You are on page 1of 34

PROPOSAL ADR PENYELESAIAN SENGKETA MELALUI MEDIASI

KASUS SANGKETA TANAH


ANTARA
MASYARAKAT DESA KILING-KILING KECAMATAN PAKUAN RATU
KABUPATEN WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG
DENGAN
PT.PEMUKA SAKTI MANIS INDAH

DI SUSUN OLEH :

RINDU GITA TANZIA PINEM B1A115041


SHERLY MEVITASARI B1A115074
LAWNY LENDIATI B1A115022

DOSEN PENGAMPU :
ANDRY HARIJANTO, S.H., M.Si.

KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS BENGKULU
FAKULTAS HUKUM
2018

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur selalu kami tujukan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat sehat
dan kesempatan kepada kami untuk dapat membuat proposal yang berjudul Penyelesaian
Sengketa Tanah Antara Masyarakat Desa Kiling-Kiling Dengan PT Pemuka Sakti, tidak lupa
pula shalawat beriring salam kami tujukan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa
kami dari alam yang gelap gulita kea lam yang terang benerang saat ini.
Tentunya kami tidak dapat membuat tugas ini dengan baik, tanpa ada campur tangan dari
pihak lain, untuk kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat vlangsung
maupun tidak langsung dalam pembuatan karya tulis ini.
Karya tulis ini kami tujukan agar dapat memberikan tambahan wawasan pada umumnya
dan pada khususnya untuk menambah pengetahuan kami. Karya tulis ini juga belumlah dapat
menjelaskan secara merinci, untuk itu kami mohon masukan dari pembaca untuk dapat
memberikan tanggapan yang baik kepada kami.

Bengkulu, 24 Oktober 2018

Penyusun

Kelompok 11

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .....................................................................................................


KATA PENGANTAR ...................................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................................
Proposal Penyelesaian Perkara (Sengketa) Melalui Mediasi

I. Pihak Yang Merasa Dirugikan


a. Identifikasi ......................................................................................................... 4
b. Jenis Sengkea (perkara) ................................................................................... 4
c. Hubungan .......................................................................................................... 4
d. Fakta-fakta Sosial ............................................................................................. 4
e. Landasan Hukum.............................................................................................. 5
f. Tuntutan ............................................................................................................ 5

II. Pihak Yang Dianggap Bersalah


a. Identifikasi ......................................................................................................... 6
b. Jenis Sengketa (perkara) .................................................................................. 6
c. Hubungan .......................................................................................................... 6
d. Fakta-fakta Sosial ............................................................................................. 6
e. Landasan Hukum.............................................................................................. 7
f. Pembelaan .......................................................................................................... 7

III. Pelaksanaan Peradilan Semu (Mood Court) Mediasi


a. Pembentukan Forum Mediasi ......................................................................... 8
b. Pertukaran Informasi ....................................................................................... 9
c. Tawar Menawar Pemecahan Masalah............................................................ 13
d. Kesimpulan ........................................................................................................ 13
e. Pengambilan Keputusan .................................................................................. 14

LAMPIRAN................................................................................................................... 16
1. Kasus Sengketa
2. Surat kuasa pemohon
3. Surat kuasa termohon
4. Akta Perdamaian
5. Dialog Mediasi

3
I. Pihak yang merasa dirugikan
1. Identifikasi
a. Nama : masyarakat desa kiling-kiling, yang diwakili oleh :
1. Lawny Lendriati, dari umbul sinang marga (pemohon I)
2. Bermawi, kuasa dari umbul candui (pemohon II)
3. Idham antoni, mewakili raja ratu kuasa dari umbul humara balak
(pemohon III)

b. Alamat : desa atau kampung kiling-kiling kecamatan pakuan ratu kabupaten way
kanan propinsi lampung.
c. Agama :
1. Pemohon I : Islam
2. Pemohon II : Islam
3. Pemohon III : Islam
d. Dikuasakan : Antoni sugari, S.H dan Younky Noto Harto, S.H

2. Jenis sangketa (perkara)


Jenis sangketa yang terjadi adalah sangketa pertanahan, dimana objek sangketa
adalah lahan pertanahan yang klaim sebagai milik masyarakat desa kiling-kiling seluas
139 ha yang terletak di wilayah negeri besar. Tanah yang disangketakan merupakan
bagian tanah yang dikuasai oleh tergugat (PT. Pemuka Sakti Manis Indah) yang mana
telah dikirim oleh tergugat telah dibebaskan melallui pembebasan tanah) sesuai dengan
prosedur serta sudah adanya pemberian ganti rugi kepada masyarakat sehingga secara
hukum tanah tersebut telah menjadi milik perusahaan dengan status hak guna usaha.
tetapi masyarakat desa kiling-kiling selama ini merasa tidak pernah melakukan pelepasan
hak atas tanah yang mereka miliki apalagi terhadap ganti rugi yang dikatakan telah
diberikan sehingga hal ini menimbulkan kerugian bagi pengguggat (masyarakat desa
kiling-kiling).

3. Hubungan
Hubungan para pihak yang besangketa bersifat simpleks, maksudnya bahwa
antara warga desa kiling-kiling dengan pihak PT. Pemuka Sakti Manis Indah hanya
mempunyai kepentingan tunggal saja yaitu kepentingan penggarapan lahan oleh PT.
Pemuka sakti manis indah dan masyarakat sebagai pemberi izin agar terlaksananya
penggarapan tersebut.

4. Fakta-fakta sosial
Pada tahun 1992 PT Pemuka Sakti Manis Indah melakukan pembebasan tanah
seluas 139 Ha yang dilakukan sesuai dengan prosedur melalui pengendalian dan
pengawasan pembebasan tanah kebupaten lampung utara. Dengan adanya pembebasan
tanah tersebut maka perusahaan melakukan musyawarah untuk menentukan jumlah uang
rugi yang akan diberikan. Setelah adanya kesepakatan antara para pihak perusahaan dan
masyarakat maka proses ganti rugi pun dilakukan dan diberikan kepada masyrakat yang
melakukan pelepasan hak atas tanah yang mereka miliki. Karena ganti rugi telah
diberikan secara hukum tanah tersebut telah menjadi milik perusahaan dengan status hak
guna usaha. Sesuai dengan tujuan pembebasan hak atas tanah untuk perluasan lahan

4
perkebunan tebu, maka pihak perusahaan pun melakukan pembukaan lahan dengan
membuldoser lahan seluas 139 ha dan menanaminya dengan tebu.
Ketika pembukaan lahan tersebut, konflik antara masyarakat desa kiling-kiling
dengan pihak perusahaan mulai terjadi . dengan pembukaan lahan tersebut adanya
gugatan dari masyarakat yang merasa dirugikan yaitu masyarakat desa kiling-kiling yang
merasa tanah hak milik nya diambil begitu saja tanpa adanya proses penerimaan ganti
rugi dan selama ini mereka tidak pernah merasa pernah melakukan pelepasan hak atas
tanah yang mereka miliki, tanah seluasa 139 ha diklaim masyarakat desa kiling-kiling
sebagai tanah mereka dari keturunan sinang marga. Walaupun konflik berjalan terus,
pihak perusahaan tetap melakukan kegiatan penanaman diatas lahan tersebut.
Masyarakat desa kiling-kiling yang merasa dirugikan karena merasa tidak
dihiraukan akhirnya melakukan pemblokadean lahan perkebunan tebu sehingga pihak
perusahaan tidak dapat melakukan pemenenan tebu. Pemblokadean tanah oleh
masyarakat kiling-kiling yang merasa tanah itu masih mikliknya karena selama ini
mereka merasa tidak pernah melepaskan haknya dan menerima ganti rugi. Upaya-upaya
penyelesaian konflik telah dilakukan baik ditingkat desa dimana dilakukan musyawarah
antara masyarakat dengan pihak perusahaan dengan dihadiri oeh para tokoh masyarakat,
kepala desa, dan masyarakat sekitar. Bertahun-tahun upaya penyelesaian ditempuh tetapi
tidak diperoleh hasil yang sama-sama dirasa kedua belah pihak memenuhi rasa keadilan.
Sampai akhirnya dimintakan penyelesaian kepada tim 13 provinsi lampung sebagai
mediator.

5. Landasan hukum
Adapun yang menjadi landasan pemohon dalam mengajukan gugatan adalah
bahwa PT Pemuka sakti Manis indah melakukan pembukaan lahan tanah hak milik warga
atau msyarakat desa kiling-kiling yang diambil begitu saja tenpa adanya proses
penerimaan ganti rugi bahkan masyarakat desa tersebut tidak pernah merasa melakukan
pelepasan hak atas tanah yang mereka miliki padahal tanah yang disangketakan tersebut
diklaim masyarakat desa kiling sebagai tanah mereka dari keturunan sinang marga. Oleh
karena itu warga desa kiling-kiling merasa hak-haknya terlanggar sehingga mengajukan
gugatan kepada PT Pemuka sakti indah.

6. Tuntutan
Tuntutan masyarakat desa kiling-kiling yang diajukan kepada PT Pemuka sakti
indah berupa :
1. Pengembalian lahan seluas 139 ha dari keseluruhan luas tanah yang telah dikuasai PT
Pemuka sakti Manis indah.
2. Pembayaran uang ganti rugi sebesar Rp 300.000.000

5
II. Pihak yang di anggap bersalah
1. Identifikasi
a. Nama : PT Pemuka sakti indah., yang diwakili oleh :
1. Ir. Rindu Gita Tanzia Pinem (site deputy manager)
2. Letkol Hj. Denny (External and General Affair Manager)
3. Rs. Sofuan Muchtar (Assistant General Affair)
b. Alamat : kota lampung.
c. Agama :
2. Termohon I : Islam
3. Termohon II : Islam
4. Termohon III : Islam
d. Dikuasakan : Rio Miharsa, S.H dan Rosalina, S.H

2. Jenis Sangketa (perkara)


Jenis sangketa yang terjadi adalah sangketa pertanahan, dimana objek sangketa
adalah pertanahan yang diklaim sebagai milik masyarakat kiling-kiling seluas 139 ha
yang terletak di wilayah negeri besar. Tanah yang disangketakan merupakan bagian tanah
yang dikuasai oleh terguggat (PT Pemuka sakti Manis indah) yang mana telah di klaim
oleh terguggat telah dibebaskan melalui pembebasan tanah) sesuai dengan prosedur serta
sudah adanya pemberian ganti rugi kepada masyarakat sehingga secara hukum tanah
tersebut telah menjadi milik perusahaan dengan status hak guna usaha. tetapi masyarakat
desa kiling-kiling selama ini merasa tidak pernah melakukan pelepasan hak atas tanah
yang mereka miliki apalagi terhadap ganti rugi yang dikatakan telah diberikan sehingga
hal ini menimbulkan kerugian bagi pengguggat (masyarakat desa kiling-kiling).

3. Hubungan
Hubungan para pihak yang besangketa bersifat simpleks, maksudnya bahwa
antara warga desa kiling-kiling dengan pihak PT. Pemuka Sakti Manis Indah hanya
mempunyai kepentingan tunggal saja yaitu kepentingan penggarapan lahan oleh PT.
Pemuka sakti manis indah dan masyarakat sebagai pemberi izin agar terlaksananya
penggarapan tersebut.

4. Fakta-fakta sosial
Pada tahun 1992 PT Pemuka Sakti Manis Indah melakukan pembebasan tanah
seluas 139 Ha yang dilakukan sesuai dengan prosedur melalui pengendalian dan
pengawasan pembebasan tanah kebupaten lampung utara. Dengan adanya pembebasan
tanah tersebut maka perusahaan melakukan musyawarah untuk menentukan jumlah uang
rugi yang akan diberikan. Setelah adanya kesepakatan antara para pihak perusahaan dan
masyarakat maka proses ganti rugi pun dilakukan dan diberikan kepada masyrakat yang
melakukan pelepasan hak atas tanah yang mereka miliki. Karena ganti rugi telah
diberikan secara hukum tanah tersebut telah menjadi milik perusahaan dengan status hak
guna usaha. Sesuai dengan tujuan pembebasan hak atas tanah untuk perluasan lahan
perkebunan tebu, maka pihak perusahaan pun melakukan pembukaan lahan dengan
membuldoser lahan seluas 139 ha dan menanaminya dengan tebu.
Ketika pembukaan lahan tersebut, konflik antara masyarakat desa kiling-kiling
dengan pihak perusahaan mulai terjadi . dengan pembukaan lahan tersebut adanya

6
gugatan dari masyarakat yang merasa dirugikan yaitu masyarakat desa kiling-kiling yang
merasa tanah hak milik nya diambil begitu saja tanpa adanya proses penerimaan ganti
rugi dan selama ini mereka tidak pernah merasa pernah melakukan pelepasan hak atas
tanah yang mereka miliki, tanah seluasa 139 ha diklaim masyarakat desa kiling-kiling
sebagai tanah mereka dari keturunan sinang marga. Walaupun konflik berjalan terus,
pihak perusahaan tetap melakukan kegiatan penanaman diatas lahan tersebut.
Masyarakat desa kiling-kiling yang merasa dirugikan karena merasa tidak
dihiraukan akhirnya melakukan pemblokadean lahan perkebunan tebu sehingga pihak
perusahaan tidak dapat melakukan pemenenan tebu. Pemblokadean tanah oleh
masyarakat kiling-kiling yang merasa tanah itu masih mikliknya karena selama ini
mereka merasa tidak pernah melepaskan haknya dan menerima ganti rugi. Upaya-upaya
penyelesaian konflik telah dilakukan baik ditingkat desa dimana dilakukan musyawarah
antara masyarakat dengan pihak perusahaan dengan dihadiri oeh para tokoh masyarakat,
kepala desa, dan masyarakat sekitar. Bertahun-tahun upaya penyelesaian ditempuh tetapi
tidak diperoleh hasil yang sama-sama dirasa kedua belah pihak memenuhi rasa keadilan.
Sampai akhirnya dimintakan penyelesaian kepada tim 13 provinsi lampung sebagai
mediator.

5. Landasan hukum
Adapun yang menjadi landasan hukum termohon mengajukan klaim terhadap
lahan yang di sangketakan adalah bukti pembayaran yang dilakukan oleh PT Pemuka
Sakti Indah atas pembebasan lahan terperkara kepada dan yang diterima oleh St. Guru
Alamsyah dan Muhfian gelar mahkota raja.

6. Pembelaan
a. Bahwa telah dilakukan PT Pemuka Manis Sakti Indah telah sesuai dengan prosedur.
b. Pemanenan dan pengelolaan di atas lahan yang diperkarakan harus tetap berjalan
karena pihak perusahaan merasa sudah membyarkan uang ganti rugi terhadap lahan
tesebut sesuai dengan prosedur.
c. Menolak memberikan ganti kerugian kepada warga desa kiling-kiling karena pihak
PT Pemuka Sakti Manis Indah merasa tidak merugikan warga/ masyarakat desa
kiling-kiling.
d. Menolak membayar biaya perkara karena termohon sebenarnya bukan pihak yang
harus dipersalahkan.

7
III. Pelaksanaan peradilan Semu (Mood Court) Mediasi
1. Pembentukan forum mediasi
a. Penunjukan pihak-pihak yang menjadi mediator
Pada sangketa pertanahan yang terjadi di desa kampung kiling-kiling kecamatan
pakuan Ratu Kabupaten Way Kanan propinsi lampung antara pihak perusahaan PT
Pemuka Sakti Manis Indahdengan masyarkat, menunjuk Sherly Mevitasari SH.,MH
sebagai mediator terhadap sangketa ini. Sherly mevita sari SH.,MH adalah
koordinator Tim Mediasi Penyelesaian Konflik Pertanahan (Tim 13) Provinsi
Lampung.

b. Para pihak yang besangketa


Para pihak yang besangketa yakni, pihak warga masyarakat desa kiling-kiling
kecamatan pakuan ratu kabupaten way kanan propinsi lampung yang diwakili oleh :
1. Lawny Lendriati dari umbut sinang marga (pemohon I)
2. Bermawi, kuasa dari umbul cadui (pemohon II)
3. Idham Antoni, mewakili raja ratu kuasa dari umbul humara balak (Pemohon III)
Yang mana juga telah memberikan kuasa kepada : Antoni sugari, S.H dan youngky
Noto Hartono, S.H

Dengan pihak PT Pemuka Sakti Manis Indah, Yang diwakili oleh :


1. Ir. Rindu Gita Tanzia Pinem (site deputy manager)
2. Letkol Hj. Denny thamrin (External and General Affair Manager)
3. Rs. Sofuan Muchtar (Assistant General Affair)
Yang mana juga telah memberikan kuasa kepada: Rio Miharsa, S.H dan Rosalina,
S.H

c. Tempat, hari/tanggal, dan pukul dari pelaksanaan mediasi


Tempat : Graha Gading Bandar Lampung
Hari/tanggal : Kamis, 19 Mei 2018
Pukul : 09.30 WIB s/d selesai

d. Mediator :
Nama : Sherly Mevitasari, S.H., M.H.
Tempat/Tanggal lahir : Bengkulu, 16 Mei 1997
Alamat : Jl. Timur Indah 4
Riwayat pendidikan : SD Negeri 61 Kota Bengkulu
SMP Negeri 14 Kota Bengkulu
SMA Negeri 7 Kota Bengkulu
S1 di Fakultas Hukum Universitas Bengkulu
S2 di Fakultas Hukum Universitas Indonesia

e. Pengalaman Kerja sebagai Mediator :


1. Kasus sangketa pertanahan anatara PT. Semen Gresik dengan masyarakat
dimana hasil mediasi tersebut adalah tercapainya kesepakatan antara kedua
belah pihak.

8
2. Kasus sangketa perburugan antara pekerja dengan PT. Abadi Makmur Jaya,
dimana hasil mediasi tersebut adalah tercapainya kesepakatan antara kedua
belah pihak.
3. Dan kasus-kasus lainnya.

2. Pertukaran Informasi
a. pihak yang merasa dirugikan
1.) Identitas
Nama : masyarakat desa kiling-kiling, yang diwakili oleh :
1. Lawny Lendriati, dari umbul sinang marga (pemohon I)
2. Bermawi, kuasa dari umbul candui (pemohon II)
3. Idham antoni, mewakili raja ratu kuasa dari umbul humara
balak (pemohon III)
Alamat : desa atau kampung kiling-kiling kecamatan pakuan ratu
kabupaten way kanan propinsi lampung.
Agama :
1. Pemohon I : Islam
2. Pemohon II : Islam
3. Pemohon III : Islam
Dikuasakan : Antoni sugari, S.H dan Younky Noto Harto, S.H

2.) Jenis sangketa (Perkara)


Jenis sangketa yang terjadi adalah sangketa pertanahan, dimana objek
sangketa adalah lahan pertanahan yang klaim sebagai milik masyarakat desa
kiling-kiling seluas 139 ha yang terletak di wilayah negeri besar. Tanah yang
disangketakan merupakan bagian tanah yang dikuasai oleh tergugat (PT.
Pemuka Sakti Manis Indah) yang mana telah dikirim oleh tergugat telah
dibebaskan melallui pembebasan tanah) sesuai dengan prosedur serta sudah
adanya pemberian ganti rugi kepada masyarakat sehingga secara hukum tanah
tersebut telah menjadi milik perusahaan dengan status hak guna usaha. tetapi
masyarakat desa kiling-kiling selama ini merasa tidak pernah melakukan
pelepasan hak atas tanah yang mereka miliki apalagi terhadap ganti rugi yang
dikatakan telah diberikan sehingga hal ini menimbulkan kerugian bagi
pengguggat (masyarakat desa kiling-kiling).

3.) Hubungan
Hubungan para pihak yang besangketa bersifat simpleks, maksudnya
bahwa antara warga desa kiling-kiling dengan pihak PT. Pemuka Sakti Manis
Indah hanya mempunyai kepentingan tunggal saja yaitu kepentingan
penggarapan lahan oleh PT. Pemuka sakti manis indah dan masyarakat sebagai
pemberi izin agar terlaksananya penggarapan tersebut.

4.) Fakta-fakta sosial


Pada tahun 1992 PT Pemuka Sakti Manis Indah melakukan pembebasan
tanah seluas 139 Ha yang dilakukan sesuai dengan prosedur melalui
pengendalian dan pengawasan pembebasan tanah kebupaten lampung utara.

9
Dengan adanya pembebasan tanah tersebut maka perusahaan melakukan
musyawarah untuk menentukan jumlah uang rugi yang akan diberikan. Setelah
adanya kesepakatan antara para pihak perusahaan dan masyarakat maka proses
ganti rugi pun dilakukan dan diberikan kepada masyrakat yang melakukan
pelepasan hak atas tanah yang mereka miliki. Karena ganti rugi telah diberikan
secara hukum tanah tersebut telah menjadi milik perusahaan dengan status hak
guna usaha. Sesuai dengan tujuan pembebasan hak atas tanah untuk perluasan
lahan perkebunan tebu, maka pihak perusahaan pun melakukan pembukaan
lahan dengan membuldoser lahan seluas 139 ha dan menanaminya dengan tebu.
Ketika pembukaan lahan tersebut, konflik antara masyarakat desa kiling-
kiling dengan pihak perusahaan mulai terjadi . dengan pembukaan lahan
tersebut adanya gugatan dari masyarakat yang merasa dirugikan yaitu
masyarakat desa kiling-kiling yang merasa tanah hak milik nya diambil begitu
saja tanpa adanya proses penerimaan ganti rugi dan selama ini mereka tidak
pernah merasa pernah melakukan pelepasan hak atas tanah yang mereka miliki,
tanah seluasa 139 ha diklaim masyarakat desa kiling-kiling sebagai tanah
mereka dari keturunan sinang marga. Walaupun konflik berjalan terus, pihak
perusahaan tetap melakukan kegiatan penanaman diatas lahan tersebut.
Masyarakat desa kiling-kiling yang merasa dirugikan karena merasa tidak
dihiraukan akhirnya melakukan pemblokadean lahan perkebunan tebu sehingga
pihak perusahaan tidak dapat melakukan pemenenan tebu. Pemblokadean tanah
oleh masyarakat kiling-kiling yang merasa tanah itu masih mikliknya karena
selama ini mereka merasa tidak pernah melepaskan haknya dan menerima ganti
rugi. Upaya-upaya penyelesaian konflik telah dilakukan baik ditingkat desa
dimana dilakukan musyawarah antara masyarakat dengan pihak perusahaan
dengan dihadiri oeh para tokoh masyarakat, kepala desa, dan masyarakat
sekitar. Bertahun-tahun upaya penyelesaian ditempuh tetapi tidak diperoleh
hasil yang sama-sama dirasa kedua belah pihak memenuhi rasa keadilan.
Sampai akhirnya dimintakan penyelesaian kepada tim 13 provinsi lampung
sebagai mediator.

5.) Landasan hukum


Adapun yang menjadi landasan pemohon dalam mengajukan gugatan
adalah bahwa PT Pemuka sakti Manis indah melakukan pembukaan lahan tanah
hak milik warga atau msyarakat desa kiling-kiling yang diambil begitu saja
tenpa adanya proses penerimaan ganti rugi bahkan masyarakat desa tersebut
tidak pernah merasa melakukan pelepasan hak atas tanah yang mereka miliki
padahal tanah yang disangketakan tersebut diklaim masyarakat desa kiling
sebagai tanah mereka dari keturunan sinang marga. Oleh karena itu warga desa
kiling-kiling merasa hak-haknya terlanggar sehingga mengajukan gugatan
kepada PT Pemuka sakti indah.

6.) Tuntutan
Tuntutan masyarakat desa kiling-kiling yang diajukan kepada PT Pemuka
sakti indah berupa :

10
1. Pengembalian lahan seluas 139 ha dari keseluruhan luas tanah yang telah
dikuasai PT Pemuka sakti Manis indah.
2. Pembayaran uang ganti rugi sebesar Rp 300.000.000

b. Pihak Yang Dianggap Bersalah


1.) Identitas
Nama : PT Pemuka sakti indah., yang diwakili oleh :
1. Ir. Rindu Gita Tanzia Pinem (site deputy manager)
2. Letkol Hj. Denny (External and General Affair Manager)
3. Rs. Sofuan Muchtar (Assistant General Affair)

Alamat : kota lampung.


Agama :
1. Termohon I : Islam
2. Termohon II : Islam
3. Termohon II : Islam
Dikuasakan : Rio Miharsa, S.H dan Rosalina, S.H

2.) Jenis Sangketa (perkara)


Jenis sangketa yang terjadi adalah sangketa pertanahan, dimana objek
sangketa adalah pertanahan yang diklaim sebagai milik masyarakat kiling-kiling
seluas 139 ha yang terletak di wilayah negeri besar. Tanah yang disangketakan
merupakan bagian tanah yang dikuasai oleh terguggat (PT Pemuka sakti Manis
indah) yang mana telah di klaim oleh terguggat telah dibebaskan melalui
pembebasan tanah) sesuai dengan prosedur serta sudah adanya pemberian ganti
rugi kepada masyarakat sehingga secara hukum tanah tersebut telah menjadi
milik perusahaan dengan status hak guna usaha. tetapi masyarakat desa kiling-
kiling selama ini merasa tidak pernah melakukan pelepasan hak atas tanah yang
mereka miliki apalagi terhadap ganti rugi yang dikatakan telah diberikan
sehingga hal ini menimbulkan kerugian bagi pengguggat (masyarakat desa
kiling-kiling).

3.) Hubungan
Hubungan para pihak yang besangketa bersifat simpleks, maksudnya
bahwa antara warga desa kiling-kiling dengan pihak PT. Pemuka Sakti Manis
Indah hanya mempunyai kepentingan tunggal saja yaitu kepentingan
penggarapan lahan oleh PT. Pemuka sakti manis indah dan masyarakat sebagai
pemberi izin agar terlaksananya penggarapan tersebut.

4.) Fakta-fakta sosial


Pada tahun 1992 PT Pemuka Sakti Manis Indah melakukan pembebasan
tanah seluas 139 Ha yang dilakukan sesuai dengan prosedur melalui
pengendalian dan pengawasan pembebasan tanah kebupaten lampung utara.
Dengan adanya pembebasan tanah tersebut maka perusahaan melakukan
musyawarah untuk menentukan jumlah uang rugi yang akan diberikan. Setelah
adanya kesepakatan antara para pihak perusahaan dan masyarakat maka proses

11
ganti rugi pun dilakukan dan diberikan kepada masyrakat yang melakukan
pelepasan hak atas tanah yang mereka miliki. Karena ganti rugi telah diberikan
secara hukum tanah tersebut telah menjadi milik perusahaan dengan status hak
guna usaha. Sesuai dengan tujuan pembebasan hak atas tanah untuk perluasan
lahan perkebunan tebu, maka pihak perusahaan pun melakukan pembukaan
lahan dengan membuldoser lahan seluas 139 ha dan menanaminya dengan tebu.
Ketika pembukaan lahan tersebut, konflik antara masyarakat desa kiling-
kiling dengan pihak perusahaan mulai terjadi . dengan pembukaan lahan
tersebut adanya gugatan dari masyarakat yang merasa dirugikan yaitu
masyarakat desa kiling-kiling yang merasa tanah hak milik nya diambil begitu
saja tanpa adanya proses penerimaan ganti rugi dan selama ini mereka tidak
pernah merasa pernah melakukan pelepasan hak atas tanah yang mereka miliki,
tanah seluasa 139 ha diklaim masyarakat desa kiling-kiling sebagai tanah
mereka dari keturunan sinang marga. Walaupun konflik berjalan terus, pihak
perusahaan tetap melakukan kegiatan penanaman diatas lahan tersebut.
Masyarakat desa kiling-kiling yang merasa dirugikan karena merasa tidak
dihiraukan akhirnya melakukan pemblokadean lahan perkebunan tebu sehingga
pihak perusahaan tidak dapat melakukan pemenenan tebu. Pemblokadean tanah
oleh masyarakat kiling-kiling yang merasa tanah itu masih mikliknya karena
selama ini mereka merasa tidak pernah melepaskan haknya dan menerima ganti
rugi. Upaya-upaya penyelesaian konflik telah dilakukan baik ditingkat desa
dimana dilakukan musyawarah antara masyarakat dengan pihak perusahaan
dengan dihadiri oeh para tokoh masyarakat, kepala desa, dan masyarakat
sekitar. Bertahun-tahun upaya penyelesaian ditempuh tetapi tidak diperoleh
hasil yang sama-sama dirasa kedua belah pihak memenuhi rasa keadilan.
Sampai akhirnya dimintakan penyelesaian kepada tim 13 provinsi lampung
sebagai mediator.

5.) Landasan hukum


Adapun yang menjadi landasan hukum termohon mengajukan klaim
terhadap lahan yang di sangketakan adalah bukti pembayaran yang dilakukan
oleh PT Pemuka Sakti Indah atas pembebasan lahan terperkara kepada dan yang
diterima oleh St. Guru Alamsyah dan Muhfian gelar mahkota raja.

6.) Pembelaan
a. Bahwa telah dilakukan PT Pemuka Manis Sakti Indah telah sesuai dengan
prosedur.
b. Pemanenan dan pengelolaan di atas lahan yang diperkarakan harus tetap
berjalan karena pihak perusahaan merasa sudah membyarkan uang ganti
rugi terhadap lahan tesebut sesuai dengan prosedur.
c. Menolak memberikan ganti kerugian kepada warga desa kiling-kiling
karena pihak PT Pemuka Sakti Manis Indah merasa tidak merugikan warga/
masyarakat desa kiling-kiling.
d. Menolak membayar biaya perkara karena termohon sebenarnya bukan pihak
yang harus dipersalahkan.

12
4. Tawar Menawar Pemecahan Masalah
PT Pemuka Sakti Manis Indah merupakan perusahaan yang bertempat di Provinsi
lampung, pada tahun 1992 PT Pemuka Sakti Manis Indah melakukan pembebasan
tanah 139 ha yang dilakukan sesuai dengan prosedur dan pengawasan pembebasan
tanah Kabupaten Lampung Utara. Dengan adanya pembebasan tanah tesebut maka
perusahaan melakukan musyawarah untuk menentukan jumlah uang ganti rugi yang
akan diberikan. Setelah adanya kesepakatan antara pihak perusahaan dan masyarakat,
maka proses ganti rugi pun dilakukan dan diberikan kepada masyarakat yang
melakukan pelepasan hak atas tanah yang mereka miliki. Karena ganti rugi telah
diberikan secara hukum tanah tersebut telah menjadi milik perusahaan dengan status
hak guna.
Pada kasus ini saya (kuasa hukum) yang mewakili masyarakat desa kiling-liling,
dimana dalam hal ini ingin menerangkan bahwa pembayaran uang ganti rugi yang
dikatakan telah diberikan oleh PT Pemuka Sakti Manis Indah untuk pembebasan tanah
yang mana merupakan adalah tanah hak dari warga negara desa kiling-kiling adalah
telah mengalami kesalahan pembayaran, karena pembayaran ganti rugi tersebut
diterima oleh orang yang tidak berhak yakni st. Guru Alamsyah dan Muhfian Gelar
Mahkota Raja. Dengan ini maka PT Pemuka Sakti Manis Indah Tidaklah berhak
membuka bahkan melakukan pengolahan perkebunan tebu diatas lahan seluas kurang
lebih 139 Ha di desa kiling-kiling yang tepatnya terletak di wilayah negeri besar,
kecuali apabila pihak PT Pemuka Sakti Manis Indah mau dan menyetujui pembayaran
ganti rugi serta syarat yang diajukan oleh masyarakat kilung-kiling.
Saya selaku (Kuasa Hukum) Yang mewakili PT Pemuka Sakti Manis Indah,
walaupun masyarakat tetap meminta ganti rugi atas tanah dan tanaman yang tumbuh di
atasnya yang diklaim masyarakat desa killing-kiling menjadi milik mereka, dalam hal
ini saya mengarah pada pendirian dan prinsip saya dengan berpihak pada PT tersebut,
yaitu akan sedapat mungkin melakukan pendekatan kepada pihak warga masyrakat agar
kegiatan pengelolahan dan pemanenan tebu di atas lahan yang diklaim masykarat
tersebut dapat tetap berjalan secepatnya.

5. Kesimpulan
Bahwa telah terjadi pertemuan antara kedua belah pihak dengan mediator
Tempat : Graha Gading Bandar Lampung
Hari/tanggal : Kamis, 19 Mei 2018
Pukul : 09.30 WIB
Dengan mediator :
Nama : Sherly Mevitasari, S.H., M.H.
Tempat/Tanggal Lahir: Bengkulu, 16 Mei 1997
Alamat : Jl. Timur Indah

 Bahwa di dalam pertemuan tersebut telah terjadi pertukaran informasi antara


pemohon dan termohon
 Bahwa setelah mendegar atau kedua belah pihak saling bertukar infromasi, maka
terjadi proses tawar-menawar pemecahan permasalahan dengan bantuan mediator
sebagai pihak pihak yang netral.

13
 Bahwa pihak pemohon dan termohon telah berlaku fleksibel dalam pemecahan
sangketa tersebut, sehingga di dalam mediasi tersebut mencapai kata sepakat antara
kedua belah pihak.
 Bahwa hasil dari mediasi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pihak termohon dapat menlanjutkan pengolahan dan pemanenan tebu di atas
lahan terperkara PT Pemuka Sakti Manis Indah karena telah mendapat izin dari
warga desa kiling-kiling sebab PT yang bersangkutan telah menyetujui untuk
memberikan ganti rugi kepada warga desa kiling-kiling atas lahan tersebut.
2. Pihak pemohon menentukan batas waktu dari pembayaran ganti rugi atas lahan
tersebut oleh pihak PT Pemuka Sakti Manis Indah.
3. Pihak pemohon meminta kepada mediator untuk dapat meyakinkan pihak PT
Pemuka Sakti Manis Indah Dalam percepatan pemabayaran ganti rugi atas lahan
terperkara.
4. Apabila dalam waktu 3 bulan terhitung sejak tanggal dibuat akta perdamaian,
pihak pemohon belum mendapatkan ganti rugi atas lahan tersebut maka segala
aktivitas yang dilakukan dilahan yang disangketakan harus berhenti total.
Dengan kata lain pihak termohon tidak dapat melanjutkan aktivitas pengelolaan
dan pemanenan tebu di atas lahan seluas 139 ha yang diperkarakan

6. Pengambilan Keputusan
a. Pengertian mediasi
Penyelesaian sangketa diluar pengadilan atau ADR melalui prosedur mediasi
adalah melibatkan pihak ketiga yang mengadakan interpensi atau campur tangan di
dalam proses penyelesaian sangketa untuk membantu kedua belah pihak yang
bersangketa dalam mencapai persetujuan ada tiga elemen mediasi yaitu :
1.) Pihak ketiga yang melakukan intervensi dan disetujui oleh kedua belah pihak
yang bersangketa
2.) Pihak ketiga yang memiliki tugas membantu antara para pihak yang bersangketa
untuk mencapai kesepakatan
3.) Pihak ketiga (mediator) harus aktif.
4.) Pengambilan keputusan oleh para pihak yang bersangketa bersadarkan
kesepakatan.

b. Pihak ketiga (mediator)


Mediator dapat terjadi karena mencalonkan diri untuk menjadi mediator, karena
ditujukan oleh seorang pengusaha, karena diminta oleh kedua belah pihak yang
bersangketa.
Mediator harus aktif karena diharapkan dapat mencari atau merumuskan titik
temu dari argumentasi para pihak yang bersangketa. Selain itu seorang mediator
harus memiliki keperibadian yang berwibawa, jujur dan tidak memihak.
Joni emirzon mengatakan bahwa taktik dan teknik yang harus dimiliki seorang
mediator adalah :
1. Taktik Mediator :
1.) Menyusun kerangka putusan
2.) Mendapatkan wewenang dan kerjasama
3.) Mengendalikan emosi

14
4.) Bersifat informative
5.) Pemecahan masalah
6.) Menghindarkan rasa malu
7.) Pemaksaan

2. Taktik media
1.) Membangun kepercayaan
2.) Menganalisis sangketa
3.) Mengumpulkan informasi
4.) Berbicara secara jelas
5.) Mendengarkan dengan penuh perhatian
6.) Merumuskan ulang pembicaraan para pihak
7.) Menyusun aturan perundingan
8.) Mengorganisise pertemuan perundingan
9.) Mengatasi emosi para pihak
10.) Mengungkapkan kepentingan yang masih tersembunyi
11.) Membujuk para pihak
12.) Menyusun kesepakatan

c. Manfaat mediasi
Manfaat yang diperoleh melalui mediasi adalah :
1. Suatu proses penyelesaian sangketa secara cepat, singkat dan biaya murah
2. Keputusan penyelesaian sangketa memuaskan para pihak.
3. Kesepakatan-kesepakatan para pihak yang bersangketa dalam proses mediasi
dan secara komprehensif
4. Para pihak dapat secara langsung mengontrol proses penyelesaian sangketa
5. Mediasi dapat melestarikan hubungan simplek maupun multiplek
6. Keputusan melalui mediasi dapat dilangsung dilaksanakan
7. Keputusan mediasi bersifat universal
8. Penyelesaian sangketa melallui mediasi para pihak dapat memiliki kuas sendiri.
Para pihak dapat belajar sendiri prosedur penyelesaian sangkata secara kreatif.

d. Proses Mediasi
Tahapan proses penyelesaian sangketa melalui mediasi terdapat empat tahap yaitu
tahap pembentukan forum, tahap pertukran informasi dan tahan tawar menawae
pemecahan masalah, dan tahap pengambilan keputusan.
Jadi pada kasus ini mediasi yang digunakan adalah termasuk dalam kategori
Neigh borhood mediation yaitu mediasi untuk lingkungan tempat tinggal. Misalnya
yang menangani sangketa antara tetangga atau antara penyewa dengan pemilik
tanah.

15
LAMPIRAN

16
KASUS SANGKETA TANAH
ANTARA
MASYARAKAT DESA KILING-KILING
KECAMATAN PAKUAN RATU KABUPATEN WAY KANAN
PROVINSI LAMPUNG
DENGAN
PT.PEMUKA SAKTI

 Para pengguggat adalah masyarakat desa kiling-kiling , yang diwakili oleh antara lain
Lawny dari umbul sinang marga (pemohon I), bernawi kuasa dari umbul candui
(pemohon II), Idham antoni mewakili raja ratu kuasa dari umbul humara balak (pemohon
III)
 Pihak terguggat adalah PT Pemuka Sakti Manis Indah yang diwakili oleh Ir. Rindu Gita
 Objek perkara adalah lahan seluas 139 ha diwilayah negeri besar yang diklaim sebagai
milik dari masyarakat kiling-kiling. Dari milik umbul jumaidil dan dahri dari masyarakat
kiling-kiling, yang berasal dari warisan kakek mereka sidang marga yang kebetulan
berbatasan dengan umbul milik bermawi yang terletak di cadul dan way kejapu negeri
besar kecamatan pakuan ratu kabupatenn way kanan yang berasal dari warisan kakeknya
alm. Ratu umbuldan tanah peladangan sidang marga terletak di kacing campaka dan
hamara balak serta titi tekeru negeri besar. Bahwa tanah tersebut memiliki batas-batas
sebelah barat berbatasan dengan umbul ratu kepala marga sebelah timur berbtasan
dengan umbul st.tuan sebelah utara berdasarkan dengan umbul raja buai ratu dan sebelah
selatan berbatasan dengan umbul st.tuan.
 Pada PT Pemuka Sakti Manis Indahtelah melakukan pembebasan tanag seluas 139 ha
yang dilakukan sesuai dengan prosedur melalui tim pengendalian dan pengawasan
pembebasan tanah tersebut maka kabupaten lampung utara. Dengan adanya pemebebasan
tanah tersebut maka perusahaan melakukan musyawarah untuk menentukan jumlah uang
ganti rugi yang akan diberikan. Setelah adanya kesepakatan para pihak perusahaan dan
masyakarat, maka proses ganti rugi pun dilakukan dan diberikan kepada masyarakat yang
melakukan pelepasan hak atas tanah yang mereka miliki. Karena ganti rugi telah
diberikan secara hukum tanah tersebut telah menjadi milik perusahaan dengan status hak
guna usaha. Sesuai dengan tujuan pembebasan tanah untuk perluasan lahan perkebunan
tebu, maka pihak perusahaan pun melakukan pembukaan lahan dengan membuldeser
lahan seluas 139 ha dan menanaminya dengan tebu.
Dengan pemebukaan lahan tersebut adanya gugatan dari masyarakat adanya gugatan dari
masyarakat yang merasa dirugikan yaitu masyarakat desa kiling-kiling yang merasa tanah
hak miliknya diambil begitu saja tanpa adanya prosese penerimaan ganti rugi dan selama
ini mereka tidak pernah merasa melakukan pelepasan hak atas tanah yang mereka miliki.
Tanah seluas 139 ha diklaim masyarakat desa kiling-kiling sebagai tanah mereka dari
keturunan sinang marga. Walaupun konflik tersebut terus berjalan, pihak perusahaan
tetap melakukan kegiatan penanaman diatas lahan tersebut.
Masyarakat desa kiling-kiling yang merasa dirugikan karena merasa tidak
dihiraukan akhirnya melakukan pemblokadean lahan perkebunan tebu sehingga pihak
perusahaan tidak dapat melakukan pemanen tebu. Pemblokadean tanah oleh masyarakat

17
kiling-kiling yang merasa tidak pernah melepaskan haknya dan menerima uang ganti
rugi.
Upaya-upaya penyelesaian konflik telah dilakukan baik ditingkat desa dimana
dilakukan musyawarah antara masyarakat dengan pihak perusahaan dengan dihadiri oleh
para tokoh masyarakat, kepala desa, dan masyarakat sekitar.
Bertahun-tahun upaya penyelesaian ditempuh tetapi tidak diperoleh hasil yang
sama-sama dirasa kedua belah pihak memenuhi rasa keadilan. Sampai akhirnya
dimintakan penyelesaian kepada tim 13 provinsi lampung sebagai mediator.

18
KANTOR ADVOKAT CAHAYA BARU
Jalan Batang Suro No. 13 Kota Lampung – Telp. (0721)
228896

Email : famos.tadil@gmail.com

SURAT KUASA KHUSUS


Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Lawny Lendriati

Umur : 21 tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Swasta

Alamat : Desa / kampong killing-kiling kecamatan pakuan ratu kabupaten way kanan
Provinsi Lampung

Selanjutnya disebut dengan Pemberi Kuasa I

Nama : Bermawi

Umur : 36 tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Swasta

Alamat : Desa / kampong killing-kiling kecamatan pakuan ratu kabupaten way kanan
Provinsi Lampung

Selanjutnya disebut dengan Pemberi Kuasa 2

Nama : Ihdam Antony

Umur : 45 tahun

Agama : Islam

19
Pekerjaan : Swasta

Alamat : Desa / kampong killing-kiling kecamatan pakuan ratu kabupaten way kanan
Provinsi Lampung

Selanjutnya disebut dengan Pemberi Kuasa 3

Dengan ini memberi kuasa kepada :

1. Nama : Antony Sugari, S.H.


Pekerjaan : Advokat
Alamat : Jl. Naga timur no.52 Kota Lampung
2. Nama :Yongky Noto Harto, S.H.
Pekerjaan : Advokat
Alamat : Jl. Naga timur no.42 Kota Lampung

……………………………………………..KHUSUS…………………………………………….

Untuk dan atas nama pemberi kuasa bertindak baik secara sendiri-sendiri dan/atau
bersama-sama dan atau nama Pemberi Kuasa I, II, III dalam perbuatan perkara melawan hukum
yang menimbulkan kerugian bagi pemberi kuasa yang secara lengkapnya akan diuraikan dalam
surat gugatan.

Untuk itu penerima kuasa diberi hak untuk aktif mewakili, mengadakan perdamaian,
memajukan gugatan, memanggil pihak-pihak, menghadap pejabat, mengajukan pembuktian,
serta melakukan segala sesuatu yang berhubungan dengan kepentingan pemberi kuasa yang
dianggap penting dan berguna untuk dilaksanakan sepanjang tidak merugikan pemberi kuasa,
serta tidak bertentangan dengan Undang-Undang yang berlaku. Pemberi surat kuasa ini dengan
hak subtitusi.

20
Lampung, 25 April 2018

Penerima Kuasa Pemberi Kuasa I

Antony Sugari, S.H. Lawny Lendriati

Pemberi Kuasa II

Yongky Noto Harto, S.H.


Bermawi

Pemberi Kuasa III

Idham Antoni

21
KANTOR ADVOKAT CAHAYA
MENTARI
Jalan Kali Hari Raya No. 17 Kota Lampung – Telp. (0721)
24156

Email : mentari.bercahaya@gmail.com

SURAT KUASA KHUSUS


Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Ir.Rindu Gita Tanzia Pinem

Pekerjaan : Manager PT. Pemuka Akti Manis Indah

Umur : 38 tahun

Agama : Islam

Tempat/kedudukan : Kantor PT. Pemuka Sakti Manis Indah Jalan Jati Waru No. 21 Kota
Lampung

Dengan ini memberi kuasa kepada :

1. Nama :Rio Miharsa, S.H.


Pekerjaan : Advokat
Alamat : Jl. Kali Hari Ujung no.32 Kota Lampung
2. Nama : Rosalina, S.H.
Pekerjaan : Advokat
Alamat : Jl. Kali Hari Baru no.11 Kota Lampung

……………………………………………..KHUSUS…………………………………………….

Untuk dan atas nama pemberi kuasa bertindak baik secara sendiri-sendiri dan/atau
bersama-sama dan atau nama Manager PT. Pemuka Akti Manis Indah. Bertindak untuk dan atas
nama pemberi kuasa serta sah mewakili kepentingan sebagai tergugat dalam perkara.

Untuk kepentingan tersebut, penerma kuasa diberkan hak dan wewenang menghadap dan
berbcara dimuka badan peradilan, instansi-instansi maupun pejabat yang berwenang atau
perorangan yang terkait; membaca dan mempelajari berkas-berkas perkara; membuat dan
menandatangani serta membalas surat-surat; membuat perdamaian didalam maupun diluar badan

22
peradilan dengan persetujuan pemberi kuasa; mnerima dan melakukan pembayaran-pembayaran
dalam sengketa atau perkara tersebut diatas; mengajukan segala permohonan ataupun keberatan
lain; menghadiri persidangan; mengajukan replik; menjawab eksepsi atau tangkisan dan atau
menjawab gugatan rekovensi dan mengajukan duplik dalam rekovensi serta kesimpulan;
mengajukan atau menolak bukti-bukti surat dan saksi-saksi; mengajukan upaya hukum yang di
mungkinkan; melakukan tindakan hukum lainnya yang dipandang perlu guna membela dan
melindungi kepentingan pemberi kuasa dalam hubungannya dengan sengketa tersebut diatas
sepanjang tidak bertentangan atau melanggar ketentuan hukum yang berlaku. Pemberi surat
kuasa ini dengan hak subtitusi

Lampung, 26 April 2018

Penerima Kuasa Pemberi Kuasa I

Rio Miharsa, S.H. Ir. Rindu Gita Tanzia Pinem


(Site Deputy Manager PT. Pemuka
Sakti Manis Indah)

Pemberi Kuasa II

Rosalina, S.H.

Letkol HJ. Denny Thamrin


(External and General Affair
Manager)

Pemberi Kuasa III

Drs. Sofuan Muchtar

23
(Assistant General Affair)

24
AKTA PERDAMAIAN

Kami yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Lawny Lendriati

Umur : 21 tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Swasta

Alamat : Desa / kampong killing-kiling kecamatan pakuan ratu kabupaten way kanan
Provinsi Lampung

Nama : Bermawi

Umur : 36 tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Swasta

Alamat : Desa / kampong killing-kiling kecamatan pakuan ratu kabupaten way kanan
Provinsi Lampung

Nama : Ihdam Antony

Umur : 45 tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Swasta

Alamat : Desa / kampong killing-kiling kecamatan pakuan ratu kabupaten way kanan
Provinsi Lampung

Selanjutnya disebut PIHAK KESATU

25
Nama : Ir. Rindu Gita Tanzia Pinem

Manager PT. Pemuka Akti Manis Indah

Umur : 38 tahun

Agama : Islam

Tempat/kedudukan : Kantor PT. Pemuka Sakti Manis Indah Jalan Jati Waru No. 21 Kota
Lampung

Selanjutnya disebut PIHAK KEDUA

Dalam akta ini kami berspakat untuk membuat suatu akta perdamaian mengenai sengketa
lahan tanah seluas 139 ha yang terletak diwilayah Negeri Besar yang mana isinya meliputi :

Pasal 1

Status Quo atas lahan tanah sengketa warga desa killing-kiling dihapuskan dan pihak
kedua dapat melanjutkan pengolahan dan pemanenan tebu diatas tanah terperkara seluas 139 ha
di wilayah Negeri Besar.

Pasal 2

Pihak kesatu menentukan batas waktu 3 (tiga) bulan terhitung sejak akta ini dibuat dalam
pembayaran ganti rugi lahan oleh PT. Pemuka Sakti Manis Indah.

Pasal 3

Apabila sampai waktu ditentukan dalam pasal 2 tersebut, pihak pertama belum
mendapatkan ganti rugi atas lahan tersebut maka segala aktivitas yang dilakukan dilahan yang
disengketakan harus berhenti total. Dengan kata lain pihak kedua tidak dapat melanjutkan
aktivitas pembangunan PT. Pemuka Sakti Manis Indah.

Pasal 4

Selama batas waktu yang ditentukan dalam pasal 2 diatas. Pihak kesatu bertanggung
jawab ubtuk menjaga agar masyarakat tidak melakukan gangguan terhadap proses pengolahan
dan pemanenan tebu diatas lahan terperkara oleh PT. Pemuka Sakti Manis Indah.

Pasal 5

26
Apabila pihak kesatu melanggar pasal 4 diatas, maka pihak kedua berhak meminta ganti
kerugian yang ditimbulkan atas gangguan sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 4.

Pasal 6

Segala biaya yang timbul akibat perkara ini ditanggung secara tanggung renteng oleh
kedua belah pihak.

Demikianlah isi dari akta perjanjian ini kami buat dengan sebenar-benarnya, dalam
keadaan sadar dan tanpa adanya paksaan ddari pihak manapun.

Lampung, 18 Mei 2018

Pihak Kesatu Pihak Kedua

(Kuasa Hukum I) (Kuasa Hukum I)

(Kuasa Hukum II) (Kuasa Hukum II)

Mediator

(Sherly Mevitasari, S.H., M.H.)

27
Dialog Mediasi
Mediator : Selamat siang bapak dan ibu yang saya hormati,sebelum kita melakukan
mediasi,ijinkan saya memperkenalkan diri terlebih dahulu, nama saya Sherly
Mevitasari SH.MH sebagai mediator yang telah dipilih oleh ibu-ibu.
Selanjutnya kepada para pihak saya berikan kesempatan untuk
memperkenalakan diri masing – masing.
Penggugat : perkenalkan nama saya Lawny Lendriati, dari umbul sinang marga sebagai
Pemohon
Tergugat : perkenalkan nama saya Ir. Rindu Gita Tnzia Pinem sebagai Termohon

Mediator : Baiklah langsung saja saya jelaskan bahwa berdasarkan peraturan mahkamah
agung nomor 1 tahun 2008 tentang prosedur mediasi di pengadilan dalam pasal
4 di sebutkan bahwa semua sengketa perdata di ajukan tingkat pertama wajib
lebih dahulu di upayakan penyelesaiannya melalui perdamaian dengan bantuan
seorang mediator .dan pada sidang bapak dan ibu kali ini telah sepakat telah
menunjuk saya sebagai mediator dalam kasus ini.selanjutnya saya
menerangkan tentang mediasi. Mediasi adalah suatu alternatif penyelesaian
sengketa dimana kedua belah pihak saling berdialog, berunding untuk
menentukan titik temu. Saya selaku sebagai mediator akan memfasilitasi
negosiasi ini. Namun sebelum saya memulai mediasi saya akan menjelaskan
tahapan – tahapan mediasi diantaranya :
1. saya memberikan penyelesaian kepada para pihak untuk bergantian
2. saya akan mencari kesepahaman awal dari kedua bela pihak
3. saya mendefinisikan dan menentukan agenda pembicaraan
4. setelah itu kita masuk dalam tahap negosiasi
5. apabila negosiasi mencari kesepakatan kita akan menyusun kesepakatan akhir

baiklah, apakah para pihak setuju dengan kesepakatan tersebut ?


Pemohon : saya setuju
Termohon : baiklah saya setuju

28
Mediator : kepada para pihak, untuk mempermudah langkah mediasi sebaiknya kita
menyepakati terlebih dahulu waktu yang tepat untuk melakukan mediasi
supaya para pihak tidak berhalangan hadir. Kira-kira kapan waktu yang tepat
bagi para ibu Lawny ?
Pemohon : saya bisa kapan saja, yang penting jangan hari Libur
Mediator : bagaimana dengan ibu Rindu ?
Termohon : saya kosong pada tanggal 19 Mei 2018
Mediator : baiklah kalau begitu kita sepakti tanggal 19 Mei untuk melakukan mediasi,
saya harap para pihak untuk mempersiapkan hal-hal yang diperlukan demi
kelancaran proses mediasi. Sekian hari ini saya tutup. Kita bertemu lagi di
tanggal yang telah ditetapkan dan di ruangan yang sama

Tanggal 19 Mei 2018


Meidator : selamat pagi ibu-ibu, bagaimana kabarnya hari ini, saya harap kabar kalian
baik
Pemohon : alhamdulillah kabar saya baik bu,
Termohon : kabar saya juga baik bu
Mediator : syukurlah, apakah ibu-ibu sudah siap untuk memulai proses mediasi ?
Pemohon : saya sudah siap
Mediator : bagaimana dengan ibu Rindu ?
Termohon : saya juga sudah siap bu sherly

Mediator : baillah kita mulai mediasi pagi hari ini, bagaimana kalau kita mendengar dari
ibu Lawny dulu untuk menyampaikan keterangannya ?
Termohon : baik bu, silakan
Mediator : kepada ibu Lawny saya persilakan
Pemohon : sebelumnya saya mengucapkan terima kasih atas kesempatan yang telah
diberikan. Begini sangketa yang terjadi adalah tentang tanah, dimana objek
sangketa adalah lahan pertanahan yang klaim sebagai milik masyarakat desa
kiling-kiling seluas 139 ha yang terletak di wilayah negeri besar. Tanah yang
disangketakan merupakan bagian tanah yang dikuasai oleh tergugat (PT.

29
Pemuka Sakti Manis Indah) yang mana telah dikirim oleh tergugat telah
dibebaskan melallui pembebasan tanah) sesuai dengan prosedur serta sudah
adanya pemberian ganti rugi kepada masyarakat sehingga secara hukum tanah
tersebut telah menjadi milik perusahaan dengan status hak guna usaha. tetapi
masyarakat desa kiling-kiling selama ini merasa tidak pernah melakukan
pelepasan hak atas tanah yang mereka miliki apalagi terhadap ganti rugi yang
dikatakan telah diberikan sehingga hal ini menimbulkan kerugian bagi
pengguggat (masyarakat desa kiling-kiling).
Mediator : apakah pemohon merasa dikecewakan atas kejadian tersebut ?
Pemohon : jujur saya merasa kecewa, karena tanah yang diperebutkan adalah tanah milik
masyarakat kami terlebih lagi dengan luasnya yang tidak sedikit.
Mediator : apakah sudah ada upaya yang dilakukan oleh pemohon untuk menyelesaikan
sengketa ini ?
Pemohon : telah banyak upaya yang kami lakukan dari tahun ketahun namun tidak ada
hasilnya. Akhirnya kami bersepakat untuk memblokade lahan tersebut untuk
mencari jalan keluar atas masalah ini.
Mediator : apakah ibu lawny berharap masalah ini dapat segera terselesaikan ?
Pemohon : saya sangat berharap masalah ini dapat diselesaikan dengan cepat, supaya
masyarakat kiling-kiling dapat menanam tebu kembali

Mediator : terima kasih kepada ibu lawny yang telah memberikan keterangan pada
kesempatan ini, selanjutnya saya persilakan kepada ibu Rindu untuk
menyampaikan keterangannya. Kepada ibu Rindu saya persilakan.
Termohon : Pada tahun 1992 PT Pemuka Sakti Manis Indah melakukan pembebasan tanah
seluas 139 Ha yang dilakukan sesuai dengan prosedur melalui pengendalian
dan pengawasan pembebasan tanah kebupaten lampung utara. Ketika
pembukaan lahan tersebut, konflik antara masyarakat desa kiling-kiling dengan
pihak perusahaan mulai terjadi, mereka merasa tidak pernah menerima uang
ganti rugi dan pada akhirnya melakukan pemblokade pada lahan tersebut
shingga perusahaan tidak dapat melakukan penanaman.

30
Mediator : ketika sudara melakukan pembayaran, apakah ada masyarakat kiling-kiling
yang ikut waktu itu ?
Termohon : tidak bu, karena pada saat ini saya dan pihak perusahaan membayar langsung
kepada PT. Pemuka Sakiti Manis Indah yang melakukan pembebsan tanah.
Namun tidak lama setelah itu, tepatnya ketika pperusahaan kami hendak
memanfaatkan lahan, para masyarakat kiling-kiling mulai melakuakn
pemberontakan namun tidak terlalu kami hiraukan dan yang terakhir
memblokade lahan perkebunan
Mediator : apakah perusahaan ibu mengalami kerugian akibat masalah ini dan meraasa
kecewa telah membeli lahan yang berkonflik ?
Termohon : jujur saja saya merasa kecewa akibat masalah ini saya mengalami kerugian,
terutama ketika masyarakat melakukan pemblokadean lahan perkebunan tebu.
Saya sangat berharap masalah ini dapat terselesaikan dengan baik, karena
makin lama masalah ini, maka akan berdampak buruk bagi perusahaan saya.

Mediator : baiklah setelah saya mendengarkan keterangan dari Ibu Lawny maupun
Rindu, maka saya mendapatkan beberapa kesepahaman awal diantaranya ;
1. baik ibu lawny maupun ibu Rindu menginkan masalah ini cepat selesai
2. baik ibu lawny maupun ibu rindu mengalami kerugian akibat masalah ini

begitu kan yang kalian maksud ?


para pihak : iya buk

mediator : baiklah seperti yang ibu lawny dan rindu sampaikan, perkara ini sebelumnya
bermula ketika ibu Rindu mulai menguasai tanah yang diklaim sebagai tanah
milik ibu lawny sebagai pemoohon, dan ibu rindu telah memberikan ganti rugi
pada saat pembebasan tanah berlangsung. Tapi ibu rindu tidak memberikan
ganti rugi secara langsung kepada ibu Lawny.
Begitu kan ibu-ibu ?
P dan T : iya seperti itu bu,

31
Mediator : baiklah, berarti ada itikad baik dari ibu Rindu untuk memberikan ganti rugi
atas pembebsan lahan. Dan selama proses ini berjalan saya melihat ada itikad
baik ibu-ibu untuk menyalesaikan masalah ini.
Ijinkan saya untuk merumuskan terlebih dahulu definisi permasalahan,
1. bagaimana memperbaiki nama baik ibu Rindu yang telah diduga tidak
memberikan ganti rugi atas pembebasan tanah ?
2. bagaimana menyelesaikan pembayaran ganti rugi kepada masyarakat
kiling-kiling ?
dari kedua masalah tersebut, mana yang ingin ibu-ibu selesaikan terlebih
dahulu,

pemohon : saya lebih memilih tentang pembayaran terlebih dahulu


termohon : saya memilih perbaikan nama baik terlebih dahulu, karena banyak klien yang
membatalkan kerjasama dengan saya akibat masalah ini
mediator : baiklah kalau begitu kita selesaikan point yang pertama terlebih dahulu, apakah
ibu Lawny keberatan ?
pemohon : silakan, saya tidak merasa keberatan

pemecahan masalah
mediator : setelah kedua pihak setuju menyelesaikan nama baik terlebih dahulu,
selanjutnya saya serahkan bagaimana usulan dari ibu-ibu untuk menyelesaikan
masalah tersebut. Kira-kira siapa yang bersedia memberikan masukan terlebih
dahulu ? apakah ibu lawny dan ibu rindu mempunyai usulan tentang ini ?
pemohon : saya tidak mempunyai usulan tapi saya siap membantu untuk mengembalikan
nama baik ibu rindu jika terbukti telah membayar ganti rugi.
Mediator : bagaimana dengan ibu rindu?
Termmohon : saya mengucapkan terima kasih kepada ibu lawny karena telah bersedia
membantu, kalau saran dari saya, kita membuat hitam di atas putih yang
menyatakan kalau ini hanyalah kesalahpahaman dan memberikan pengumuman
atau selembaran supaya orang lain tahu kalau saya tidak bersalah dan usaha saya
dapat berjalan dengan mormal lagi.

32
Mediator : bagaimana iu lawny, aoakah anda kebaratan ?
Pemohon : saya tidka keberatan, tapi mengenai biaya bagaimana?
Termohon : mengenai biaya, saya minta untuk ditanggung bersama antara kedua pihak
Mediator : bagaimana ibu lawny, apakah bersedia ?
Pemohon : baiklah saya bersedia.
Mediator : selanjutnya mengenai point kedua tentang pembayaran ganti rugi. Apakah ada
usulan dari ibu lawny dan ibu rindu ?
Termohon : mengenai ganti rugi, saya akan memberikan ganti rugi kepada ibu Lawny
setelah saya menyelesaikan masalah ini dengan St. Guru Alamsyah dan Muhfian
gelar mahkota raja.karena mereka yang menerima uang ganti rugi dari kami pada
saat pembebsan lahan. Dan saya minta kepada ibu Lawny untuk memberikan
batas waktu kurang lebih 3 (tiga) bulan untuk melakukan pembayaran ganti rugi.
Mediator : bagaimana ibu lawny, apakah merasa keberatan ?
Pemohon : saya tidak merasa keberatan, saya harap masalah ini dapat terselesaikan dengan
cepat. Sehingga tidak terjadi konflik yang berkepanjangan anatara masyarakat
kiling-kiling dengan PT. Pemuka Sakiti Manis Indah.
Termohon : saya juga minta kepada ibu Lawny untuk mengkondisikan masyarakat kiling-
kiling supaya tidak memperhambat kegiatan usaha PT. Pemuka Sakiti Manis
Indah
Mediator : bagaiman ibu lawny ?
Pemohon : saya akan mengkondisikan masyarakat kiling-kiling, dengan syarat, PT.
Pemuka Sakito Manis Indah membayar ganti rugi kepada masyakat untuk
mendapatkan lahan yang dipersengketakan untuk menjadi hak milik.
Mediator : baiklah selanjutnya kita akan mempersiapkan kesepakatan perdamaian yang
mana nantinya di dalam kesepakatan tersebut para pihak harus menambahkan
klausul. Apakah gugatan ini di cabut atau kesepakatan perdamaian? yang di
lakuakan pada putusan majelis hakim yang melahirkan akte perdamaian.
Penggugat : ibu sherly, saya ingin bertanya. Apa perbedaan antara cabut atau kesepakatan
perdamaian ?
Mediator : baiklah saya jelaskan apabila gugatan tersebut di cabut maka kesepakatan
perdamaian hanya mengikat kedua belah pihak, dimana apabila salah satu ingkar

33
janji maka harus di ajukan gugatan kembali, sedangkan untuk klausul yang
menyebutkankesepakatan perdamaian yang di kukuhkan di dalam majelis hakim
menjadi akte perdamaian sehingga apabila salah satu pihak wanprestasi/ingkar
janji maka dapat di eksekusi langsung oleh ketua pengadilan setempat tanpa
mengajukan gugatan.
P dan T : kalu begitu segeralah dibuat akte perdamaian bu, supaya masalah ini
terselesaikan dengan baik
Mediator : baiklah ibu-ibu selanjutnya saya menyerahkan kesepakatan perdamaian yang
telah di tanda tangani kepada ketua majelis hakim.dan pembacaan putusan
dengan panitera penggugat.

34

You might also like