Professional Documents
Culture Documents
PENGERTIAN
TB paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru paru dan disebabkan
oleh mycobacterium tuberculosis (soemantri, 2009). Sementara itu, junaidi (2010) menyebutkan
tuberculosis TB sebagai suatu infeksi akibat mycobacterium yang dapat menyerang berbagai organ
terutama paru paru dengan gejala yang sangat berfariasi.
Tuberculosis (TB) merupakan penyakit infeksi bakteri menahun yang disebabkan oleh
Mycobakterium tuberculosis, suatu basil tahan asam yang ditularkan melalui udara (Asih, 2004).
Penyakit ini ditandai den pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi. Komplikasi.
Penyakit TB paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi seperti:
pleuritis, efusi pleura, empiema, laryngitis dan TB usus.
B. ETIOLOGI
1. Tuberkulosis Primer
Tuberkulosis adalah infeksi bakteri TB dari penderita yang belum mempunyai reaksi
spesifik terhadap bakteri TB. Bila bakteri TB terhirup dari udara melalui saluran pernafassan dan
mencapai alveoli atau bagian terminal saluran pernafasan, maka bakteri akan ditangkap dan
dihancurkan oleh makrofag yang berada di alvoli. Jika pada proses ini bakteri ditangkap oleh
makrofag yang lemah, maka bakteri akan berkembang biak dalam tubuh makrofag yang lemah itu
dan menghancurkan makrofag. Dari proses ini dihasilkan kemotaksis yang menarik monosit
(makrofag) dari aliran darah dan membentuk tuberkel. Sebelum menghancurkan bakteri,makrofag
harus diaktifkan terlebih dahulu oleh limfokin yang dihasilkan oleh limfosit T.
Tidak semua makrofag ada granula TB mempunyai fungsi yang sama. Ada makrofag yang
berfungsi sebagai pembunuh, mencerna bakteri, dan merangsang limfosit. Beberapa makrofag
menghasilkan protease elastase, kolagenase, serta faktor-faktor penstimulasi koloni untuk
merangsang produksi monosit dan granulosit pada sumsum tulang.bakteri TB menyebar ke saluran
pernafasan melalui getah bening regional (bylus) dan membentuk epitiolit granuloma. Granuloma
mengalami nekrosis central sebagai akibatt dari timbulnya hipersensivitas seluler ( delayed
hipersensivity0 terhadap bakteri TB. Hal ini terjadi sekitar 2 sampai 4 minggu dan akan terlihat
pada tes tuberkulin. Hipersensitifitas seluler terlihat sebagai akumulasi lokal dari limfosit dan
makrofag.
Bakteri TB yang berada dalam alveoli akan membentuk fokus lokal( fokus ghon), sedangkan
fokus inisial bersama sam dengan limfa di nopati bertempat di hylus ( komplek primer ranks) dan
disebut juga TB primer. Fokus primer paru biasanya bersifat unilateral dengan sub pleura terletak
di atas atau bawah sifura interlobaris, atau di bagian basal dari lobus inferior. Bakteri ini menyebar
lebih lanjut melalalui saluran limfe atau aliran darah, dan tersangkut pada berbagai organ. Jadi TB
primer merupakan infeksi yang bersifat sistematis.
2. Tuberkulosis sekunder
Telah terjadi resolusi dari infeksi primer sejumlah kecil bakteri TB masih dapat hidup dalam
keadaan dorman di jaringan parut. Sebanyak 90% diantaranya tidak mengalami kekambuhan.
Reaktifasi penyakit TB ( TB pasca primer atau TB sekunder) terjadi bila daya tahan tubuh
menurun, pecandu alkohol akut, silikosis, dan pada pederita diabetes melitus serta aids.
Berbeda dengan TB primer, pada TB sekunder, kelenjar limfe regional dan organ lainnya
jarang terkena, lesi lebih terbatas, dan terlokalisir. Reaksi imunologis terjadi dengan adanya
pembentukan granuloma, mirip dengan yang terjadi pada TB primer. Tetapi, nekrosis jaringan
lebih mencolok dan menghasilkan lesi kaseosa( perkejuan) yang luas dan disebut
tuborkulema.Plotease yang dikeluarkan oleh makrofag aktif akan menyebabkan pelunakan bahan
kaseosar.Secara umum,dapat dikatakan bahwa terbentuknya kafisatas dan manifestasi lainnya dari
TB sekunder adalah akibat dari reaksi nekrotik yang dikenal hipersensitivitas.
TB paru pasca primer dapat disebabkan oleh infeksi lanjutan dari sumber eksogen,terutama pada
usia tua dengan riwayat masa muda pernah terinfeksi bakteri TB.Biasanya,hal ini terjadi pada
daerah artikel atau segmen postarior lobus superior 10-20mm dari pleura dan segmen apikel lobus
interior.Hal ini mungkin disebabkan kadar oksigen yang tinggi,sehingga menguntungkan untuk
pertumbuhan penyakit TB.
Lesi sekunder berkaitan dengan kerusakan paru yang disebabkan oleh produksi sitokin yang
berlebihan.Kavitas kemudian dilputi oleh jaringan fibrotik yang tebal dan berisi pembuluh darah
vulmobnal.Kavitas yang kronis diliputi oleh jaringan fibrotik yang tebal.Maslah lainnya
padakavitas kronis adalah kolonisasi jamur,seperti aspergilus yang menumbuhkan micotema.
1. Kasus baru
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT
kurang dari satu bulan (4 minggu).
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan
telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA positif
(apusan atau kultur).
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA positif.
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada
bulan kelima atau lebih selama pengobatan.
5. Kasus Pindahan (Transfer In)
Adalah pasien yang dipindahkan dari Unit Pelayanan Kesehatan yang memiliki register TB lain
untuk melanjutkan pengobatannya.
6. Kasus lain:
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas. Dalam kelompok ini termasuk
Kasus Kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai
pengobatan ulangan
D. PATOFISIOLOGI
Basil tuberkel yang mencapai alveolus dan di inhalasi biasanya terdiri atas satu sampai tiga
gumpalan. Basil yang lebih besar cenderung bertahan di saluran hidung dan cabang besra
bronkhus, sehingga tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus, kuman
akan mulai mengakibatkan peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak memfagosit bakteri di
tempat ini, namun tidak membunuh organisme tersebut.
Sesudah hari pertama, maka leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan
mengalami konsolidasi dan timbul gejala pnemonomia akut. Pnemonomia selurer ini dapat
sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggal atau proses dapat berjalan terus
dan bakteri terus di fagosit atau berkembang biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah
bening menuju getah bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang
dan sebagian bersatu, sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh fosit.
Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 10 sampai 20 jam.
1. Demam
Biasanya subfebris menyerupai demam influenza dan kadang-kadang panas badan dapat
mencapai 40 – 41 0C serangan demam dapat sembuh kembali begitulah seterusnya hilang
timbulnya demam influenza ini, sehingga klien merasa tidak terbebas dari serangan demam
influenza. Dan keadaan ini sangat dipengaruhi daya tahan tubuh penderita dan berat ringannya
infeksi kuman tuberculosis yang masuk.
2. Batuk
Gejala ini banyak ditemukan. Biasanya batuk ini terjadi kurang lebih selama tiga bulan
berturut-turut dan tak kunjung sembuh. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus, batuk ini
diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar karena terlibatnya bronkus pada setiap
penyakit tidak sama. Mungkin saja bentuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan
paru yakni setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan bermula. Sifat batuk
dimulai dari batuk kering (non produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif
(menghasilkan sputum) keadaan berlanjut adalah batuk darah (hemoptoe) karena terdapat
pembuluh daran yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada tuberculosis terjadi pada kavitasi, tapi
juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.
Pada penyakit yang ringan (baru timbul) belum dirasakan sesak nafas, sesak nafas akan
ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana infiltrasinya sudah setengah bagian paru-paru.
3. Nyeri dada
Gejala ini agak jarang ditemukan nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke
pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
4. Malaise
Penyakit tuberculosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering ditemukan
berupa anoreksia (tidak ada nafsu makan). Badan semakin kurus (berat badan turun), sakit kepala,
meriang, nyeri otot, keringat malam dan lain-lain. Gejala malaise ini makin lama makin berat dan
terjadi hilang timbul secara tidak teratur.
F. PENATALAKSANAAN
a. Pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang bergaul erat dengan penderita TB
paru BTA positif
b. Mass chest x-rayyaitu pemeriksaan massa terhadap kelompok-kelompok populasi tertentu,
misalnya karyawan rumah sakitatau puskesmas atau balai pengobatan penghuni rumah tahanan
dan siswa siswi pesantren.
c. Vaksinasi BCG reaksi positif terjadi jika setelah mendapat vaksinasi BCG langsung terdapat reaksi
lokal yang besar dalam waktu kurang dari 7 hari setelah penyuntikan.
d. Kemoprokfilaksis yaitu dengan menggunakan INH 5 Mg/KgBB selama 6 sampai 12 bulan dengan
tujuan menghancurkan atau mengurangi populasi yang masih sedikit.
e. Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tentang penyakit tuberculosis pada masyarakat setempat
ditingkat puskesmas maupun rumah sakit oleh petugas pemerintah atau petugas LSM.
Tujuan pengobatan pada penderita TB paru, selain untuk mengobati, juga untuk mencegah
kematian, kekambuhan, resistensi kuman terhadap OAT, setra memutuskan mata rantai penularan.
3. Penemuan penderita
1. Isoniazid ( INH) sebagai bakterisidial terhadap basil yang tumbuh aktiv. Obat ini diberikan selama
18-24 bulan dan dengan dosis 10 sampai 20 mg/kg berat badan per hari melalui oral.
2. Kombinasi antara NH, rivamticin dan pyrasinamic yang diberikan selama 6 bulan.
c. Pembedahan dilakukan jika kemoterapi tidak berhasil. Tindakan ini dilakukan dengan
mengangkat jaringan parut yang rusak.
d. Pencegahan dilakukan dengan menghindari kontak langsung dengan orang yang terinfeksi basil
TB serta mempertahyankan asupan nutrisi yang memadai. Pemberian imunisasi BCG juga
diperlukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi basil TB virolen.
G. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Anamnesis
a. Keluhan Utama
Gejala umum seperti lemah dan demam. Keluhan pasien dapatdibagi menjadi dua golongan,
yaitu keluhan respiratoris dan keluhan sistemis.
a) Keluhan Respiratoris
Ø Batuk
Keluhan batuk timbul paling awal dan merupakan gangguan yang paling sering
dikeluhkan.Perawat harus menanyakan apakah keluhan batuk bersifat nonproduktif,produktif
ataukah sputum bercampur darah.
Ø Batuk Darah
Keluhan batuk darah pada pasien TB paru selalu menjadi alasan utama untuk meminta
pertolongan kesehatan.Hal ini disebabkan rasa takut pasien pada darah yang keluar dari jalan
napas.Perawat harus menanyakan seberapa banyak darah yang keluar (apakah hanya berupa blood
streak/berupa garis atau bercak-bercak darah).
Ø Sesak Napas
Keluhan ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah meluas atau karena ada hal-hal
lain yang memperberat kondisi paru-paru pasien.
Ø Nyeri dada
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleyritik ringan. Gejala ini timbl karena sistem
saraf di pleura terkena TB.
b) Keluhan Sistemis
· Demam
Keluhan yang sering dijumpai dan biasanya timbul pada sore atau malam hari pada penderita
TB ini mirip dengan gejala demam influenza.Gejalanya hilang timbul dan semakin lama semakin
panjang serangannya,sementara masa bebas serangan makin pendek.
Keluhan yang biasa timbul ialah keluar keringan dimalam hari,anoreksia,penurunan berat
badan dan tidak enak badan (malaise).Timbulnya keluhan biasanya bersifat gradual atau muncul
secara tahap dalam beberapa minggu atau bulan.Akan tetapi penampilan akut dengan bauk panas
dan sesak napas (walaupun jarang) dapat juga timbul menyerupai gejala pneumonia.
Batuk pada TB yang paling sering dikeluhkan mula-mula nonproduktif (tanpa dahak)
kemudian berdahak bahkan bercampur darah bila sudah terjadi kerusakan jaringan. Batuk akan
timbul apabila proses penyakit telah meloibatkan bronkus dimana terjadi iritasi bronkus. Akibat
adanya peradangan pada bronkus,batuk akan menjadi produktif (berdahak), yang berguna untuk
membuang produk ekskresi peradangan dengan sputum (dahak) yang bersifat mukoid atau
purulen.
Pasien TB paru juga sering menderita batuk darah. Adanya batuk darah ini sering kali
menimbulkan kecemasan pada diri pasien karena batuk darah sering dianggap sebagai suatu tanda
dari beratnya penyakit yang diidapnya.
Mengkaji apakah sebelumnya pasien apakah pernah menderita TB, waktu kecil mengalami
keluhan batuk dalam waktu lama ,tuberkulosis dari orang lain pembesaran getah bening,dan
penyakit lain yang dapat memperberat TB paru (diabetes militus).tenyakan pula mengenai obat-
obat yang biasa diminum oleh pasien di masa lalu yang masih relevan.Obat-obat ini meliputi OAT
dan atitisif. Catat adanya efek samping yang timbul di masa lalu
Secara patologi TB paru tidak di turunkan tetapi perawat perlu menanyakan apakah penyakit
ini pernah di alami oleh anggota keluarga lainnya sebagai faktor predis posisi penularan di dalam
rumah .
e. Pemerikasaan fisik
Keadaan umum pasien TB paru dapat dilihat secara selintas dengan menilai keadaan fisik tiap
bagian tubuh, dengan kesadaran apakan composmetis, apatis, somnolen, soporokoma, atau.hal
tersebut penting untuk dilakukan karena kondisi vital ini mensyaratkan kecepatan dan ketepatan
penilaian.
Biasanya hasil pemerikasaan Ttv dari pasien TB menunjukkan adanya peningkatan suhu tubuh
secara signifikan,frekuensi nafas meningkat apabila disertai sesak nafas,denyut nadi biasanya
meningkat seirama peningkatan suhu tubuh dan frekuensi pernafasan serta tekanan darah biasanya
sesuai dengan adanya penyakit penyulit seperti hipertensi
TB paru merupaka penyakit yang pada umumnya menyerang masyarat miskin. Pasien TB
paru kebanyakan berpendidikan rendah, akibatnya mereka tidak menyadari bahwa penyembuhan
penyakit dan menjaga kesehatan merupakan hal yang penting . pendidikan yang redah sring
menyebabkan seseorang tidak dapat meningkatkan kemampuannya untuk mencapai taraf hidup
yang baik. padahal, taraf hidup yang baik amat dibutuhkan untuk penjagaan kesehatan secara
umum dan dalam menghadapi infeksi.
a. Aktifitas/istirahat
Ø Gejala:
5) Mimpi buruk
Ø Tanda :
b. Integritas ego
Ø Gejala:
4) Biasa terjadi di bangsa amerika asli/imigran dari amerika tengah dan suku indian
Ø Tanda:
c. Makanan/cairan
Ø Gejala:
Ø Tanda:
d. Nyeri/kenyamanan
Ø Tanda:
e. Perrnafasan
Ø Gejala:
2) Nafas pendek
Ø Tanda:
5) Penebalan pleura
7) Aspek paru selama inspirasi cepat,namum setelah batuk biasanya pendek(krekels postusik)
8) Karakteristik sputum (yang berwarna hijau/purulen dan mukoid,kadang kuning dan disertai
dengan bercak darah)
f. Keamanan
Ø Gejala: adanya kondisi tekanan pada sistem ini contoh (aids,kanker,tes HIV yang hasilnya positif)
g. Interaksi sosial
Ø Gejala: Perasaan isolasi atau penolakan karena penyakit menular.perubahan pola biasa dalam
kapasitas fisik untuk melaksanakan peran.
h. Penyuluhan/pembelajaran
Ø Gejala:
1) Riwayat keluarga TB
Ø Pertimbangan :
DRG menunjukkan bahwa rata-rata lama pasien dirawat di rumah sakit sekitar 6,6 hari
Ø Rencana pemulangan:
Pasien dengan TB paru dalam terapi obat dan bantuan perawatan diri serta pemeliharaan rumah.
K.H. :
a. Mempertahankan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih dan jelas.
b. Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas misalnya batuk efektif dan
mengeluarkan sekret.
Intervensi :
b. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas tambahan misal : mengi, krekels, ronki.
c. Catat adanya derajat dispnea misal : keluhan gelisah, ansietas, distres pernapasan, penggunaan
otot bantu.
d. Pertahankan polusi lingkungan minimum, misal : debu, asap, dan bulu bantal yang berhubungan
dengan kondisi individu.
h. Tingkatkan pemasukan cairan 300 ml / hari sesuai toleransi jantung, misal : memberi air hangat.
K.H. :
1. Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang
normal dan bebas gejala distres pernapasan.
Intervensi :
b. Kaji frekuensi kedalaman pernapasan dan catat penggunaan otot aksesori, napas bibir,
ketidakmampuan bicara atau berbincang.
f. Tingggikan kepala, bantu untuk memiliki posisi yang mudah untuk bernapas.
i. Beri oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil GDA dan toleransi pasien.
K.H. :
a. Menunjukkan pola napas efektif dengan frekuensi dan kedalaman napas dalam rentan normal dan
paru jelas atau bersih.
f. Auskultasi bunyi napas catat adanya bunyi napas abnormal (krekels, mengi atau gesekan pleural).
g. Dorong atau bantu pasien untuk napas dalam dan batuk efektif.
K.H. :
a. Menunjukkan peningkatan berat badan secara bertahap.
b. Menunjukkan perilaku atau perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan
berat badan yang tepat.
ervensi :
a. Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini dan catat derajat kesulitan makan.
e. Berikan makan dalam porsi kecil tapi sering dengan tinggi protein dan karbohidrat.
i. Konsultasi ahli gizi untuk mendapatkan informasi mengenai nutrisi yang sesuai.
j. Pemeriksaan laboratorium, misal : albumin serum, profil asam amino, keseimbangan nitrogen,
glukosa dan elektrolit.
k. Beri vitamin, mineral atau elektrolitt sesuai indikasi.
K.H. :
ensi :
c. Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi.
K.H. :
b. Kaji tindakan kontrol infeksi sementara, misal : masker atau isolasi pernapasan.
c. Kaji pentingnya mengikuti dan kultur ulang secara periodik terhadap sputum untuk lamanya
terapi.
g. Anjurkan pasien untuk batuk atau bersin dengan ditutup tisu dan meludah pada tempat khusus.
i. Tekankan pentingnya tidak menghentikan terapi obat utama : Isoniazid (INH), Etambutol
(Myambutol), Nyampin (RMP / Rifadin).
K.H. :
Intervensi :
1. Gunakan kerangka kerja untuk memonitor rasa nyeri dalam rentang kualitas, intensitas, durasi,
dan ukuran kenyamanan.
Intervensi :
5. Timbang berat badan pasien dengan timbangan dan pakaian yang sama.
7. Berikan makanan selagi hangat dalam porsi kecil tapi sering, haluskan lebih mudah ditoleransi.
K.H. :
Intervensi :
3. Bantu atau ajarkan teknik mempermudah tidur (minum air hangat, pijat punggung, relaksasi).
4. Bantu menetapkan pola aktivitas fisik yang teratur : kurangi aktivitas yang merangsang sebelum
tidur.
5. Berikan lingkungan yang mempermudah tidur : kurangi pencahayaan, tutup pintu kamar,
pertahankan ketenangan dan privasi.
K.H. :
Intervensi :
K.H. :
3. Mengidentifikasi kekuatan diri dan dorongan yang diterima melalui dukungan perawat.
4. Membuat keputusan dan menjalaninya melalui tindakan sesuai untuk mengubah situasi yang
mengancam.
Intervensi :
Tuberculosis merupakan penyakit infeksi bakteri menahun pada paru yang disebabkan oleh
Mycobakterium tuberculosis, yaitu bakteri tahan asam yang ditularkan melalui udara yang ditandai
dengan pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi.
TB paru disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis yang merupakan batang aerobic tahan
asam yang tumbuh lambat dan sensitif terhadap panas dan sinar UV. Bakteri yang jarang sebagai
penyebab, tetapi pernah terjadi adalah M. Bovis dan M. Avium.
Doengoes, M.., Rencana Asuhan Keperawatan. edisi 3. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Smeltzer and Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Irman Soemantri. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Pada Sistem
Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
Mohammad Ardiyansyah. 2012. Medikal Bedah untuk Mahasiswa. Jogjakarta: DIVA Press