You are on page 1of 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pendidikan guru menjadi penentu dalam meningkatkan kualitas bangsa, sehingga
proses pendidikan guru harus dilakukan secara terprogram, sistematis dan sistemik.
Dalam hal ini berarti bahwa dalam mewujudkan generasi yang cerdas dan berkualitas
diperlukan seorang guru yang berkompeten dan mumpuni. Guru yang berkompeten tentu
saja dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik dan bermutu. Salah satu
program yang dapat membentuk serta memperkuat kompetensi guru adalah Program
Pengalaman Lapangan (PPL). Menurut peraturan Menteri Riset Telnologi, dan
Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2017 Tentang Standar
Pendidikan Guru, Mata Kuliah Pengenalan Lapangan Persekolahan (Selanjutnya
disingkat PPL) adalah proses pengamatan/observasi dan pemagangan yang dilakukan oleh
mahasiswa Program Sarjana Pendidikan untuk mempelajari aspek-aspek pembelajaran
dan pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan.
Mata Kuliah Ini Merupakan Pengganti Mata Kuliah Kerja Nyata (Selanjutnya
disingkat KKN) Yang Menjadi Mata Kuliah Wajib Program Pendidikan Profesi Guru
(PPG), yang berfungsi mempersiapkan sarjana pendidikan (S1) dan sarjana lulusan non
pendidikan pendidikan untuk menjadi guru professional. Sesuai dengan peraturan Menteri
Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi di atas, Mata Kuliah PLP memiliki bobot
minimal 4 SKS. Ringkasnya Mata Kuliah PLP merupakan sarana pembelajaran yang
menghantarkan mahasiswa sarjana pendidikan mengenal, mengobservasi, mempelajari,
menganalisis, aspek-aspek pendidikan yang dapat mencakup perencanaan pembelajaran,
proses pembelajaran, penilaian hasil belajar, analisis hasil belajar, pelaporan hasil belajar,
manajemen pendidikan, administrasi pendidikan,tenaga pendidikan dan kependidikan
serta hubungan pendidikan dengan masyarakat dan pemerintah.
Program PLP Universitas Jambi bekerja sama dengan sekolah-sekolah negeri yang
ada di provinsi Jambi, salah satunya adalah SMP Negeri 7 Kota Jambi. SMP Negeri 7

1
Kota Jambi terletak di Jl. Jend. Ahmad Yani No. 06, Telanaipura, Jambi. Letak SMP ini
sangat strategis yaitu terletak dipinggir jalan. Didepannya berbatasan dengan jalan raya
dan disampingnya berbatasan dengan SMK N 1 Kota Jambi. Di lingkungan sekolah
terdapat mushola yang berfungsi sebagai tempat ibadah bagi siswa dan guru.
SMP Negeri 7 Kota Jambi didirikan pada tanggal 23 April 1977, sebelum menjadi
SMP N 7 Jambi, SMP yang berdiri pada tahun 1974 ini adalah SMP N 6, yang dipimpin
oleh Alidar Wahid Hamzah. Pada masa pimpinannya, SMP N 6 hanya memiliki 4 ruang
kelas. Seiring berjalannya waktu, Alidar Wahid Hamzah digantikan oleh A.B. Sirait pada
tahun 1978 – 1985. Pada masa kepemimpinan A.B. Sirait ini, datang bantuan dari Dinas
Pendidikan Nasional Jakarta, berupa alat peraga Fisika dan Biologi ke SMP N 7 yang
terletak di Pasir Putih. Maka atas kebijakan A.B. Sirait diajukan surat permohonan
pergantian nama sekolah ke Dinas Pendidikan Nasional. Dengan tujuan alat peraga Fisika
dan Biologi bisa dimiliki oleh SMP N 6 yang direncanakan akan berganti nama menjadi
SMP N 7.
Nama SMP Negeri 7 Kota Jambi yang saat ini dipimpin oleh Ibu Zaidawati
S.Pd.,M.Pd tentunya tidak asing lagi ditelinga masyarakat sehingga SMP N 7 Kota Jambi
menjadi pilihan utama orang tua untuk menyekolahkan anaknya. Akan tetapi, penerimaan
siswa dibatasi karena keterbatasan ruang belajar. Semua Kepala Sekolah yang pernah
mengabdi di SMP N 7 Kota Jambi mempunyai Visi dan Misi yang sama yaitu kualitas
mutu pendidikan selalu jadi prioritas utama. Sehingga grafik prestasi dan nilai akhir siswa
terus meningkat begitupun juga dengan grafik penerimaan siswa tiap tahunnya selalu
berjalan naik. Keberadaan siswa SMP Negeri 7 Kota Jambi diterima melalui seleksi NEM
yang telah ditetapkan batas minimalnya oleh sekolah, namun mulai tahun 2006 sudah
melalui Test. Berikut ini keberadaan siswa dan pendistribusiannya untuk setiap kelas. Di
SMP Negeri 7 Kota Jambi, siswanya tergabung dalam suatu organisasi yang disebut OSIS.
Dalam organisasi ini, siswa dapat memantapkan kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler
dalam menunjang pencapaian meningkatkan apresiasi penghayatan seni serta
menumbuhkan sikap berbangsa dan bernegara. Kegiatan – kegiatan di SMP Negeri 7 Kota
Jambi yang sering ditangani oleh OSIS antara lain ada kegiatan rutin dan kegiatan

2
ekstrakurikuler. Kegiatan rutin antara lain upacara bendera setiap hari Senin, sedangkan
kegiatan ekstrakurikuler yang berada dibawah naungan OSIS antara lain: Paskibraka,
Pramuka, PMR, Kesenian, Redaksi Mading, Petugas Kesehatan Sekolah dan Olahraga.
Sekolah ini pada dasarnya memiliki fasilitas yang cukup baik, namun fasilitas
tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal. Media pembelajaran yang tersedia hanya
terbatas pada mata pelajaran tertentu, dan juga dirasa kurang menarik perhatian siswa.
Kelas VII secara keseluruhannya ada 10 kelas, yang terdiri dari kelas A, B, C, D, E, F, G,
H, I, J, dan K. Ada 3 kategori untuk kelas VII, yaitu kelas regular (A, B, C, D, E, F), kelas
unggul (G, H, I, J) dan kelas bakat (K). Media pembelajaran yang ada di tiap kelas hanya
ada papan tulis, spidol dan penghapus, kecuali kelas VII J dan K yang dilengkapi dengan
TV. Pada umumnya siswa kelas VII A, B, C, D, E, F, G, H, DAN I merasa bosan dengan
kegiatan pembelajaran IPS ode ceramah dan diskusi. Banyak siswa yang merasa kurang
tertarik dengan mata pelajaran IPS dan cenderung asyik dengan kegiatannya sendiri tanpa
menghiraukan penjelasan dari guru. Mereka tidak dapat menerima materi yang
disampaikan oleh guru secara maksimal. Hal ini yang menyebabkan rendahnya hasil
belajar siswa pada mata pelajaran IPS.
Siswa tidak berperan aktif dalam proses pembelajaran. Mereka hanya pasif
mendengarkan ceramah yang disampaikan oleh guru. Guru juga tidak menggunakan
media pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk lebih mudah memahami dan
mengingat materi. Siswa tidak mendapat kesempatan untuk berinteraksi dengan siswa
lainya dengan cara diskusi. Kurangnya pengetahuan guru terhadap pembelajaran yang
inovatif sehingga belum dapat menciptakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,
efektif dan menyenangkan. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS dengan metode
ceramah yang biasa digunakan guru dalam menyampaikan materi, masih belum
memenuhi batas ketuntasan minimal. Banyak siswa yang mendapatkan nilai di bawah
rata-rata.
Penyebab utama terjadinya masalah ini adalah karena kurangnya pengetahuan
guru terhadap pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Mereka kurang memahami tentang komponen-komponen yang mampu menunjang

3
tercapainya tujuan pembelajaran tersebut. Salah satu upaya untuk meningkatkan hasil
belajar siswa adalah melalui pembelajaran aktif menggunakan metode Snowball Trowing,
Talking Stick, dan Diskusi dilengkapi dengan media mind mapping.
Menurut Hakim & Pramukantoro dalam (Djahir, Walanda, & Hamzah) (2014)
model pembelajaran Snowball Throwing merupakan salah satu modifikasi dari teknik
bertanya yang menitikberatkan pada kemampuan merumuskan pertanyaan yang dikemas
dalam sebuah permainan yang menarik yaitu saling melemparkan bola salju yang
berisikan pertanyaan kepada sesame teman, dimana cara penyajian bahan pelajaran untuk
model snowball throwing yaitu siswa dibentuk dalam beberapa kelompok yang heterogen
kemudian masing-masing kelompok dipilih ketua kelompok untuk mendapatkan tugas
dari guru lalu masing-masing siswa membuat pertanyaan yang masing-masing siswa
menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh. Snowball Throwing diterapkan karena
model pembelajaran ini menciptakan suasana yang menyenangkan dalam proses belajar
dan membangkitkan motivasi siswa dalam belajar.
Menurut Huda dalam (Sari, Wibowo, & Murwani) (2015) Talking Stick (tongkat
berbicara) adalah metode yang digunakan untuk mengajak semua orang berbicara atau
menyampaikan suatu pendapatnya. Kini metode ini sudah digunakan sebagaimetode
pembelajaran ruang kelas. Sebagaimana namanya, Talking Stick merupakan metode
pembelakaran kelompok dengan bantuan tongkat. Kelompok yang memegang tongkat
terlebih dahulu wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah mereka mempelajari materi
pokoknya. Kegiatan ini diulang terus-menerus sampai semua kelompok mendapatkan
giliran untuk menjawab pertanyaan dari guru.
Menurut Joyce dalam (Maria Ana) (2015) pemetaan pikiran (mind mapping), salah
satu keterampilan yang paling efektif dalam proses berpikir kreatif. Pemetaan pikiran
mirip dengan outlining, tetapi lebih menarik secara visual,dan melibatkan kedua belahan-
otak. Informasi juga mengatur dirinya sendiri dalam kelompok-kelompok sendiri saat
mengalir dari pikiran ke lembaran kertas. Dalam pemetaan pikiran, gagasan, dan
pemikiran dapat mengalir bebas. Menurut Alamsyah dalam (Maria Ana) (2015) sistem
peta pikiran atau mind mapping adalah suatu teknik visual yang dapat melaraskan proses

4
pembelajaran dengan cara kerja alami otak. Pencatatan menggunakan sistem peta pikiran,
tidak bias menggunakan otak kiri, tetapi juga menggunakan otak kanan, dimana kita
melibatkan symbol-simbol atau gambar-gambar yang kita sukai. Kita juga dapat
menggunakan warna-warni untuk percabangan-percabangan yang mengindikasikan
makna tertentu.

1.2 Pendekatan Penyelesaian


1. Memahami Masalah
Pelajar seringkali gagal dalam menyelesaikan masalah karena semata-mata mereka
tidak memahami masalah yang dihadapinya. Atau mungkin ketika suatu masalah
diberikan kepada anak dan anak itu langsung dapat menyelesaikan masalah tersebut
dengan benar, namun soal tersebut tidak dapat dikatakan sebagai masalah. Untuk
dapat memahami suatu masalah yang harus dilakukan adalah pahami bahasa atau
istilah yang digunakan dalam masalah tersebut, merumuskan apa yang diketahui, apa
yang ditanyakan, apakah informasi yang diperoleh cukup, kondisi/syarat apa saja
yang harus terpenuhi, nyatakan atau tuliskan masalah dalam bentuk yang lebih
operasional sehingga mempermudah untuk dipecahkan. Kemampuan dalam
menyelesaikan suatu masalah dapat diperoleh dengan rutin menyelesaikan masalah.
Berdasarkan hasil dari banyak penelitian, anak yang rutin dalam latihan pemecahan
masalah akan memiliki nilai tes pemecahan masalah yang lebih tinggi dibandingkan
dengan anak yang jarang berlatih mengerjakan soal-soal pemecahan masalah. Selain
itu, ketertarikan dalam menghadapi tantangan dan kemauan untuk menyelesaikan
masalah merupakan modal utama dalam pemecahan masalah.
2. Merencanakan Pemecahan
Memilih rencana pemecahan masalah yang sesuai bergantung dari seberapa sering
pengelaman kita menyelesaikan masalah sebelumnya. Semakin sering kita
mengerjakan latihan pemecahan masalah maka pola penyelesaian masalah itu akan
semakin mudah didapatkan. Untuk merencanakan pemecahan masalah kita dapat
mencari kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi atau mengingat-ingat kembali

5
masalah yang pernah diselesaikan yang memiliki kemiripan sifat / pola dengan
masalah yang akan dipecahkan. Kemudian barulah menyusun prosedur
penyelesaiannya.
3. Melaksanakan Rencana
Langkah ini lebih mudah dari pada merencanakan pemecahan masalah, yang harus
dilakukan hanyalah menjalankan strategi yang telah dibuat dengan ketekunana dan
ketelitian untuk mendapatkan penyelesaian.
4. Melihat Kembali
Kegiatan pada langkah ini adalah menganalisi dan mengevaluasi apakah strategi yang
diterapkan dan hasil yang diperoleh benar, apakah ada strategi lain yang lebih efektif,
apakah strategi yang dibuat dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah sejenis,
atau apakah strategi dapat dibuat generalisasinya.

1.3 Tujuan
1. Menelaah kurikulum dan perangkat pembelajaran yang digunakan guru.
2. Menelaah strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru.
3. Membantu guru dalam mengembangkan RPP, media pembelajaran, lembar
kegiatan peserta didik, bahan ajar dan perangkat evaluasi.
4. Membantu guru mencari solusi dalam menghadapi permasalahan saat proses
pembelajaran berlangsung.

1.4 Manfaat
Semoga laporan ini dapat menambah pengetahuan bagi siswa/I, mahasiswa,
pendidik dan masyarakat umum mengenai permasalahan yang terjadi di sekolah serta
solusinya.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Metode Pembelajaran


Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam strategi pembelajaran,
kedalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk
mengimplementasikan pembelajaran aktif (Ekawarna, 2016:46), diantaranya:
1. Metode Mind Mapping
Pembelajaran ini sangat cocok untuk mereview pengetahuan awal peserta didik.
Sintaknya adalah: informasi kompetensi, sajian permasalahan terbuka, peserta
didik berkelompok untuk menanggapi dan membuat berbagai alternatif jawaban,
presentasi hasil diskusi kelompok, peserta didik membuat kesimpulan dari hasil
setiap kelompok, evaluasi dan refleksi. (Ekawarna, 2016:121).
2. Metode Talking Stick
Sintaksnya adalah: Guru menyiapkan sebuah tongkat, Guru menyampaikan
materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk membaca dan mempelajari materi, Setelah selesai membaca
materi/buku pelajaran dan mempelajarinya, peserta didik menutup bukunya, Guru
mengambil tongkat dan memberikan kepada peserta didik, setelah itu guru
memberikan pertanyaan dan peserta didik yang memegang tongkat tersebut harus
menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar peserta didik
mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru, Guru memberikan
kesimpulan, Evaluasi, dan Penutup (Ekawarna, 2016:124).
3. Metode Snowball Throwing
Sintaksnya adalah: Guru menyampaikan materi yang akan disajikan, Guru
membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua
kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi, Masing-masing ketua

7
kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan
materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya, Kemudian masing-masing
peserta didik diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu
pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua
kelompok, Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola
dan dilempar dari satu peserta didik ke peserta didik yang lain selama ± 15 menit,
Setelah peserta didik dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas
berbentuk bola tersebut secara bergantian, Evaluasi, dan Penutup (Ekawarna,
2016:124-125).

2.2 Media Pembelajaran


2.2.1 Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti tengah,
perantara, atau pengantar. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar
pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Penggunaan media pembelajaran sangat
dianjurkan agar proses interaksi belajar mengajar antara guru dan siswa tidak
membosankan dan dapat menimbulkan minat belajar siswa. Arsyad (2007:4) media adalah
komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional
dilingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Hamalik (2003:57)
menuturkan bahwa pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-
unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling
mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran. Jadi media pembelajaran adalah suatu
perantara komponen sumber belajar yang menjadikan siswa berminat dalam belajar
sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Media pembelajaran bisa dipahami sebagai media yang digunakan dalam proses
dan tujuan pembelajaran. Pada hakikatnya proses pembelajaran juga merupakan
komunikasi, maka media pembelajaran bisa dipahami sebagai media komunikasi yang
digunakan dalam proses komunikasi tersebut, media pembelajaran memiliki peranan

8
penting sebagai sarana untuk menyalurkan pesan pembelajaran. Jadi media pelajaran
dapat digunakan oleh pendidik sebagai alat atau metodik dan teknik yang digunakan
sebagai perantara komunikasi antara seorang guru dan murid dalam rangka lebih
mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan
pengajaran di sekolah.
2.2.2 Fungsi dan Manfaat Media
Levie & Lentsz (1982) yang dikutip Sanaky (2009: 6), mengemukakan empat
fungsi media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu: Fungsi Atensi, Fungsi Afektif,
Fungsi Kognitif, Fungsi Kompensatoris.
1. Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkanperhatian
siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual
yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. Seringkali pada awal pelajaran
peserta didik tidak tertarik dengan materi pelajaran atau mata kuliah yang tidak
disenangi oleh mereka sehingga mereka tidak memperhatikan. Media visual yang
diproyeksikan dapat menenangkan dan mengarahkan perhatian mereka kepada mata
kuliah yang akan mereka terima. Dengan demikian, kemungkinan untuk memperoleh
dan mengingat isi materi perkuliahan semakin besar.
2. Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan peserta didik ketika
belajar atau membaca teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat
menggugah emosi dan sikap siswa. Misalnya informasi yang menyangkut masalah
sosial atau ras. Fungsi kognitif media visual terlihat dari lambang visual atau gambar
memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau
pesan yang terkandung dalam gambar.
3. Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media
visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah
dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya
kembali. Dengan kata lain, media pembelajaran berfungsi untuk mengakomodasikan
siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan
dengan teks atau disajikan secara verbal

9
Sudjana dkk (2002: 2), mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses
belajar siswa yaitu:
1. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan
motivasi belajar.
2. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh
siswa sehingga memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran.
3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui
penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan
tenaga, apalagi bila guru mengajar pada setiap jam pelajaran.
4. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya
mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati.
2.2.3 Pemilihan Media Pembelajaran
Pemilihan media pembelajaran dalam interaksi belajar mengajar didasarkan pada
kriteria tertentu Untuk itu ada beberapa kriteria yang patut diperhatikandalam memilih
media menurut Dick dan Carey (Sadiman, 2003: 83-84), yaitu:
1. Ketersediaan sumber setempat.
2. Ada tidaknya dana, tenaga, dan fasilitas untuk membeli atau memproduksinya.
3. Adanya faktor yang menyangkut keluwesan, kepraktisan, dan ketahanan media untuk
waktu yang lama.
4. Efektivitas biaya dalam jangka waktu yang panjang.
Selain itu, Sudjana dan Rivai (2002: 4-5) juga mengungkapkan kriteria kriteria
dalam memilih dan menggunakan media pembelajaran, yaitu:
1. Ketepatannnya dengan tujuan pengajaran.
2. Dukungan terhadap isi bahan pelajaran.
3. Kemudahan memperoleh media.
4. Keterampilan guru dalam menggunakannya.
5. Tersedia waktu untuk menggunakannnya.
6. Sesuai dengan taraf berpikir siswa.

10
2.2.4 Jenis-Jenis Media Pembelajaran
Meskipun sudah banyak ragam dan format media yang dikembangkan dan
diproduksi untuk pembelajaran, namum pada dasarnya media tersebut dapat di
kelompokkan menjadi empat jenis (Rayandra, 2010:52-53) yaitu sebagai berikut :
a. Media audio
Media audio adalah jenis media yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan
hanya melibatkan pendengaran peserta didik.
b. Media visual
Meida visual adalah jenis media yang dugunakan hanya mengandalkan indera
penglihatan semata.
c. Media audio-visual
Media audio-visual adalah jenis media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran
dengan melibatkan pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam satu proses.
d. Multimedia
Multimedia yaitu media yang melibatkan berbagai indera dalam satu kegiatan
pembeljaran.
2.2.5 Faktor-faktor yang Perlu Diperhatikan dalam Memilih Media Pembelajaran
a. Unsur subjektivitas guru dalam memilih media pembelajaran harus dihindarkan.
Artinya, guru tidak boleh mimilih suatu media pembelajaran atas kesenangan pribadi.
Apabila secara objektif, berdasarkan hasil penelitian dan percobaan, suatu media
pembelajaran menunjukkan keefektifan dan keefesiansi yang tinggi, maka guru
jangan merasa bosan menggunakannya. Untuk menghindari pengaruh unsur
subjektivitas guru, alangkah baiknya apabila dalam memilih media pembelajaran itu
guru meminta pandangan atau saran dari sesama guru, dan/atau melibatkan siswa.
b. Program pengajaran. Program pengajaran yang akan disampaikan kepada anak didik
harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku, baik isinya, strukturnya, maupun
kedalamannya. Meskipiun secara teknis program itu sangat sangat baik, jika tidak
sesuai dengan kurikulum ia tidak akan banyak membawa manfaat; bahkan mungkin
hanya menambah beban, baik bagi anak didik maupun bagi guru disamping akan

11
membuang-buang waktu, tenaga dan biaya. Terkecuali jika program itu hanya
dimaksudkan untuk mengisi waktu senggang saja, dari pada anak didik bemain-main
tidak karuan.
c. Sasaran Program. Sasaran program yang dimaksud adalah anak didik yang akan
menerima informasi pengajaran melalui media pengajaran. Pada tingkat usia tertentu
dan dalam kondisi tertentu anak didik mempunyai kemampuan tertentu pula, baik
cara berfikirnya, daya imajinasinya, kebutuhannya, maupun daya tahan dalam
belajarnya. Untuk itu maka media yang akan digunakan harus dilihat kesesuaiannya
dengan tingkat perkembangan anak didik, baik dari segi bahasa, symbol-simbol yang
digunakan, cara dan kecepatan penyajiannnya, ataupun waktu penggunaannya.
d. Situasi dan Kondisi. Situasi dan kondisi yang ada juga perlu mendapat perhatian
dalam menentukan pilihan media pembelajaran yang akan digunakan. Situasi dan
kondisi yang dimaksud meliputi:
1. Situasi dan kondisi sekolah atau tempat dan ruangan yang akan dipergunakan,
seperti ukurannya, perlengkapannya, ventilasinya.
2. Situasi dan kondisi anak didik yang akan mengikuti pelajaran mengenai
jumlahnya, motivasi, dan kegairahannya. Anak didik yang sudah melakukan
praktik yang berat, seperti praktik olahraga, biasanya kegairahan belajarnya
sangat menurun.
e. Kualits Teknik. Dari segi teknik, media pembelajaran yang akan digunakan perlu
diperhatikan, apakah sudah memenuhi syarat. Barangkali ada rekaman audionya atau
gambar-gambar atau alat-alat bantunya yang kurang jelas atau kurang lengkap,
sehingga perlu penyempurnaan sebelum digunakan. Suara atau gambar yang kurang
jelas bukan saja tidak menarik, tetapi juga dapat menggangu jalannya proses belajar
mengajar.
f. Keefektifan dan Efisiensi Penggunaan. Keefektifan berkenaan dengan hasil yang
dicapai, sedangkan efisiensi berkenaan dengan proses pencapaian hasil tersebut.

12
2.3 Hasil Belajar
2.3.1 Pengertian Hasil Belajar
Dalam kehidupan manusia pasti mengejar prestasi dalam bidang kemampuan
masing-masing. Prestasi dapat memberikan kepuasan tertentu kepada manusia, begitu
pula untuk siswa yang duduk di bangku sekolah selalu ingin meningkatkan kemampuan
dan hasil belajarnya semaksimal mungkin.
Pengertian tentang hasil belajar oleh Nawawi yang dikutip K. Brahim (dalam
Susanto, 2013:5) menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat
keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam
skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Rosyada
berpendapat hasil belajar merupakan suatu proses dimana suatu organisme mengalami
perubahan perilaku karena adanya pengalaman dan proses belajar telah terjadi jika di
dalam diri anak telah terjadi perubahan, perubahan tersebut diperoleh dari pengalaman
sebagai interaksi dengan lingkungan. Menurut Purwanto (2013:49) hasil belajar adalah
perwujudan kemampuan akibat perubahan perilaku yang dilakukan oleh usaha
pendidikan.
Adapun menurut Bloom (dalam Suprijono, 2009:6) hasil belajar mencakup
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge,
comprehension, application, analysis. Synthesis, dan evaluating. Domain afektif adalah
receiving, responding, valuing, organization, dan characterization. Domain psikomotor
meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan
produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual.
Lebih lanjut, merujuk dari pemikiran Gagne (dalam Thobroni, 2016:20-21) hasil
belajar dapat berupa hal-hal berikut ini:
1. Informasi verbal, yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk
bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap
rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol,
pemecahan masalah, maupun penerapan aturan.

13
2. Keterampilan intelektual, yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang.
Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan
analitis-sintetis fakta-konsep, dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan.
Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif
bersifat khas.
3. Startegi kognitif, yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas
kognitifnya. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam
memecahkan masalah.
4. Keterampilan motorik, yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani
dalam urusan dan koordinasi sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian
terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan
eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadi nilai-nilai sebagai
standar perilaku.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwasanya hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah melakukan aktivitas
belajar yang mengakibatkan perubahan pemahaman dan tingkah laku pada diri seseorang.
2.3.2 Macam-Macam Hasil Belajar
Bloom, dkk. (dalam Sujiono, 2009:48-49) membagi hasil belajar dalam 3 ranah
yaitu sebagai berikut:
1. Ranah kognitif yaitu ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Dalam ranah ini
terdapat enam tingkatan yaitu :
1) Pengetahuan
2) Pemahaman
3) Penerapan
4) Analisis
5) Sintesis
6) Penilaian

14
2. Ranah afektif yaitu ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif
mencakup kemampuan-kemampuan emosional dalam mengalami dan menghayati
sesuatu hal yang meliputi lima macam kemampuan emosional yang disusun secara
hirarkis yaitu:
1) Kesadaran
2) Partisipasi
3) Penghayatan nilai
4) Pengorganisasian nilai
5) Karakterisasi diri
3. Ranah psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau
kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.
Ketiga Ranah diatas merupakan objek penilaian hasil belajar. Di antara ketiga
ranah tersebut, ranah kongitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru disekolah,
karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.
2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Syah (2013:145) mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu faktor internal, eksternal dan
pendekatan belajar.
a. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua
aspek, yaitu faktor fisiologis dan psikologis.
1. Fisiologis, faktor ini meliputi kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot)
yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya dan
kondisi panca indra.
2. Kondisi psikologis, faktor ini meliputi tingkat kecerdasan atau intelegensi siswa,
sikap, bakat, minat, dan motivasi siswa.
b. Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa yang meliputi dua
macam, yaitu lingkungan sosial dan lingkungan nonsosial.
1. Lingkungan sosial yang dimaksud adalah manusia atau sesama manusia, baik
manusia itu ada (kehadirannya) ataupun tidak langsung hadir. Dalam lingkungan

15
sosial yang mempengaruhi belajar siswa ini dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu
rumah, sekolah, dan masyarakat.
2. Lingkungan non sosial meliputi gedung sekolah dan letaknya, alat-alat belajar,
keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa.
c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning) yaitu jenis upaya belajar yang
meliputi strategi yang digunakan siswa dalam menunjang keefektifan dan efisiensi
proses pembelajaran materi tertentu.
Adapun Slameto (2010:54-59) menerangkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut:
1. Faktor Internal yaitu faktor yang timbul dari dalam diri siswa itu sendiri. Di dalam
faktor internal terdapat lagi tiga faktor yang terdiri dari: faktor jasmaniah, faktor
psikologos, dan faktor kelelahan.
a. Faktor Jasmaniah
1) Faktor kesehatan. Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta
bagian-bagiannya/ bebas dari penyakit. Kesehatan seseorang berpengaruh
terhadap belajarnya. Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah
mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu
mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, makan,
olahraga, rekreasi dan ibadah.
2) Faktor cacat tubuh. Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang
baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/ badan. Keadaan cacat tubuh juga
mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya juga terganggu. Jika hal
ini terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau
diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh
kecacatannya itu.
b. Faktor Psikologis
1) Intelegensi. Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu
kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru
dengan cepat dan efektif, mengetahui/ menggunakan konsep-konsep yang

16
abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.
Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar.
2) Perhatian. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus
mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran
tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan, sehingga ia tidak
suka lagi belajar.
3) Minat. Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati sesorang, diperhatikan
terus-menerus yang disertai dengan rasa senang. Minat besar pengaruhnya
terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai
dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena
tidak ada daya tarik baginya.
4) Bakat. Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan
terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau
berlatih.jikabahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya,
maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang dan pastilah ia lebih giat lagi
dalam belajarnya itu.
5) Motif. Motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. Di
dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi untuk
mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab berbuat
adalah motif itu sendiri sebagai daya penggerak/ pendorongnya. Motif yang
kuat sangatlah perlu di dalam belajar, di dalam membentuk motif yang kuat itu
dapat dilaksanakan dengan adanya latihan dan pengaruh lingkungan yang
memperkuat.
6) Kematangan. Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan
seseorang, di aman alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan
kecakapan baru. Belajar akan berhasil bila anak sudah siap (matang).

17
7) Kesiapan. Kesiapan adalah kesediaan untuk memberikan respon atau bereaksi.
Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar
dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.
c. Faktor Kelelahan
Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kaelelahan rohani. Kelelahan
jasmani terjadi karena kekacauan substansi sisa pembakaran di dalam tubuh,
sehingga darah tidak/ kurang lancar pada bagian-bagian tertentu. Sedangkan
kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga
minat dan dorongan untuk belajar itu hilang.
2. Faktor Eksternal yaitu faktor yang timbul dari luar diri siswa itu sendiri. Di dalam
faktor eksternal ini terdiri dari tiga faktor, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan
faktor masyarakat.
a. Faktor Keluarga
1) Cara orang tua mendidik. Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya
terhadap belajar anaknya. Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama
dan utama. Cara orang tua mendidik anak-anaknya akan berpengaruh terhadap
belajarnya.
2) Relasi antar anggota keluarga. Relasi antar anggota keluarga yang terpenting
adalah relasi orang tua dengan anaknya. Selain itu relasi anak dengan
saudaranya atau dengan anggota keluarga yang lain pun turut mempengaruhi
belajar anaknya. Demi kelancaran dan keberhasilan belajaran anak, perlu
diusahakan relasi yang baik di dalam keluarga.
3) Suasana rumah. Suasana rumah yang dimaksudkan sebagai situasi atau
kejadian-kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga di mana anak berada
dan belajar. Agar anak dapat belajar dengan baik perlu diciptakan suasana
rumah yang tentram dan menyenangkan, sehingga anak dapat belajar dengan
baik dan memperoleh hasil belajar yang maksimal.

18
4) Keadaan ekonomi keluarga. Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya
dengan belajar anak. Jika anak hidup dalam lingkungan keluarga yang
ekonominya lemah, kebutuhan pokok anak dalam belajar kurang terpenuhi,
sehingga belajar anak akan terganggu.
5) Pengertian orang tua. Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua.
Jika anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas rumah.
6) Latar belakang kebudayaan. Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam
keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak
ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar mendorong semangat anak
untuk belajar.
b. Faktor Sekolah
1) Metode mengajar. Metode mengajar adalah suatu cara/jalan yang harus dilalui
di dalam mengajar. Metode mengajar mempengaruhi belajar dan berakibat
kepada hasil belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka metode
mengajar yang digunakan harus diusahakn yang setepat, efisien, dan efektif
mungkin.
2) Kurikulum. Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan
kepada siswa. Kurikulum diajukan untuk menyajikan bahan pelajaran agar
siswa menerima, menguasai, dan mengembangkan bahan pelajaran itu.
Kurikulum yang kurang baik berpengaruh tidak baik terhadap hasil belajarnya.
3) Relasi guru dengan siswa. Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan
siswa. Proses tersebut juga dipengaruhi oleh relasi yang ada dalam proses itu
sendiri. Jadi caraa belajar siswa juga dipengaruhi oleh relasinya dengan
gurunya.
4) Relasi siswa dengan siswa. Siswa yang mempunyai sifat-sifat atau tingkah
laku yang kurang menyenangkan teman lain, mempunyai rasa rendah diri atau
sedang mengalami tekanan batin, akan disaingkan dari kelompok. Akibatnya
makin parah masalahnya dan akan mengganggu belajarnya.

19
5) Disiplin sekolah. Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan
siswa dalam masuk sekolah dan juga dalam belajar. Agar siswa belajar lebih
maju, siswa harus disiplin di dalam belajar, baik di sekolah, di rumah dan di
perpustakaan.
6) Alat pelajaran. Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa,
karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu menagajar dipakai
pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan itu. Alat pelajaran yang
baik dan lengakap itu perlu agar guru dapat mengajar dengan baik sehingga
siswa dapat belajar dengan baik.
7) Waktu sekolah. Waktu sekolah adalah waktu terjadinya proses belajar
mengajar di sekolah, waktu iru dapat pagi hari, siang, sore/ malam hari.
Memilih waktu belajar sekolah yang tepat akan memberi pengaruh yang positif
terhadap belajar dan hasil belajar.
8) Keadaan gedung. Dengan jumlah siswa yang banyak serta variasi karakteristik
mereka masing-masing menuntut keadaan gedung harus memadai di dalam
setiap kelas.
9) Metode belajar. Banyak siswa melaksanakan cara belajar yang salah. Dengan
cara belajar yang tepat akan efektif pula hasil belajar siswa itu.
c. Faktor Masyarakat
1) Kegiatan siswa dalam masyarakat. Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat
menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya. Perlu pula kiranya
membatasi kegiatan siswa dalam masyarakat supaya jangan sampai
mengganggu belajarnya.
2) Massa media. Massa media yang baik memberikan pengaruh yang baik
terhadap siswa dan juga terhadap hasil belajarnya. Sebaliknya massa media
yang jelek juga akan berpengaruh terhadap siswa.
3) Teman bergaul. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka perlulah
diusahakan agar siswa memiliki teman bergaul yang baik-baik dan pembinaan

20
pergaulan yang baik serta pengawasan dari orang tua dan pendidik harus
bijaksana.
4) Bentuk kehidupan masyarakat. Perlu untuk emngusahakn lingkungan yang
baik agar dapat memberi pengaruh yang positif terhadap anak/ siswa sehingga
dapat belajar dengan sebaik-baiknya.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar dipengaruhi
beberapa faktor-faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor
yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri seperti faktor jasmaniah, faktor faktor
psikologis, dan faktor kelelahan. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri
siswa (lingkungan) seperti faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.

21
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH

3.1 Waktu Dan Tempat Pengumpulan Data


Pengenalan Lapangan Persekolahan dilaksanakan di SMPN 7 Kota Jambi
alamat Jl. Jend. A. Thalib, Telanaipura, Kota Jambi. Pemilihan lokasi ini sebagai
tempat penelitian didasarkan atas penempatan PLP oleh panitia.

3.2 Subjek Pengumpilan Data


Subjek pengumpulan data ini adalah siswa-siswi kelas 7 pada tahun pelajaran
2017/2018 yang terdiri atas kelas VII secara keseluruhannya ada 10 kelas, yang terdiri
dari kelas A, B, C, D, E, F, G, H, I, J, dan K. Ada 3 kategori untuk kelas VII, yaitu
kelas regular (A, B, C, D, E, F), kelas unggul (G, H, I, J) dan kelas bakat (K). Penulis
mendapatkan kelas VIIG berjumlah 32, VIIH berjumlah 35, VII I berjumlah 35, VII
J berjumlah 32, VII K berjumlah 32.

3.3 Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh
peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis
dan dipermudah olehnya (Arikuntoi, 2016). Instrumen pengumpulan data yang
penulis gunakan antara lain:
1. Wawancara
Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk
memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Wawancara ini digunakan bila
ingin mengetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam serta jumlah
responden sedikit. Ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi arus informasi
dalam wawancara, yaitu: pewawancara, responden, pedoman wawancara, dan
situasi wawancara (Hadeli, 2006). Menurut Nasution (2003: 113), wawancara

22
adalah suatu bentuk komunikasi verbal, jadi semacam percakapan yang bertujuan
memperoleh informasi.
Penulis melakukan wawancara dengan guru pamong sebagai observasi awal untuk
mengetahui karakteristik kelas yang telah di bagikan.
2. Pengamatan (Observation)
Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk
melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Apabila objek penelitian bersifat
perilaku, tindakan manusia, dan fenomena alam (kejadian-kejadian yang ada di
alam sekitar), proses kerja, dan penggunaan responden kecil. Observasi atau
pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan
mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Observasi
dapat dilakukan dengan partisipasi ataupun nonpartisipasi. Dalam observasi
partisipasi (participatory observation) pengamat ikut serta dalam kegiatan yang
sedang berlangsung, pengamat ikut sebagai peserta rapat atau peserta pelatihan.
Dalam observasi non partisipatif (nonparticipatory observation) pengamat tidak
ikut serta dalam kegiatan, dia hanya berperan mengamati kegiatan, tidak ikut
dalam kegiatan.
Penulis melakukan observasi awal non partisipatif dengan mengikuti guru pamong
saat mengajar.
3. Tes (Test)
Tes sebagai instrumen pengumpul data adalah serangkaian pertanyaan atau latihan
yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, inteligensi,
kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Secara umum
tes diartikan sebagai alat yang dipergunakan untuk mengukur pengetahuan atau
pengusaaan objek ukur terhadap seperangkat konten atau materi tertentu. Menurut
Sudijono (2003), tes adalah alat ukur atau prosedur yang dipergunakan dalam
rangka pengukuran dan penilaian. Tes dapat juga diartikan sebagai alat pengukur
yang mempunyai standar obyektif, sehingga dapat dipergunakan secara meluas,
serta betul-betul dapat digunakan untuk mengukur dan membandingkan keadaan

23
psikis atau tingkah laku individu. Dengan kata lain, tes merupakan suatu prosedur
yang sistemati untuk mengamati atau mendeskripsikan satu atau lebih karakteristik
seseorang dengan menggunakan standar numerik atau sistem kategori.
Tes yang digunakan penulis yaitu tes tertulis berbentuk isian singkat.

3.4 Langkah-Langkah Dalam Pemecahan Masalah


1. Memahami Masalah
Pelajar seringkali gagal dalam menyelesaikan masalah karena semata-mata mereka
tidak memahami masalah yang dihadapinya. Atau mungkin ketika suatu masalah
diberikan kepada anak dan anak itu langsung dapat menyelesaikan masalah tersebut
dengan benar, namun soal tersebut tidak dapat dikatakan sebagai masalah. Untuk
dapat memahami suatu masalah yang harus dilakukan adalah pahami bahasa atau
istilah yang digunakan dalam masalah tersebut, merumuskan apa yang diketahui, apa
yang ditanyakan, apakah informasi yang diperoleh cukup, kondisi/syarat apa saja
yang harus terpenuhi, nyatakan atau tuliskan masalah dalam bentuk yang lebih
operasional sehingga mempermudah untuk dipecahkan. Kemampuan dalam
menyelesaikan suatu masalah dapat diperoleh dengan rutin menyelesaikan masalah.
Berdasarkan hasil dari banyak penelitian, anak yang rutin dalam latihan pemecahan
masalah akan memiliki nilai tes pemecahan masalah yang lebih tinggi dibandingkan
dengan anak yang jarang berlatih mengerjakan soal-soal pemecahan masalah. Selain
itu, ketertarikan dalam menghadapi tantangan dan kemauan untuk menyelesaikan
masalah merupakan modal utama dalam pemecahan masalah.
2. Merencanakan Pemecahan
Memilih rencana pemecahan masalah yang sesuai bergantung dari seberapa sering
pengelaman kita menyelesaikan masalah sebelumnya. Semakin sering kita
mengerjakan latihan pemecahan masalah maka pola penyelesaian masalah itu akan
semakin mudah didapatkan. Untuk merencanakan pemecahan masalah kita dapat
mencari kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi atau mengingat-ingat kembali
masalah yang pernah diselesaikan yang memiliki kemiripan sifat / pola dengan

24
masalah yang akan dipecahkan. Kemudian barulah menyusun prosedur
penyelesaiannya.
3. Melaksanakan Rencana
Langkah ini lebih mudah dari pada merencanakan pemecahan masalah, yang harus
dilakukan hanyalah menjalankan strategi yang telah dibuat dengan ketekunana dan
ketelitian untuk mendapatkan penyelesaian.
4. Melihat Kembali
Kegiatan pada langkah ini adalah menganalisi dan mengevaluasi apakah strategi yang
diterapkan dan hasil yang diperoleh benar, apakah ada strategi lain yang lebih efektif,
apakah strategi yang dibuat dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah sejenis,
atau apakah strategi dapat dibuat generalisasinya. Ini bertujuan untuk menetapkan
keyakinan dan memantapkan pengalaman untuk mencoba masalah baru yang akan
datang.

3.5 Masalah Yang Di Hadapi dan Solusi


Dalam melaksanakan KBM di SMP Negeri 7 Kota Jambi terdapat berbagai masalah
yang dihadapi diantaranya :
1. Tidak menguasai materi.
2. Tidak menguasai kelas.
3. Penyampaian materi kurang teratur.
Adapun solusi dari permasalahan tersebut diantaranya:
1. Dalam Menyiapkan Pelajaran
Sebelum KBM, terlebih dahulu Penulis harus menguasai materi yang tertuang
dalam RPP dan kemudian mendiskusikannya dengan guru pamong penulis yaitu Siti
Masitah, S.Pd dan juga dengan teman-teman PLP Ekonomi lainnya. Disini penulis
sering meminta pendapat mengenai batas-batas bahan yang akan diajarkan serta
metode yang cocok digunakan di dalam kelas. Setelah mendapat persetujuan dan
dirasa mampu untuk melakukannya dan tepat dengan tujuan pengajaran, barulah
dapat digunakan dalam pengajaran. Hal seperti ini terus penulis lakukan sampai

25
berakhirnya masa PLP. Selain mempersiapkan bahan pelajaran yang tak kalah
pentingnya yang penulis lakukan adalah mempersiapkan mental untuk menghadapi
siswa-siswi di kelas. Dalam menyiapkan pelajaran ini, penulis merasakan adanya sisi
positif dan sisi negatif. Sisi positif diantaranya yaitu :

a. Penulis dapat mengatahui bagaimana cara mempersiapkan materi pengajaran


yang baik sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai
b. Penulis dapat mempelajari dan memahami bagaimana cara membuat dan
merancang rencana pembelajaran, membuat silabus (pengembangan Silabus)
serta membuat soal-soal tugas rumah dan mengoreksinya setiap diakhir
pelajaran.
c. Penulis dapat menerapkan ilmu-ilmu yang pernah dipelajari di kampus dalam
menyelesaikan pelajaran.
Selain itu, terdapat juga sisi-sisi negatif yang penulis rasakan, yaitu :

a. Penulis sering mengalami kesulitan dalam menentukan metode belajar yang tepat
agar terwujud suasana belajar yang kondusif.
b. Terkadang penulis bingung dalam menggunakan urutan materi pembelajaran
dikarenakan setiap buku teks (pedoman) yang ada memiliki perbedaan.
c. Penulis sering mengalami kesulitan dalam memotivasi siswa untuk belajar
dengan tertib
2) Dalam Penguasaan Kelas.
Dalam melaksanakan pengajaran, diawali dengan observasi lapangan yaitu
melihat bagaimana cara guru pamong menghadapi dan mengajar siswa di depan kelas.
Setelah itu penulis mencoba untuk mengajar tetapi masih dalam pengawasan guru
pamong yang melihat, menegur serta memberi saran atas permasalahan dan kesulitan
di kelas. Di dalam mengajar penulis juga menemukan adanya sisi positif dan negatif.
Diantaranya sisi positif tersebut ialah:
a. Penulis mengetahui kelemahan dan kekurangan dalam mengajar.

26
b. Saat mengajar terdapat materi yang kurang disukai siswa atau tidak menarik.
Dengan bantuan guru pamong penulis dapat sedikit tambahan tentang bagaimana
cara membuat siswa tertarik untuk belajar yaitu dengan memberikan contoh-
contoh yang konkrit.
Dan sisi negatif yang penulis rasakan adalah :

a. Siswa sering sekali menganggap remeh status penulis sebagai mahasiswa PPL
sehingga mereka terkesan kurang serius dalam belajar.
b. Adanya siswa yang kurang tertarik untuk belajar sehingga mengganggu siswa
lain yang ingin belajar.
c. Siswa meremehkan tugas-tugas yang diberikan oleh penulis, terkadang tidak mau
mengumpulkan tugas.
Dalam pelaksanaan PLP ada beberapa hambatan kecil yang dapat teratasi dengan
cepat. Hambatan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Sistematika Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), yaitu terdapat perbedaan
susunan sistematika RPP antara Mahasiswa Praktikan dengan pihak sekolah.
Sebagai pemecahan masalah tersebut, mahasiswa berdiskusi bersama dengan
pihak sekolah (guru pamong) untuk menentukan sistematika RPP yang
disepakati oleh kedua belah pihak.
b. Di awal praktek, mahasiswa memiliki kendala belum terbiasa atau belum bisa
dalam hal manajemen waktu, sehingga dalam implementasi RPP (proses
pembelajaran) menyita waktu melebihi dari RPP yang sudah dibuat, dampaknya
adalah terambilnya waktu mata pelajaran lain. Guru pamong selalu memberikan
masukan di akhir kegiatan pembelajaran kepada mahasiswa untuk mengatur
waktu seefektif mungkin
3) Dalam Melakukan Hubungan Sosial di Sekolah
Selama melakukan PPL, penulis sedikit banyak mengenal guru-guru serta staf
yang ada di lingkungan SMP Negeri 7 Kota Jambi. Selain itu juga sosialisasi perlu
dilakukan terhadap siswa-siswinya. Hubungan sosial ini dilakukan dengan cara

27
mengobrol dengan staf atau guru di waktu senggang dengan menciptakan suasana
yang nyaman dengan siswa. Dalam upaya sosialisasi ini, penulis juga menemukan
sisi positif yaitu:

a. Penulis mendapat masukan lebih dari staf/guru lain di lingkungan PPL tentang
bagaimana cara melaksanakan proses belajar yang baik serta bagaimana cara
menghadapi siswa-siswi.
b. Penulis merasa tidak terlalu tegang/vakum di sekolah karena guru-gurunya
ramah dan baik.
c. Penulis mendapat motivasi-motivasi dari guru supaya menjadi orang yang sukses
dan dapat membanggakan orang tua.
d. Penulis bisa dekat dengan siswa sehingga dalam belajar dapat tercipta suasana
yang lebih menyenangkan karena sudah saling mengenal dan siswa dapat dengan
terbuka menceritakan kesulitannya kepada penulis.
Dan juga terdapat sisi negatif, yaitu :

a. Dikarenakan kesibukan masing-masing (penulis dan guru-guru lain), sosialisasi


yang terjadi dirasakan kurang maksimal.
b. Bila terlalu dekat dengan siswa, bisa timbul dampak negatif yaitu penulis
kehilangan wibawa sebagai seorang pengajar.

28
BAB IV
HASIL YANG DICAPAI

Kegiatan PLP merupakan kegiatan yang sangat penting bagi mahasiswa sebagai
seorang calon guru. Kegiatan ini membentuk mahasiswa lebih mengenal dan memahami
lingkungan sekolah, melatih diri dalam pembentukan jiwa dan karakter seorang pendidik
dan dapat meningkatkan life skill sesuai dengan bidang dan kemampuan lain yang
dimilikinya. Selama melaksanakan PLP di SMP Negeri 7 Kota Jambi, mahasiswa PLP
banyak memperoleh pengetahuan tentang cara menghormati dan menghargai setiap
pendapat, memecahkan masalah sekolah, bimbingan proses pembelajaran, dll. Sehingga
dapat menjadi pembelajaran untuk menjadi seorang guru nantinya.

29
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan dan Saran


Masih terlalu panjang perjalanan yang harus di tempuh penulis untuk menjadi
seorang guru yang professional. Adapun 4 kemampuan yang harus dimiliki guru antara
lain kemampuan pedagogik, professional, kepribadian dan sosial. Dalam PLP selama 2
bulan ini penulis merasa terlalu singkat sementara masih banyak hal-hal yang belum
dikuasai. Menjadi seorang guru yang professional, penulis harus menambah pengetahuan
yang diperoleh dari kampus. Ternyata pembelajaran di lapangan dan pembelajaran yang
diperoleh di kampus jauh berbeda. Jika pembelajaran di kampus berdasarkan teori
sedangkan di lapangan lebih pada persiapan mental. Waktu 2 bulan bukanlah waktu yang
lama untuk bekal menjadi seorang guru di lapangan persekolahan. Sehingga interaksi
antara penulis dengan siswa, guru, dan lingkungan sekolah kurang intensif.

30

You might also like