Professional Documents
Culture Documents
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya kami masih
diberikan kesehatan dan waktu untuk terus menjalankan peran kami sebagai seorang mahasiswa,
salah satunya dengan mengerjakan tugas akhir semester ini dengan semaksimal mungkin.
Terima kasih kepada Ibu Prita Kemal Gani yang sampai saat ini masih menjadi actor utama
penggerak keberadaan STIKOM The London School of Public Relations Jakarta, rumah kedua
bagi kami dalam menempuh pendidikan terbaik untuk masa depan masing-masing dari kami.
Rasa terima kasih kami juga sampaikan kepada Ibu Khotimatus Sholiakti sebagai dosen
kami di mata kuliah Psikologi Komunikasi. Kami mendapat kesempatan untuk kembali
menyelesaikan tugas akhir yang membuat kami belajar banyak selama proses pembuatannya. Kali
ini kami mendapat tugas untuk mencari dan mewawancarai salah seorang tokoh Jurnalistik untuk
kemudian diabadikan dalam bentuk video dan hasil wawancara dianalisa terkait dengan pelajaran
yang sudah diberikan.
Tentunya kami juga sangat berterima kasih kepada Kak David Bahtiyar Rizal sebagai
narasumber kami dalam tugas ini. Beliau adalah sosok yang tergolong sibuk dan memiliki jadwal
padat setiap harinya namun masih bisa menyempatkan diri untuk membantu kami menjadi
narasumber dalam tugas ini.
Terakhir kami juga ingin menyampaikan rasa terima kasih kami kepada orang tua kami
dan teman-teman sekelompok kami yang selalu mendukung satu sama lain, sehingga kami dapat
terus menjadi pribadi yang selalu mau belajar untuk lebih baik dan mengerjakan segala
sesuatunya dengan semaksimal mungkin seperti ketika kami menyelesaikan tugas ini.
Semoga hasil dari apa yang kami upayakan dalam tugas ini bisa sesuai dengan ekspektasi
yang diharapkan dan dapat memberikan manfaat kehidupan kami dikemudian hari.
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
1. Bab 1 Pendahuluan
1.1. Latar Belakang 3
1.2. Rumusan Masalah 4
1.3. Tujuan Penelitian 4
1.4. Manfaat Penelitian 4
1.5. Sistematik Penelitian 4
2. Bab 2 Teori
2.1. Human Communication 6
2.2. Prinsiple Of Communication 8
2.3. Komunikasi Verbal dan Non Verbal 9
2.4. Persepsi 18
2.5. Interview 20
3. Bab 3 Metode
3.1. Metode Penelitian 25
3.2. Narasumber 25
3.3. Fokus Penelitian 25
3.4. Teknik Pengumpulan Data 26
3.5. Alat yang digunakan 26
3.6. Tugas Anggota Kelempok 26
4. Bab 4 Analisi Pembahasan
4.1. Profil Narasumber 28
4.2. Human Communication 28
4.3. Principle of Communication 30
4.4. Komunikasi Verbal dan Non Verbal 35
4.5. Interview 36
5. Bab 5 Kesimpulan
5.1. Kesimpulan 38
5.2. Kesan Kelompok 38
5.3. Saran 40
Daftar Pustaka
2
BAB I
PENDAHULUAN
Hal tersebut tidak melihat dari segi kelamin, usia, dan status sosialnya. Perusahaan yang bergerak
di bidang informasi global serta media melakukan survei bahwa 94% orang Indonesia lebih suka
menonton televisi dibandingkan media massa lainnya. Hal ini karena televisi memiliki sejumlah
kelebihan terutama kemampuannya dalam menyatukan antara fungsi audio dan visual, ditambah
dengan kemampuannya dalam memainkan warna. Dan keunggulan dari televisi adalah penonton
dapat leluasa menentukan saluran mana yang mereka senangi.
3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut:
1. “Bagaimana verbal non verbal seseorang Jurnalis dalam menyampaikan berita?”
4
2. BAB II LANDASAN TEORI
Dalam bab ini akan memaparkan teori teori yang berkaitan dengan topik dari penelitian dengan
membahas secara sistematis.
3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini akan menguraikan metode-metode yang digunakan dalam penelitian yang terdiri
dari metode pengumpulan data, metode analisis data, keabsahan data, waktu dan lokasi penelitian
serta keterbatasan penelitian.
4. BAB IV ANALISIS
Dalam bab ini akan memaparkan secara lebih mendalam tentang topik penelitian, dimana telah
dilakukan analisis dan pengolahan data terlebih dahulu kemudian dari hasil tersebut dilakukan
pembahasan yang lebih spesifik.
5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini memaparkan mengenai kesimpulan dari hasil akhir dari penelitian yang telah
dilakukan serta berisi tentang saran dan masukan dari hasil penelitian ini kepada pihak terkait.
5
BAB II
TEORI
Tujuan dari komunikasi psikologi adalah pesan yang tersampaikan dapat diterima secara
jelas, dan tidak membingungkan dari pengirim ke penerima.
Komunikasi berhasil jika pesan yang disampaikan oleh pengirim dipahami secara sama
oleh penerimanya.
Oleh karena itu, diperlukan pemahaman tehadap prosesnya, yaitu proses psikologis, serta
kemungkinan-kemungkinan maalah yang timbul, dapat diatasi secara efektif.
Communication Process
Physical Context
Lingkungan fisik dimana komunikasi berlangsung. Contoh : ruang, bangsal, taman.
Social-psychologist context
Tata hubungan status, peran & permainan, aturan budaya. ( persahabatan, permusuhan,
formalitas informalitas )
Temporal Context
Konteks waktu. masa lalu, masa kini dan masa depan akan berbeda
Cultural Context
Perbedaan kebudayaan. Contoh : Dalam Bahasa Sunda & Jawa : atos, cokot .
Sources – Receiver
6
Communication Competence ( kemampuan komunikasi ): pengetahuan, membaca
lingkungan, tata cara berbicara.
Type of Noise
Physical
Gangguan fisik ( Teknis ) transmisi pesan. Contoh : gangguan dari lingkungan yang bising.
Physiological
Ketidakmampuan dalam fisiologis ( kerusakan organ )
Psychological
Gangguan pada pikiran atau mental. Contoh : tidak konsentrasi, Pikiran yang sempit.
Semantic
Gangguan terjadi akibat salah mengartikan sesuatu. Contoh: dalam dua bahasa.
Communication Effects
Cognitve : Pikiran
Affective : Perasaan
Conative : Perilaku/ Behavior
Tujuan Komunikasi
To discover - Menemukan
To relate - Untuk Berhubungan
To Help - Untuk Membantu
To Persuade - Untuk meyakinkan
To play - Untuk bermain
Ethical Consideration
Komunikasi selalu mempunyai efek dan dampak dari satu (1) atau lebih orang yang
terlibat komunikasi. ( kognitif, afektif, dan perilaku )
Pada setiap komunikasi selalu ada konsekuensi. Contoh : belajar, evaluasi, analisis )
Komunikasi ada aspek benar-salah maka ada masalah etik ( kode Etik )
7
Tipe Komunikasi
INTRA PRIBADI : Personal ( dengan diri sendiri )
ANTAR PRIBADI : Personal antara dua orang
KELOMPOK KECIL : Dalam kelompok kecil
ORGANISASI dalam : Dalam organisasi formal
PUBLIK : Dari pembicara kepada khalayak
ANTAR BUDAYA : Dari budaya yang berbeda
MASSA : Khalayak yang sangat luas melalui sarana audio & visual
Komunikasi yang kita lakukan dalam sehari hari dapat berupa verbal dan non-verbal
2. COMMUNICATION IS TRANSACTIONAL
Contoh: Dosen berbicara dengan mahasiswa secara scientic, jika dengan ibu rumah tangga lebih
ditekankan bahasa sehari-hari.
Setiap pesan komunikasi mempunyai dimensi isi dan kita dapat memprediksi dimensi
hubungan yang ada di antara pihak-pihak yang melakukan proses komunikasi. Percakapan di
antara dua orang shabat dan antara dosen dengan mahasiswa di kelas berbeda memiliki dimensi
isi yang berbeda
Peristiwa komunikasi adalah transaksi yang kontinyu. Tidak ada awal dan akhir yang jelas.
Jadi komunikasi selalu dilakukan dari awal bangun tidur sampai tidur kembali.
Dalam hubungan komplementer kedua pihak mempunyai perilaku yang berbeda. Perilaku
tersebut ada untuk saling melengkapi.
Komunikasi inevitable adalah kita sebagai makhluk sosial tidak mungkin tidak melakukan
komunikasi. Sedangkan yang dimaksud irreversible adalah komunikasi tidak bisa ditarik kembali
dan hanya bisa meminta maaf jika ada perkataan yang salah. Komunikasi unrepeatable adalah
bermaksud bahwa komunikasi yang sudah di lakukan tidak dapat di ulang kembali secara sama
persi apa yang sudah di lakukan sebelumnya.
Istilah verbal dalam kamus bahasa indonesia adalah lisan, maksudnya komunikasi dilakukan
antara pembicara dan pendengar hanya menggunakan lisan saja.Sedangkan dalam
ilmu komunikasi menyatakan bahwa istilah komunikasi verbal yaitu proses penyampaian
informasi berupa lisan dan tulisan.
Komunikasi verbal adalah bentuk komunikasi yang ada dalam kehidupan manusia dalam
hubungan atau interaksi sosialnya pengertian komunikasi verbal (verbal communication) adalah
bentuk komunikasi yang disampaikan komunikator kepada komunikan dengan lisan (oral) atau
tulisan (written). Dari pengertian komunikasi verbal tersebut maka jelas peranannya sangat besar
karena sebagian proses komunikasi langsung dengan komunikasi verbal ide-ide, pemikiran atau
keputusan lebih mudah disampaikan secara verbal daripada non verbal. Pada komunikasi verbal
ini komunikan juga lebih mudah memahami pesan-pesan yang disampaikan dengan komunikasi
ini.
9
Meneruskan sisi pengertian komunikasi verbal diatas, penggunaan verbal lebih banyak
menggunakan kata-kata opini atau lisan dan juga menggunkan simbol-simbol, atau kode yang
berupa tulisan.
Cansandra L.Book (1980), dalam Human Communication : Principles, Contexts, and Skills,
mengemukakan agar komunikasi kita berhasil, setidaknya bahasa harus memenuhi tiga fungsi,
yaitu :
Mengenal dunia di sekitar kita. Melalui bahasa kita mempelajari apa saja yang menarik
minat kita, mulai dari sejarah suatu bangsa yang hidup di masa lalu sampai dengan kemajuan
teknologi saat ini.
Berhubungan dengan orang lain. Bahasa memungkinkan kita bergaul dengan orang lain
untuk kesenangan kita, dan atau mempengaruhi mereka untuk mencapai tujuan kita. Melalui
bahasa kita dapat mengendalikan lingkungan kita termasuk orang-orang di sekitar kita.
Untuk menciptakan koherensi dalam kehidupan kita. Bahasa memungkinkan kita untuk
lebih teratur, saling memahami mengenal diri kita, kepercayaan-kepercayaan kita, dan tujuan-
tujuan kita.
Komunikasi verbal melalui lisan dapat dilakukan secara langsung bertatap muka antara
komunikator dengan komunikan, seperti berpidato atau ceramah. Selain itu juga, komunikasi
10
verbal melalui lisan dapat dilakukan dengan menggunakan media, contoh seseorang yang
bercakap-cakap melalui telepon. Sedangkan komunikasi verbal melalui tulisan dilakukan dengan
secara tidak langsung antara komunikator dengan komunikan. Proses penyampaian informasi
dilakukan dengan menggunakan berupa media surat, lukisan, gambar, grafik dan lain-lain.
Adapun tujuan menggunakannya komunikasi verbal (lisan dan tulisan) antara lain:
Penyelenggaraan rapat,
11
kemauan memadai untuk melakukan proses reading dan listening ini. Sehingga pesan penting
sering hanya berlalu begitu saja, dan hanya sebagian kecil yang tercerna dengan baik.
Ketika kita berkomunikasi, kita menterjemahkan gagasan kita ke dalam bentuk lambang (verbal
atau nonverbal). Proses ini lazim disebut penyandian (encoding). Bahasa adalah alat penyandian,
tetapi alat yang tidak begitu baik (lihat keterbatasan bahasa di atas), untuk itu diperlukan
kecermatan dalam berbicara, bagaimana mencocokkan kata dengan keadaan sebenarnya,
bagaimana menghilangkan kebiasaan berbahasa yang menyebabkan kerancuan dan
kesalahpahaman. (Khaltsum, n.d.)
Makna tidak terletak pada kata-kata melainkan pada manusia. Kita menggunakan kata-kata untuk
mendekati makna yang ingin kita komunikasikan. Contoh: kata “Sayang.”
Sebuah makna berbeda pengertiannya tergantung konteks. Contohnya “apa kabar” antara pasien
dan dokter berbeda dengan “apa kabar” antara teman sebaya. Dalam konteks kedokteran “apa
kabar” dimaksudkan dengan bagaimana kondisi badan pasien atau keluhannya.
12
Diskonfirmasi
Pola komunikasi dimana kita mengabaikan kehadiran seseorang dan apa yang
dikomunikasikannya.
Konfirmasi
Bahasa non verbal merupakan salah satu bentuk komunikasi yang sering digunakan dalam
presentasi, dimana penyampaiannya bukan dengan kata-kata ataupun suara tetapi melalui hal
berikut ini:
13
h. Keheningan – Silence
a. Untuk menekankan:
Contoh:
- Tersenyum.
b. Untuk melengkapi:
Contoh:
Contoh: mengedipkan mata atau menyilangkan jari ke belakang sebagai tanda ketidakbenaran.
d. Untuk mengatur:
Mengendalikan atau mengisyaratkan keinginan Anda untuk mengatur arus pesan verbal.
Contoh:
- Mengerutkan bibir.
14
e. Untuk mengulang:
Contoh:
- Menggerakkan kepala atau tangan untuk mengulangi pesan verbal “Ayo kita pergi!”
f. Untuk menggantikan
Contoh:
Gerakan Tubuh
a. Emblems:
b. Illustrator:
Affect Display
Gerakan wajah yang mengandung makna emosional (rasa marah, sedih, takut, gembira, jengkel).
Gerakan Tubuh
15
a. Regulator:
Perilaku nonverbal yang “mengatur” memelihara, atau mengendalikan pembicaraan orang lain.
Contoh:
- Mengisyaratkan pembicara apa yang kita harapkan mereka lakukan. Misal: “lalu apa lagi?”
“tolong agak lambat sedikit” tergantung kepekaan pembicara.
b. Adaptor:
Perilaku nonverbal yang bila dilakukan secara pribadi, atau di muka umum tetapi tidak terlihat-
berfungsi memenuhi kebutuhan tertentu dan dilakukan sampai selesai.
Contoh:
Ketika Anda sedang sendiri, Anda menggaruk-garuk kepala sampai rasa gatal hilang.
Komunikasi Mata
b. Membuka pembicaraan .
Komkunikasi Ruang
Social: 120-360 cmpertemuan sosial, transaksi bisnis, pejabat tinggi dengan meja besar.
Bukan individu yang tidak terpisah. melainkan suatu kesatuan yang lengkap.
17
- anak2>dekat dibanding dewasa.
Contoh:
- tokoh dengan posisi lebih tinggi jauh daripada dengan teman sejawat.
2.4 Persepsi
Persepsi adalah proses mengindera, mengelola, dan menginterpretasi stimuli yang masuk ke otak
melalui penginderaan.
1) Stimulating
2) Organizing
Tahap selanjutnya ini terkait dengan penjelasan De Vito bahwa meskipun kita memiliki
kemampuan untuk merasakan stimulus (rangsangan), kita tidak selalu menggunakannya. Sebagai
contoh: bila kita melamun di kelas, kita tidak akan mendengarkan apa yang dikatakan guru sampai
dia memanggil nam kita dan barulah kita sadar. Contoh tersebut memberitahukan kepada bahwa
setelah stimulus dikumpulkan pada tahap gathering, stimulus itu kemudian di seleksi pada tahap
ini. Tahap seleksi ini memberikan kita kebebasan untuk memilih stimulus yang paling kita sukai
atau paling dekat dengan kita dan ada kecenderungan untuk menghindar stimuli yang tidak kita
sukai atau tidak kita kenal. Bahkan kita pada tahap tertentu kita berhak menentukan apa yang
ingin kita lihat, dengar, rasa atau lainnya.
18
3) Interpreting
Seperti yang dikatakan pada tahap organizing yang melekat pada interpretasi yang
didefinisikan oleh Mulyana sebagai meletakan suatu rangasangan bersama rangsangan lainnya
sehingga menjadi suatu keseluruhan yang bermakna.
Meski tahap ini dijelaskan satu persatu namun pada banyak kasus sebenarnya tahap-tahap
ini berlangsung nyaris serempak. Karna interpreting merupakan tahap paling akhir dari persepsi
dimana setelah kita melewati pengumpulan, penyeleksian, pencampuran (mixing),
pengorganisasian, maka semua stimulus yang diterima alat indera itu akan diberi makna pada
tahap pemberian makna. Sehingga apa yang dikatakan oleh Jalaluddin rakhmat bahwa persepsi
adalah proses pemberian makna pada sensasi sehingga manusia memperoleh pengetahuan baru.
Dengan kata lain persepsi mengubah sensasi menjadi informasi.
4) Memory Storing
Menurut Deddy Mulyana, tahap organisasi melekat pada tahap interpretasi. Pada
tahap organizing ini, semua stimulus yang dikumpulkan, diseleksi dan di-mix akan disimpan dan
disusun dengan meletakkan di dalam pengalaman yang membingkai kita dalam memahami
stimuli. Seperti kita akan senang mengorganisir stimulus-stimulus yang kita kenal atau dekat
dengan kehidupan kita. Biasanya kita akan mengorganisasikan stimulus-stimulus itu berdasarkan
kerangka yang kita punya.
5) Recalling
Tahap dimana kita mengingat kembali stimuli yang masuk. Tahap ini berkaitan dengan
mengakses kembali informasi yang telah disimpan ke dalam memori. Namun pada tahap terakhir
ini, ketika anda menginginkan untuk mendapatkan kembali informasi, anda kemungkinan
mengingat kembali hal tersebut dengan beberapa ketidakakuratan:
Anda menginginkan untuk mengingat kembali informasi tersebut yang konsisten dengan
skema anda; Kenyataannya, anda bahkan mungkin tidak mengingat kembali informasi
spesifiknya.
19
Anda mungkin gagal untuk mengingat kembali informasi yang konsisten dengan skema
anda; anda tidak memiliki ruang untuk meletakkan informasi tersebut, maka anda akan dengan
mudah melupakannya.
Anda mungkin mengingat kembali informasi yang sangat berbeda dengan skema anda,
karena hal tersebut memaksakan anda untuk berpikir atau memikirkan kembali mengenai skema
anda dan keakuratannya. (Devito)
Terdapat 3 sistem penyimpanan memori dalam kaitannya dengan proses pembentukan persepsi,
diantaranya:
• Contoh : bau-bauan yang mudah diidentifikasi seperti mudahnya mencium teh mana yang
teh melati dan teh mana yang teh Oolong.
• Sistem penyimpanan informasi yang mengalami repeat atau rehersal dalam jangka pendek.
• Contoh : nomor handphone orang lain yang mungkin mudah diingat setelah diberikan
namun setelah seminggu dua minggu momen pemberian, nomor tersebut kemungkinan besar
sudah tidak lagi dapat teringat karenanya kita menyimpan hal seperti itu dalam daftar kontak
kita untuk mencegah lupa.
• Contoh : momen yang dialami, karena secara langsung dialami menjadi satu hal yang
melekat dan diingat.
2.5 Interview
Wawancara merupakan salah satu kegiatan berkomunikasi antara dua orang atau lebih yang
terjadi antara pewawancara dan orang yang diwawancara, dengan tujuan untuk mendapatkan
20
informasi dimana pewawancara melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang kemudian dijawab
oleh orang yang diwawancara.
Tipe wawancara
Contoh : Introgasi
- Informal interview
Wawancara tanpa petunjuk dimana pewawancara dapat langsung bertanya kepada orang yang
diwawancara tanpa membuat janji khusus. Contoh : seorang mahasiswa yang bertanya kepada
dosen, ‘mam, materi ujian akhirnya dari bab 9 – 12 kan?’
- Guided interview
Wawancara dilakukan dengan panduan contoh : soal pilihan ganda pada lembar pertanyaan
ujian.
Pertanyaan dasar dalam wawancara seperti menanyakan nama, usia, perkerjaan dsbg
Pertanyaan yang jawabannya sudah diarahkan. Contoh : Apakah anda single? Ya / Tidak
21
- Quantitative interview
- Qualitative interview
- Open – Closed
Pertanyaan yang tidak diarahkan jawabannya sehingga yang diwawancara bebas menjawab
pertanyaan – pertanyaan yang telah diiarahkan jawabannya.
- Primary – follow up
Pertanyaan pertama seperti ‘apa kabar?’ kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan follow up
seperti, ‘kok bisa buruk kabarnya? Apa yang terjadi?’
- Neutral – biased
Pertanyaan biasa yang tidak mengarah pada jawaban tertentu (subjektif) – jebakan pertanyaan
atau pertanyaan yang memancing contohnya seperti yang dilakukan polisi dan psikolog.
- Direct – indirect
Penghargaan diberikan kepada kita, hasil karya dinilai. Contoh : peluncuran buku, peraih nobel
22
Wawancara dilakukan ketika seseorang keluar dari perusahaan mencegah agar tidak menjadi
provokator / tidak mempengaruhi yang lain.
Wawancara yang dilakukan dengan tujuan memberikan atau menawarkan solusi. Contoh business
consultant
Wawancara yang dilakukan ketika ingin menjual atau membeli barang atau jasa. Contoh :
kegiatan tawar menawar dipasar antara penjual dan pembeli
Urutan wawancara
1. Sebelum wawancara
2. Selama wawancara
3. Sesudah wawancara
Renungkan apa yang terjadi: Catatlah setiap nformasi penting yang anda peroleh. Ingatlah hal-
hal telah anda lakukan secara efektif yang dapat anda ulangi lagi dalam wawancara yang lain.
23
• TINDAK LANJUT:
KARAKTERISTIK:
PERILAKU ANTARPRIBADI YANG EFEKTIF DALAM SITUASI WAWANCARA
Keterbukaan; Empati; Sikap mendukung; Sikap Positif; Kesetaraan; Keyakinan diri;
Kebersatuan; Manajemen Interaksi; Daya Ekspresi.
• Kurang perhatian
• Kurang berinisiatif
• Persiapan buruk
24
BAB III
METODE
3.2 Narasumber
Dalam penelitian kualitatif tidak mengenal istilah populasi tetapi oleh Spradley dinamakan
" Sosial situation" atau situasi sosial yang terdiri dari 3 elemen yaitu : place (tempat), actor
(pelaku), dan activity (aktivitas). Sample dalam penelitian kualitatif tidak dinamakan dengam
responden, tetapi dinamakan sebagai narasumber, atau partisipan, informan , teman, dan guru
dalam penelitian (Sugiyono,2015). Narasumber yang berpartisipasi dalam penelitian ini adalah
David Bahtiyar Rizal S.Ikom yang biasa dikenal dengan nama David Rizal. Saat ini Dvid
berprofesi sebagai jurnalis dan reporter liputan 6 pagi SCTV.
25
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah suatu cara yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan
sebuah data. Cara pengumpulan data ini bisa dilakukan dengan dua cara yakni melalui data primer
dan data sekunder.
Dalam data primer, peneliti menggunakan teknik wawancara mendalam dimana peneliti
mewawancarai narasumber dengan pertanyaan yang sudah disiapkan peneliti. Selain itu, peneliti
juga menggunakan teknik observasi untuk melihat secara mendalam pesan verbal atau non verbal
yang dilakukan narasumber lewat perilakunya.
Peneliti menggunakan kamera Fujifilm untuk merekam jalannya awancara, agar memudahkan
peneliti membuat transkrip wawancara dan observasi ulang perilaku narasumber lewat rekaman
video. Momen-momen tertentu diabadikan kedalam bentuk foto dengan menggunakan kamera
Fujifilm juga.
Akhmad Kautsar Fattah : Sebagai camera person selama proses wawancara, mencari teori
Interview dalam bab 2, dan menganalisa hasil yang didapat dengan
digabungkan teori tersebut dalam bab 4.
Margareth Angelica :Sebagai observer selama proses wawancara, mencari teori Human
of Communication dalam bab 2, dan menganalisa hasil yang didapat
dengan digabungkan teori tersebut dalam bab 4.
26
Mega Marta Atika :Sebagai obsever selama proses wawancara, mencari teori Perception
dalam bab 2. dan menganalisa hasil yang didapat dengan digabungkan teori
tersebut dalam bab 4.
Pinnesia Nuralifa : Sebagai observer selama proses wawancara, mencari teori Principle of
Communication dalam bab 2, dan menganalisa hasil yang didapat dengan
digabungkan teori tersebut dalam bab 4, Editor.
Santi Tri Nur S :Sebagai interviewer selama proses wawancara, mencari teori verbal and
non verbal communication dalam bab 2, dan menganalisa hasil yang didapat
dengan digabungkan teori tersebut dalam bab 4, Editor.
Seluruh Anggota: Seluruh anggota ikut berpartisipasi dalam mengerjakan kata pengantar, bab
1, bab 3, dan 5
27
BAB 4
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Dalam wawancara yang telah kami lakukan bersama dengan David Rizal selaku jurnalis
dan pembawa berita liputan 6 Pagi SCTV, terdapat beberapa konteks komunikasi diantaranya
adalah Physical Context lingkungan dimana komunikasi kami berlangsung adalah ruang VIP dari
gedung SCTV, Social-Psychological Context yang kami gunakan adalah formal saat
mewawancarai, dikarenakan perannya sebagai seseorang yang terhormat dan strata umur beliau
yang lebih tua dari kami para pewancara. Tetapi terkadang kami menggunakan informal pada saat
kami mengobrol biasa agat suasana menjadi cair, dan narasumber juga tidak ingin kami merasa
kaku saat sedang mewawancarainya.
Dalam hal konteks waktu narasumber berbicara tentang pengalaman pekerjaan , biodata,
dan juga masa lalunya sehingga konteks waktu yang digunakan oleh nara sumber adalah masa
lalu, masa kini dan masa depan. Pada saat wawancara berlangsung source adalah nara sumber
menceritakan dan berbicara tentang pengetahuan serta beliaupun menuangkan gagasan nya (
encoding ). Kami sebagai pendengar / receivers menerjemahkan gagasan dari narasumber kami (
decoding ) mendengan dan melihat bahasa tubuh dari narasumber.
28
Narasumber kami memiliki kemampuan komunikasi yang sangat baik, beliau memberikan
pengetahuan yang sangat beragam dan beliau tidak sungkan untuk memberitahukan ide dan
pikiran nya kepada kami secara gamblang, tata berbicara yang narasumber kami gunakan juga
sangat sopan dengan meggunakan EYD yang baik dan yang benar sehingga kami sangat mengerti
apa saja informasi-nformasi yang dikatakan oleh narasumber kami.
Pada saat melakukan wawancara berlangsung kami mengalami beberapa gangguan yaitu
terdapat gangguan teknis lainnya seperti memori kamera kami yang habis pada saat narasumber
sedang berbicara pada saat memberikan jawaban terhadap pertanyaan kami, sehingga beliau pada
akhirnya diminta kembali untuk mengulang jawaban dari pertanyaan kami dan meminta untuk
menunggu sebentar.
Dalam wawancara yang dilakukan ini telah menghasilkan sebuah efek komunikasi yang
positif terhadap kami sebagai tim wawancara. Yang pertama adalah pada saat pertama kali kami
bertemu dengan narasumber, kami berasumsi bahwa narasumber merupakan seseorang yang
sangat ramah karena pada saat beliau keluar menghampiri kami terlihat beliau tersenyum dan
menyapa kami yang sedang menunggu beliau, dan narasumber mengatakan bahwa ia tidak merasa
terganggu karena waktu kerjanya sudah selesai.
Sehingga kami mempunyai pikiran bahwa beliau merupakan seseorang dengan pribadi
yang baik (cognitive) serta memiliki empati yang sangat tinggi terhadap masyarakat disekitarnya.
Oleh karena pikiran tersebut kami merasa bahwa narasumber merupakan seseorang yang
berkepribadian hangat dan inspirasional, dan kami merasa senang dapat melakukan wawancara
dengan beliau (affective).
Tujuan kami dalam berkomunikasi adalah yang pertama untuk menemukan informasi-
informasi yang ingin kami dapatkan dari narasumber, seperti kepribadian beliau, pengetahuannya
akan dunia media komunikasi, serta pengalaman hidup beliau . Tujuan yang kedua adalah untuk
berhubungan untuk mendapatkan relasi baru serta lingkungan yang baru, contohnya pada saat di
akhir wawancara ini narasumber mengatakan bahwa dirinya akan merasa senang sekali jika pada
saat kami ingin magang dan ingin berkerjadi media kami menghubungi beliau, dan beliau member
semangat kepada kami untuk sukses dalam menyelesaikan tugas akhir kami ini.
29
Tipe komunikasi dalam wawancara ini adalah tipe komunikasi kelompok kecil karena
terdiri dari 5 orang pewawancara dan 1 narasumber, sehingga komunikasi ini tidak memiliki
skala komunikasi yang terlalu besar namun juga tidak memiliki skala yang kecil.
Dan prinsip ketiga yang kita temukan di dalam wawancara ini adalah “Communication
involves content and relationship dimensions”. Di dalam komunikasi pasti terdapat dimensi isi.
30
Dimensi isi yang di maksud adalah content apa yang di komunikasikan antara pewawancara dan
narasumber di dalam wawancara ini. Dimensi relasi adalah di dalam komunikasi kita dapat
memprediksi apa relasi antar orang yang melakukan komunikasi, di kasus ini adalah relasi antara
pewawancara dan narasumber. Di wawancara ini relasi antara pewawancara dan narasumber
adalah mentor. Dari bahasa sopan yang di komunikasikan oleh pewawancara dapat menunjukan
relasi antara pewawancara dan narasumber.
“Communication Sequences are punctuated” adalah prinsip keempat yang terdapat dari
wawancara ini. Seperti yang di ketahui bahwa proses komunikasi adalah transaksi yang kontinyu,
tidak ada awal dan akhir yang jelas. Sebagai contoh di dalam wawancara ini pewawancara dan
narasumber tidak berhenti berkomunikasi pada saat selang waktu wawancara maupun
berakhirnya wawancara.
31
4.3 Komunikasi Verbal Dan Non Verbal (Santi Tri Nur S)
Komunikasi Verbal
Menurut analisa yang diteliti, wawancara dengan narasumber bisa dikatakan memiliki
komunikasi verbal dikarenakan komunikasi yang dilakukan merupakan bentuk lisan atau yang
disebut komunikasi oral yakni menjadikan bahasa sebagai penyampaian pesan melalui
wawancara yang kelompok kami lakukan. Disini, pikiran dan perasaan narasumber disampaikan
melaui kata-kata yang dianggapnya tepat dan mewakili apa yang ada dalam dirinya contohnya
saat narasumber menjawab perasaannya tentang lolos audisi SCTV Goes To Campus dan diterima
kerja “September saya wisuda dan Oktober saya langsung kerja, jadi Alhamdulillah saya belum
pernah merasakan yang namanya cari kerja”. Hal tersebut berupa kata-kata, bahasa yang mewakili
perasaannya.
Selain itu, komunikasi verbal yang dilakukan narasumber pun memiliki tujuan untuk
penyampaian dan penjelasan yang menjadi jawaban dari pertanyaan wawancara. Dari bahasa
yang ia sampaikan juga dapat memenuhi fungsinya sebagai alat berhubungan dengan orang lain
menurut Cansandra L.Book (1980), dalam Human Communication : Principles, Contexts, and
Skills, dimana bahasa yang diverbalkan oleh narasumber memungkinkan narasumber untuk
mendekatkan diri dengan tim wawancara dan membiarkan tim mengetahui pribadi maupun
pengalaman narasumber tersebut lebih jauh melalui jawabannya.
Menurut prakteknya, komunikasi verbal yang dilakukan oleh narasumber lebih pada
berbicara dan mendengarkan, karena narasumber melakukan komunikasi verbal tersebut dalam
proses wawancara bersama tim wawancara, dimana tim pasti membutuhkan narasumber untuk
menyampaikan jawabannya langsung sekaligus mendengarkan pertanyaan dari panduan
wawancara yang telah tersedia.
32
Komunikasi Non Verbal
Dalam wawancara kami bersama narasumber, posisi duduk narasumber dari awal sampai
akhir tidaklah berubah, dengan gaya duduk yang santai menghadap pewawancara dan ke kamera.
Lalu selalu disetiap penjelasannya selalu diikuti dengan gerakan tangan, juga dengan posisi kaki
yang santai tidak berubah selama proses wawancara diadakan. Disini juga dapat dianalisa bahwa
tangan narasumber cukup ekspresif melakukan gerakan yang dapat mengilustrasikan pesan yang
disampaikannya. Contoh:
• Saat membicarakan tentang pengalaman beliau saat reporting bom di Sarinah, beliau
melaporkan berita beliau sempat lupa dengan perkataan yag ingin dikatakannya. Saat beliau
bercerita, beliau memperagakannya seolah-olah sedang live reporting.
• Saat narasumber mengatakan melepaskan headset yang tersambung dengan produser saat
membawakan acara, beliau mengilustrasikan tangannya yang melepaskan headset seperti betulan.
• Saat narasumber bercerita bahwa profesinya bisa di dapat melalui ajang pencarian jurnalis oleh
SCTV ke daerah-daerah, beliau menceritakannya dengan gerakan tangan yang menjelaskan
bahwa itu terjadi dahulu seperti menunjuk kebelakang saat memulai pembicaraan.
• Saat narasumber memberi masukan kepada kami tentang kiat-kiat agar dapat mengatasi
kegugupan saat berada di depan kamera beliau ikut mempraktekannya, seperti beliau kiatnya
adalah memiringkan badan sedikit ke kiri ataupun ke kanan.
• Saat beliau bercerita bahwa saat ada teman yang kurang mood pada waktu akan live report,beliau
melakukan gerakan tangan seperti tepuk tangan dan juga mengangkat tangan ke atas.
Disamping tangannya yang begitu ekspresif, mimik yang dimiliki narasumber sayangnya
tidak melakukan banyak ekspresi yang berbeda-beda seperti tangannya tersebut. Narasumber
tidak terlalu banyak melakukan perubahan mimik, dikarenakan beliau sangatlah ramah, jadi
ketika proses wawancara berjalan beliau selalu tersenyum dengan tenang dan terlihat sangat
menghargai kami yang melakukan wawancara.
Namun disaat obrolan mulai serius seperti dibagian pertanyaan mengenai cara tampil di
depan kamera, beliau mengganti mimiknya dengan serius dan beranggapan seolah memang
sedang berada di depan kamera. Pada saat ditanya tentang beberapa pertanyaan yang serius seperti
33
apa itu arti ide mimik narasumber beliau menjadi lebih serius dan menatap jauh ke depan seperti
sedang berfikir. Jadi untuk keseluruhan mimik wajah, narasumber hanya menampilkan wajah
tersenyum, wajah serius, dan wajah berpikir.
Tujuan komunikasi mata yang dilakukan narasumber dapat dianalisa sebagai pencarian
umpan balik, dikarenakan ini adalah proses wawancara yang memerlukan adanya pertanyaan dan
jawaban, disini narasumber harus fokus pandangan matanya agar penanya dapat segera
menanyakan pertanyaan berikutnya. Selain itu, pandangan mata narasumber juga memiliki tujuan
untuk membuka pembicaraan dan menginformasikan pihak lain untuk segera berbicara, dimana
narasumber menatap interviewer tiap kali paska menjawab pertanyaan untuk menandakan bahwa
narasumber telah siap akan pertanyaan berikutnya.
Menurut komunikasi ruang yang dilakukan narasumber, beliau duduk tidak terlalu dekat
maupun jauh dengan interviewer, sekiranya ada jarak 45-120 cm dimana narasumber dapat
menjangkau interviewer dengan tangan terulur, atau disebutnya jarak personal. Hal tersebut jika
dianalisa mengapa ada jarak antar 45-120 yakni, wawancara ini bukanlah dalam konteks
pertemuan sosial maupun publik yang membutuhkan banyak jarak karena tempat wawancara
bukanlah tempat yang amat luas untuk menampung banyak orang. Selain itu, masalah yang
dibahas bukanlah isu private dan sangat personal yang membutuhkan jarak terlalu dekat, juga
status dimana narasumber adalah seseorang yang dihormati di Kementrian, dan interviewer
adalah mahasiswa, maka jarak yang tidak terlalu dekat maupun jauh dibentuk untuk menghormati
narasumber dan memudahkan proses wawancara.
Menurut fungsi komunikasi non verbal, dapat dianalisa bahwa komunikasi non verbal yang
dilakukan narasumber dapat mencakup fungsi untuk menekankan, melengkapi, dan
34
menggantikan. Misalkan, dalam fungsi menekankan, saat narasumber mengatakan “Diantara grup
seperti kalian” kearah interviewe (angel,santi,kautsar,pinne,mega), narasumber menekankan
pesan verbalnya dengan tangannya menunjuk kesemua interviewer tersebut. Tidak jarang juga
saat mengatakan “saya” beliau menekankan tangannya kedirinya. Sementara dalam fungsi
melengkapi, narasumber seringkali tertawa kecil dan tersenyum saat menceritakan kejadian
menyenangkan, seperti saat sedang bercanda dengan rekan-rekan jurnalis lainnya . Dalam fungsi
menggantikan, narasumber sering kali menyedengkan telinga ke arah interviewer sebagai
penanda bahwa beliau mendengarkan pertanyaan yang akan diberikan.
Persepsi adalah suatu proses ketika anda menjadi sadar akan objek, acara, dan khususnya manusia
melalui panca indra: penglihatan, penciuman, pengecap, pendengaran, dan peraba. Interpersonal
perception dibagi menjadi lima tahap: (1) Stimulasi, (2) Organisasi, (3) Interpretasi - evaluasi, (4)
Memori, dan (5) Mengingat kembali (Devito, 1986).
Dalam wawancara kali ini dengan David Rizal, teori Devito akan tahapan persepsi tersebut
dapat digunakan untuk fondasi analisa kami dalam bagian ini. Pertama yakni stimulasi. Dari detik
pertama berlangsungnya proses pertemuan kami di kantor beliau gedung SCTV, panca indera
kami menangkap hal-hal positif yang diberikan melalui baik senyuman beliau yang ramah,
sentuhan jabat tangan beliau, aroma ruangan yang bersih dan nyaman serta nada suara nerasumber
yang penuh dengan keramahan dan keakraban. Dari situ pun kami terpancing untuk mengambil
gagasan awal bahwa narasumber kami adalah presenter yang baik dan tidak sombong.
Kedua adalah Organisasi, dalam tahap ini kita mengorganisir berbagai informasi yang kak
David Rizal berikan kepada kami selama proses wawancara berlangsung. Pada dasarnya beliau
kami nilai sebagai orang yang tipe storyteller, gemar bercerita. Karenanya terkadang, banyak
beberapa informasi yang bapak berikan diluar dari apa yang kami tanyakan. Informasi-informasi
tersebut adalah informasi penting yang rugi untuk dilewatkan namun memang kami memiliki
kewajiban untuk punya prioritas dalam mengorganisasi informasi tersebut.
Ini adalah proses yang paling membutuhkan pikiran kami yakni proses Intepretasi dimana
kami harus mengait-ngaitkan antara berbagai informasi yang Kaka David Rizal berikan, didukung
35
dengan cara beliau menyampaikannya, nada bicaranya untuk menyimpulkan bagaimana sosok
beliau secara keseluruhan. Dan dari apa yang dapat kami simpulkan, memang beanr beliau adalah
sosok yang tepat untuk kami angkat karena beliau yang memiliki pengalaman menarik di bidang
jurnalistik.
Proses keempat yakni proses penyimpanan memori kami lakukan dengan merekam
jalannya wawancara selain mengandalkan kemampuan mengingat kami. Hal ini dilakukan untuk
memastikan bahwa semua yang terjadi dalam proses wawancara bisa kami tindak lanjuti berupa
analisa lebih lanjut yang kami tuangkan dalam makalah ini.
Tahap terakir yakni recalling secara konkrit ditunjukkan dengan adanya makalah ini yang
kemi buat berdasarkan hasil mengingat-ingat kembali apa yang kami dapatkan selama proses
wawancara berlangsung.
Pengalaman kami melakukan wawancara dengan Kak David Rizal kami sepakati untuk
masuk dalam kategori Long Term Memory ketika kami menyimpannya dalam memori kami
masing-masing. Selain karena kami mengalami dan mendengarkan dengan telinga kami sendiri,
cerita dan berbagai informasi yang kami peroleh memang inspiratif, membangun, dan berkesan
sehingga akan sulit kami lupakan begitu saja.
Pada wawancara yang telah kelompok kami lakukan dapat dianalisa bahwa wawancara
kami termasuk wawancara one on many, dimana dengan satu narasumber, David Rizal dan
beberapa penanya, Angela dan Santi.
36
memberikan ruang kepada narasumber untuk menjawab, kemudian neutral, pertanyaan kami
tidak mengarahkan pada jawaban tertentu, primary – follow up, seperti contoh pada pertanyaan;
Apa saja kendala-kendala yang dihadapi pada saat menjadi profesi seorang reporter ataupun
jurnalis? Bagaimana cara mengatasinya? Dapat dilihat bahwa antara pertanyaan yang satu dengan
yang lainnya berkaitan. Pertanyaan kami juga berjenis pertanyaan direct dimana kami secara
langsung bertanya kepada narasumber yang berkecimpung dalam dunia jurnalistik.
Beberapa hal yang kami persiapkan sebelum melakukan wawancara adalah mencetak
keseluruhan panduan / pedoman wawancara dari Miss Otim, membuat janji dengan David Rizal
melalui email, mempelajari secara cermat panduan / pedoman wawancara, membagi tugas dengan
anggota kelompok, mempersiapkan mental, daftar pertanyaan, alat-alat yang akan digunakan
untuk mengambil gambar (video, photo), transportasi, dan menjaga kekompakan kelompok.
Selama wawancara kami berusaha mempresentasikan secara baik dan efkektif diri kami
sebagai mahasiswa komunikasi STIKOM London School of Public Relations. Kami datang ke
kantor Kak David Rizal di gedung SCTV, Senayan dengan tepat waktu yang sudah disepakati.
Selama wawancara berlangsung setiap anggota kelompok menjalankan tugasnya masing-masing
dengan baik, pertanyaan dilontarkan secara jelas, camera person merekam gambar secara baik,
dan observer melakukan observasi dalam posisi duduk yang tentunya secara jelas dapat melihat
segala gerak gerik narasumber. Sesudah wawancara kami mengucapkan terima kasih kepada
narasumber, sedikit bercanda dengan beliau.
37
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang kami lakukan dengan mewawancarai narasumber kami yaitu
David Bahtiyar Rizal, verbal dan non verbal seorang jurnalis diperlukan untuk menyampaikan
sebuah informasi atau berita kepada masyarakat. Dalam menyampaikan sebuah berita kak David
mengatakan bahwa ketika membawakan sebuah berita harus di sisipi acting pada mimic dan juga
gerakan tubuh yang menggambarkan isi dari berita tersebut. Karena Kak David adalah seorang
reporter yang tampil di depan televise,makanya gerakan non verbal juga menjadi sangat
berarti,penonton di rumah dapat melihat dan menyimpulkan professional atau tidaknya seorang
reporter ataupun juga profesi lainnya yang tampil di hadapan public melalui visualisasi televise.
Verbal dari seorang repoerter sangatlah penting saat menyampaikan sebuah berita,lafal yang jelas
dan setiap kata yang keluar adalah bentuk verbal yang sangat diperhatikan oleh masyarakat
melalui saluran televise.
Margareth Angelica
Menurut Saya project ini berjalan dengan baik, namun ada beberapa hambatan waktu didalam
mengerjakan project ini karena jurnal harus disetujui lebih dahulu oleh miss Otym apalagi jurnal
tersebut berupa jurnal internasional.Namun setelah jurnal diterima,dan melakukan perencanaan
interview sampai dengan menyelesaikan mini skrip semua berlangsung dengan lancar.
38
Mega Marta Atika
Menurut saya project ini sangat membantu untuk pengerjaan skripsi nanti kelak. Namun ada
hambatannya yakni harus dengan persetujuan miss otim, dan harus dari jurnal international. Dan
hambatan yang kami hadapi susah untuk mendapatkan narasumber. Karena waktunya tidak bisa
yang sama dengan narasumber. Namun setelah kami melakukan wawancara , semua dapat
berjalan dengan baik.
Pinnesia Nuralifa
Menurut saya project ini membuat saya jadi menghargai seorang jurnalistik yang menurut saya
pekerjaan yang biasa saja. Setelah saya mengetahui ternyata profesi ini sangatlah berjasa, sangat
bertaruh dengan nyawa contohnya ada reporter yang sedang live report seketika ditembak mati.
Jurnalistik membuat saya berubah dalam memandang suatu berita yang menurut saya kurang
penting buat saya. Tapi saya sekarang tersadar, karena beritalah kita dapat merubah dunia.
39
5.3 Saran
5.3.1. Saran Akademis
Kepada para akademisi yang berminat melakukan penelitian pada topik kajian yang sama,
hendaknya lebih menekankan pada sudut pandang pembacaberita. Gaya komunikasi apa yang
dapat menarik minat pembaca untuk membaca berita.
40
DAFTAR PUSTAKA
References
Khaltsum, U. (n.d.). coret-coretan berbagi ilmu. Retrieved from www.mkhgfthj.blogspot.com:
http://mkhgfthj.blogspot.com/2013/01/komunikasi-verbal-non-verbal-etika_7495.html
Joseph A. Devito Book
Slide Psychology Communication Oleh Veronika Trimardhany, MSi., Psi. :
Topic 1 of Psychology Communication
Topic 2&3 of Principles of Communication
Topic 4 of Perception
Topic 7&8 of Verbal And Non Verbal Communication
Topic Interview
41
TRANSKRIP
Nama : David Rizal
Kalo kita liputan itu dinamis ya, kita tidak ada yang tahu kejadian apa yang terjadi
dilapangan seperti apa aslinya. Kita sebagai jurnalis dituntut untuk harus bisa memutar
balikan otak apabila opsi a tidak bisa kita harus punya opsi yang lainnya. Sebagai jurnalis
tidak bisa terpaku pada satu informasi, mungkin untuk jurnalis yang baru pertama kali
liputan akan sulit biasanya cukup perbanyak baca dalam mencari informasi lainnya dari
sudut pandang yang berbeda-beda. Dari sudut pandang berbeda itulah saya meringkas
kembali tanpa mencampurkan opini dari si jurnalis itu sendiri harus memiliki sense of
jurnalistik.
Kenapa kakak lebih tertarik terjun didunia jurnalistik dibandingkan didunia politik ?
42
Apasih bedanya liputan 6 dengan berita dari channel berita tv lainnya ?
Sebagai seorang jurnalis gimana sih untuk mendapatkan informasi yang ingin kita cari
tahu ?
Mulailah pendekatan dengan cara yang baik oleh orang yang ingin kita cari tahu
informasinya. Misalnya saya tahu suku dari orang yang ingin kita cari tahu informasinya
maka ikutilah bagaimana cara berbicara dengan orang yang sesama sukunya sehingga
narasumber merasa dekat maka dari itu biasanya narasumber akan menceritakan hal yang
sebenarnya terjadi dengan mudah malah jurnalis bukan musuh lagi. Nah mulai dari situ
kita bisa mengendalikan bawah alam sadar si narasumber maka dengan mudah akan
membawa narasumber ke informasi yang kita butuhkan. Bisa dibilang kita harus perang
sampai ketitik darah penghabisan. Atau kita pura-pura sok pintar terhadap narasumber
maka dengan mudah narasumber akan menceritakan berita yang sebenarnya terjadi.
43
Bagaimana sih cara kakak membuat berita agar disukai banyak orang ?
Yang paling penting adalah kita harus mencari tahu berita yang kita angkat itu
penting gak sih untuk orang. Serta menyesuaikan berita yang ada di kota tersebut,
misalnya berita disurabaya belum tentu berpengaruh dengan orang yang berada dipapua.
Yang perlu kita tahu membuat berita tersebut bertujuan untuk siapa.
Menurut kakak suatu informasi mempengaruhi opini masyarakat atau opini masyarakat
tersebut yang menimbulkan suatu informasi ?
Sebenarnya seorang jurnalistik itu harus netral ya, tidak boleh memberikan opini
sendiri terhadap berita yang kita cari tahu. Tetapi karena opini masyarakat itulah bisa
dijadikan acuan jurnalistik untuk dijadikan sumber berita agar dapat mencari tahu
kebenarannya.
44
Bagaimana tanggapan kakak mengenai persaingan dengan channel tv yang lain ?
Justru kita menjadi pesaing hanya dilayar kaca saja demi mendapatkan rating
yang tinggi dari penonton. Tetapi apabila dibelakang layar kaca sebenarnya semua
jurnalistik itu berteman bahkan saling membantu satu sama lain ke sesama profesi untuk
saling bertukar informasi yang didapatkan.
Menurut kakak buat teman-teman mahasiswa yang baru mengambil jurnalistik ada pesan-
pesannya tidak ?
Buat teman-teman mahasiswa yang sekarang baru mengambil jurnalistik tidak
akan menyesal karena bisa ketemu orang yang kita tidak duga-duga sebelumnya, jalan-
jalan gratis, bisa masuk ketempat tempat yang belum tentu orang lain bisa masuk. Bisa
dikatakan seorang jurnalistik mempunyai “green card” untuk dijadikan kunci kemana
saja.
45