You are on page 1of 3

Suatu pagi, di sela-sela break rangkaian ospek universitas, dua gadis ber-handband

hijau--khas warna Pendamping Kelompok--terlihat berbincang di bawah pohon rindang.


Gadis lebih pendek yang memakai hijab hitam--dan sepertinya selalu hitam di setiap
kesempatan--membuka percakapan secara random dengan rekan di sampingnya.

"Ka, itu mabaku yang kemarin aku cerita,"

"Mana Pril?" respon oknum yang diketahui bernama Avika Izzeta U. --dilihat dari id
card yang dipakainya.

"Itu yang pakai almet,"

April--si oknum yang membuka topik menunjuk ke segerombolan mahasiswa yang beralmet
biru gelap.

"Ya semuanya pakai almet Pril, hhhh,"

Lelah mungkin ya, si Avika meladeni pernyataan April yang bertele-tele. Sampai
akhirnya ia memutuskan untuk mengisi form penilaian maba saja.

"Itu, kamu keliatan gak anak cewek barisan ke lima, kalo dari sini sembilan anak,
yang ponakannya Mas Joongki,"

"Hmmm... keliatan. Yang sipit banget, ngga kedip, sekarang lagi fokus banget itu
kan?"

"Ya gausa diperjelas Ika, hmm.. Nah, sampingnya dia ada cowok yang lagi gigit-gigit
jempol,"

Avika mengedarkan pandangan ke arah yang ditunjuk April, "Eh, kok cakep Pril?!"

"Kan...."

"Namanya siapa Pril?"

"Mark. Bule dia, seleramu banget lah," Avika makin senyum-senyum salah tingkah.

"Anak mana Pril?"

"Gresik. Tapi aslinya dari Jakarta. Temenmu noh palingan. Kemaren anaknya chat aku
coba Ka,"

"Alah palingan tanya penugasan?"

"Ngremehin banget nih anak. Nih baca nih chatnya," April menyodorkan layar hpnya ke
hadapan Avika.

Pandangan Avika yang selalu menyipit tiap ia melepas kacamata minusnya semakin
menyipit bersamaan dengan mulutnya yang menganga tanpa suara tatkala membaca
rangkaian percakapan di hp April.

"Eh sumpah dia mau ngajak lu jalan with his birthday as a reason?"

April memandang datar Avika sekilas, lantas kembali dalam mode lesu-lunglai
andalannya,
"Reaksinya B aja Ka, plis--Tapi ya... gitu, gimana ya Ka? Satu gugus yang diajak
aku doang nih, jadi berasa mengkhianati Jefri aku tuh..."

"Sok iye banget bahasa lu, gedek gue. Ya.. yaudah terserah lu Pril. Jefri kan
santaian tuh anaknya, lu tanya Jefri dulu dah boleh engga makan sama si maba,"
Avika menjawab acuh dengan menaruh perhatian pada form penilaian sikap di
pangkuannya.

"Gitu? Tapi Jefri pasti mau ikutan. Jangan, jangan! Dia makannya banyak banget.
Kasian yang ngajak," April jadi bingung sendiri karena kaya serba salah banget
kalau ngajak Jefri makan bareng orang. Soalnya Jefri tuh makannya banyak banget,
like, banget. Yet, dia ga pernah mandang dia lagi bayar sendiri atau lagi
dibayarin. Kan jadi sungkan kalau April ngajak Jefri?

"Ya terse--tuh tuh maba lu tuh," Avika menunjuk dengan dagu ke arah pemuda beralmet
biru yang mereka bicarakan, sedang berlari ke arah mereka.

"Kak? Aku belum ngumpulin link penugasan nih. Ke kakak boleh kan? Nanti aku chat
gitu?"

Typical maba yang gak lengkap kalau gak gupuh. Maba di hadapan April dan Avika ini
pun kondisinya demikian.

"Boleh Dek, nanti catet di note grup ya. Sekalian di rekap," April sebagai si PK
nya maba ini menjawab.

"Ok sip Kak April,"

"Btw, hbd ya Dek," tambah April.

"Haha, udah lewat Kak, kok masih diucapin aja nih hahaha,"

"Tapi maaf banget--" tambah April lagi tapi keburu disambung sama suara berat dari
belakangnya.

"April ga bisa dateng ke undangan lu Mark. Ada janji mingguan dia sama abang,"
oknum beralmet biru dengan handband merah di lengan kiri nimbrung dari arah
belakang April dan Avika.

Sementara maba di depan keduanya kini memasang ekspresi kaget yang kentara, "Lah
bang Jef?"

Hm ternyata oknum yang datang adalah Jefri, anak Komdis yang bagian lari-lari
pegang toa dan teriak-teriak ke barisan.

"Loh ternyata kenal kalian?" Ganti April yang kelihatan kaget.

"Minum yang,"

Tanpa mengindahkan satu pun pertanyaan yang ditujukan padanya, Jefri mengulurkan
tangan khas orang minta-minta. Avika memasang wajah datar seolah pemandangan
seperti sudah biasa terjadi. Sementara April meringis geli, dan tersisa Mark yang
semakin ga paham dengan kondisi di depannya.

April menyodorkan botol air mineral 600 ml ke tangan Jefri, "Abisin sekalian nih,".

Jefri meneguk isi botol hingga setengah botol. "Kamu minum apa?" tanya Jefri
sembari kembali meneguk isi botol hingga tandas.

"Ambil ke mba Hanum bisa sih," April menjawab sekenanya, sambil ngecekin hp.
Maklum, PK harus stand by 24/7 apalagi kalau anak-anaknya lagi mencar-mencar ke
fakultas masing-masing gini.
"Oiya, Dek udah selesai kan gath fakultas? Ikut aku yuk. Bawa kresek gede kan?"

"Bawa kak, ambil konsum apa buang sampah?" Mark, maba 2018 yang polosnya ga
ketulungan.

"Haha, ambil konsum dong, udah jamnya kan ini. Yok, Ka, apa ambil ntaran aja kamu?"
April lantas melipat kertas for penilaian yang dibuatnya jadi kipas sejak kali
pertama berlindung di bawah pohon rindang.

"Bareng deh, ini maba gue ada yang deket tenda konsum,"

Ketiganya baru mau melangkah sebelum Jefri merentangkan tangan menghalangi. Bocah
emang.

"Kok berdua aja yang? Aku ditinggal?" Jefri memasang wajah galak yang jatohnya
malah gemes, kalo April yang liat. Avika sih so-so aja, mungkin udah biasa liat
Jefri jadi norak kalo lagi deket April.

"Kan bertiga ini, Jef. Kamu ke sana gih, bantuin mas Abdul kek, kok kelayapan
kamu?" gantian April yang galakin Jefri.

"Ngusir?"

Avika memutar bola matanya jengah. Udah biasa banget dia ngeliat Jefri ngambekan
kaya bocah, pas lagi deket April. Iya, pas lagi sama April doang Jefri nyebelin.
Nguji kesabaran banget kan?

"Emang mau diusir beneran? Kamu mau ikut ambil konsum? Biar diliatin maba cewek
kaya kemaren?" April masih ngeladenin Jefri yang lagi ngambek, sambil masang topi
univ kebanggan. Panas cuy mataharinya.

"Yaudah aku ikut kamu,"

Jefri sengaja ambil tempat di sebelah April--dengan nyempil di samping Mark.

"Jef, hh kasian anak aku kan?!"

You might also like