saat ini adalah terletak pada faktor-faktor yang akan
diteliti dan tempat penelitian
Adapun penelitian yang menghubungkan anatara umur ibu hamil dengan
kejadian preeklamsia. Juraij (2012) dengan jenis penelitian survey analitik dengan
pendekatan cross sectional melihat hubungan antara umur ibu hamil dengan
kejadian preeklamsia. Penelitian ini menarik kesimpulan bahwa terdapat
hubungan yang bermakna antara umur ibu hamil dengan kejadian preeklamsia.
Perbedaan antara penelitian yang dilakukan sebelumnya dengan yang akan
peneliti lakukan saat ini yaitu terletak pada variabel,subjek, tempat dilakukannya
penelitian, jumlah sampel yang diteliti, dan waktu dilakukan penelitian.
Denantika, O. et al (2015) “ Hubungan Status Gravida dan Usia Ibu
Terhadap Kejadian Preeklamsia di RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2012-
2013”. Kesimpulannya terdapat hubungan yang bermakna antara status gravida
dengan kejadian preeklamsia, dimana primigravida mempunyai kecenderungan
untuk menderita preeklamsia daripada multigravida. Terdapat hubungan yang
bermakna antara usia ibu dengan kejadian preeklamsia, dimana ibu hamil yang
berusia dalam kategori usia risiko tinggi mempunyai kecenderungan untuk
menderita preeklamsia daripada ibu yang berusia dalam kategori usia risiko
rendah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan saat ini, memiliki perbedaan
dengan penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya, yakni pada variabel yang di
teliti, rancangan penelitian yang digunakan, serta waktu dan lokasi penelitian.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
2.1.Definisi Hipertensi
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik
sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolic sedikitnya 90 mmHg.
Perjalanan penyakit hipertensi sangat perlahan. Penderita hipertensi
mungkin tak menunjukkan gejala selama bertahun-tahun. Masa laten ini
mengikuti perkembangan penyakit sampai terjadi kerusakan organ yang
bermakna. Bila terdapat gejala maka biasanya bersifat non-spesifik,
misalnya sakit kepala atau pusing. Apabila hipertensi tetap tidak diketahui
dan tidak dirawat, mengakibatkan kematian karena infark miokardium,
stroke, serta gagal ginjal. Namun deteksi dini dan perawatan hipertensi
yang efektif dapat menurunkan jumlah morbiditas dan mortalitas. Dengan
demikian, pemeriksaan tekanan darah secara teratur mempunyai arti
penting dalam perawatan hipertensi (Price & Wilson, 2005).
Penyebab hipertensi tidak diketahui pada sekitar 95% kasus.
Bentuk hipertensi idiopatik disebut hipertensi primer atrau esensial.
Pathogenesis pasti tampaknya sangat kompleks dengan interaksi dari
berbagai variable. Mungkin pula ada predisposisi genetic. Mekanisme lain
yang dikemukakan mencakup perubahan-perubahan berikut : (1) Ekskresi
natrium dan air oleh ginjal, (2) kepekatan baroreseptor, (3) respon
vascular, dan (4) Sekresi renin. Lima persen penyakit hipertensi terjadi
sekunder akibat proses penyakit lain seperti penyakit parenkim ginjal
(Price & Wilson, 2005).
2.4. Preeklamsia
a. Definisi
Preeklamsia merupakan suatu sindroma yang terjadi pada usia
kehamilan diatas 20 minggu pada wanita yang sebelumnya
normotensi. Ditandai dengan peningkatan tekanan darah sistolik > 140
mmHg atau tekanan darah diastolic >90 mmHg dan disertai dengan
proteinuria (Lukas, 2014).
Preeklamsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat
terjadi ante, intra, dan antepartum (Prawirohardjo, 2009).
Preeklamsia dan eklamsia merupakan kesatuan penyakit yang
langsung disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum
jelas. Selain infeksi dan perdarahan, preeklamsia dan eklamsia
merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal yang paling
penting (Hanum, 2013).
b. Epidemimologi
Preeklamsia mempengaruhi 3-5% wanita hamil diseluruh dunia
dan diperkirakan sekitar 76.000 wanita meninggal setiap tahun karena
preeklamsia. Di Indonesia angka kejadian preeklamsia berkisar antara
3,5 %-8,5% dari seluruh kehamilan dengan angka kematian maternal
akibat preeklamsia berat adalah 9,8-25%. Angka kematian maternal
akibat preeklamsia berkisar antara 30-40% dari seluruh kematian
maternal sedangkan angka kematian perinatal berkisar antara 30-50%
(Lukas, 2014).
9
c. Etiologi
Penyebab preeklamsia belum diketahui sampai sekarang secara
pasti, bukan hanya satu factor melainkan beberapa factor dan besarnya
kemungkinan preeklamsia akan menimbulkan komplikasi yang dapat
berakhir dengan kematian. Akan tetapi untuk mendeteksi preeklamsia
sedini mungkin dengan melalui antenatal secara teratur mulai
trimester I sampai dengan trimester III dalam upaya mencegah
preeklamsia menjadi lebih berat (Manuaba, 2008).
Penyebab preeklamsia masih belum diketahui, namun telah ada
sejumlah teori yang berkembang dan menunjukkan hubungan
penyebab terjadinya preeklamsia. Teori-teori tersebut mencakup
adanya respon abnormal imunologis ibu terhadap alograf janin,
abnormalitas genetik yang mendasari, ketidakseimbangan kaskade
prostanoid dan adanya toksik dan atau vasokontriktor endogen dalam
aliran darah (Norwitz & Schorge, 2008).
d. Klasifikasi
1) Preeklamsia ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut :
a. Tekanan darah 140/90 mmHg, atau kenaikan diastolic 15
mmHg atau lebih atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih
pada usia kehamilan di atas 20 minggu dengan riwayat tekanan
darah sebelumnya normal.
b. Proteinuria ≥ 0,3 gr per liter atau kuantitatif 1+ atau 2+ pada
urine kateter atau midstream (Manuaba, 2008).
2) Preeklamsia Berat, bila disertai keadaan sebagai berikut :
a. Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih
b. Proteinuria 5gr per liter atau lebih dalam 24 jam atau
kuantitatif 3+ atau 4+
c. Oligouri, yaitu jumlahurine <400 cc per 24 jam
d. Adanya gangguan serebral, gangguan penglihatan, dan rasa
nyeri di epigastrium
e. Terdapat edema paru dan sianosis
10
f. Trombositopenia
g. Gangguan fungsi hati
h. Pertumbuhan janin terhambat (Manuaba, 2008).
i. Faktor Resiko
Preeklamsia merupakan salah satu penyulit kehamilan yang belum
diketahui dengan pasti penyebabnya. Tetapi beberapa penelitian
menyimpulkan beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya
preeklamsia, antara lain :
1) Faktor genetik
Sebuah riwayat pribadi maupun riwayat keluarga dengan
preeklamsia meningkatkan resiko terjadinya kondisi ini. Wanita
dengan preeklamsia 2,3 kali lebih mungkin untuk memiliki adik
yang memiliki preeklamsia, sedangkan mereka dengan hipertensi
gestasional adalah 1,6 kali lebih cenderung memiliki saudara
perempuan dengan hipertensi gestasional (Indriani, 2012).
2) Faktor imunologis
Beberapa penelitian menemukan bahwa durasi hubugan
seksual prakonsepsi dan jumlah unprotected intercourse
berbanding terbalik dengan kejadian preeklamsia/eklamsia. Bila
unprotected intercourse jarang dan tidak lama durasinya maka akan
meningkatkan resiko terjadinya preeklamsia/eklamsia. Hipotesis
yang popular saat ini adalah hipotesis gangguan adaptasi
imunologis. Janin mengandung antigen dari ayahnya yang asing
bagi ibu yang sedang hamil tersebut. Dukungan terhadap teori ini
datang dari studi epidemiologi yang memperlihatkan dampak dari
berganti pasangan dan inserminasi dari donasi (Indriani, 2012).
3) Faktor graviditas
Suatu gravidarum merupakan factor resiko yang berkaitan
dengan timbulnya preeklamsia. Frekuensinya lebih tinggi terjadi
pada primigravida daripada multigravida. Hubungan antara
primipara dan preeklamsia begitu diterima secara luas merupakan
11
o Oliguria
o Pertumbuhan janin terhambat (PJT)
o Oligohidramnion
o Infark plasenta
o Prematuritas
o Perdarahan paska persalinan
o Tingkat kekambuhan untuk eklamsia adalah 10 %
o Persalinan preterm
o Peningkatan mortalitas perinatal
o Stroke pada ibu
o Kematian ibu
h. Pencegahan
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti,
mengenali tanda-tanda bahaya sedini mungkin, lalu diberikan
pengobatan yang cukup supaya penyakit tidak menjadi lebih berat,
selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya preeklamsia apabila
terdapat factor predisposisi, berikan penyuluhan tentang manfaat
istirahat dan tidur, ketenangan, serta pentingnya mengatur diet rendah
garam, lemak, serta karbohidrat, juga menjaga kenaikan berat badan
berlebihan (Indriani,2012).
i. Penanganan
Menurut prawirohardjo (2009), adapun penanganan yang dapat
dilakukan sebagai berikut .
a) Preeklamsia Ringan
Jika kehamilan <37 minggu dan tidak ada tanda-tanda perbaikan,
maka perlu dilakukan penilaian dua kali seminggu secara rawat
jalan :
1) Memantau tekanan darah, proteinuria, reflek dan kondisi
janin
2) Lebih banyak beristirahat
3) Melakukan diet
15
2.5.Kerangka Teori
Berdasarkan atas tinjauan pustaka pada bab sebelumnya, maka
kerangka teori tentang faktor-faktor resiko pada preeklamsia adalah:
Umur ibu
Jumlah gravida
Jumlah paritas
Riwayat abortus
Kematian ibu
Status pekerjaan
Usia gestasi
Diabetes melitus
Preeklamsia
Hipertensi
Preeklamsia kehamilan
sebelumnya
Keterangan :
Pendidikan
:Variabel yang diteliti Bayi: Prematur,
:Variabel yang tidak diteliti BBLR,
kematian
Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian
(Prawirohardjo,2009)
18
Faktor gravida
Faktor paritas
Riwayat abortus
Faktor umur Preeklamsia
Faktor usia gestasi
pekerjaan
2.7.Landasan Teori
Preeklamsia adalah salah satu penyebab paling penting dari
mortalitas dan morbiditas ibu. Preeklamsia didefinisikan sebagai
peningkatan tekanan darah sistolik sampai 140 mmHg dan tekanan darah
diastolic sampai 90 mmHg pada pengukuran dua kali atau lebih berturut-
turut dinilai 6 jam atau lebih terpisah disertai dengan timbulnya proteinuria
(300 mg/24 jam atau +1 pada pemeriksaan dipstick) setelah 20 minggu
kehamilan (Kharanghani, 2012).
Penyebab terjadinya preeklamsia tidak hanya disebabkan oleh satu
factor saja, melainkan banyak factor (multiple causation). Terjadinya
preeklamsia dapat dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya usia ibu.
Usia ibu yang sangat muda ataupun sudah tua sangat berisiko. Pada usia
<18 tahun, keadaan alat reproduksi belum siap untuk menerima kehamilan
dalam bentuk preeklamsia dan eklamsia (Manuaba, 2008).
Pada tingkat permulaan preeklamsia tidak memberikan gejala-
gejala yang dapat dirasakan oleh pasien sendiri, maka diagnose dini hanya
dapat dibuat dengan antenatal care. Jika calon ibu melakukan kunjungan
setiap minggu ke klinik prenatal selama 4-6 minggu terakhir
kehamilannya, ada kesempatan untuk melakukan tes proteinuria,
ia gestasi
19
2.8.Hipotesis Penelitian
HO: Tidak terdapat hubungan antara factor umur, jumlah graviditas, jumlah
paritas, riwayat abortus, usia gestasi, dan pekerjaan ibu hamil dengan
kejadian preeklamsia di Rumah Sakit Umum Undata Palu Tahun
2014.
H1: Terdapaat hubungan antara factor umur, jumlah graviditas, jumlah
paritas, riwayat abortus, usia gestasi, dan pekerjaan ibu hamil dengan
kejadian preeklamsia di Rumah Sakit Umum Undata Palu Tahun
2014.
BAB III
METODE PENELITIAN
20
𝑁
𝑛=
1 + (𝑁(𝑒 2 ))
𝑁
𝑛=
1 + (𝑁(𝑒 2 ))
79
𝑛=
1 + (79(0,052 )
79
𝑛=
1,1975
𝑛 = 65,9
𝑛 = 66
D. Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan
22
E. Definisi Operasional
1. Variable dependen
Variable dependen adalah variable yang dipengaruhi oleh variable
bebas/independen dan merupakan variable efek atau akibat. Variable
dependen dalam penelitian ini adalah preeklamsia dengan definisi
operasionalnya adalah pasien yang diambil dari catatan rekam medic
didiagnosa oleh dokter spesialis kebidanan dan kandungan menderita
preeklamsia dengan didasarkan atas terdapatnya dua dari tanda-tanda sebagai
berikut :
23
2 = multipara
3 = grandepara
24
F. Teknik Pengumpulan
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan menggunakan instrumen berupa
rekam medis pasien preeklamsia yang dirawat inap di RSUD Undata Palu pada
periode 01 Januari – 31 Desember 2014. Dalam pemenuhan besar sampel, data
yang diambil secara purposive sampling sehingga pengambilan sampel lebih
diprioritaskan pada data rekam medis periode 01 Januari – 31 Desember 2014.
Apabila kemudian besar sampel optimal belum terpenuhi pada kurun waktu
tersebut, maka baru kemudian dilakukan pengambilan sampel tambahan.
G. Instrument Penelitian
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah rekam medis yang
diperoleh dari Rumah Sakit Umum Undata Palu.
H. Pengolahan Data
I. Analisis Data
1. Analisa Univariat
Analisa univariat digunakan untuk mendapatkan gambaran dan distribusi
karakteristik frekuensi yang dipakai untuk mendeskripsikan setiap variable
yang diteliti
2. Analisa Bivariat
Analisa ini dilakukan untuk melihat hubungan variable dependen dan
independen. Uji statistic yang digunakan adalah chi-square. Keputusan
digunakan derajat kepercayaan 95% (𝛼 = 5%). Bila p-value <0,05 maka uji
statistic bermakna signifikan dan bila p-value lebih dari 0,05 maka perhitungan
statistinya tidak bermakna.
J. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti memandang perlu adanya
rekomendasi dari pihak institusi akademik dengan mengajukan permohonan izin
kepada instansi tempat penelitian dilaksanakan. Setelah mendapat persetujuan
tersebut, barulah dilakukannya penelitian dengan menekankan masalah etika
penelitian yaitu Confidential (kerahasiaan). Kerahasiaan informasi rekam medis
dijamin oleh peneliti.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
2. Analisis Univariat
a. Distribusi sampel berdasarkan umur ibu
Tabel 4.1. Distribusi sampel berdasarkan umur ibu
Umur ibu Jumlah Persentase (%)
27
20-35 tahun 10 10 %
<20 tahun dan >35 90 90 %
tahun
Total 100 100
` Sumber: Data sekunder (Rekam Medik, 2014).
Berdasarkan tabel 4.1 diatas, untuk variabel umur, proporsi umur
ibu hamil yang mengalami preeklamsia yang mengalami preeklamsia yang
paling banyak adalah pada kelompok umur <20 tahun dan >35 tahun yaitu
terdapat 90 % sedangkan umur 20-35 tahun proporsinya adalah 10 %
dengan jumlah sampel 31 orang.
primigravida 68 68 %
multigravida 32 32 %
Total 100 100
Sumber: Data sekunder (Rekam Medik, 2014).
Berdasarkan tabel 4.2 diatas, dapat dilihat bahwa pasien
preeklamsia primigravida adalah 68 orang (68%) sedangkan untuk
multigravida yaitu sebanyak 32 orang (32%).
Nulipara 35 35 %
28
Primipara 33 33 %
Multipara 30 30 %
Grandemultipara 2 2%
Total 100 100
(gram)
<2500 24 24%
2500-4000 68 68%
>4000 8 8%
3. Analisis Bivariat
a. Hubungan antara umur dengan preeklamsia
Tabel 4.8. Hubungan umur dengan preeklamsia
preeklamsia Nilai Nilai
umur Total
ya tidak α p
<20 dan Jumlah 8 2 10
>35 tahun Persentase 10,1% 9,5% 10%
20-35 Jumlah 71 19 90 0,05 0,043
tahun Persentase 89,9% 90,0% 90%
Total 79 21 100
Sumber : Data sekunder (Rekam Medik, 2014)
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kesehatan Kota Palu, 2014. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
Tahun 2014. Diakses tanggal 9 September 2015. Diunduh dari http ://
www.depkes.go.id/
Kharanghani, et al. 2012. Hubungan Status Gravida dan Usia Ibu Terhadap
Kejadian Preeklamsia Di RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2012 – 2013.
Journal Kesehatan Andalas. Vol.4. No.1. Viewed 5 September 2015. From
http://www.jurnal.fk.unand.ac.id
Langelo, W., Arsin,A.A., Russeng, S., 2012. Factor risiko kejadian preeklamsia di
RSKD ibu dan anak Siti Fatimah Makassar tahun 2011-2012. Diunduh dari
http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/c68cala9c60198732bca55722cf.pdf
38
Lin, H.c., Chen, S.F. 2010. Increased Risk of Adverse Pregnancy Outcomes In
Women With Reumatoid Arthritis: a Nationwide Population Based Study.
Diakses pada tanggal 3 November 2015 dari http://www.nichd.nih.gov
Lukas, E., Tahir, M., 2014. Kadar Serum P38 MAPK, Profil Darah Rutin Pada
Pasien Preeklamsia Berat Dibandingkan Kehamilan Normal. Diakses pada
tanggal 9 September 2015 dari http://www.pasca.unhas.ac.id/jurnal/files
Norwitz, E., Schorge, J., 2008. At a Glance Obstetri & Ginekologi Edisi Kedua.
Erlangga Medical Series, Jakarta.
Sari, S, et al. 2012. Hubungan Gravida Ibu Dengan Kejadian Preeklamsia. Jurnal
Kesehatan Wiraraja Medika. Viewed 6 September 2015. From
(http://www.download.portalgaruda.org)
39
Sudoyo, W..A., dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V.
InternaPublishing, Jakarta.
World Health Organization, 2012. Beyond the number: reviewing maternal deaths
and complications to make pregnancy safer. Ganeva : World Health
Organization