You are on page 1of 45

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya kami masih
diberikan kesehatan dan waktu untuk terus menjalankan peran kami sebagai seorang mahasiswa,
salah satunya dengan mengerjakan tugas akhir semester ini dengan semaksimal mungkin.

Terima kasih kepada Ibu Prita Kemal Gani yang sampai saat ini masih menjadi actor utama
penggerak keberadaan STIKOM The London School of Public Relations Jakarta, rumah kedua
bagi kami dalam menempuh pendidikan terbaik untuk masa depan masing-masing dari kami.

Rasa terima kasih kami juga sampaikan kepada Ibu Khotimatus Sholiakti sebagai dosen
kami di mata kuliah Psikologi Komunikasi. Kami mendapat kesempatan untuk kembali
menyelesaikan tugas akhir yang membuat kami belajar banyak selama proses pembuatannya. Kali
ini kami mendapat tugas untuk mencari dan mewawancarai salah seorang tokoh Jurnalistik untuk
kemudian diabadikan dalam bentuk video dan hasil wawancara dianalisa terkait dengan pelajaran
yang sudah diberikan.

Tentunya kami juga sangat berterima kasih kepada Kak David Bahtiyar Rizal sebagai
narasumber kami dalam tugas ini. Beliau adalah sosok yang tergolong sibuk dan memiliki jadwal
padat setiap harinya namun masih bisa menyempatkan diri untuk membantu kami menjadi
narasumber dalam tugas ini.

Terakhir kami juga ingin menyampaikan rasa terima kasih kami kepada orang tua kami
dan teman-teman sekelompok kami yang selalu mendukung satu sama lain, sehingga kami dapat
terus menjadi pribadi yang selalu mau belajar untuk lebih baik dan mengerjakan segala
sesuatunya dengan semaksimal mungkin seperti ketika kami menyelesaikan tugas ini.

Semoga hasil dari apa yang kami upayakan dalam tugas ini bisa sesuai dengan ekspektasi
yang diharapkan dan dapat memberikan manfaat kehidupan kami dikemudian hari.

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

1. Bab 1 Pendahuluan
1.1. Latar Belakang 3
1.2. Rumusan Masalah 4
1.3. Tujuan Penelitian 4
1.4. Manfaat Penelitian 4
1.5. Sistematik Penelitian 4
2. Bab 2 Teori
2.1. Human Communication 6
2.2. Prinsiple Of Communication 8
2.3. Komunikasi Verbal dan Non Verbal 9
2.4. Persepsi 18
2.5. Interview 20
3. Bab 3 Metode
3.1. Metode Penelitian 25
3.2. Narasumber 25
3.3. Fokus Penelitian 25
3.4. Teknik Pengumpulan Data 26
3.5. Alat yang digunakan 26
3.6. Tugas Anggota Kelempok 26
4. Bab 4 Analisi Pembahasan
4.1. Profil Narasumber 28
4.2. Human Communication 28
4.3. Principle of Communication 30
4.4. Komunikasi Verbal dan Non Verbal 35
4.5. Interview 36
5. Bab 5 Kesimpulan
5.1. Kesimpulan 38
5.2. Kesan Kelompok 38
5.3. Saran 40

Daftar Pustaka

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tingkat kesadaran masyarakat akan berita semakin tinggi. Masyarakat dan berita, seperti
sebuah hubungan yang tidak terpisahkan. Hal ini berdampak pada perkembangan industri media
baik cetak maupun elektronik atau penyiaran. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat saat ini,
media masa harus bisa menyajikan berita yang cepat dan terpercaya.
Media massa adalah media yang digunakan masyarakat untuk mendapatkan berita. Semua
peristiwa yang terjadi setiap harinya, dapat disampaikan melalui media cetak, media online,
media tv dsb. Diantara banyaknya media massa, televisi termasuk media yang paling berpengaruh
terhadap masyarakat, Televisi di ibaratkan seperti sebuah hipnotis yang dapat membuat oranglain
duduk manis menghabiskan waktunya di depan televisi untuk menonton program yang
diminatinya.

Hal tersebut tidak melihat dari segi kelamin, usia, dan status sosialnya. Perusahaan yang bergerak
di bidang informasi global serta media melakukan survei bahwa 94% orang Indonesia lebih suka
menonton televisi dibandingkan media massa lainnya. Hal ini karena televisi memiliki sejumlah
kelebihan terutama kemampuannya dalam menyatukan antara fungsi audio dan visual, ditambah
dengan kemampuannya dalam memainkan warna. Dan keunggulan dari televisi adalah penonton
dapat leluasa menentukan saluran mana yang mereka senangi.

Sekarang dengan bertambahnya stasiun televise, pihak-pihak pengusaha televise menganggap


hal ini akan memunculkan persaingan dan situasi yang kompetitif untuk mendapatkan perhatian
pemirsa dengan acara-acara yang disenangi. Program-program televisi yang ada saat ini meliputi
berbagai program seperti religi, talkshow, berita, komedi, sinetron, infotainment, termasuk
budaya.
Program berita di televise salah satu program yang banyak dinikmati, dan bahkan selalu di tunggu
oleh masyarakat luas. Dibutuhkan seorang jurnalis untuk menciptakan sebuah berita yang
menarik untuk ditayangkan ditelevisi. Diantara banyak cara untuk menghasilkan berita yang baik
jurnalis menduduki tempat terpenting, terutama dalam dunia media massa.

3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut:
1. “Bagaimana verbal non verbal seseorang Jurnalis dalam menyampaikan berita?”

1.3 Tujuan Penelitian


Untuk mengetahui verbal non verbal seseorang Jurnalis dalam menyampaikan berita.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Akademis
1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam ilmu komunikasi massa,
yang lebih spesifik dalam bidang jurnalisme.
2. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan mengenai verbal non verbal seorang
jurnalis dalam menyampaikan berita.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Hasil penelitian ini dapat menjadi wawasan yang lebih bagi para pelaku dalam bidang
jurnalisme.
2. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan kepada jurnalisme muda untuk
meningkatkan kualitasnya dalam menyampaikan berita sehingga dapat dimengerti dan diterima
oleh masyarakat.

1.5 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan ini dibagi dalam lima bab, yaitu :
1. BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini memaparkan secara jelas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian baik akademik maupun praktis, dan tentunya sistematika dalam
penulisan.

4
2. BAB II LANDASAN TEORI
Dalam bab ini akan memaparkan teori teori yang berkaitan dengan topik dari penelitian dengan
membahas secara sistematis.
3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini akan menguraikan metode-metode yang digunakan dalam penelitian yang terdiri
dari metode pengumpulan data, metode analisis data, keabsahan data, waktu dan lokasi penelitian
serta keterbatasan penelitian.
4. BAB IV ANALISIS
Dalam bab ini akan memaparkan secara lebih mendalam tentang topik penelitian, dimana telah
dilakukan analisis dan pengolahan data terlebih dahulu kemudian dari hasil tersebut dilakukan
pembahasan yang lebih spesifik.
5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini memaparkan mengenai kesimpulan dari hasil akhir dari penelitian yang telah
dilakukan serta berisi tentang saran dan masukan dari hasil penelitian ini kepada pihak terkait.

5
BAB II

TEORI

2.1 Human Communication


The communication proccess

 Tujuan dari komunikasi psikologi adalah pesan yang tersampaikan dapat diterima secara
jelas, dan tidak membingungkan dari pengirim ke penerima.
 Komunikasi berhasil jika pesan yang disampaikan oleh pengirim dipahami secara sama
oleh penerimanya.
 Oleh karena itu, diperlukan pemahaman tehadap prosesnya, yaitu proses psikologis, serta
kemungkinan-kemungkinan maalah yang timbul, dapat diatasi secara efektif.

Communication Process
 Physical Context
Lingkungan fisik dimana komunikasi berlangsung. Contoh : ruang, bangsal, taman.
 Social-psychologist context
Tata hubungan status, peran & permainan, aturan budaya. ( persahabatan, permusuhan,
formalitas informalitas )
 Temporal Context
Konteks waktu. masa lalu, masa kini dan masa depan akan berbeda
 Cultural Context
Perbedaan kebudayaan. Contoh : Dalam Bahasa Sunda & Jawa : atos, cokot .

Sources – Receiver

 Sources/sumber/pembicara <-> Receiver/Penerima

( Berbicara, menulis, isyarat tubuh) ( Mendengar, Membaca, membaui, melihat dll. )

 Encoding ( menuangkan gagasan dalam kode ttt )

Decoding ( Menerjemahkan gelombang suara, kode ttt )

6
 Communication Competence ( kemampuan komunikasi ): pengetahuan, membaca
lingkungan, tata cara berbicara.

Type of Noise
 Physical
Gangguan fisik ( Teknis ) transmisi pesan. Contoh : gangguan dari lingkungan yang bising.
 Physiological
Ketidakmampuan dalam fisiologis ( kerusakan organ )
 Psychological
Gangguan pada pikiran atau mental. Contoh : tidak konsentrasi, Pikiran yang sempit.
 Semantic
Gangguan terjadi akibat salah mengartikan sesuatu. Contoh: dalam dua bahasa.

Communication Effects
 Cognitve : Pikiran
 Affective : Perasaan
 Conative : Perilaku/ Behavior

Tujuan Komunikasi
 To discover - Menemukan
 To relate - Untuk Berhubungan
 To Help - Untuk Membantu
 To Persuade - Untuk meyakinkan
 To play - Untuk bermain

Ethical Consideration
 Komunikasi selalu mempunyai efek dan dampak dari satu (1) atau lebih orang yang
terlibat komunikasi. ( kognitif, afektif, dan perilaku )
 Pada setiap komunikasi selalu ada konsekuensi. Contoh : belajar, evaluasi, analisis )
 Komunikasi ada aspek benar-salah maka ada masalah etik ( kode Etik )
7
Tipe Komunikasi
 INTRA PRIBADI : Personal ( dengan diri sendiri )
 ANTAR PRIBADI : Personal antara dua orang
 KELOMPOK KECIL : Dalam kelompok kecil
 ORGANISASI dalam : Dalam organisasi formal
 PUBLIK : Dari pembicara kepada khalayak
 ANTAR BUDAYA : Dari budaya yang berbeda
 MASSA : Khalayak yang sangat luas melalui sarana audio & visual

2.2 Principle of Communication


1. COMMUNICATION IS A PACKAGE OF SIGNALS

Komunikasi yang kita lakukan dalam sehari hari dapat berupa verbal dan non-verbal

2. COMMUNICATION IS TRANSACTIONAL

Komunikasi disesuaikan dengan karakter dan latar belakang.

Contoh: Dosen berbicara dengan mahasiswa secara scientic, jika dengan ibu rumah tangga lebih
ditekankan bahasa sehari-hari.

3. COMMUNICATION INVOLVES CONTENT & RELATIONSHIP DIMENSIONS

Setiap pesan komunikasi mempunyai dimensi isi dan kita dapat memprediksi dimensi
hubungan yang ada di antara pihak-pihak yang melakukan proses komunikasi. Percakapan di
antara dua orang shabat dan antara dosen dengan mahasiswa di kelas berbeda memiliki dimensi
isi yang berbeda

4. COMMUNICATION SEQUENCES ARE PUNCTUATED

Peristiwa komunikasi adalah transaksi yang kontinyu. Tidak ada awal dan akhir yang jelas.
Jadi komunikasi selalu dilakukan dari awal bangun tidur sampai tidur kembali.

5. COMMUNICATION INVOLVES SYMMETRICAL AND COMPLEMENTARY


TRANSACTIONS
8
Hubungan dapat berbetuk simetris atau komplementer. Dalam hubungan simetris dua
orang saling bercermin pada perilaku lainnya. Jika salah seorang mengangguk, yang lainnya
mengangguk, jika yang satu menampakan rasa cemburu, yang lain memperlihatkan rasa cemburu;
jika yang satu pasif, yang lain pasif. hubungan ini bersifat setara (sebanding), dengan penekanan
pada meminimalkan perbedaan diantara kedua orang yang bersangkutan.

Dalam hubungan komplementer kedua pihak mempunyai perilaku yang berbeda. Perilaku
tersebut ada untuk saling melengkapi.

6. COMMUNICATION IS INEVITABLE, IRREVERSIBLE AND UNREPEATABLE

Komunikasi inevitable adalah kita sebagai makhluk sosial tidak mungkin tidak melakukan
komunikasi. Sedangkan yang dimaksud irreversible adalah komunikasi tidak bisa ditarik kembali
dan hanya bisa meminta maaf jika ada perkataan yang salah. Komunikasi unrepeatable adalah
bermaksud bahwa komunikasi yang sudah di lakukan tidak dapat di ulang kembali secara sama
persi apa yang sudah di lakukan sebelumnya.

2.3 Komunikasi Verbal Dan Non Verbal

Istilah verbal dalam kamus bahasa indonesia adalah lisan, maksudnya komunikasi dilakukan
antara pembicara dan pendengar hanya menggunakan lisan saja.Sedangkan dalam
ilmu komunikasi menyatakan bahwa istilah komunikasi verbal yaitu proses penyampaian
informasi berupa lisan dan tulisan.

Komunikasi verbal adalah bentuk komunikasi yang ada dalam kehidupan manusia dalam
hubungan atau interaksi sosialnya pengertian komunikasi verbal (verbal communication) adalah
bentuk komunikasi yang disampaikan komunikator kepada komunikan dengan lisan (oral) atau
tulisan (written). Dari pengertian komunikasi verbal tersebut maka jelas peranannya sangat besar
karena sebagian proses komunikasi langsung dengan komunikasi verbal ide-ide, pemikiran atau
keputusan lebih mudah disampaikan secara verbal daripada non verbal. Pada komunikasi verbal
ini komunikan juga lebih mudah memahami pesan-pesan yang disampaikan dengan komunikasi
ini.

9
Meneruskan sisi pengertian komunikasi verbal diatas, penggunaan verbal lebih banyak
menggunakan kata-kata opini atau lisan dan juga menggunkan simbol-simbol, atau kode yang
berupa tulisan.

1) Komunikasi lisan (oral communication), komunikasi lisan menjadikan bahasa sebagai


pemnyampai pesan. Pikiran dan perasaan seseorang disampaikan melaui kata-kata yang
dianggapnya tepat dan mewakili apa yan ada dalam dirinya

Cansandra L.Book (1980), dalam Human Communication : Principles, Contexts, and Skills,
mengemukakan agar komunikasi kita berhasil, setidaknya bahasa harus memenuhi tiga fungsi,
yaitu :

 Mengenal dunia di sekitar kita. Melalui bahasa kita mempelajari apa saja yang menarik
minat kita, mulai dari sejarah suatu bangsa yang hidup di masa lalu sampai dengan kemajuan
teknologi saat ini.
 Berhubungan dengan orang lain. Bahasa memungkinkan kita bergaul dengan orang lain
untuk kesenangan kita, dan atau mempengaruhi mereka untuk mencapai tujuan kita. Melalui
bahasa kita dapat mengendalikan lingkungan kita termasuk orang-orang di sekitar kita.
 Untuk menciptakan koherensi dalam kehidupan kita. Bahasa memungkinkan kita untuk
lebih teratur, saling memahami mengenal diri kita, kepercayaan-kepercayaan kita, dan tujuan-
tujuan kita.

2) Komunikasi tulisan (written communication). Komunikasi tulisan menjadikan simbol yang


dituliskan pada kertas atau tempat lain sebagi alat penyampai ide atau perasaan. Komunikasi
tulisan akan sangat penting jika kita ingin mengetahui secara keseluruhan gagasan pernyataan
atan perasaan seseorang. Pesan tulisan memiliki sistematis yang jelas. Pilihan kata dan tanda baca
yang dapat membantu pihak lain untuk dapat memahami apa yang ingin kita sampaikan.

Tujuan Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal melalui lisan dapat dilakukan secara langsung bertatap muka antara
komunikator dengan komunikan, seperti berpidato atau ceramah. Selain itu juga, komunikasi

10
verbal melalui lisan dapat dilakukan dengan menggunakan media, contoh seseorang yang
bercakap-cakap melalui telepon. Sedangkan komunikasi verbal melalui tulisan dilakukan dengan
secara tidak langsung antara komunikator dengan komunikan. Proses penyampaian informasi
dilakukan dengan menggunakan berupa media surat, lukisan, gambar, grafik dan lain-lain.

Adapun tujuan menggunakannya komunikasi verbal (lisan dan tulisan) antara lain:

 Penyampaian penjelasan, pemberitahuan, arahan dan lain sebagainya,

 Presentasi penjualan dihadapan para audien,

 Penyelenggaraan rapat,

 Wawancara dengan orang lain,

 Pemasaran melalui telepon, dsb.

Praktek Komunikasi Verbal

Prakteknya komunikasi verbal bisa dilakukan dengan cara :

a) Berbicara dan menulis.

Umumnya untuk menyampaikan, orang cenderung lebih menyukai speaking (berbicara)


ketimbang (writing ). Selain karena praktis, speaking dianggap lebih mudah “menyentuh” sasaran
karena langsung didengar komunikan. Namun bukan berarti pesan tertulis tidak penting. Untuk
menyampaikan pesan bisnis yang panjang dan memerlukan pemahaman dan pengkajian matang,
diperlukan pula penyampaian writing. Semisal penyampaian bussines report. Sangat tidak
mungkin jika hanya disampaikan dengan berbicara.

b) Mendengarkan dan membaca.

Kenyataan menunjukkan, pelaku bisnis lebih sering mendapatkan informasi ketimbang


menyampaikan informasi. Dan aktivitas penerimaan informasi.pesan bisnis ini dilakukan lewat
proses (listening) mendengarkan dan membaca (reading). Sayangnya, kenyataan juga
menunjukkan, masih banyak di antara kalangan bisnis yang tidak memiliki kemampuan dan

11
kemauan memadai untuk melakukan proses reading dan listening ini. Sehingga pesan penting
sering hanya berlalu begitu saja, dan hanya sebagian kecil yang tercerna dengan baik.

Ketika kita berkomunikasi, kita menterjemahkan gagasan kita ke dalam bentuk lambang (verbal
atau nonverbal). Proses ini lazim disebut penyandian (encoding). Bahasa adalah alat penyandian,
tetapi alat yang tidak begitu baik (lihat keterbatasan bahasa di atas), untuk itu diperlukan
kecermatan dalam berbicara, bagaimana mencocokkan kata dengan keadaan sebenarnya,
bagaimana menghilangkan kebiasaan berbahasa yang menyebabkan kerancuan dan
kesalahpahaman. (Khaltsum, n.d.)

Language And Meaning dalam komunikasi verbal

Meanings are in people:

Makna tidak terletak pada kata-kata melainkan pada manusia. Kita menggunakan kata-kata untuk
mendekati makna yang ingin kita komunikasikan. Contoh: kata “Sayang.”

Meanings Depend on Context

Sebuah makna berbeda pengertiannya tergantung konteks. Contohnya “apa kabar” antara pasien
dan dokter berbeda dengan “apa kabar” antara teman sebaya. Dalam konteks kedokteran “apa
kabar” dimaksudkan dengan bagaimana kondisi badan pasien atau keluhannya.

Messages are Governed by Rules:

Misal: kualitas peribahasa/pepatah (Maxim of Quality)

Sopan santun dalam pepatah/ peribahasa individu (Quality of Politeness)

Language is Denotative and Connotative:

hal yang nyata (obyektif) & subyektif (emosional) -

Contoh: “mati” bagi dokter dan bagi keluarga pasien.

12
Diskonfirmasi

Pola komunikasi dimana kita mengabaikan kehadiran seseorang dan apa yang
dikomunikasikannya.

Sexism: ”She thinks like a men”;

Isyarat sekretaris: wanita dan menulis;

Presiden  pria yang terhormat.

Heterosexism: melecehkan pria homoseks & wanita lesbian.

Racism: mengacu pada ras seseorang.

Konfirmasi

Mengakui kehadiran seseorang dan apa yang dikomunikasikannya.

Komunikasi Non Verbal

Bahasa non verbal merupakan salah satu bentuk komunikasi yang sering digunakan dalam
presentasi, dimana penyampaiannya bukan dengan kata-kata ataupun suara tetapi melalui hal
berikut ini:

a. Gerakan tubuh - Body movement

b. Gerakan mata - Eye movement

c. Ekspresi wajah - Facial expression

d. Sosok tubuh - Body

e. Penggunaan jarak (ruang) – Spatial Using

f. Kecepatan bicara - Speed

g. Volume bicara - Volume

13
h. Keheningan – Silence

Fungsi komunikasi non verbal:

a. Untuk menekankan:

Menonjolkan atau menekankan beberapa bagian dari pesan verbal.

Contoh:

- Tersenyum.

- Memukulkan tangan ke meja.

b. Untuk melengkapi:

memperkuat sikap umum yang dikomunikasikan oleh pesan verbal.

Contoh:

- Anda tertawa ketika bercerita hal lucu.

- Geleng-geleng kepala menceritakan ketidakjujuran seseorang.

c. Untuk menunjukan kontradiksi:

Secara sengaja mempertentangkan pesan verbal dengan gerakan nonverbal

Contoh: mengedipkan mata atau menyilangkan jari ke belakang sebagai tanda ketidakbenaran.

d. Untuk mengatur:

Mengendalikan atau mengisyaratkan keinginan Anda untuk mengatur arus pesan verbal.

Contoh:

- Mengerutkan bibir.

- Mencodongkan badan ke depan.

- Membuat gerakan tangan untuk mengatakan sesuatu.

14
e. Untuk mengulang:

Mengulangi makna dari pesan verbal.

Contoh:

- Pernyataan verbal “apa benar?” disertai mengangkat alis mata Anda.

- Menggerakkan kepala atau tangan untuk mengulangi pesan verbal “Ayo kita pergi!”

f. Untuk menggantikan

Dapat menggantikan pesan verbal.

Contoh:

- Mengatakan “OKE” dengan tangan anda tanpa berkata apa-apa.

- Menganggukkan kepala “ya”

- Menggelengkan kepala “ tidak”

Gerakan Tubuh

a. Emblems:

Perilaku nonverbal yang secara langsung menerjemahkan kata/ungkapan.

Contoh: isyarat “oke”, ”jangan ribut”, ”kemarilah”

b. Illustrator:

Mengilustrasikan pesan verbal.

Contoh: “ayo bangun”, “luas”

Affect Display

Gerakan wajah yang mengandung makna emosional (rasa marah, sedih, takut, gembira, jengkel).

Gerakan Tubuh

15
a. Regulator:
Perilaku nonverbal yang “mengatur” memelihara, atau mengendalikan pembicaraan orang lain.

Contoh:

- Mendengarkan aktif –menganggukkan kepala, fokus mata

- Mengisyaratkan pembicara apa yang kita harapkan mereka lakukan. Misal: “lalu apa lagi?”
“tolong agak lambat sedikit” tergantung kepekaan pembicara.

b. Adaptor:
Perilaku nonverbal yang bila dilakukan secara pribadi, atau di muka umum tetapi tidak terlihat-
berfungsi memenuhi kebutuhan tertentu dan dilakukan sampai selesai.

Contoh:

Ketika Anda sedang sendiri, Anda menggaruk-garuk kepala sampai rasa gatal hilang.

Komunikasi Mata

Pesan yang dikomunikasikan mata bervariasi bergantung pada:

a. Durasi kontak mata-saling memandang (@ 2,95”-Amerika).


Durasi singkat tidak berminat, malu, atau sibuk.

b. Arah pandangan mata: berganti-ganti (Amerika)


# sadar diri, kegugupan selama interaksi.

c. Lebar & sempit bukaan mataemosi: ketakutan, keterkejutan, kesebalan.

Tujuan komunikasi mata:

a. Mencari umpan balik.

b. Membuka pembicaraan .

c. Menginformasikan pihak lain untuk berbicara. Contoh: Membuka pertanyaan.

d. Mengisyaratkan sifat hubungan.

Pandangan fokus: hub positif.


16
e. Mengkompensasikan bertambahnya jarak fisik.

Secara psikologis kita menjadi dekat meskipun secara fisik jauh.

Komkunikasi Ruang

 Intimate: 15-45 cm

bisa mendengar, mencium, mendekap.

 Personal: 45-120 cm

bisa menyentuh tetapi dengan uluran tangan.

 Social: 120-360 cmpertemuan sosial, transaksi bisnis, pejabat tinggi dengan meja besar.

 Public: 360-750 cm

Contoh: mengambil jarak dari orang yang mabuk.

Bukan individu yang tidak terpisah. melainkan suatu kesatuan yang lengkap.

misal: seorang tokoh penting yg dilindungi.

Faktor yang mempengaruhi komunikasi ruang:

a. Status: Jika setara, akan lebih dekat.

b. Kultur: Orang Amerika cenderung lebih jauh jarak komunikasinya.

c. Konteks: Makin besar ruang, makin dekat jarak pribadi.

d. Masalah yang dibahas:

- masalah pribadi dibahas dengan jarak dekat.

- masalah umum dibahas dengan jarak yang lebih jauh.

e. Usia & jenis kelamin:

- antara wanita>dekat dibanding antara pria.

17
- anak2>dekat dibanding dewasa.

f. Evaluasi positif dan negatif:

Contoh:

- kita berdiri berjauhan dari musuh ketimbang dari kawan.

- tokoh dengan posisi lebih tinggi jauh daripada dengan teman sejawat.

-berdiri jauh dari orang yang kita anggap negatif.

2.4 Persepsi
Persepsi adalah proses mengindera, mengelola, dan menginterpretasi stimuli yang masuk ke otak
melalui penginderaan.

5 Tahap dalam Proses Persepsi

1) Stimulating

Tahap gathering (pengumpulan) merupakan tahap dimana kita menghimpun berbagai


stimuli-stimuli atau rangsangan yang diterima alat indera (yaini indera peraba, indera penglihat,
indera pencium, indera pengecap dan indera pendengar). tahap gathering merupakan tahap
pertama dalam keseluruhan proses seleksi, alat indera kita dirangsang lewat parfum untuk indera
penciuman, api untuk indera perasa dan lain sebagainya.

2) Organizing

Tahap selanjutnya ini terkait dengan penjelasan De Vito bahwa meskipun kita memiliki
kemampuan untuk merasakan stimulus (rangsangan), kita tidak selalu menggunakannya. Sebagai
contoh: bila kita melamun di kelas, kita tidak akan mendengarkan apa yang dikatakan guru sampai
dia memanggil nam kita dan barulah kita sadar. Contoh tersebut memberitahukan kepada bahwa
setelah stimulus dikumpulkan pada tahap gathering, stimulus itu kemudian di seleksi pada tahap
ini. Tahap seleksi ini memberikan kita kebebasan untuk memilih stimulus yang paling kita sukai
atau paling dekat dengan kita dan ada kecenderungan untuk menghindar stimuli yang tidak kita
sukai atau tidak kita kenal. Bahkan kita pada tahap tertentu kita berhak menentukan apa yang
ingin kita lihat, dengar, rasa atau lainnya.
18
3) Interpreting

Seperti yang dikatakan pada tahap organizing yang melekat pada interpretasi yang
didefinisikan oleh Mulyana sebagai meletakan suatu rangasangan bersama rangsangan lainnya
sehingga menjadi suatu keseluruhan yang bermakna.

Meski tahap ini dijelaskan satu persatu namun pada banyak kasus sebenarnya tahap-tahap
ini berlangsung nyaris serempak. Karna interpreting merupakan tahap paling akhir dari persepsi
dimana setelah kita melewati pengumpulan, penyeleksian, pencampuran (mixing),
pengorganisasian, maka semua stimulus yang diterima alat indera itu akan diberi makna pada
tahap pemberian makna. Sehingga apa yang dikatakan oleh Jalaluddin rakhmat bahwa persepsi
adalah proses pemberian makna pada sensasi sehingga manusia memperoleh pengetahuan baru.
Dengan kata lain persepsi mengubah sensasi menjadi informasi.

4) Memory Storing

Menurut Deddy Mulyana, tahap organisasi melekat pada tahap interpretasi. Pada
tahap organizing ini, semua stimulus yang dikumpulkan, diseleksi dan di-mix akan disimpan dan
disusun dengan meletakkan di dalam pengalaman yang membingkai kita dalam memahami
stimuli. Seperti kita akan senang mengorganisir stimulus-stimulus yang kita kenal atau dekat
dengan kehidupan kita. Biasanya kita akan mengorganisasikan stimulus-stimulus itu berdasarkan
kerangka yang kita punya.

5) Recalling

Tahap dimana kita mengingat kembali stimuli yang masuk. Tahap ini berkaitan dengan
mengakses kembali informasi yang telah disimpan ke dalam memori. Namun pada tahap terakhir
ini, ketika anda menginginkan untuk mendapatkan kembali informasi, anda kemungkinan
mengingat kembali hal tersebut dengan beberapa ketidakakuratan:

 Anda menginginkan untuk mengingat kembali informasi tersebut yang konsisten dengan
skema anda; Kenyataannya, anda bahkan mungkin tidak mengingat kembali informasi
spesifiknya.

19
 Anda mungkin gagal untuk mengingat kembali informasi yang konsisten dengan skema
anda; anda tidak memiliki ruang untuk meletakkan informasi tersebut, maka anda akan dengan
mudah melupakannya.

 Anda mungkin mengingat kembali informasi yang sangat berbeda dengan skema anda,
karena hal tersebut memaksakan anda untuk berpikir atau memikirkan kembali mengenai skema
anda dan keakuratannya. (Devito)

Terdapat 3 sistem penyimpanan memori dalam kaitannya dengan proses pembentukan persepsi,
diantaranya:

• Sensory Information Storage (SIS)

• Sistem penyimpanan informasi secara sensorik atau indrawi.

• Contoh : bau-bauan yang mudah diidentifikasi seperti mudahnya mencium teh mana yang
teh melati dan teh mana yang teh Oolong.

• Short Term Memory (STM)

• Sistem penyimpanan informasi yang mengalami repeat atau rehersal dalam jangka pendek.

• Contoh : nomor handphone orang lain yang mungkin mudah diingat setelah diberikan
namun setelah seminggu dua minggu momen pemberian, nomor tersebut kemungkinan besar
sudah tidak lagi dapat teringat karenanya kita menyimpan hal seperti itu dalam daftar kontak
kita untuk mencegah lupa.

• Long Term Memory (LTM)

• Sistem penyimpanan informasi yang mengalami repeat dalam jangka panjang.

• Contoh : momen yang dialami, karena secara langsung dialami menjadi satu hal yang
melekat dan diingat.

2.5 Interview
Wawancara merupakan salah satu kegiatan berkomunikasi antara dua orang atau lebih yang
terjadi antara pewawancara dan orang yang diwawancara, dengan tujuan untuk mendapatkan

20
informasi dimana pewawancara melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang kemudian dijawab
oleh orang yang diwawancara.

Tipe wawancara

• Two-Person & Team Interviews: berdasarkan jumlah orang.

- One on one  1 nara sumber – 1 penanya

Contoh : Interview kerja, penjual & pembeli.

- One on many  1 nara sumber – beberapa penanya

Contoh : Introgasi

- Many on one  beberapa nara sumber - 1 penanya

Contoh : Talk show

- Many on many  beberapa nara sumber – beberapa penanya

Contoh : Press conference, group debate

• General Interview Structure: berdasarkan strukturnya.

- Informal interview

Wawancara tanpa petunjuk dimana pewawancara dapat langsung bertanya kepada orang yang
diwawancara tanpa membuat janji khusus. Contoh : seorang mahasiswa yang bertanya kepada
dosen, ‘mam, materi ujian akhirnya dari bab 9 – 12 kan?’

- Guided interview

Wawancara dilakukan dengan panduan contoh : soal pilihan ganda pada lembar pertanyaan
ujian.

- Standard open interview

Pertanyaan dasar dalam wawancara seperti menanyakan nama, usia, perkerjaan dsbg

- Standard close interview

Pertanyaan yang jawabannya sudah diarahkan. Contoh : Apakah anda single? Ya / Tidak

21
- Quantitative interview

Wawancara yang hasilnya dapat dihitung, Contoh : Kuisioner

- Qualitative interview

Wawancara secara mendalam.

• Interview Questions & Answers : Berdasarkan jenis pertanyaan

- Open – Closed

Pertanyaan yang tidak diarahkan jawabannya sehingga yang diwawancara bebas menjawab
pertanyaan – pertanyaan yang telah diiarahkan jawabannya.

- Primary – follow up

Pertanyaan pertama seperti ‘apa kabar?’ kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan follow up
seperti, ‘kok bisa buruk kabarnya? Apa yang terjadi?’

- Neutral – biased

Pertanyaan biasa yang tidak mengarah pada jawaban tertentu (subjektif) – jebakan pertanyaan
atau pertanyaan yang memancing contohnya seperti yang dilakukan polisi dan psikolog.

- Direct – indirect

Bertanya langsung ke narasumber – bertanya tidak langsung ke narasumber, tetapi misalnya ke


teman terdekat narasumber.

• Interview as the Function: berdasarkan fungsinya.

- The persuasive interview

Terdapat tujuan untuk mengajak pada pandangan tertentu

- The appraisal interview

Penghargaan diberikan kepada kita, hasil karya dinilai. Contoh : peluncuran buku, peraih nobel

- The Job exit interview

22
Wawancara dilakukan ketika seseorang keluar dari perusahaan mencegah agar tidak menjadi
provokator / tidak mempengaruhi yang lain.

- The counseling interview

Wawancara yang dilakukan dengan tujuan memberikan atau menawarkan solusi. Contoh business
consultant

- The assesment interview

\wawancara yang bertujuan untuk melakukan penilaian. Contoh : ujian mahasiswa

- The sales interview prosess

Wawancara yang dilakukan ketika ingin menjual atau membeli barang atau jasa. Contoh :
kegiatan tawar menawar dipasar antara penjual dan pembeli

Urutan wawancara

1. Sebelum wawancara

• Menyiapkan Diri Anda

• Menetapkan wawancara (buat janji, tahu lokasi,dll)

• Menyiapkan Jawaban dan pertanyaan

2. Selama wawancara

• Melakukan Presentasi Diri yang efektif

• Tiba tepat waktu

• Membina Hubungan dengan Yang diwawancara / pewanwancara

• Demonstrasikan Komunikasi Antarpribadi yang efektif.

3. Sesudah wawancara

MENGKAJI WAWANCARA SECARA MENTAL

Renungkan apa yang terjadi: Catatlah setiap nformasi penting yang anda peroleh. Ingatlah hal-
hal telah anda lakukan secara efektif yang dapat anda ulangi lagi dalam wawancara yang lain.

23
• TINDAK LANJUT:

Lakukan tindak lanjut wawancara dengan surat/ungkapan ucapan terimakasih kepada


pewawancara/yang diwawancara.

KARAKTERISTIK:
PERILAKU ANTARPRIBADI YANG EFEKTIF DALAM SITUASI WAWANCARA
Keterbukaan; Empati; Sikap mendukung; Sikap Positif; Kesetaraan; Keyakinan diri;
Kebersatuan; Manajemen Interaksi; Daya Ekspresi.

Perilaku yang menimbulkan kesan negatif dalam wawancara

• Ketrampilan komunkasi yang buruk

• Penampilan pribadi yang buruk

• Kurang percaya diri

• Kurang ramah, jabat tangan yang lemah

• Tidak membina kontak mata

• Kurang perhatian

• Kurang berinisiatif

• Persiapan buruk

24
BAB III

METODE

3.1 Metode Penelitian


Metode yang kami gunakan dalam penelitian mengenai "Konsep Diri Jurnalis Dalam
Mendapatkan Berita" adalah menggunakan metode kulitatif deskriptif sebagai dasar penelitian.
Peneliti melakukan wawancara terstruktur dan juga observasi selama wawancara berlangsung di
studio TV media centre LSPR Jakarta terkait penelitian. Wawancara dengan narasumber Bapak
Rommy memiliki suasana yang nyaman, memyenangkan dan santai juga dilengkapi dengan
pertanyaan yang sangat memadai. Saat bapak Rommy tiba di studio TV, dia memberikan
pengalaman serta informasi seputar kegiatannya selama menjadi jurnalis yaitu selama 20 tahun
silam. Proses wawancara berlangsung dari awal hingga akhir bapak Rommy terlihat sangat ramah
dan humoris, tenang serta terlihat penuh percaya diri dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan peneliti.

3.2 Narasumber
Dalam penelitian kualitatif tidak mengenal istilah populasi tetapi oleh Spradley dinamakan
" Sosial situation" atau situasi sosial yang terdiri dari 3 elemen yaitu : place (tempat), actor
(pelaku), dan activity (aktivitas). Sample dalam penelitian kualitatif tidak dinamakan dengam
responden, tetapi dinamakan sebagai narasumber, atau partisipan, informan , teman, dan guru
dalam penelitian (Sugiyono,2015). Narasumber yang berpartisipasi dalam penelitian ini adalah
David Bahtiyar Rizal S.Ikom yang biasa dikenal dengan nama David Rizal. Saat ini Dvid
berprofesi sebagai jurnalis dan reporter liputan 6 pagi SCTV.

3.3 Fokus Penelitian


Penelitian ini akan berfokus kepada verbal non verbal jurnalis dalam menyampaikan berita,
yang akan melihat kedalam aspek psikologi komunikasi yang dilakukan oleh jurnalis terkait. Data
yang didapatkan dalam penelitian ini berfokus pada jawaban subjek dari pertanyaan-pertanyaan
yang dibuat oleh peneliti.

25
3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah suatu cara yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan
sebuah data. Cara pengumpulan data ini bisa dilakukan dengan dua cara yakni melalui data primer
dan data sekunder.

3.4.1 Data Primer

Dalam data primer, peneliti menggunakan teknik wawancara mendalam dimana peneliti
mewawancarai narasumber dengan pertanyaan yang sudah disiapkan peneliti. Selain itu, peneliti
juga menggunakan teknik observasi untuk melihat secara mendalam pesan verbal atau non verbal
yang dilakukan narasumber lewat perilakunya.

3.4.2 Data Sekunder

Dalam data sekunder, peneliti menggunakan slide-slide Psychology of Communication yang


diberikan Ibu Otym untuk melengkapi kajian teori, serta mengunjungi website blablabla untuk
tambahan referensi.

3.5 Alat yang digunakan

Peneliti menggunakan kamera Fujifilm untuk merekam jalannya awancara, agar memudahkan
peneliti membuat transkrip wawancara dan observasi ulang perilaku narasumber lewat rekaman
video. Momen-momen tertentu diabadikan kedalam bentuk foto dengan menggunakan kamera
Fujifilm juga.

3.6 Tugas Anggota Kelompok

Akhmad Kautsar Fattah : Sebagai camera person selama proses wawancara, mencari teori
Interview dalam bab 2, dan menganalisa hasil yang didapat dengan
digabungkan teori tersebut dalam bab 4.

Margareth Angelica :Sebagai observer selama proses wawancara, mencari teori Human
of Communication dalam bab 2, dan menganalisa hasil yang didapat
dengan digabungkan teori tersebut dalam bab 4.

26
Mega Marta Atika :Sebagai obsever selama proses wawancara, mencari teori Perception
dalam bab 2. dan menganalisa hasil yang didapat dengan digabungkan teori
tersebut dalam bab 4.

Pinnesia Nuralifa : Sebagai observer selama proses wawancara, mencari teori Principle of
Communication dalam bab 2, dan menganalisa hasil yang didapat dengan
digabungkan teori tersebut dalam bab 4, Editor.

Santi Tri Nur S :Sebagai interviewer selama proses wawancara, mencari teori verbal and
non verbal communication dalam bab 2, dan menganalisa hasil yang didapat
dengan digabungkan teori tersebut dalam bab 4, Editor.

Seluruh Anggota: Seluruh anggota ikut berpartisipasi dalam mengerjakan kata pengantar, bab
1, bab 3, dan 5

27
BAB 4
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Profil Narasumber


David Bahtiyar Rizal lahir di Bondowoso pada tanggal 1
Maret 1989, merupakan Jurnalistik dan Reporter Liputan
6 Pagi SCTV. Pria yang biasa dikenal dengan sebutan
David Rizal, sebelumnya beliau juga telah pernah bekerja
sambilan di sebuah tekevisi local di daerah Malang dan
bekerja sambilan lainnya saat masih berkuliah.
Pengalamannya yang pernah menjadi jurnalistik dan
reporter di SCTV telah digelutinya selama 3 tahun silam, yang dimulainya pada Oktober 2012
hingga sekarang. Sebelumnya David ditempatkan di SCTV pada liputan siang yaitu Buser.

4.1 Human Communication ( Margareth Angelica)

Dalam wawancara yang telah kami lakukan bersama dengan David Rizal selaku jurnalis
dan pembawa berita liputan 6 Pagi SCTV, terdapat beberapa konteks komunikasi diantaranya
adalah Physical Context lingkungan dimana komunikasi kami berlangsung adalah ruang VIP dari
gedung SCTV, Social-Psychological Context yang kami gunakan adalah formal saat
mewawancarai, dikarenakan perannya sebagai seseorang yang terhormat dan strata umur beliau
yang lebih tua dari kami para pewancara. Tetapi terkadang kami menggunakan informal pada saat
kami mengobrol biasa agat suasana menjadi cair, dan narasumber juga tidak ingin kami merasa
kaku saat sedang mewawancarainya.

Dalam hal konteks waktu narasumber berbicara tentang pengalaman pekerjaan , biodata,
dan juga masa lalunya sehingga konteks waktu yang digunakan oleh nara sumber adalah masa
lalu, masa kini dan masa depan. Pada saat wawancara berlangsung source adalah nara sumber
menceritakan dan berbicara tentang pengetahuan serta beliaupun menuangkan gagasan nya (
encoding ). Kami sebagai pendengar / receivers menerjemahkan gagasan dari narasumber kami (
decoding ) mendengan dan melihat bahasa tubuh dari narasumber.

28
Narasumber kami memiliki kemampuan komunikasi yang sangat baik, beliau memberikan
pengetahuan yang sangat beragam dan beliau tidak sungkan untuk memberitahukan ide dan
pikiran nya kepada kami secara gamblang, tata berbicara yang narasumber kami gunakan juga
sangat sopan dengan meggunakan EYD yang baik dan yang benar sehingga kami sangat mengerti
apa saja informasi-nformasi yang dikatakan oleh narasumber kami.

Pada saat melakukan wawancara berlangsung kami mengalami beberapa gangguan yaitu
terdapat gangguan teknis lainnya seperti memori kamera kami yang habis pada saat narasumber
sedang berbicara pada saat memberikan jawaban terhadap pertanyaan kami, sehingga beliau pada
akhirnya diminta kembali untuk mengulang jawaban dari pertanyaan kami dan meminta untuk
menunggu sebentar.

Dalam wawancara yang dilakukan ini telah menghasilkan sebuah efek komunikasi yang
positif terhadap kami sebagai tim wawancara. Yang pertama adalah pada saat pertama kali kami
bertemu dengan narasumber, kami berasumsi bahwa narasumber merupakan seseorang yang
sangat ramah karena pada saat beliau keluar menghampiri kami terlihat beliau tersenyum dan
menyapa kami yang sedang menunggu beliau, dan narasumber mengatakan bahwa ia tidak merasa
terganggu karena waktu kerjanya sudah selesai.

Sehingga kami mempunyai pikiran bahwa beliau merupakan seseorang dengan pribadi
yang baik (cognitive) serta memiliki empati yang sangat tinggi terhadap masyarakat disekitarnya.
Oleh karena pikiran tersebut kami merasa bahwa narasumber merupakan seseorang yang
berkepribadian hangat dan inspirasional, dan kami merasa senang dapat melakukan wawancara
dengan beliau (affective).

Tujuan kami dalam berkomunikasi adalah yang pertama untuk menemukan informasi-
informasi yang ingin kami dapatkan dari narasumber, seperti kepribadian beliau, pengetahuannya
akan dunia media komunikasi, serta pengalaman hidup beliau . Tujuan yang kedua adalah untuk
berhubungan untuk mendapatkan relasi baru serta lingkungan yang baru, contohnya pada saat di
akhir wawancara ini narasumber mengatakan bahwa dirinya akan merasa senang sekali jika pada
saat kami ingin magang dan ingin berkerjadi media kami menghubungi beliau, dan beliau member
semangat kepada kami untuk sukses dalam menyelesaikan tugas akhir kami ini.

29
Tipe komunikasi dalam wawancara ini adalah tipe komunikasi kelompok kecil karena
terdiri dari 5 orang pewawancara dan 1 narasumber, sehingga komunikasi ini tidak memiliki
skala komunikasi yang terlalu besar namun juga tidak memiliki skala yang kecil.

4.2 Principles of Communication (Pinnesia Nuralifa)

Dalam wawancara yang dilakukan, terdapat beberapa prinsip – prinsip komunikasi


dialamnya. Yang pertama, “Communication is a package of signal”. Dimana di dalam wawancara
yang kita lakukan pewawancara dan narasumber menggunakan komunikasi verbal dan non-
verbal untuk menciptakan suasana wawancara yang baik dan perbincangan yang menarik untuk
wawancara tersebut.

Di dalam wawancara yang kami lakukan, pewawancara kami mengemukakan pertanyaan-


pertanyaan dengan komunikasi verbal dan di lengkapi dengan komunikasi non-verbal seperti
hand gesture, ekspresi muka yang baik sehingga dapat menciptakan suasana wawancara yang
baik dan nyaman baik untuk pewawancara dan juga untuk narasumber. Dan juga dalam
wawancara ini narasumber dapat memberikan jawaban-jawaban atas pertanyaan yang kami
kemukakan dengan komunikasi verbal dan di lengkapi dengan non-verbal sebagai contoh di
dalam wawancara ini beliau meilustrasikan “menatap kamera” dengan gesturenya sebagai tanda
jika beliau lupa ingin dengan berita yang disampaikannya.

Selanjutnya juga prinsip “Communication is transactional” dimana dikatakan bahwa


komunikasi memiliki elemen-elemen yang saling bergantung seperti adanya sumber, penerima
dan umpan balik yang akan membentuk transaksi pesan. Disini narasumber menjadi sumbernya
sementara pewawancara menjadi penerima yang mencatat jawaban dari narasumber. Pertanyaan
yang diberikan pewawancara dan dijawab narasumber mengindikasikan adanya sebuah transaksi
pesan dimana keduanya saling mengirim pesan dan mencapai sebuah hasil yakni jawaban yang
disetujui untuk dicatat penerima. Pesan yang diberikan narasumber pun bahasanya sangat mudah
dimengerti oleh tim wawancara mengingat tim wawancara masihlah mahasiswa, bukanlah
seseorang yang berprofesi ataupun orang penting dengan bahasa yang tingkatannya lebih tinggi.

Dan prinsip ketiga yang kita temukan di dalam wawancara ini adalah “Communication
involves content and relationship dimensions”. Di dalam komunikasi pasti terdapat dimensi isi.

30
Dimensi isi yang di maksud adalah content apa yang di komunikasikan antara pewawancara dan
narasumber di dalam wawancara ini. Dimensi relasi adalah di dalam komunikasi kita dapat
memprediksi apa relasi antar orang yang melakukan komunikasi, di kasus ini adalah relasi antara
pewawancara dan narasumber. Di wawancara ini relasi antara pewawancara dan narasumber
adalah mentor. Dari bahasa sopan yang di komunikasikan oleh pewawancara dapat menunjukan
relasi antara pewawancara dan narasumber.

“Communication Sequences are punctuated” adalah prinsip keempat yang terdapat dari
wawancara ini. Seperti yang di ketahui bahwa proses komunikasi adalah transaksi yang kontinyu,
tidak ada awal dan akhir yang jelas. Sebagai contoh di dalam wawancara ini pewawancara dan
narasumber tidak berhenti berkomunikasi pada saat selang waktu wawancara maupun
berakhirnya wawancara.

Prinsip kelima adalah “Communication involves symmetrical and complementary


transaction”. Dalam hubungan simetris perilaku pewawancara dan narasumber saling bercermin.
Sebagai contoh, ketika pada saat wawancara narasumber bercerita sesuatu yang lucu dan tertawa
pewawancara pun ikut tertawa. Di lain sisi hubungan komplementer adalah kedua pihak memiliki
perilaku yang berbeda, dimana di satu pihak berfungsi sebagai stimulun dan di pihak lainnya
berfungsi sebagai komplementer. Di wawancara ini pewawancara berfungsi sebagai stimulun
dengan memberikan pertanyaan yang ingin di tanyakan dan narasumber sebagai komplementer
dengan menjawab pertanyaan yang diberikan.

Prinsip terakhir adalah “Communication is inevitable, irreversible and unrepeatable”. Di


dalam wawancara tidak mungkin kita tidak melakukan komunikasi sama sekali dan komunikasi
yang di lakukan tidak mungkin bisa sama persis dengan apa yang di komunkasikan sebelumnya.
Sebagai contoh, ketika dalam proses wawancara ini terjadi kesalahan teknis, sebagian dari
wawancara tidak terekam dan pada saat di rekam ulang kembali apa yang di kemukakan oleh
narasumber tidak sama persis dengan apa yang beliau bicarakan sebelumnya.

31
4.3 Komunikasi Verbal Dan Non Verbal (Santi Tri Nur S)

Komunikasi Verbal

Menurut analisa yang diteliti, wawancara dengan narasumber bisa dikatakan memiliki
komunikasi verbal dikarenakan komunikasi yang dilakukan merupakan bentuk lisan atau yang
disebut komunikasi oral yakni menjadikan bahasa sebagai penyampaian pesan melalui
wawancara yang kelompok kami lakukan. Disini, pikiran dan perasaan narasumber disampaikan
melaui kata-kata yang dianggapnya tepat dan mewakili apa yang ada dalam dirinya contohnya
saat narasumber menjawab perasaannya tentang lolos audisi SCTV Goes To Campus dan diterima
kerja “September saya wisuda dan Oktober saya langsung kerja, jadi Alhamdulillah saya belum
pernah merasakan yang namanya cari kerja”. Hal tersebut berupa kata-kata, bahasa yang mewakili
perasaannya.

Selain itu, komunikasi verbal yang dilakukan narasumber pun memiliki tujuan untuk
penyampaian dan penjelasan yang menjadi jawaban dari pertanyaan wawancara. Dari bahasa
yang ia sampaikan juga dapat memenuhi fungsinya sebagai alat berhubungan dengan orang lain
menurut Cansandra L.Book (1980), dalam Human Communication : Principles, Contexts, and
Skills, dimana bahasa yang diverbalkan oleh narasumber memungkinkan narasumber untuk
mendekatkan diri dengan tim wawancara dan membiarkan tim mengetahui pribadi maupun
pengalaman narasumber tersebut lebih jauh melalui jawabannya.

Menurut prakteknya, komunikasi verbal yang dilakukan oleh narasumber lebih pada
berbicara dan mendengarkan, karena narasumber melakukan komunikasi verbal tersebut dalam
proses wawancara bersama tim wawancara, dimana tim pasti membutuhkan narasumber untuk
menyampaikan jawabannya langsung sekaligus mendengarkan pertanyaan dari panduan
wawancara yang telah tersedia.

Menurut pola komunikasinya dari narasumber ke tim wawancara, narasumber melakukan


konfirmasi yang baik dimana narasumber benar-benar memperhatikan pertanyaan yang diberikan
oleh tim wawancara, juga menjawabnya dengan lengkap dan tulus. Hal tersebut dapat diketahui
melalui bagaimana kontak mata yang terjalin (cukup intens), dan bagaimana cara menjawabnya
yang tidak terkesan buru-buru, dan pemahamannya akan pertanyaan yang ada (penuh perhatian
akan tiap pertanyaan).

32
Komunikasi Non Verbal

Dalam wawancara kami bersama narasumber, posisi duduk narasumber dari awal sampai
akhir tidaklah berubah, dengan gaya duduk yang santai menghadap pewawancara dan ke kamera.
Lalu selalu disetiap penjelasannya selalu diikuti dengan gerakan tangan, juga dengan posisi kaki
yang santai tidak berubah selama proses wawancara diadakan. Disini juga dapat dianalisa bahwa
tangan narasumber cukup ekspresif melakukan gerakan yang dapat mengilustrasikan pesan yang
disampaikannya. Contoh:

• Saat membicarakan tentang pengalaman beliau saat reporting bom di Sarinah, beliau
melaporkan berita beliau sempat lupa dengan perkataan yag ingin dikatakannya. Saat beliau
bercerita, beliau memperagakannya seolah-olah sedang live reporting.

• Saat narasumber mengatakan melepaskan headset yang tersambung dengan produser saat
membawakan acara, beliau mengilustrasikan tangannya yang melepaskan headset seperti betulan.

• Saat narasumber bercerita bahwa profesinya bisa di dapat melalui ajang pencarian jurnalis oleh
SCTV ke daerah-daerah, beliau menceritakannya dengan gerakan tangan yang menjelaskan
bahwa itu terjadi dahulu seperti menunjuk kebelakang saat memulai pembicaraan.

• Saat narasumber memberi masukan kepada kami tentang kiat-kiat agar dapat mengatasi
kegugupan saat berada di depan kamera beliau ikut mempraktekannya, seperti beliau kiatnya
adalah memiringkan badan sedikit ke kiri ataupun ke kanan.

• Saat beliau bercerita bahwa saat ada teman yang kurang mood pada waktu akan live report,beliau
melakukan gerakan tangan seperti tepuk tangan dan juga mengangkat tangan ke atas.

Disamping tangannya yang begitu ekspresif, mimik yang dimiliki narasumber sayangnya
tidak melakukan banyak ekspresi yang berbeda-beda seperti tangannya tersebut. Narasumber
tidak terlalu banyak melakukan perubahan mimik, dikarenakan beliau sangatlah ramah, jadi
ketika proses wawancara berjalan beliau selalu tersenyum dengan tenang dan terlihat sangat
menghargai kami yang melakukan wawancara.

Namun disaat obrolan mulai serius seperti dibagian pertanyaan mengenai cara tampil di
depan kamera, beliau mengganti mimiknya dengan serius dan beranggapan seolah memang
sedang berada di depan kamera. Pada saat ditanya tentang beberapa pertanyaan yang serius seperti

33
apa itu arti ide mimik narasumber beliau menjadi lebih serius dan menatap jauh ke depan seperti
sedang berfikir. Jadi untuk keseluruhan mimik wajah, narasumber hanya menampilkan wajah
tersenyum, wajah serius, dan wajah berpikir.

Disini, gerakan tubuh narasumber dapat dianalisa mengimplikasikan tubuhnya sebagai


regulator dimana perilaku nonverbal yang dilakukan narasumber lebih memelihara, atau
mengendalikan pembicaraan orang lain. Seperti, selama proses wawancara beliau tidak hilang
fokus matanya dari kedua interviewer, dan menganggukan kepala, mendengarkan pertanyaan
dengan aktif dimana itu semua demi menjaga proses wawancara yang baik. Namun selama
wawancara, fokus mata yang dikomunikasikan oleh mata narasumber, durasinya tidak terlalu
intens dan cenderung cepat berpindah (berganti-ganti dari memandang Angel , lalu kamera juga
kepada teman-teman lain dalam waktu yang tidak terlalu lama).

Tujuan komunikasi mata yang dilakukan narasumber dapat dianalisa sebagai pencarian
umpan balik, dikarenakan ini adalah proses wawancara yang memerlukan adanya pertanyaan dan
jawaban, disini narasumber harus fokus pandangan matanya agar penanya dapat segera
menanyakan pertanyaan berikutnya. Selain itu, pandangan mata narasumber juga memiliki tujuan
untuk membuka pembicaraan dan menginformasikan pihak lain untuk segera berbicara, dimana
narasumber menatap interviewer tiap kali paska menjawab pertanyaan untuk menandakan bahwa
narasumber telah siap akan pertanyaan berikutnya.

Menurut komunikasi ruang yang dilakukan narasumber, beliau duduk tidak terlalu dekat
maupun jauh dengan interviewer, sekiranya ada jarak 45-120 cm dimana narasumber dapat
menjangkau interviewer dengan tangan terulur, atau disebutnya jarak personal. Hal tersebut jika
dianalisa mengapa ada jarak antar 45-120 yakni, wawancara ini bukanlah dalam konteks
pertemuan sosial maupun publik yang membutuhkan banyak jarak karena tempat wawancara
bukanlah tempat yang amat luas untuk menampung banyak orang. Selain itu, masalah yang
dibahas bukanlah isu private dan sangat personal yang membutuhkan jarak terlalu dekat, juga
status dimana narasumber adalah seseorang yang dihormati di Kementrian, dan interviewer
adalah mahasiswa, maka jarak yang tidak terlalu dekat maupun jauh dibentuk untuk menghormati
narasumber dan memudahkan proses wawancara.

Menurut fungsi komunikasi non verbal, dapat dianalisa bahwa komunikasi non verbal yang
dilakukan narasumber dapat mencakup fungsi untuk menekankan, melengkapi, dan

34
menggantikan. Misalkan, dalam fungsi menekankan, saat narasumber mengatakan “Diantara grup
seperti kalian” kearah interviewe (angel,santi,kautsar,pinne,mega), narasumber menekankan
pesan verbalnya dengan tangannya menunjuk kesemua interviewer tersebut. Tidak jarang juga
saat mengatakan “saya” beliau menekankan tangannya kedirinya. Sementara dalam fungsi
melengkapi, narasumber seringkali tertawa kecil dan tersenyum saat menceritakan kejadian
menyenangkan, seperti saat sedang bercanda dengan rekan-rekan jurnalis lainnya . Dalam fungsi
menggantikan, narasumber sering kali menyedengkan telinga ke arah interviewer sebagai
penanda bahwa beliau mendengarkan pertanyaan yang akan diberikan.

4.4 Persepsi (Mega Marta Atika)

Persepsi adalah suatu proses ketika anda menjadi sadar akan objek, acara, dan khususnya manusia
melalui panca indra: penglihatan, penciuman, pengecap, pendengaran, dan peraba. Interpersonal
perception dibagi menjadi lima tahap: (1) Stimulasi, (2) Organisasi, (3) Interpretasi - evaluasi, (4)
Memori, dan (5) Mengingat kembali (Devito, 1986).

Dalam wawancara kali ini dengan David Rizal, teori Devito akan tahapan persepsi tersebut
dapat digunakan untuk fondasi analisa kami dalam bagian ini. Pertama yakni stimulasi. Dari detik
pertama berlangsungnya proses pertemuan kami di kantor beliau gedung SCTV, panca indera
kami menangkap hal-hal positif yang diberikan melalui baik senyuman beliau yang ramah,
sentuhan jabat tangan beliau, aroma ruangan yang bersih dan nyaman serta nada suara nerasumber
yang penuh dengan keramahan dan keakraban. Dari situ pun kami terpancing untuk mengambil
gagasan awal bahwa narasumber kami adalah presenter yang baik dan tidak sombong.

Kedua adalah Organisasi, dalam tahap ini kita mengorganisir berbagai informasi yang kak
David Rizal berikan kepada kami selama proses wawancara berlangsung. Pada dasarnya beliau
kami nilai sebagai orang yang tipe storyteller, gemar bercerita. Karenanya terkadang, banyak
beberapa informasi yang bapak berikan diluar dari apa yang kami tanyakan. Informasi-informasi
tersebut adalah informasi penting yang rugi untuk dilewatkan namun memang kami memiliki
kewajiban untuk punya prioritas dalam mengorganisasi informasi tersebut.

Ini adalah proses yang paling membutuhkan pikiran kami yakni proses Intepretasi dimana
kami harus mengait-ngaitkan antara berbagai informasi yang Kaka David Rizal berikan, didukung

35
dengan cara beliau menyampaikannya, nada bicaranya untuk menyimpulkan bagaimana sosok
beliau secara keseluruhan. Dan dari apa yang dapat kami simpulkan, memang beanr beliau adalah
sosok yang tepat untuk kami angkat karena beliau yang memiliki pengalaman menarik di bidang
jurnalistik.

Proses keempat yakni proses penyimpanan memori kami lakukan dengan merekam
jalannya wawancara selain mengandalkan kemampuan mengingat kami. Hal ini dilakukan untuk
memastikan bahwa semua yang terjadi dalam proses wawancara bisa kami tindak lanjuti berupa
analisa lebih lanjut yang kami tuangkan dalam makalah ini.

Tahap terakir yakni recalling secara konkrit ditunjukkan dengan adanya makalah ini yang
kemi buat berdasarkan hasil mengingat-ingat kembali apa yang kami dapatkan selama proses
wawancara berlangsung.

Pengalaman kami melakukan wawancara dengan Kak David Rizal kami sepakati untuk
masuk dalam kategori Long Term Memory ketika kami menyimpannya dalam memori kami
masing-masing. Selain karena kami mengalami dan mendengarkan dengan telinga kami sendiri,
cerita dan berbagai informasi yang kami peroleh memang inspiratif, membangun, dan berkesan
sehingga akan sulit kami lupakan begitu saja.

4.5 Interview (Akhmad Kautsar Fattah)

Pada wawancara yang telah kelompok kami lakukan dapat dianalisa bahwa wawancara
kami termasuk wawancara one on many, dimana dengan satu narasumber, David Rizal dan
beberapa penanya, Angela dan Santi.

Berdasarkan strukturnya, wawancara kami termasuk kategori guided interview, wawancara


dilakukan mengikuti pedoman wawancara dari Miss Otim, selain itu juga standard open
interview, pada awal wawancara kami menanyakan pertanyaan seperti nama, usia, pekerjaan dll,
serta wawancara ini juga dapat dikategorikan qualitative interview karena kami menanyakannya
secara mendalam mengenai Kak David Rizal sebagai seorang jurnalistik dan pembawa acara
liputan 6 Pagi SCTV.

Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang kami lontarkan selama wawancara terdapat


beberapa jenis pertanyaan didalamnya yaitu open, pertanyaan kami secara bebas dan terbuka

36
memberikan ruang kepada narasumber untuk menjawab, kemudian neutral, pertanyaan kami
tidak mengarahkan pada jawaban tertentu, primary – follow up, seperti contoh pada pertanyaan;
Apa saja kendala-kendala yang dihadapi pada saat menjadi profesi seorang reporter ataupun
jurnalis? Bagaimana cara mengatasinya? Dapat dilihat bahwa antara pertanyaan yang satu dengan
yang lainnya berkaitan. Pertanyaan kami juga berjenis pertanyaan direct dimana kami secara
langsung bertanya kepada narasumber yang berkecimpung dalam dunia jurnalistik.

Beberapa hal yang kami persiapkan sebelum melakukan wawancara adalah mencetak
keseluruhan panduan / pedoman wawancara dari Miss Otim, membuat janji dengan David Rizal
melalui email, mempelajari secara cermat panduan / pedoman wawancara, membagi tugas dengan
anggota kelompok, mempersiapkan mental, daftar pertanyaan, alat-alat yang akan digunakan
untuk mengambil gambar (video, photo), transportasi, dan menjaga kekompakan kelompok.

Selama wawancara kami berusaha mempresentasikan secara baik dan efkektif diri kami
sebagai mahasiswa komunikasi STIKOM London School of Public Relations. Kami datang ke
kantor Kak David Rizal di gedung SCTV, Senayan dengan tepat waktu yang sudah disepakati.
Selama wawancara berlangsung setiap anggota kelompok menjalankan tugasnya masing-masing
dengan baik, pertanyaan dilontarkan secara jelas, camera person merekam gambar secara baik,
dan observer melakukan observasi dalam posisi duduk yang tentunya secara jelas dapat melihat
segala gerak gerik narasumber. Sesudah wawancara kami mengucapkan terima kasih kepada
narasumber, sedikit bercanda dengan beliau.

37
BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang kami lakukan dengan mewawancarai narasumber kami yaitu
David Bahtiyar Rizal, verbal dan non verbal seorang jurnalis diperlukan untuk menyampaikan
sebuah informasi atau berita kepada masyarakat. Dalam menyampaikan sebuah berita kak David
mengatakan bahwa ketika membawakan sebuah berita harus di sisipi acting pada mimic dan juga
gerakan tubuh yang menggambarkan isi dari berita tersebut. Karena Kak David adalah seorang
reporter yang tampil di depan televise,makanya gerakan non verbal juga menjadi sangat
berarti,penonton di rumah dapat melihat dan menyimpulkan professional atau tidaknya seorang
reporter ataupun juga profesi lainnya yang tampil di hadapan public melalui visualisasi televise.
Verbal dari seorang repoerter sangatlah penting saat menyampaikan sebuah berita,lafal yang jelas
dan setiap kata yang keluar adalah bentuk verbal yang sangat diperhatikan oleh masyarakat
melalui saluran televise.

5.2 Kesan Kelompok

 Akhmad Kautsar Fattah


Awalnya saya kira akan melelahkan. Memang melelahkan dan banyak yang harus dilakukan
tapi semua itu sebanding dengan manfaat yang saya rasakan selama proses pembuatan tugas.
Terima kasih Miss Otym!!

 Margareth Angelica
Menurut Saya project ini berjalan dengan baik, namun ada beberapa hambatan waktu didalam
mengerjakan project ini karena jurnal harus disetujui lebih dahulu oleh miss Otym apalagi jurnal
tersebut berupa jurnal internasional.Namun setelah jurnal diterima,dan melakukan perencanaan
interview sampai dengan menyelesaikan mini skrip semua berlangsung dengan lancar.

38
 Mega Marta Atika
Menurut saya project ini sangat membantu untuk pengerjaan skripsi nanti kelak. Namun ada
hambatannya yakni harus dengan persetujuan miss otim, dan harus dari jurnal international. Dan
hambatan yang kami hadapi susah untuk mendapatkan narasumber. Karena waktunya tidak bisa
yang sama dengan narasumber. Namun setelah kami melakukan wawancara , semua dapat
berjalan dengan baik.

 Pinnesia Nuralifa
Menurut saya project ini membuat saya jadi menghargai seorang jurnalistik yang menurut saya
pekerjaan yang biasa saja. Setelah saya mengetahui ternyata profesi ini sangatlah berjasa, sangat
bertaruh dengan nyawa contohnya ada reporter yang sedang live report seketika ditembak mati.
Jurnalistik membuat saya berubah dalam memandang suatu berita yang menurut saya kurang
penting buat saya. Tapi saya sekarang tersadar, karena beritalah kita dapat merubah dunia.

 Santi Tri Nur Septianti


Menurut saya, final project ini cukup melatih saya dalam pembuatan skripsi untuk nanti, dan
selama pekerjaan project ini cukup baik namun keterbatasan waktu yang membuat seakan project
ini terlalu diburu-buru karena kami butuh waktu penyesuaian terhadap narasumber dan
banyaknya project uas yang lain. Dan narasumber kami cukup member saya pengetahun
tambahan tentang dunia jurnalistik dan reporting yang saya minati.

39
5.3 Saran
5.3.1. Saran Akademis
Kepada para akademisi yang berminat melakukan penelitian pada topik kajian yang sama,
hendaknya lebih menekankan pada sudut pandang pembacaberita. Gaya komunikasi apa yang
dapat menarik minat pembaca untuk membaca berita.

5.3.2 Saran Praktis


Bagi para jurnalis hendaknya terus berkembang dan selau memberikan berita dengan
memberukan sudut pandang yang menarik, agar pembaca tidak bosan dalam mengkonsumsi berita.
Dalam hal ini jurnalis juga harus dapat bekerjasama dengan baik dengan banyak pihak serta harus
mendengarkan kritik dan saran dari tim kerjanya. Karena seorang jurnalis harus dapat
menyesuaikan diri dimana pun berada untuk mendapatkan sebuah berita.

40
DAFTAR PUSTAKA

References
Khaltsum, U. (n.d.). coret-coretan berbagi ilmu. Retrieved from www.mkhgfthj.blogspot.com:
http://mkhgfthj.blogspot.com/2013/01/komunikasi-verbal-non-verbal-etika_7495.html
Joseph A. Devito Book
Slide Psychology Communication Oleh Veronika Trimardhany, MSi., Psi. :
Topic 1 of Psychology Communication
Topic 2&3 of Principles of Communication
Topic 4 of Perception
Topic 7&8 of Verbal And Non Verbal Communication
Topic Interview

41
TRANSKRIP
 Nama : David Rizal

 Kuliah : Universitas Muhammadiah Malang Jurusan Komunikasi Massa

 Sejak Kapan Bekerja di Liputan 6 : Dari oktober 2006 sampai sekarang

 Menurut kakak apa yang dimaksud dengan ide ?


Ide adalah suatu gagasan yang kita punya dan ingin kita ungkapkan. Biasanya
saya mencari ide untuk liputan 6 koordinator liputan bekerjasama dengan produser
menjadwalkan kita pergi keesokan harinya pada tempat yang berkaitan. Mulai dari
kapolda kita tanya lalu mendapatkan hasil research yang kita cari. Saya juga membaca
dari sumber-sumber yang lain seperti membaca Koran, menonton berita di tv, dan
melakukan browsing untuk mengembangkan sebuah berita. Apabila dari kapolda masih
kurang informasi yang dibutuhkan kami langsung datang ke tkp untuk bertanya kepada
orang yang bersangkutan apabila tidak bisa juga kita akan bertanya kepada ketua rt
ataupun warga sekitar.

 Untuk mengembangkan ide itu sendiri menurut kakak seperti apa ?

Kalo kita liputan itu dinamis ya, kita tidak ada yang tahu kejadian apa yang terjadi
dilapangan seperti apa aslinya. Kita sebagai jurnalis dituntut untuk harus bisa memutar
balikan otak apabila opsi a tidak bisa kita harus punya opsi yang lainnya. Sebagai jurnalis
tidak bisa terpaku pada satu informasi, mungkin untuk jurnalis yang baru pertama kali
liputan akan sulit biasanya cukup perbanyak baca dalam mencari informasi lainnya dari
sudut pandang yang berbeda-beda. Dari sudut pandang berbeda itulah saya meringkas
kembali tanpa mencampurkan opini dari si jurnalis itu sendiri harus memiliki sense of
jurnalistik.
 Kenapa kakak lebih tertarik terjun didunia jurnalistik dibandingkan didunia politik ?

Karena menjadi jurnalistik bisa jalan-jalan kemanapun dengan gratis, menantang,


tidak terpaku didepan komputer, justru karena saya jarang berada didepan komputer saya
merasa menjadi lebih awet muda, membuka koneksi terhadap orang baru, mendapatkan
ilmu yang belum kamu dapat sebelumnya dari orang-orang baru. Kenapa saya tidak
menyukai politik karena ribet, penuh dengan panggung sandiwara, tetapi ketika saya
menjadi jurnalis saya harus dan wajib mempelajari dunia politik dan ternyata setelah
dipelajari menarik sih.

42
 Apasih bedanya liputan 6 dengan berita dari channel berita tv lainnya ?

Kalau kita beritanya bersegmentasi middle up dari a ke b, tetapi kita kemas


dengan santai karena kita bukan tv berita melainkan tv keluarga. Biasanya berita pertama
kita membahas peristiwa segmen keduanya ialah kecelakaan segmen ketiga baru
membahas criminal segmen 4,5,6 sudah mulai santai biasanya isinya sport/olahraga,
segmen ke 7 isinya soft news. Kita memberikan soft news karena kita tidak mau
penonton kita itu tegang selama 1 setengah jam dalam menonton berita kami. Pertama
kita berikan anti klimaks puncaknya di kriminal tetapi jangan diberikan kriminal terus
karena nanti penontonnya akan pusing, kitapun mengemas berita politiknya kita
mengajak mereka getting attention. Misalnya partai golkar dikatakan partai yang sudah
cukup tua tetapi didalamnya tidak tua masih suka bertengkar, nah kita mengajak
pemirsanya untuk berpikir seperti itu melihat dari sisi lainnya, lalu lebih banyak
briedging jangan langsung ke inti masalah jadi berita yang berat diringkas menjadi ringan
 Kenapa kakak lebih tertarik membawakan berita pagi ?
Sebenarnya banyak tekanannya karena yang lain masih istirahat kita sudah
bangun , bagaimana caranya acting seperti tidak terlihat lelah, membawakan berita yang
berat dibawakan dengan cara ringkas dan ringan. Jurnalistik itu mengajarkan kita
bagaimana berbicara dengan orang lain yang belum kita kenal, bisa lebih pintar, lebih
cerewet tetapi lebih terlatih omongannya, yang penting senang tidak pernah terasa capek.

 Ada tidak hambatan-hambatan menjadi seorang jurnalistik ?


Yang pertama masalah teknik misalnya harus live report, kedua kitanya lemah
mengenai informasi berita yang ingin kita sampaikan kepada penonton, kita malas
mencari tahu beritanya, beritanya baru dan masih minimnya sumber yang terkait. Kalau
dari masalah pribadi kita dituntut untuk berpenampilan menarik, kesehatan harus dijaga
karena kalau tidak suara akan hilang.

 Sebagai seorang jurnalis gimana sih untuk mendapatkan informasi yang ingin kita cari
tahu ?
Mulailah pendekatan dengan cara yang baik oleh orang yang ingin kita cari tahu
informasinya. Misalnya saya tahu suku dari orang yang ingin kita cari tahu informasinya
maka ikutilah bagaimana cara berbicara dengan orang yang sesama sukunya sehingga
narasumber merasa dekat maka dari itu biasanya narasumber akan menceritakan hal yang
sebenarnya terjadi dengan mudah malah jurnalis bukan musuh lagi. Nah mulai dari situ
kita bisa mengendalikan bawah alam sadar si narasumber maka dengan mudah akan
membawa narasumber ke informasi yang kita butuhkan. Bisa dibilang kita harus perang
sampai ketitik darah penghabisan. Atau kita pura-pura sok pintar terhadap narasumber
maka dengan mudah narasumber akan menceritakan berita yang sebenarnya terjadi.

43
 Bagaimana sih cara kakak membuat berita agar disukai banyak orang ?
Yang paling penting adalah kita harus mencari tahu berita yang kita angkat itu
penting gak sih untuk orang. Serta menyesuaikan berita yang ada di kota tersebut,
misalnya berita disurabaya belum tentu berpengaruh dengan orang yang berada dipapua.
Yang perlu kita tahu membuat berita tersebut bertujuan untuk siapa.

 Menurut kakak suatu informasi mempengaruhi opini masyarakat atau opini masyarakat
tersebut yang menimbulkan suatu informasi ?
Sebenarnya seorang jurnalistik itu harus netral ya, tidak boleh memberikan opini
sendiri terhadap berita yang kita cari tahu. Tetapi karena opini masyarakat itulah bisa
dijadikan acuan jurnalistik untuk dijadikan sumber berita agar dapat mencari tahu
kebenarannya.

 Bagaimana cara menghilangkan rasa gugup saat didepan kamera ?


Pertama harus mengontrol mood dengan cara makan, menyanyi, kalau tidak
melawak sendiri untuk meningkatkan mood agar tidak gugup, atau melakukan apa yang
kamu suka. Pokoknya siap tidak siap harus siap. Apabila informasi yang didapatkan
kurang biasanya pasti akan gugup maka kita diwajibkan untuk mengarang bebas tapi
tidak boleh bohong tetap harus berkaitan dengan inti masalah. Mempendekan apa yang
harus dipendekan, mempanjangkan apa yang harus dipanjangkan. Jadi ini semua bisa
dikatakan part of acting karena penonton tidak mau tahu apa yang sedang terjadi sama
kita.

 Apabila saat live report kakak salah mengucapkan kata ?


Sebenarnya reporter tidak mengetahui apabila yang diucapkannya salah maka dari
itu sebagai reporter yang baik dan benar harus sadar akan kesalahan sekecil apapun yang
diperbuatannya. Menurunkan ego saat dikritik oleh produser agar berubah menjadi lebih
baik pada saat liputan selanjutnya. Dan yang paling penting mendengarkan apa yang
sebenarnya kita katakan dan juga mengerti apa yang ingin kita sampaikan. Atau
membenarkan kalimat pada kalimat selanjutnya yang ingin dibicarakan misalnya
menggunakan kata “maksud kami”.

 Tanggapan kakak mengenai jurnalistik yang baru ?


Sebagai jurnalis saya senang sekali kalau ada teman-teman yang berminat untuk
menjadi jurnalis. Contohnya saja seperti peristiwa kemarin yang terjadi di sarinah
thamrin, banyaknya orang tanpa sadar telah menjadi citizen journalism, padahal kita
sebagai jurnalistik belum tentu mengetahui berita apa yang sedang terjadi dilokasi saat
itu.

44
 Bagaimana tanggapan kakak mengenai persaingan dengan channel tv yang lain ?
Justru kita menjadi pesaing hanya dilayar kaca saja demi mendapatkan rating
yang tinggi dari penonton. Tetapi apabila dibelakang layar kaca sebenarnya semua
jurnalistik itu berteman bahkan saling membantu satu sama lain ke sesama profesi untuk
saling bertukar informasi yang didapatkan.

 Menurut kakak buat teman-teman mahasiswa yang baru mengambil jurnalistik ada pesan-
pesannya tidak ?
Buat teman-teman mahasiswa yang sekarang baru mengambil jurnalistik tidak
akan menyesal karena bisa ketemu orang yang kita tidak duga-duga sebelumnya, jalan-
jalan gratis, bisa masuk ketempat tempat yang belum tentu orang lain bisa masuk. Bisa
dikatakan seorang jurnalistik mempunyai “green card” untuk dijadikan kunci kemana
saja.

45

You might also like