You are on page 1of 14

MAKALAH SWAMEDIKASI

PRAKTEK COMPOUNDING & DISPENDING

“Kasus Alergi”

KELAS A
KELOMPOK 1 :
1. Istiqomah (1820364024)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
2018
BAB I
PENDAHULUAN

I. Defenisi
Alergi merupakan suatu perubahan reaksi (menyimpang) dari tubuh
seseorang terhadap lingkungan berkaitan dengan peningkatan kadar
immunoglobulin (IgE) suatu mekanisme sistem imun. Alergi adalah suatu
perubahan daya reaksi tubuh terhadap kontak pada suatu zat (alergen) yang
memberi reaksi terbentuknya antigen dan antibodi.
Alergi atau hipersensitivitas adalah kegagalan kekebalan tubuh di mana
tubuh seseorang menjadi hipersensitif dalam bereaksi secara imunologi terhadap
bahan-bahan yang umumnya non imunogenik. Dengan kata lain, tubuh manusia
bereaksi berlebihan terhadap lingkungan atau bahan-bahan yang oleh tubuh
dianggap asing atau berbahaya. Bahan-bahan yang menyebabkan hipersensitivitas
tersebut disebut allergen.
Alergen dapat dibagi menjadi :
1. Alergen inhalatif, yaitu alergen yang masuk melalui udara yang kita
hirup dan masuk melalui saluran pernafasan, seperti bulu hewan,
kapuk, serbuk sari tumbuh-tumbuhan, spora jamur (aspergillus,
cladosporium, penicillium), debu atau bubuk bahan-bahan kimia atau
jenis dari padi-padian/gandum, uap dan formalin.
2. Alergen ingestif/makanan, yaitu alergen yang masuk melalui saluran
pencernaan seperti; susu, telur, ikan laut atau air tawar, udang,
makanan asal tumbuhan.
3. Alergi kontak, yaitu alergen yang menimbulkan reaksi saat
bersentuhan dengan kulit atau selaput lendir melalui kontak langsung,
misalnya zat-zat kimia, zat-zat sintetik, bahan-bahan yang berasal dari
hewan atau dari tumbuh-tumbuhan.
4. Alergi suntik atau sengatan, yaitu alergen yang masuk ke tubuh
melalui sengatan atau disuntikkan dan biasanya dipakai pada prosedur
pengobatan, misalnya antibiotik, serum, antitoksin, serta racun atu dari
serangga seperti lebah atau semut merah
5. Alergen implant, yaitu alergen yang berasal dari bahan sintetik atau
bahan yang digunakan dokter gigi untuk mengisi lubang di gigi
6. Auto alergen, yaitu zat dan organik itu sendiri yang keluar dari sel-sel
yang rusak atau pada proses nekrosa jaringan akibat infeksi ( reaksi
toksik)

II. Etiologi
Ada beberapa jenis penyebab alergi yaitu :
1. Defisiensi limfosit T yang mengakibatkan kelebihan IgE
2. Kelainan pada mekanisme umpan balik mediator
3. Faktor genetik
4. Faktor lingkungan : debu, serbuk sari tanaman, tungau, bulu binatang,
berbagai jenis makanan

III. Patofisiologi
Saat pertama kali masuknya alergen (misal telur) ke dalam tubuh
seseorang yang mengkonsumsi makanan tetapi dia belum pernah terkena alergi.
Namun ketika untuk kedua kalinya orang tersebut mengkonsumsi makanan yang
sama barulah tampak gejala-gejala timbulnya alergi pada kulit orang tersebut.
Setelah tanda-tanda itu muncul maka antigen akan mengenali alergen yang masuk
yang akan memicu aktifnya sel T, dimana sel T tersebut yang akan merangsang
sel B untuk mengaktifkan antibodi (Ig E). Proses ini mengakibatkan melekatnya
antibodi pada sel mast yang dikeluarkan oleh basofil. Apabila seseorang
mengalami paparan untuk kedua kalinya oleh alergen yang sama maka akan
terjadi 2 hal yaitu :
1. Ketika mulai terjadinya produksi sitokin oleh sel T. Sitokin memberikan
efek terhadap berbagai sel terutama dalam menarik sel – sel radang
misalnya netrofil dan eosinofil, sehingga menimbulkan reaksi peradangan
yang menyebabkan panas.
2. Alergen tersebut akan langsung mengaktifkan antibodi ( Ig E ) yang
merangsang sel mast kemudian melepaskan histamin dalam jumlah yang
banyak, kemudian histamin tersebut beredar di dalam tubuh melalui
pembuluh darah. Saat mereka mencapai kulit, alergen akan menyebabkan
terjadinya gatal, prutitus, angioderma, urtikaria, kemerahan pada kulit dan
dermatitis. Pada saat mereka mencapai paru paru, alergen dapat
mencetuskan terjadinya asma. Gejala alergi yang paling ditakutkan dikenal
dengan nama anafilaktik syok. Gejala ini ditandai dengan tekanan darah
yang menurun, kesadaran menurun, dan bila tidak ditangani segera dapat
menyebabkan kematian.

IV. Gelaja Klinis


1. Rasa gatal
2. Urtikaria (bintik merah dan bengkak),
3. Bersin-bersin
4. Bentol-bentol
5. Hidung meler
6. Mata merah
7. Demam

V. Manifestasi Klinik
1. Asma
2. Urtikaria
3. Diare dan kram abdomen
4. Muntah-muntah
5. Dermatitis atopik

VI. Pemeriksaan diagnostik


1. Pengukuran kadar IgE total dan spesifik dengan menggunakan metode
ELISA atau RIA
2. Tes kulit untuk menentukan IgE spesifik dalam kulit pasien, seperti tes
tusuk (prick test), test tempel (pacth test):
a. Test tusuk (prick test)
Hasil test negatif apabila tidak ada bentol atau eritema atau hasil tes
sama dengan kontrol. Hasil test positif apabila terjadi bentol dan
eritema
b. Tes tempel (Patch Test)
Tes negatif bila tidak ada reaksi terhadap zat yang ditempati yang
menunjukkan alergi. Hasil test positif bila eritema, papula dan
vesikuler.
3. Tes provokasi untuk alergi makanan :
a. Tes hidung
Hasil tes positif bila dalam beberapa menit timbul bersin-bersin,
pilek, hidung tersumbat, kadang-kadang batuk, pada mukosa
hidung tampak bengkak.
b. Tes provokasi bronkial
Tes yang sering dipakai adalah tes kegiatan jasmani, tes inhalasi
antagen, tes inhalasi metakolin, tes inhalasi histamin.
4. Pengukuran kadar histamin dalam darah atau urin dengan metode
ELISA atau HPLC
5. Analisis immunoglobulin serum dapat menunjukkan peningkatan
basophil dan eosinofil.
6. Biopsy usus
7. Foto thorax
Untuk melihat komplikasi asma dan sinus paranasal untuk mengetahui
komplikasi
8. Spirometri
Untuk menentukan obstruksi saluran nafas baik beratnya maupun
reversibilitas.
VII. Penatalaksanaan
Antihistamin AH1 Generasi pertama
1. Diphenhydramine
Dosis : dewasa 25-50 mg 3 kali sehari; anak 5 mg/kgbb dalam 4 dosis
terbagi
2. Dimenhidrinat
Dosis dewasa : 2-3 x 50-100 mg/hari
Anak 1-6 tahun : 2-3 kali 12,5-25 mg/hari; 7-12 tahun 2-3 kali 25-50
mg/hari.
3. Chlorpheniramine maleat
Indikasi : hidung tersumbat, kemerahan, mata berair, gatal, bersin-
bersin, hidung dan tenggorokan gatal, filek
ESO : mengantuk, nyeri kepala, gangguan psikomotor, mulu kering,
pandangan kabur
Dosis : dewasa 4 mg tiap 4-6 jam; maksimal 24 mg/hari
Anak 1-2 tahun 2 kali sehari 1 mg; 2-5 tahun 1 mg tiap 4-6 jam,
maksimal 6 mg/hari; 6-12 tahun 2 mg tiap 4-6 jam, maksimal 12
mg/hari
Mekanisme kerja : sebagai antagonis reseptor H1 klorfeniramin maleat
akan menghambat efek histamin pada pembuluh darah, bronkus dan
bermacam-macam otot polos, selain itu klorfeniramine maleat dapat
merangsang maupun menghambat susunan saraf pusat.
4. Brompheniramine maleat
Dosis : dewasa 4-8 mg 3-4 kali sehari; anak sampai 3 tahun 0,4-1
mg/kg bb sehari dalam 4 dosis bagi, 3-6 tahun 2 mg 3-4 kali sehari, 6-
12 tahun 2-4 mg 3-4 kali sehari.
5. Promethazine
Dosis dewasa : 25-75 mg/hari , maksimal 100 mg/hari
Anak 5-10 tahun : 12,5-37,5 mg/hari
6. Cyproheptadine
Dosis dewasa alergi : 3-4 kali 4 mg sehari; rentang dosis 4-20 mg
sehari. Maksimal 16 mg/hari
7. Mebhydrolin napadisylate
Dosis dewasa 100-300 mg sehari dalam dosis terbagi
Anak 6-12 tahun : 100-200 mg sehari dalam dosis terbagi

Antihistamin AH1 Generasi kedua


1. Fexofenadine
Dosis anak 6-11 tahun 2 kali 30 mg sehari; dewasa & anak >12 tahun 1
tablet OD atau HD sehari
2. Loratadine
Dosis dewasa : 1 kali 10 mg/hari; anak 2-12 tahun bb < 30kg : 1x5
mg/hari; anak 2-12 tahun bb >30kg : 1x10 mg/hari
3. Desloratadine
Anak 6-11 tahun : 5 mL (2,5 mg) 1 kali sehari dengan atau tanpa
makanan, anak 2-5 tahun 2,5 mL (1,25 mg) ) 1 kali sehari dengan atau
tanpa makanan, dewasa dan anak di atas 12 tahun : 10 mL (5 mg) ) 1
kali sehari dengan atau tanpa makanan.
4. Ceterizine
Indikasi : untuk mengatasi alergi, seperti pilek, hidung tersumbat, mata
berair, bersin-bersin, serta rasa gatal dikulit dan bentol.
ESO : sakit kepala, pusing, mengantuk, mulut kering, rasa tidak
nyaman diperut.
Dosis dewasa : 1 kali 10 mg/hari; anak > 2 tahun 0,25 mg/kgbb
diberikan tiap 12-24 jam
Mekanisme kerja : metabolit aktif dan hidroksizin dengan kerja kuat
dan panjang. Merupakan antihistamin selektif, antagonis reseptor H1
periferal dengan efek sedativ yang rendah pada dosis aktif farmakologi
dan mempunyai sifat tambahan sebagai anti alergi. Ceterizine
menghambat pelepasan histamin pada fase awal dan mengurangi
migrasi sel inflamasi
VIII. Non Farmakologi
1. Hindari pencetus alergi seperti debu dan makanan
2. Bersih-bersih sebaiknya memakai masker
3. Jagalah kebersihan rumah
4. Tidak menggunakan bantal atau karpet yang berdebu
5. Istirahat yang cukup dan banyak minum air putih
BAB II

PEMBAHASAN

STUDI KASUS

Seorang perempuan datang ke apotik dan mengeluh sering bersin dan badan gatal
sampai bentol-bentol. Dia merasa sangat terganggu dengan keluhan tersebut
karena sedang beres-beres menempati rumah yang baru. Ibu tersebut minta di beri
obat yang cocok untuk keluhannya.

Dokumentasi Swamedikasi

Nama Pasien Vina


Jenis Kelamin Perempuan
Usia 25 tahun
Alamat Jl. Let jend sutoyo
Tanggal pasien 10 september 2018
dating
Keluhan pasien Sering bersin dan badan gatal-gatal sampai bentol-bentol
Riwayat alergi Tidak ada
Pasien pernah Ya/tidak*) *coret salah satu
datang
sebelumnya :
Obat yang diberikan :
Nama Obat Dosis Cara pemakaian No Batch Tanggal ED
Ceterizine 1 kali 10 Diminum E8I148 20 juli 2020
mg/hari sesudah makan
pada pagi hari
DIALOG SWAMEDIKASI

Apoteker : Selamat siang mba selamat datang di apotek Sehat. Perkenalkan saya
Apoteker di Apotek Sehat. Ada yang bisa saya bantu?

Pasien : Selamat siang mbak, saya mau beli obat untuk saya.

Apoteker : mohon maaf sebelumnya dengan mba siapa ini ?

Pasien : vina mba

Apoteker : Baik mba davina, kalau boleh saya tahu pekerjaan mba apa? Dan apa
yang mba rasakan ?

Pasien : Saya ibu rumah tangga mbak. Jadi begini mbak saya akhir-akhir ini
mengalami bersin-bersin mbak dan badan saya itu gatal sampai
bentol-bentol

Apoteker : Oooo begitu mba, mba bersin-bersinnya waktu lagi beraktivitas atau
bagaimana mba? Lalu untuk bentol-bentolnya itu mba alergi makanan
atau alergi obat atau bagaiamana mba?

pasien : Waktu itu saya lagi beres-beres rumah mbak dan setelah itu saya
mulai bersin-bersin. Tapi kalau bentol-bentol saya tidak tau tiba-tiba
waktu bangun tidur sudah bentol-bentol.

Apoteker : Sebelumnya apa mba sudah pernah mengalami hal ini?

Pasien : Tidak mbak, saya itu sebelumnya baik-baik saja. Saya juga tidak
sakit apa-apa mbak.

Apoteker : Baik mba, mba mengalami bersin-bersin saja atau ada gejala lain
yang dirasakan? Mba semalam ada makan apa?

Pasien : Bersin-bersin, mata saya memerah sama hidung saya meler mbak.
Semalam saya ada makan seafood sih mba, pasi setelah saya bersih-
bersih rumah saya merasakan gatal dan bentol-bentol. Kenapa ya
mbak

Apoteker : Oooo seperti itu, jadi begini mba biasanya keluhan yang mba
rasakan ini disebabkan oleh debu dan makanan, mba alergi terhadap
debu dan makanan

Pasien : ooh begitu ya mba pantes saya bersin-bersin dan bentol-bentol.


Kira-kira obat apa mba yang cocok untuk saya?

Apoteker : Maaf sebelumnya mba, apakah ibu ada riwayat alergi obat?

Pasien : Oh iya mbak. Saya tidak ada alergi obat.

Apoteker : Baik mba, saya ambilkan obatnya dulu ya

Pasien : iya mba

Apoteker : Mba ini ada obat untuk mengatasi alergi mbak, ini ceteme harganya
Rp. 2000 efek sampingnya mengantuk bisa mengganggu aktifitas dan
ini obat cetirizine harganya Rp. 5000 1 strip untuk efek sampingnya
mengantuk tetapi tidak separah ceteme dan tidak mengganggu
aktifitas mba, mba mau obat yang mana ?
Pasien : saya pilih yang cetirizine aja mbak biar ngak ngantuk.

Apoteker : baik mba ini cetirizine diminum 1 kali sehari sesudah makan ya mba,
efek samping mengantuk tetapi tidak mengganggu aktifitas ibu. Obat
ini disimpan pada kotak obat ya mba dan terhindar dari sinar matahari.
Apakah mba sudah mengerti informasi yang saya berikan tentang obat
ini?

Pasien : iya mba sudah

Apoteker : bisakah ibu mengulang cara pemakaian obat ini?

Pasien : ini obat cetirizine diminum 1 kali sehari sesudah makan pada pagi
hari, efek samping mengantuk dan disimpan dikotak obat dan
terhindar dari sinar matahari ya mba

Apoteker : Benar sekali mba, selain mba meminum obat hindari pencetus alergi
seperti debu dan makanan, bersih-bersih sebaiknya memakai masker,
jagalah kebersihan rumah, tidak menggunakan bantal atau karpet yang
berdebu, istirahat yang cukup dan banyak minum air putih ya mba

Pasien : iya mba terimaksih mba

Apoteker : Mba apabila dalam waktu 3 hari tidak mengalami kesembuhan,


sebaiknya periksa ke dokter ya mba

Pasien : iya mba, ini Rp.5000 ya mba

Apoteker : iya terimakasih mba semoga lekas sembuh. Selamat siang


BAB III

KESIMPULAN

Alergi adalah suatu perubahan daya reaksi tubuh terhadap kontak pada
suatu zat (alergen) yang memberi reaksi terbentuknya antigen dan antibodi. Alergi
disebabkan oleh berbagai macam faktor pencetus diantaranya makanan dan debu.
Obat yang digunakan untuk alergi banyak diantaranya CTM dan Cetirizine. Non
farmakologi hindari pencetus alergi seperti debu dan makanan, bersih-bersih
sebaiknya memakai masker, jagalah kebersihan rumah, tidak menggunakan bantal
atau karpet yang berdebu, istirahat yang cukup dan banyak minum air putih.
DAFTAR PUSTAKA

Kresno, Siti Boedina. 1996. Imunologi: Diagnosis dan Prosedur Laboratorium.


Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi, Ed. 3. Jakarta: EGC.
Subowo, 2010. Imunologi Klinik, Ed. 2. Jakarta: Sagung Seto.

You might also like