You are on page 1of 6

4.

Vitamin K

4.1 Sejarah Vitamin K

Vitamin K ditemukan di Swiss (1939) oleh seorang ahli kimia bernama

Karrer. Diberi nama vitamin K karena sifatnya yang dapat mengkoagulasikan darah

(K dari "Koagulations-Vitamin" dalam Bahasa Jerman dan Bahasa Denmark) . Faktor

ini ternyata merupakan kelompok senyawa yang terdiri atas fitokinon (dari tumbuh-

tumbuhan) dan menakinon (dari minyak ikan dan daging). Pada perkembangannya,

diketahui vitamin K merupakan kofaktor enzim karboksilase yang mengubah residu

protein berupa asam glutamat (glu) menjadi gama-karboksiglutamat (gla) yang

mampu mengikat kalsium (faktor penting dalam pembekuan darah).

Vitamin K ditemukan pertama kali di Denmark (1964), pada saat itu

ditemukan anak ayam yang diberi makan ransum bebas lemak, ternyata

memperlihatkan gejala hemorhagia. Pada bayi, hemorhagia dapat dicegah dengan

memberikan vitamin K pada ibunya sebelum bayi tersebut dilahirkan. Berdasarkan

alasan tersebut maka vitamin K disebut juga vitamin koagulasi, karena vitamin ini

berperan dalam menjaga konsistensi aliran darah dan membekukannya saat

diperlukan. Defisiensi vitamin K menyebabkan waktu pembekuan darah menjadi

lebih panjang, sehingga penderita defisiensi vitamin K bisa mati hanya karena

perdarahan ringan. Proses pembekuan darah terdiri dari dua tahap, yaitu (1)

protrombin, dengan adanya tromboplastin, kalsium dan faktor-faktor lain diubah

menjadi trombin dan (2) fibrinogen diubah menjadi gumpalan fibrin.

4.2 Definisi Vitamin K


Vitamin K (K dari "Koagulations-Vitamin" dalam Bahasa Jerman dan Bahasa

Denmark) merupakan sekelompok vitamin lipofilik dan hidrofobik yang dibutuhkan

untuk modifikasi pascatranslasi dari berbagai macam protein, seperti dalam proses

pembekuan darah. Secara kimia vitamin K adalah turunan 2-metil-1,4-naftokuinona.

Vitamin K bersifat tahan panas, namun mudah rusak apabila terpapar senyawa asam,

basa, dan cahaya matahari.

4.3 Struktur Kimia, Klasifikasi Vitamin K dan Sifatnya

Struktur kimia vitamin K terdapat dalam tiga bentuk berbeda (Gambar 1.),

pertama adalah vitamin K1 atau filoquinon, yaitu jenis yang ditemukan dan dihasilkan

tumbuh-tumbuhan dan daun hijau. Kedua, adalah K2 atau disebut juga dengan

menaquinon, yang dihasilan oleh jaringan hewan dan bakteri menguntungkan dalam

sistem pencernaan. Dan yang ketiga adalah K3 atau menadion, yang merupakan

vitamin sintetik, bersifat larut dalam air, digunakan untuk penderita yang mengalami

gangguan penyerapan vitamin K dari makanan.

Gambar 4.1 Struktur Vitamin K1


Gambar 4.1 Struktur Vitamin K2

Gambar 4.1 Struktur Vitamin K3

Vitamin K yang terdapat di alam larut dalam lemak, namun beberapa preparat

sintetis larut dalam air. 2-Metil-1,4-nafrakuinon, yang disebut juga menadion, adalah

suatu produk sintetis vitamin K, yang bersifat lebih aktif dibanding vitamin K1.

4.4 Manfaat Vitamin K

Fungsi vitamin K antara lain memelihara kadar normal faktor-faktor pembeku

darah, yaitu faktor II, VII, IX, dan X yang disintesis di hati; berperan dalam sintesis

faktor II, yaitu protrombin; sebagai komponen koenzim dalam proses fosforilasi.

Vitamin K digunakan untuk mata lebih bersinar, hal ini banyak ditemukan di krim

mata yang juga mengandung retinol. Vitamin K dipercaya bisa membantu mengatasi

lingkar mata hitam. Pembuluh kapiler yang rentan dan bocor di sekitar daerah mata

sering diakui sebagai penyebab hitamnya daerah di sekitar mata. Vitamin K, yang

dikenal juga sebagai phytonadione, bisa membantu mengontrol aliran darah.

Penggunaan vitamin K teratur bisa membuat bagian lingkar mata yang menghitam

terlihat lebih cerah. Biasanya digunakan 2-3 hari seminggu, setiap sebelum tidur

untuk mencegah iritasi. Vitamin K juga berperan penting dalam pembentukan tulang

dan pemeliharaan ginjal.


Seluruh vitamin K dalam tubuh diproses dalam liver di mana nantinya

akan digunakan untuk memproduksi zat pembuat darah bisa membeku. Selain

berperan dalam pembekuan, vitamin ini juga penting untuk pembentukan tulang

terutama jenis K1. Vitamin K1 diperlukan supaya penyerapan kalsium bagi tulang

menjadi maksimal dan memastikan tidak salah sasaran.

4.5 Sumber Vitamin K

Untuk memenuhi kebutuhan vitamin K terbilang cukup mudah karena selain

jumlahnya terbilang kecil, sistem pencernaan manusia sudah mengandung bakteri

yang mampu mensintesis vitamin K, yang sebagian diserap dan disimpan di dalam

hati. Meski begitu, tubuh masih perlu mendapat tambahan vitamin K dari makanan.

Meskipun kebanyakan sumber vitamin K di dalam tubuh adalah hasil sintesis

oleh bakteri di dalam sistem pencernaan, namun Vitamin K juga terkandung dalam

makanan, seperti hati, sayur-sayuran berwarna hijau yang berdaun banyak dan

sayuran sejenis kobis (kol) dan susu. Vitamin K dalam konsentrasi tinggi juga

ditemukan pada susu kedelai, teh hijau, susu sapi, serta daging sapi dan hati. Jenis-

jenis makanan probiotik, seperti yoghurt yang mengandung bakteri sehat aktif, bisa

membantu menstimulasi produksi vitamin ini.

4.6 Metabolisme Vitamin K

Sebagaimana vitamin yang larut lemak lainnya, penyerapan vitamin K

dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan lemak, antara lain

cukup tidaknya sekresi empedu dan pankreas yang diperlukan untuk penyerapan

vitamin K. Hanya sekitar 40 -70% vitamin K dalam makanan dapat diserap oleh usus.
Setelah diabsorbsi, vitamin K digabungkan dengan kilomikron, diangkut melalui

saluran limfatik, kemudian melalui saluran darah ditranportasi ke hati. Sekitar 90%

vitamin K yang sampai di hati disimpan dalam bentuk menaquinone. Dari hati,

vitamin K disebarkan ke seluruh jaringan tubuh melalui darah. Saat di darah, vitamin

K bergabung dengan VLDL dalam plasma darah.

Setelah disirkulasikan berkali-kali, vitamin K dimetabolisme menjadi

komponen larut air dan produk asam empedu terkonjugasi. Selanjutnya, vitamin K

diekskresikan melalui urin dan feses. Sekitar 20% dari vitamin K diekskresikan

melalui feses. Pada gangguan penyerapan lemak, ekskresi vitamin K bisa mencapai

70 -80 %.

4.7 Defisiensi Vitamin K

Jika vitamin K tidak terdapat dalam tubuh, darah tidak dapat membeku. Hal

ini dapat meyebabkan pendarahan atau hemoragik. Bagaimanapun, kekurangan

vitamin K jarang terjadi karena hampir semua orang memperolehnya dari bakteri

dalam usus dan dari makanan. Namun kekurangan bisa terjadi pada bayi karena

sistem pencernaan mereka masih steril dan tidak mengandung bakteri yang dapat

mensintesis vitamin K, sedangkan air susu ibu mengandung hanya sejumlah kecil

vitamin K. Untuk itu bayi diberi sejumlah vitamin K saat lahir.

Pada orang dewasa, kekurangan dapat terjadi karena minimnya konsumsi

sayuran atau mengonsumsi antibiotik terlalu lama. Antibiotik dapat membunuh

bakteri menguntungkan dalam usus yang memproduksi vitamin K. Terkadang

kekurangan vitamin K disebabkan oleh penyakit liver atau masalah pencernaan dan
kurangnya garam empedu. Diagnosa adanya defisiensi vitamin K adalah timbulnya

gejala-gejala, antara lain hipoprotrombinemia, yaitu suatu keadaan adanya defisiensi

protrombin dalam darah. Selain itu, terlihat pula perdarahan subkutan dan

intramuskuler.

4.8 Keracunan Vitamin K

Keracunan vitamin K bisa terjadi, misalnya pada orang yang menerima

pengganti vitamin K larut air. Gejala-gejalanya adalah hemolisis (penghancuran sel

darah merah), penyakit kuning dan kerusakan otak.

You might also like