You are on page 1of 8

Tekanan Darah

May 16, 2011


by Medicinesia
This post has already been read 85299 times!
Tekanan arteri rata-rata merupakan tenaga utama yang mendorong darah ke jaringan.
Tekanan tersebut harus dijaga karena jika terlalu lemah, aliran darah tidak akan
adekuat ke organ dan jaringan. Sementara jika berlebih, jantung akan bekerja terlalu
keras serta terjadi peningkatan resiko kerusakan vaskular maupun rupturnya
pembuluh darah kecil. Tekanan ini ditentukan oleh dua faktor yaitu cardiac output
dan resistensi perifer total (TPR).
Karena tergantung dengan cardiac output dan derajat vasokonstriksi arteriol, jika
arteriol dalam suatu organ berdilatasi, arteriol di organ lain harus berkonstriksi untuk
tetap menjaga tekanan darah yang adekuat. Tekanan yang adekuat tersebut tidak
hanya membantu darah untuk terbawa ke organ yang bervasodilatasi, tapi juga ke
otak yang tergantung pada volume darah yang konstan. Oleh karena itu, walaupun
organ-organ membutuhkan darah secara bervariasi, sistem kardiovaskular selalu
menjaga supaya tekanan darah tetap konstan. (1)
Tekanan arteri rata-rata secara konstan dimonitor oleh baroreseptor di dalam sistem
sirkulasi. Saat deviasi terdeteksi, respon refleks multiple akan terinisiasi untuk
mengembalikan ke nilai normal. Penentuan jangka pendek yang terjadi dalam
hitungan detik terjadi karena perubahan cardiac output dan resistensi perifer total
yang dimediasi oleh sistem saraf otonom yang mempengaruhi jantung, vena dan
arteriol. Jangka panjang, yang terjadi dalam hitungan menit sampai hari, melibatkan
penentuan total volume darah dengan memulihkan garam normal dan keseimbangan
air melalui mekanisme yang mengatur output urin dan rasa haus.
Berikut adalah faktor-faktor fisiologis utama yang dapat mempengaruhi tekanan
darah. (2)
1. Pengembalian darah melalui vena/jumlah darah yang kembali ke jantung melalui
vena. Jika darah yang kembali menurun, otot jantung tidak akan terdistensi, kekuatan
ventrikular pada fase sistolik akan menurun dan tekanan darah akan menurun. Hal ini
bisa disebabkan oleh perdarahan berat. Pada keadaan tidur atau berbaring dimana
tubuh dalam keadaan posisi horizontal, pengembalian darah ke jantung melalui vena
bisa dipertahankan dengan mudah. Tapi, ketika berdiri aliran darah vena kembali ke
jantung mengalami tahanan lain, yaitu gravitasi. Tedapat tiga mekanisme membantu
pengembalian darah melalui vena, yakni konstriksi vena, pompa otot rangka, dan
pompa respirasi.
2. Frekuensi dan kekuatan kontraksi jantung. Secara umum, apabila frekuensi dan
kekuatan kontraksi jantung meningkat, tekanan darah ikut meningkat. Inilah yang
terjadi saat exercise. Akan tetapi, apabila jantung berdetak terlalu kencang, ventrikel
tidak akan terisi sepenuhnya diantara detakan, sehingga curah jantung dan tekanan
darah akan menurun.
3. Resistensi perifer. Yaitu resisitensi dari pembuluh darah bagi aliran darah. Arteri
dan vena biasanya sedikit terkonstriksi, sehingga tekanan darah diastol normal.
4. Elastisitas arteri besar. Saat ventrikel kanan berkontraksi, darah yang memasuki
arteri besar akan membuat dinding arteri berdistensi. Dinding arteri bersifat elastis
dan dapat menyerap sebagain gaya yang dihasilkan aliran darah. Elastisitas ini
menyebabkan tekanan diastol yang meningkat dan sistol yang menurun. Saat ventrikel
kiri berelaksasi, dinding arteri juga akan kembali ke ukuran awal, sehingga tekanan
diastol tetap berada di batas normal.
5. Viskositas darah. Viskositas darah normal bergantung pada keberadaan sel darah
merah dan protein plasma, terutama albumin. Kadar sel darah merah yang terlalu
tinggi pada seseorang, sehingga menyebabkan peningkatan viskositas darah dan
tekanan darah, sangatlah jarang, akan tetapi masih dapat terjadi pada kondisi
polisitemia vena dan perokok berat. Kekurangan sel darah merah, seperti pada kondisi
anemia, akan menyebabkan kondisi berbalik dari sebelumnya. Pada saat kekurangan,
mekanisme penjaga tekanan darah seperti vasokonstriksi akan terjadi untuk
mempertahankan tekanan darah normal.
6. Kehilangan darah. Kehilangan darah dalam jumlah kecil, seperti saat donor darah,
akan menyebabkan penurunan tekanan darah sementara, yang akan langsung
dikompensasi dengan peningkatan tekanan darah dan peningkatan vasokonstriksi.
Akan tetapi, setelah perdarahan berat, mekanisme kompensasi ini takkan cukup untuk
mempertahankan tekanan darah normal dan aliran darah ke otak. Walaupun seseorang
dapat selamat dari kehilangan 50% dari total darah tubuh, kemungkinan terjadinya
cedera otak meningkat karena banyaknya darah yang hilang dan tidak dapat diganti
segera.
7. Hormon. Beberapa hormon memiliki efek terhadap tekanan darah. Contohnya, pada
saat stress, medula kelenjar adrenal akan menyekresikan norepinefrin dan epinefrin,
yang keduanya akan menyebabkan vasokonstriksi sehingga meningkatkan tekanan
darah. Selain dari vasokonstriksi, epinefrin juga berfungsi meningkatkan heart
rate dan gaya kontraksi. Hormon lain yang berperan adalah ADH yang disekresikan
oleh kelenjar hipofisis posterior saat tubuh mengalami kekurangan cairan. ADH akan
meningkatkan reabsorpsi cairan pada ginjal sehingga tekanan darah tidak akan
semakin turun. Hormon lain, aldosteron, memiliki efek serupa pada ginjal, dimana
aldosteron akan mempromosikan reabsorpsi Na+, lalu air akan mengikuti ion Na+ ke
darah.
Tekanan Arteri (3)
Tekanan pada aorta serta dalam brachial dan arteri besar lainnya pada manusia
dewasa muda bisa mencapai nilai puncak (tekanan sistol) sekitar 120 mmHg selama
siklus jantung dan bisa menurun minimal sampai sekitar 70mmHg (tekanan diastol).
Penulisan nilai tekanan darah pada pengukuran diawali dengan tekanan sistol diikuti
diastol, misalnya adalah 120/70 mmHg. Satu milimeter merkuri sama dengan 16.0/9.3
kPa. Perbedaan antara tekanan sistol dan diastol yang normalnya adalah sekitar
50mmHg disebut dengan tekanan nadi. Sementara itu, tekanan arteri rata-rata adalah
tekanan rata-rata pada keseluruhan siklus jantung. Karena sistol lebih pendek
daripada diastol, tekanan rata-rata kurang dari setengah tekanan sistol ditambah
diastol.Nilanya mendekati nilai tekanan diastol ditambah sepertiga tekanan nadi.
Tekanan darah akan menurun sedikit pada arteri berukuran besar atau sedang karena
kecilnya resistensi untuk mengalir. Sementara itu, pada arteri kecil dan arteriol,
tekanan darah akan menurun drastis karena di sana merupakan tempat utama
resistensi perifer yang melawan pompa jantung. Mean pressure pada ujung arteriol
adalah sekitar 30-38mmHg. Tekanan nadi juga akan menurun hingga menjadi 5 mmHg
pada ujung arteriol. Besarnya penurunan tekanan bervariasi tergantung apakah
arteriol berdilatasi atau berkonstriksi.
Efek Gravitasi
Selain faktor dalam pembuluh darah, ternyata tekanan darah juga bisa dipengaruhi
oleh gravitasi. Hal tersebut menyebabkan tekanan pada pembuluh yang berada di atas
jantung akan berkurang dan yang berada di bawah jantung akan meningkat. Besarnya
efek gravitasi adalah 0.77 mmHg/cm jarak vertikal di atas atau di bawah jantung
pada darah dengan densitas normal. Oleh karena itu, pada manusia dewasa yang
sedang dalam posisi tegak lurus, saat mean pressure arterial pada jantung sebesar 100
mmHg, mean pressure pada arteri besar di kepala (50 cm dari jantung) adalah 62
mmHg sedangkan tekanan pada arteri besar di kaki (105 cm di bawah jantung), adalah
180 mmHg. Hal yang sama juga berlaku pada tekanan vena.
Tekanan Darah Arteri Normal
Tekanan darah pada arteri brachial pada dewasa muda pada posisi duduk saat
istirahat adalah sekitar 120/70mmHg. Karena merupakan hasil dari cardiac output dan
resistensi perifer, tekanan arteri dipengaruhi kondisi-kondisi yang mempengaruhi
faktor-faktor tersebut. Emosi akan meningkatkan cardiac output dan resistensi
perifer. Sekitar 20% pasien hipertensi memiliki tekanan darah yang lebih tinggi saat
berada di tempat praktik dokter dari pada di rumah. Saat tidur, tekanan darah
normalnya turun sampai 20 mmHg selama tidur. Penurunan ini akan lebih sedikit
bahkan tidak ada pada pasien hipertensi.
Ada pendapat umum yang menyatakan bahwa tekanan darah akan naik seiring dengan
waktu atau usia, tetapi besarnya peningkatan tersebut tidak menentu karena
hipertensi merupakan penyakit yang umum terjadi dan insidensinya meningkat seiring
meningkatnya usia. Individu yang memiliki tekanan darah sistol <120mmHg pada usia
50-60 tahun dan tidak pernah mengalami gejala hipertensi, ternyata juga tetap akan
mengalami peningkatan tekanan sistol. Peningkatan ini diperkirakan merupakan nilai
peningkatan yang normal pada individu. Sementara itu, individu dengan hipertensi
ringan yang tidak ditangani menunjukan peningkatan tekanan sistol yang lebih
signifikan. Pada kedua kelompok tersebut, tekanan diastol juga mengalami
peningkatan, tetapi akan kembali turun pada usia paruh baya ketika kekakuan arteri
meningkat. Akibatnya, tekanan nadi akan meningkat seiring dengan usia.
Sirkulasi Kapiler (3)
Pengukuran tekanan dan aliran darah kapiler sulit dilakukan sehingga tekanan kapiler
ditentukan dengan memperkirakan jumlah tekanan eksternal yang dibutuhkan untuk
menutup jalan kapiler atau jumlah tekanan yang dibutuhkan untuk membuat saline
mengalir melewati mikropipet yang disisipkan sehingga ujungnya menghadap akhir
dari arteriolar kapiler.
Tekanan kapiler sangat bervariasi , tetapi nilai umum pada kapiler kuku saat tidur
adalah 32 mmHg pada ujung arteriolar dan 15 mmHg pada ujung vena. Tekanan
nadinya adalah sekitar 5 mmHg pada ujung arteriolar dan 0 pada ujung vena. Kapiler
berukuran pendek, tapi darah juga bergerak lambat (sekitar 0.07 cm/s) karena total
area potongan melintang kapiler luas. Waktu transit dari arteriolar ke ujung venular
pada kapiler berukuran rata-rata adalah 1 sampai dua detik.
Pada jaringan yang sedang berisitirahat, kebanyakan kapiler dalam keadaan kolaps.
Pada jaringan yang aktif, metaarteriol dan sfingter prekapiler berdilatasi. Tekanan
intrakapiler akan meningkat dan darah mengalir ke seluruh kapiler. Relaksasi otot
halus metaarteriol dan sfingter prekapiler disebabkan oleh aktivitas metabolit
vasodilator yang terbentuk pada jaringan aktif.
Setelah terjadi stimulasi bahaya, subtansi P dilepaskan oleh refleks akson yang akan
meningkatkan permeabilitas kapiler. Bradikinin dan histamin juga meningkatkan
permeabilitas kapiler.
Sirkulasi Vena(3)
Darah mengalir melalui pembuluh darah, termasuk vena, utamanya karena kegiatan
pompa jantung. Meskipun begitu, ternyata vena juga dibantu oleh denyut jantung,
peningkatan pada tekanan intratorak negatif selama inspirasi dan kontraksi otot
skeletal yang mengkompres vena (muscle pump).
Tekanan pada venula adalah 12 sampai 18 mmHg. Pada vena yang lebih besar di luar
torak, nilainya bisa turun sampai dengan 5.5 mmHg,. Tekanan pada vena besar di
pintu masuk atrium kanan (central venous pressure) rata-rata sebesar 4.6mmHg,
tetapi berfluktuasi tergantung respirasi dan kerja jantung.
Tekanan vena perifer, sebagaimana tekanan arterial, dipengaruhi oleh gravitasi. Saat
aliran darah mengalir dari venula ke vena besar,kecepatan rata-ratanya akan
meningkat mengingat luas penampang cross sectional pembuluh berkurang. Pada vena
besar, kecepatan aliran darah hanya seperempat dari pada di aorta, yaitu sekitar 10
cm/s.
Pompa Otot
Pada tungkai, vena dikelilingi oleh otot skeletal dan kontraksi otot tersebut selama
aktivitas akan mengkompresi vena. Selain itu, pulsasi dari arteri di dekatnya juga bisa
mengkompresi vena. Pada posisi berdiri dan tenang (tidak ada aktivitas tambahan),
tekanan vena pada ankle adalah 85-90 mmHg. Timbulnya genangan darah pada vena
kaki akan mengurangi pengembaliannya ke jantung sehingga kardiak outputnya
akan menurun, bahkan bisa menyebabkan seseorang pingsan. Kontraksi ritmik otot
tungkai selama seseorang berdiri akan menurunkan tekanan vena menjadi kurang dari
39 mmHg dengan menggerakan darah menuju jantung. Pada pasien yang mengalami
vena varises, pergerakan darah tersebut akan berkurang karena katupnya tidak
kompeten. Meskipun begitu, kontraksi otot tetap akan menghasilkan pergerakan darah
ke jantung karena resistensi vena yang lebih besar yang mengarah ke jantung adalah
kurang dari resistensi pembuluh darah kecil yang jauh dari jantung.
Efek Aktivitas Pernafasan pada Pengembalian Vena

Adanya aktivitas pernafasan menyebabkan tekanan dalam rongga dada menjadi


sekitar 5 mmHg, kurang dari tekanan atmosfer. Sementara itu, saat sistem vena
mengembalikan darah ke jantung dari bagian bawah tubuh, darah akan melewati
rongga dada dan terekspos dengan tekanan tersebut. Karena sistem vena dari tungkai
dan abdomen mendapatkan tekanan atmosfer normal, terjadilah gradien tekanan
antara vena di dada dengan vena yang kebih bawah. Hal tersebut akan membantu
dalam mengalirkan darah kembali ke jantung. Mekanisme inilah yang sering disebut
sebagai respiratory pump.
Pengukuran Tekanan Vena
Tekanan vena sentral bisa diukur secara langsung dengan menyisipkan kateter ke
dalam vena besar torak. Tekanan vena perifer berkorelasi dengan tekanan vena
sentral pada hampir semua kondisi. Untuk mengukur tekanan vena perifer, sebuah
jarum yang ditempelkan ke manomenter berisi saline steril disisipkan ke vena tangan.
Vena perifer tersebut sebaiknya sama tingginya dengan atrium kanan (titik tengah
diameter dada dari punggun pada posisi supinasi). Nilai yang didapat dalam milimeter
saline bisa dikonversi menjadi milimeter merkuri (mmHg) dengan membaginya dengan
13.6 (densitas merkuri). Tekanan normal pada vena antekubiti adalah 7.1 mmHg,
lebih tinggi daripada di vena sentral yang hanya 4.6 mmHg.
Perkiraan yang cukup akurat untuk menentukan tekanan vena sentral bisa dilakukan
juga tanpa dengan peralatan dengan melakukan pengukuran JVP. Jarak vertikal
antara atrium kanan dan tempat vena kolaps adalah tekanan vena dalam milimeter
darah.
Tekanan vena sentral berkurang selama tekanan negatif saat bernafas serta syok.
Sebaliknya, nilainya akan meningkat pada tekanan positif saat bernafas, tegang,
ekspansi volume darah, dan gagal jantung. Pada gagal jantung kongestif atau
obstruksi vena cava, tekanan pada vena antecubiti bisa mencapai 20 mmHg atau
bahkan lebih.
Pengukuran Tekanan Darah
Tekanan darah hampir selalu dapat dinyatakan dalam milimeter air raksa (mmHg)
karena manometer air raksa telah dipakai sejak lama sebagai rujukan baku untuk
pengukuran tekanan. Sebenarnya, tekanan darah berarti daya yang dihasilkan oleh
darah terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh. Tekanan dalam pembuluh
sebesar 50 mmHg berarti daya yang dihasilkan cukup untuk mendorong kolom air
raksa melawan gravitasi sampai setinggi 50 mm.
Kadang-kadang, tekanan dinyatakan dalam sentimeter air (cm H20). Satu milimeter
tekanan air raksa sama dengan 1,36 tekanan air karena berat jenis air raksa adalah
13, 6 kali dari air dan 1 sentimeter adalah 10 kali milimeter. (4)
Metode auscultasi telah menjadi andalan pengukuran tekanan darah klinis selama
tekanan darah telah diukur, namun secara bertahap digantikan oleh teknik lain yang
lebih cocok untuk pengukuran otomatis. (5)
Metode Auscultasi–Sphygmomanometerer mercury, aneroid, dan hybrid
Hampir 100 tahun setelah pertama kali ditemukan, teknik Korotkoff untuk mengukur
tekanan darah terus digunakan tanpa perbaikan substansial. Arteri brakialis tersumbat
oleh manset yang ditempatkan di sekeliling lengan atas dan ditingkatkan sampai
melebihi tekanan sistolik. Saat manset dikempiskan secara bertahap, aliran darah
kembali berdenyut dengan disertai suara yang dapat dideteksi dengan stetoskop yang
diletakan pada arteri tepat di bawah manset. Secara tradisional, suara telah
diklasifikasikan sebagai 5 tahap: fase I, munculnya suara yang jelas berkaitan dengan
munculnya denyut yang dapat dipalpasi; fase II, suara menjadi lebih lembut dan lebih
lama; fase III, suara menjadi lebih tajam dan keras; fase IV, suara menjadi teredam
dan lebih lembut; dan fase V, suara hilang sepenuhnya. Tahap kelima demikian
tercatat sebagai suara terdengar terakhir.
Suara diperkirakan berasal dari kombinasi aliran darah turbulen dan osilasi dari
dinding arteri. Ada kesepakatan bahwa awal tahap I sesuai dengan tekanan sistolik
meskipun censerung lebih rendah daripada pengukuran langsung intra arteri.
Hilangnya suara (tahap V) sesuai dengan tekanan diastolik tetapi cenderung terjadi
sebelum tekanan diastolik yang ditentukan oleh pengukuran langsung intra arteri.Pada
tahap II dan III, tidak ada tanda klinis yang berarti.
Kisaran perbedaan hasil tekanan darah antara metode auskultasi dengan tekanan intra
arterial cukup mencolok. Bahkan, ada yang menyatakan terdapat perbedaan sampai
25 mmHg pada beberapa individual. Setelah terdapat perdebatan apakah yang
digunakan sebagai penanda tekanan diastol suara pada fase keempat atau kelima,kini
ada konsensus umum bahwa fase kelima harus digunakan, kecuali dalam situasi di
mana hilangnya suara tidak dapat dipercaya ditentukan karena suara yang terdengar
bahkan setelah deflasi lengkap dari manset, misalnya, pada wanita hamil, pasien
dengan fistula arteriovenosa (misalnya, untuk hemodialisis), dan aorta insufficiency.
Pada pasien yang tua dengan tekanan nadi yang lebar, suara Korotkoff mungkin
menjadi tak terdengar antara tekanan sistolik dan diastolik, dan terbentuk kembali
ketika deflasi manset dilanjutkan. Fenomena ini dikenal sebagai auscultatory gap.
Pada beberapa kasus, hal tersebut berkaitan dengan fluktuasi tekanan intraarteri
serta pasien dengan kerusakan organ target.Auscultatory gap biasanya bisa
dihilangkan dengan meninggikan lengan di atas kepala sebelum pengukuran. Manuver
ini mengurangi volume pembuluh darah di tungkai dan meningkatkan aliran untuk
meningkatkan suara Korotkoff.
Teknik Oscillometric

Ketika tekanan osilasi dalam manset sphygmomanometer dicatat selama deflasi


bertahap, titik osilasi maksimal ternyata sesuai dengan tekanan arteri rata-rata.
Osilasi dimulai jauh di atas tekanan sistolik dan berlanjut sampai di bawah diastolik,
sehingga tekanan sistolik dan diastolik hanya dapat diperkirakan secara tidak langsung
menurut beberapa algoritma yang diturunkan secara empiris. Salah satu keuntungan
dari metode ini adalah bahwa transduser tidak perlu ditempatkan di atas arteri
brakialis, sehingga penempatan manset tidak kritis. Potensi keuntungan lainnya
adalah untuk memonitor saat berada di ambulan karena metode ini tidak terpengaruh
kebisingan eksternal (tetapi bukan untuk getaran mekanik frekuensi rendah), dan
bahwa manset dapat dilepas dan diganti oleh pasien, misalnya, untuk mandi. Masalah
utama dengan teknik ini adalah amplitudo dari osilasi tergantung pada beberapa
faktor selain tekanan darah, terutama kekakuan arteri. Dengan demikian, pada orang
tua dengan arteri kaku dan tekanan nadi yang lebar, tekanan arteri rata-rata mungkin
jauh di bawah nilai sebenarnya. Algoritma yang digunakan untuk mendeteksi tekanan
sistolik dan diastolik berbeda dari satu perangkat ke perangkat lainnya dan tidak
dibocorkan oleh produsen. Perbedaan antar perangkat telah secara dramatis
ditunjukkan oleh penelitian yang menggunakan simulasi gelombang tekanan, di mana
suatu tekanan sistolik 120 mmHg tercatat 110 serta 125 mmHg oleh perangkat
berbeda. Kerugian lain adalah perekam tersebut tidak bekerja dengan baik selama
aktivitas fisik, bila mungkin ada artefak gerakan yang besar.
Pengukuran Invasif (6)
Air raksa dalam manometer air raksa cukup lembam sehingga tidak dapat naik atau
turun secara cepat. Oleh karena itu, sangat baik untuk pengukuran yang stabil. Bila
dibutuhkan pencatatan tekanan yang berubah cepat, bisa digunakan metode
pengukuran lain. Misalnya adalah penggunaan transduser yang akan mengubah
tekanan darah dan atau perubahan tekanan yang cepat menjadi sinyal listrik.
Kemudian, sinyal listrik tersebut akan dicatat.
Selain itu, tekanan darah memang paling akurat diukur secara invasif melalui jalur
arterial. Ukuran tekanan arteri invasif dengan kanula intravaskular mencakup
pengukuran langsung terhadap tekanan arteri dengan menempatkan jarum kanula
dalam sebuah arteri (biasanya lingkaran di bawah siku, tulang paha, atau tangan).
Kanula harus dihubungkan dengan sistem berisi fluida yang steril, dihubungkan dengan
sebiah sensor tekanan alektronik. Keuntungannnya, tekanan secara konstan bisa
dimonitor detak per detak dan bisa ditampilkan dalam bentuk gelombang. Mengingat
ini merupakan teknik invasif, penggunaannya biasanya terbatas pada pasien yang
memang dirawat intensif, binatang, anestesiologi dan penelitian.
Transduser menggunakan membran metal yang sangat tipis dan sangat teregang untuk
membentuk salah satiu dinding ruang cairan. Ruang cairan kemudian dihubungkan
dengan pembuluh darah yang akan diukur tekanannya melalui sebuah jarum atau
kateter. Bila tekanannya tinggi, membran sedikit menonjol ke luar dan bila
tekanannya rendah, membran akan kembali ke posisi istirahat.
Pada beberapa tipe sistem pencatat dengan ketepatan tinggi ini, siklus tekanan
sampai 500 siklus per detik dapat dicatat secara akurat. Pada pemakaian biasa,
digunakan pencatat yang mampu mencatat perubahan tekanan secepat 20-100 siklus
per detik.(4)
Teknik ini juga memiliki efek samping yang sering dikaitkan dengan trombosis, infeksi,
dan perdarahan. Oleh karena itu dibutuhkan pengawasan yang baik. (6)
disusun oleh Johny Bayu Fitantra

Daftar Pustaka
1 Sherwood L. Human Physiology: The Blood Vessel and Blood Pressure. 7thed.

Canada: Brooks/Cole Engage Learning; 2010. P. 370-80.


2 Scanlon VC, Sanders T. Essentials of Anatomy and Physiology. 5thEd. Philadelphia:

F.A Davis Company; 2007. P. 307-12.


3 Hall JE. Fisiologi Kedokteran. 11th ed. Jakarta: Penerbit EGC;2010.
4 Barrett KE, Barman SM, Boitano S, Brooks HL. Ganong’s Review of Medical

Physiology: Cardiovascular Physiology. 23rd ed. Singapore: Mc Graw Hill; 2010. p.


544-50
5 Prickering dkk. Recommendations for Blood Presure Measurement in Humans and

Experimental Animals. Diunduh darihttp://hyper.ahajournals.org/cgi/content/


full/45/1/142. Diakses 11 Mei 2011.
6 Ramadhan AJ. Mencermati Gangguan pada Darah dan Pembuluh Darah: Tekanan

Darah. Yogyakarta: Diva Press; 2009. P. 34-43


7 Tortora GJ, Derrickson BH. Principles of Anatomy an Physiology: The Cardiovascular

System: The Heart. 12theEd Vol 2. United States: John Wiley&Sons; 2009. P, 738-40,
780.

You might also like