You are on page 1of 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam membangun suatu perusahaan pertambangan dibutuhkan berbagai

macam kebijakan dan komitmen yang dapat mendukung majunya suatu perusahaan

tersebut. Hal-hal kecil tidak bisa dianggap sepele. Persoalan dimana perusahaan dimana

dibangun akan berpengaruh pada perkembangan suatu perusahaan. Dengan

memikirkan semua persoalan yang terbesar hingga yang terkecil sekalipun akan

berpengaruh pada kemajuan suatu pertambangan.

Semua ini tidak terlepas dari pencapaian yang ingin diraih. Oleh karena itu

dibutuhkan keselamatan dan kesejahteraan, baik itu dalam masyarakat perusahaan atau

pun masyarakat disekitar pembangunan perusahaan pertambangan itu sendiri.

Keselamatan dalam bekerja sangat vital. Dalam pembangunannya segala macam

risiko akan keselamatan perlu diperhatikan agar semua dapat berjalan dengan lancar.

Keselamatan bekerja sangat diperlukan mengingat pekerjaan di dunia pertambangan

bisa dikatakan cukup “keras”. Jika menghiraukan hal ini dipastikan suatu pertambangan

akan tidak aman sebab setiap hari akan ada saja yang celaka. Sehingga terciptalah suatu

divisi Health, Safety. and Environment. HSE (Health, Safety, Environment), atau di

beberapa perusahaan juga disebut EHS, HES, SHE, K3LL (Keselamatan & Kesehatan

Kerja dan Lindung Lingkungan), dan SSHE (Security, Safety, Health, Environment).

Semua itu adalah suatu Departemen atau bagian dari Struktur Organisasi Perusahaan

yang mempunyai fungsi pokok terhadap implementasi Sistem Manajemen Keselamatan

dan Kesehatan Kerja (SMK3) mulai dari Perencanaan, Pengorganisasian, Penerapan dan

Pengawasan serta Pelaporannya. Sementara, di Perusahaan yang mengeksploitasi


Sumber Daya Alam ditambah dengan peran terhadap Lingkungan (Lindungan

Lingkungan).

Membicarakan HSE bukan sekedar mengetengahkan issue seputar Hak dan

Kewajiban, tetapi juga berdasarkan Output, yaitu korelasinya terhadap Produktivitas

Karyawan. Belum lagi antisipasi kecelakaan kerja apabila terjadi Kasus karena kesalahan

prosedur ataupun kesalahan pekerja itu sendiri.

1.2. Rumusan Masalah

1) Apa yang dimaksud dengan HSE?

3) Apa peran HSE?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah:

1) Mengerti maksud dan tujuan terbentuknya HSE

2) Mengerti peran HSE


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Health, Safety, and Environment (HSE)

HSE merupakan salah satu bagian dari manajemen sebuah perusahaan. Ada

manejemen keuangan, manajemen sdm, dan juga ada Manajemen HSE. Di perusahaan,

manajemen HSE biasanya dipimpin oleh seorang manajer HSE, yang bertugas untuk

merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan seluruh program HSE. Program HSE

disesuaikan dengan tingkat resiko dari masing-masing bidang pekerjaan. Misal HSE

Konstruksi akan beda dengan HSE Pertambangan dan akan beda pula dengan HSE

Migas. HSE bukan merupakan suatu standard. Namun dalam menerapkan HSE kita perlu

mengadopsi beberapa standard. Untuk sektor minyak dan gas, beberapa standard

tentang HSE yang dapat dipakai adalah :

a. API RP 750, tentang Process Safety Management

b. OSHA CPR 119.10. 110, tentang Process Safety Management

c. OHSAS 18001, tentang Occupational Health and Safety

d. Kepmenaker tentang SMK3

e. NFPA, National Fire Protection Association

f. NEC, National Electrical Code

g. LSC, Life Safety Code

HSE distrukturkan secara distrukturkan secara sistematis sebagai sebuah sistem

manajemen sebuah organisasi untuk mencapai tujuan, sasaran dan visinya dalam aspek

Keselamatan dan Kesehatan kerja serta Lingkungan. Sebagai sebuah sistem, maka ini

adalah panduan dan aturan main bagi semua jajaran baik tim manajemen maupun

pekerja dan sub lini organisasi yang ada dalam organisasi/perusahaan.


Beberapa perusahaan mengintegrasikan sistem manajemen HSE ini dengan Sistem

Manajemen Sekuriti (Security) dan/atau Mutu (Quality). Bahkan ada yang

mengintegrasikan dengan semua aspek, spt. HR, Finance, Marketing dll, sehingga

terkadang nama sebuah sistem tidak lah terlalu penting, karena yang essential adalah

refleksi dari sistem itu sendiri dalam implementasinya. Sebagai sebuah sistem

manajemen modern, maka dokumentasi untuk panduan dan pengimplementasian harus

disusun dan disahkan untuk digunakan. Jenis dan tipe dokumen-dokumen tersebut

tergantung dari ukuran organisasi, jenis usaha, kompleksitas proses yg terlibat dalam

organisasi tersebut, tetapi paling tidak secara umum dokumen-dokumen tersebut

adalah:

a. Kebijakan HSE dan/atau Sekuriti dan/atau Mutu

b. Proses-proses yang diperlukan untuk operasional perusahaan dan pengendaliannya.

c. Prosedur-prosedur yang dibutuhkan untuk mendukung point 2

d. Panduan/guideline

e. Form-form isian yang berguna untuk kerangka pencatatan sebuah aktifitas atau bukti

pencapaian sebuah proses tertentu.

Untuk hal di atas, sudah ada standard-standard International/National HSE seperti:

a. ISO 14001 untuk Sisten Manajemen Environment

b. OHSAS 18001 untuk Occupational Health and Safety.

c. OSHA untuk Occupational Health and Safety

d. K3 untuk Occupational Health and Safety (standard Depnaker – Indonesia)

e. ISM – untuk Occupational Heath and Safety

Di beberapa Perusahaan besar dan Perusahaan Oil & Gas, fungsi HSE ditempatkan

di-leher Direktur atau Dir.Utama, tujuannya agar HSE tidak memihak ke-salah satu fungsi

dalam suatu organisasi / independent. Di beberapa perusahaan HSE ini disebut pula SHE

dibawah divisi QHSE. Karena yang diutamakan adalah Safety First. Jadi SHE merupakan
singkatan dari Safety, Health and Environment dengan motto "Safety 4 Business" dimana

divisi QHSE langsung dibawah kontrol Direktur. Untuk dasar landasan HSE biasanya

mengacu pada aturan sistem K3LH yang dikeluarkan oleh Kemnaker dengan gabungan

beberapa aturan yang dikeluarkan oleh holding

2.2 Peran HSE

Penerapan aspek Health, Safety and Environment (HSE) secara sempurna adalah

keniscayaan bagi perusahaan berkelas dunia. Bagi suatu perusahaa, komitmen tinggi

perusahaan terhadap HSE terwujud dalam dukungan semua pihak dalam

membudayakan HSE di lingkungan kerja pada setiap kegiatan operasinya. Dalam upaya

mencapai HSE Operating Excellence, suatu perusahaan pertambangan sebagai induk

perusahaan mengeluarkan kebijakan HSE agar terlaksananya sistem pengelolaan HSE

yang terintegrasi dengan kegiatan operasi yang aman, andal, efisien dan berwawasan

lingkungan. Kebijakan tersebut menghimbau agar seluruh manajemen lini maupun para

pekerja agar bersungguh-sungguh dalam:

a. Memberikan prioritas pertama untuk aspek Keselamatan, Kesehatan Kerja dan

Lindungan Lingkungan.

b. Mengidentifikasi potensi bahaya dan mengurangi resikonya serendah mungkin untuk

mencegah terjadinya insiden.

c. Menggunakan teknologi terbaik untuk me-ngurangi dampak dari kegiatan operasi

terhadap manusia, aset dan lingkungan.

d. Menjadikan kinerja Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan dalam

penilaian dan penghargaan terhadap semua pekerja.

e. Meningkatan kesadaran dan kompetensi pekerja agar dapat melaksanakan

pekerjaan dengan benar dan aman.

f. Menciptakan dan memelihara harmonisasi hubungan dengan stakeholder di sekitar

kegiatan usaha untuk membangun kemitraan yang saling menguntungkan.


Setiap perusahaan menyadari bahwa setiap kegiatan usaha terutama di bidang

energi berpotensi menimbulkan dampak/risiko bahaya yang dapat berakibat negatif

atau fatal terhadap pekerja, aset, dan lingkungan hidup. Berbagai usaha terus dilakukan

untuk meminimalisasi dampak-dampak tersebut. Selain itu perusahaan juga terlibat

secara aktif dalam mensosialisasikan prinsip-prinsip HSE demi meningkatkan kepedulian

pekerja dan pekarya terhadap aspek HSE.

2.3 Sistem Manajemen Kesehatan Keselamatan Kerja (SMK3)

Dunia usaha saat ini mulai disibukkan dengan adanya sejumlah persyaratan

dalam perdagangan global, yang tentu akan menambah beban bagi industri. Persyaratan

tersebut adalah kewajiban melaksanakan Sistem Manajemen Keselamatan Dan

Kesehatan Kerja, sesuai dengan Undang-Undang No. 13 tahun 2003 pasal 87.

Persyaratan ini sebenarnya sebuah kewajiban biasa, bukan beban yang harus

ditanggung setiap perusahaan. Kewajiban karena seharusnya sudah diperhitungkan

sebagai investasi perusahaan. Dianggap sebagai beban karena belum seluruh

perusahaan melakukannya. Kemajuan teknologi kian berkembang pesat, namun di sisi

lain turut menjadi penyebab masalah pada keselamatan dan kesehatan kerja. Masalah

ini harus sesegera mungkin diatasi, karena cepat atau lambat dapat menurunkan kinerja

dan produktivitas suatu perusahaan baik pada sumber daya maupun elemen lainnya.

Oleh karena itu sangat penting bagi suatu perusahaan untuk menerapkan. Sistem

Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) seperti yang diatur dalam

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per 05.MEN/1996.

Sistem Manajemen Kesehatan Keselamatan Kerja (SMK3) adalah bagian dari

sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi stuktur organisasi, perencanaan,

tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi

pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan

keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan
dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.

SMK3 adalah standar yang diadopsi dari standar Australia AS4801 ini serupa dengan

Occupational Health and Safety Assessment Series (OHSAS) 18001, standar ini dibuat

oleh beberapa lembaga sertifikasi dan lembaga standarisasi kelas dunia. SMK3

merupakan alat bantu yang dapat digunakan untuk memenuhi tuntutan dan persyaratan

yang ada dan berlaku yang berhubungan dengan jaminan keselamatan kerja dan

kesehatan kerja. SMK3 merupakan sebuah sistem yang dapat diukur dan dinilai sehingga

kesesuaian terhadapnya menjadi obyektif.

SMK3 digunakan sebagai patokan dalam menyusun suatu sistem manajemen

yang berfokus untuk mengurangi dan menekan kerugian dalam kesehatan, keselamatan

dan bahkan properti. Diharapkan melalui penerapan sistem ini perusahaan dapat

memiliki lingkungan kerja yang sehat, aman efisien dan produktif. SMK3 bertujuan untuk

mengidentifikasi penyebab dan potensi kecelakaan kerja sebagai acuan dalam

melakukan tindakan mengurangi risiko. Selain itu, penerapan SMK3 membantu

pimpinan perusahaan agar mampu melaksanakan standar K3 yang merupakan tuntutan

masyarakat nasional dan internasional. Dalam menerapkan Sistem Manajemen K3

(SMK3) ada beberapa tahapan yang harus dilakukan agar SMK3 tersebut menjadi

efeketif, karena SMK3 mempunyai elemen-elemen atau persyaratan-persyaratan

tertentu yang harus dibangun didalam suatu organisasi atau perusahaan.Sistem

Manajemen K3 juga harus ditinjau ulang dan ditingkatkan secara terus menerus didalam

pelaksanaanya untuk menjamin bahwa system itu dapat berperan dan berfungsi dengan

baik serat berkontribusi terhadap kemajuan perusahaan.


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk

menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja

pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju

masyarakat adil dan makmur. Keselamatan kerja di pertambangan dan migas adalah

kondisi keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita

bekerja yang mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan

keselamatan, dan kondisi pekerja . HSE merupakan hal penting yang tidak bisa di

pisahkan dari kehidupan sehari hari, setiap gerakan yang kita lakukan selalu

bersangkutan dengan namanya HSE, HSE atau K3L (Keselamatan dan kesehatan kerja

lingkungan) di indonesia masih bisa dibilang belum terlalu familiar dan hanya di lakukan

di beberapa perusahan besar milik pemerintah ataupun swasta.

You might also like