Professional Documents
Culture Documents
Keperawatan Keluarga
Disusun oleh
1. Anjas Upi Rachmawati (108116056)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makaah tentang Konseling
Keluarga sesuai dengan waktu yang telah diberikan, dalam penyusunan makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan namun demikian penyusun telah berusaha
semaksimal mungkin agar hasil dari tulisan ini tidak menyimpang dari ketentuan-
ketentuan yang ada.
Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, karena
tak ada gading yang tak retak, begitu pula dengan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan makalah ini, dan mudah-mudahan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
B. Rumusan Masalah.
2
3. Apa tujuan konseling keluarga ?
4. Apa saja proses dan tahapan konseling keluarga ?
5. Apa saja pendekatan koseling keluarga ?
6. Apa peran konselor dalam konseling keluarga ?
C. Tujuan
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
permasalahan yang dialami seorang anggota keluarga akan efektif diatasi jika
melibatkan anggota keluarga yang lain. Pada mulanya konseling keluarga terutama
diarahkan untuk membantu anak agar dapat beradaptasi lebih baik untuk
mempelajari lingkungannya melalui perbaikan lingkungan keluarganya (Brammer
dan Shostrom,1982). Yang menjadi klien adalah orang yang memiliki masalah
pertumbuhan di dalam keluarga. Sedangkan masalah yang dihadapi adalah
menetapkan apa kebutuhan dia dan apa yang akan dikerjakan agar tetap survive di
dalam sistem keluarganya
Adapun inti dari pelaksanaan konseling keluarga sebagai salah satu layanan
profesional dari seorang konselor didasari oleh asumsi dasar sebagai berikut:
1. Terjadinya perasaan kecewa, tertekan atau sakitnya seorang anggota
keluarga bukan hanya disebabkan oleh dirinya sendiri, melainkan oleh
interaksi yang tidak sehat dengan anggota keluarga yang lain.
2. Ketidak tahuan individu dalam keluarga tentang peranannya dalam
menjalani kehidupan keluarga.
3. Situasi hubungan suami-isteri dan antar keluarga lainya.
4. Penyesuaian diri yang kurang sempurna dalam sebuah keluarga sangat
mempengaruhi situasi psikologis dalam keluarga.
5. Konseling keluarga diharapkan mampu membantu keluarga mencapai
penyesuaian diri yang tinggi diantara seluruh anggota keluarga.
5
6. Interaksi kedua orang tua sangat mempengaruhi hubungan semua anggota
keluarga.
6
3. Terlatih dan terampil dalam melaksanakan konseling keluarga.
4. Mampu menampilkan ciri-ciri karakter dan kepribadian untuk menangani
interaksi yang kompleks pasangan yang sedang konflik dan mendapatkan
latihan untuk memiliki keterampilan khusus.
5. Memiliki pengetahuan yang logis tentang hakikat keluarga dan kehidupan
berkeluarga.
6. Memiliki jiwa yang terbuka dan fleksibel dalam melaksanakan konseling
keluarga.
7. Harus obyektif setiap saat dalam menelaah dan menganalisa masalah.
7
Berdasarkan kenyataan ada 5 jenis relasi hubungan dalam konseling keluarga
, yaitu:
1. Pengembangan Rapport
Pengembangan seyogyanya telah dimulai begitu klien memasuki ruang
konseling. Upaya ini ditentukan oleh aspek-aspek diri konselor , yakni:
Kontak mata, Perilaku non-verbal (perilaku attending, bersahabat/akrab,
hangat, luwes keramahan, senyum, menerima, jujur/asli, penuh perhatian
dan terbuka). Bahasa lisan/verbal (sapaan sesuai dengan teknik-teknik
konseling), seperti ramah menyapa, senyum dan bahasa lisan yang halus.
Tujuannya adalah agar suasana konseling memberikan keberanian dan
kepercayaan diri klien untuk menyampaikan isi hati dan bahkan rahasia
batinnya kepada konselor.
Dalam menciptakan rapport, terdapat kesulitan tersendiri, baik itu
dialami oleh konselor maupun klien berikut beberapa kendalanya,
Kendala-kendala yang dialami konselor adalah, sebagai berikut:
a. Konselor kurang mampu menstabilkan emosinya, dilihat dari latar
belakangnya yang juga bermasalah.
b. Konselor yang terikat dengan sistem nilai.
c. Konselor kurang memahami atau menguasai teori dan teknik
konseling.
8
c. Klien berpengalaman konseling.
Menurut Brammer (1979:51) pada prinsipnya proses konseling itu terdiri atas
dua fase dasar yakni: Fase membina hubungan konseling, dan memperlancar
tindakan positif.
9
d. Genuine, yaitu konselor apa adanya dalam bersikap, jujur, sesuai dengan
dirinya sendiri.
e. Empati, yaitu konselor dapat merasakan apa yang dirasakan oleh klien.
Secara garis besar, tahapan konseling dapat dibagi atas 3 bagian, yaitu;
10
E. Pendekatan Konseling Keluarga
11
3. Pendekatan Struktural
Minuchin (1974) beranggapan bahwa masalah keluarga sering
terjadi karena struktur kaluarga dan pola transaksi yang dibangunn tidak
tepat. Seringkali dalam membangun struktur dan transaksi ini batas-batas
antara subsistem dari sistem keluarga itu tidak jelas.
Mengubah struktur dalam keluarga berarti menyusun kembali
keutuhan dan menyembuhkan perpecahan antara dan seputar anggota
keluarga. Oleh karena itu, jika dijumpai keluarga itu dengan memperbaiki
transaksi dan pola hubungan yang baru yang lebih sesuai.
F. Peran Konselor
12
Kasus: Berdasarkan pengkajian yang kami dapatkan di desa sukamulyo terdapat
seorang remaja yang sedang mengalami masa-masa jatuh cinta sebut saja rini,rini
remaja berumur 17 tahun yang sedang di mabuk asmara, seiring berjalannya
waktu tanpa disadari oleh dirinya mengalami perubahan drastic sehingga ibunya
merasa khawatir dengan perubahannya, di rumah rini dan ibunya sering
bertengkar/ sering mengalami cekcok ,ke khawatiran terhadap purtinya sebagai
orang tua karna putrinya sering keluar malam, berpakaian yang tidak seperti
biasanya,jarang berkomunikasi dengan orang tuanya,rini suka bersuara tinggi
ketika di tanyya oleh kedua orang tuanya, hal ini terjadi semenjak rini berpacaran
dengan doni, ibunya sudah bebrapa kali menegurnya sehingga stiap saat di pulang
kerumah selalu saja pembicaraan itu di tandai dengan rasa emosi dan nada tinggi,
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
15