Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
1.1. Karateristik dan Kegunaan Karet (Hevea brasilliensis)
1.2. Prospek dan Peluang Pasar Komoditi Karet(Hevea brasilliensis)
1.3. Potensi Pasar Karet (Hevea brasilliensis) Bagi Dunia
1.4. Kendala Dalam Bisnis Karet (Hevea brasilliensis
BAB II
ISI
Jumlah konsumsi karet dunia meningkat dan lebih tinggi dari produksi yang ada. Dengan
begitu Indonesia akan mempunyai peluang untuk menjadi produsen terbesar dunia dikarenakan
Negara‐negara pesaing utama seperti Thailand dan Malaysia semakin kekurangan lahan dan sulit
mendapatkan tenaga kerja yang murah sehingga ini bisa menjadi keunggulan komparatif dan
kompetitif Indonesia supaya menjadi lebih baik untuk peningkatan industri karet.
Melihat dari kacamata kebutuhan akan produksi karet‚ beberapa industri tertentu
memiliki ketergantungan yang besar terhadap pasokan karet alam‚ misalnya industri ban yang
merupakan pemakai terbesar karet alam. Beberapa jenis ban seperti radial‚ walaupun dalam
pembuatannya dicampur dengan karet sintetis‚ tetapi jumlah karet alam yang digunakan tetap
besar yaitu dua kali komponen karet sintetis. Jadi kebutuhan akan karet alam sangatlah besar.
Tetapi unsur persaingan industri karet alam menunjukkan intensitas persaingan yang
dikategorikan tinggi . Hal ini menunjukkan bahwa industri karet alam memiliki daya tarik
industri dan potensi laba yang sangat besar. Daya tarik yang besar ini ditunjukkan oleh tingginya
peningkatan pertumbuhan rata-rata industri.
Seiring dengan keinginan manusia menggunakan barang yang bersifat tahan dari pecah
dan elastis maka kebutuhan akan karet saat ini akan terus berkembang dan meningkat sejalan
dengan pertumbuhan industri otomotif, kebutuhan rumah sakit, alat kesehatan dan keperluan
rumah tangga dan sebagainya. Diperkirakan untuk masa yang akan datang kebutuhan akan karet
akan terus meningkat. Tentu hal ini akan menjadi peluang yang baik bagi Indonesia mengekspor
karet dan hasil olahan industri karet yang ada di Indonesia ke negara‐negara lainnya.
Dengan memperhatikan adanya peningkatan permintaan akan bahan karet alami di
negara‐negara industri terhadap komoditi karet dimasa yang akan datang, maka upaya untuk
meningkatkan persediaan akan karet alami dan industri produksi karet merupakan langkah yang
bagus untuk dilaksanakan. Guna mendukung hal ini semua, perlu diperhatikan perkembangan
perkebunan karet, industri hilir guna memberi nilai tambah dari hasil industri hulu.
Jumlah konsumsi karet (Hevea brasilliensis) dunia meningkat dan lebih tinggi dari
produksi yang ada. Dengan begitu Indonesia akan mempunyai peluang untuk menjadi produsen
terbesar dunia dikarenakan Negara‐negara pesaing utama seperti Thailand dan Malaysia semakin
kekurangan lahan dan sulit mendapatkan tenaga kerja yang murah sehingga ini bisa menjadi
keunggulan komparatif dan kompetitif Indonesia supaya menjadi lebih baik untuk peningkatan
industri karet.
Dengan meningkatnya kebutuhan akan karet alam dari negara‐negara industri, ini
mempengaruhi ekspor karet Indonesia ke negara‐negara lainnya. Kebanyakan adalah Negara
produsen mobil. Peningkatan juga terjadi karena adanya pengalihan karet sistetis akibat naiknya
harga minyak dunia.
PENUTUP
Kesimpulan
Melihat perkembangan baik dari segi konsumsi maupun produksi karet dunia, dalam
tahun‐tahun mendatang dipastikan masih akan terus meningkat. Indonesia merupakan penghasil
karet (Hevea brasilliensis) sekaligus sebagai salah satu basis manufaktur karet dunia.
Tersedianya lahan yang luas memberikan peluang untuk menghasilkan karet alami yang lebih
besar lagi dengan menambah areal perkebunan karet. Tetapi lebih utama dari itu, produksi karet
alam bisa ditingkatkan dengan meningkatkan teknologi pengolahan karet untuk meningkatkan
efisiensi, dengan demikian output (latex) yang dihasilkan dari input (getah) bisa lebih banyak
dan menghasilkan material sisa yang semakin sedikit.
Meskipun pasar karet alam lebih sedikit dibanding dengan pasar karet sintetik, namun
produksi maupun konsumsi karet alam masih cukup besar. Salah satu kelebihan dari karet
alamantara lain dilihat dari segi kestabilan harganya yang tidak terpengaruh secara langsung oleh
harga minyak dunia. Tidak demikian halnya dengan harga karet sintetik yang terkena dampak
langsung oleh kenaikan harga minyak dunia yang terjadi belakangan ini.
Pada tahun 2005 perdagangan karet Indonesia mengalami surplus sebesar US $ 2,9 juta
dimana nilai ekspor lebih besar dibanding nilai impor. Potensi surplus ini masih bisa naik lagi
mengingat kebutuhan karet dunia yang terus meningkat, ditambah lagi apabila didukung
pengurangan volume impor karet dengan tercukupinya kebutuhan karet dalam negeri.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, C., 2001. Manajemen dan Teknologi Budidaya Karet. Pusat Penelitian Karet. Medan.
Anwar, C. 2006. Manajemen Dan Teknologi Budidaya Karet. Pusat Penelitian Karet Sei Putih. http://
www.ipard.com/ art_ perkebun/ MANAJEMEN %20 DAN%20 TEKNOLOGI%20
BUDIDAYA%20 KARET. pdf [06 Juni 2010].
Anwar, C., 2006. Perkembangan Pasar dan Prospek Agribisnis Karet di Indonesia. Pusat Penelitian Karet.
Medan.
Aidi dan Daslin. 1995. Pengelolaan Bahan Tanam Karet. Pusat Penelitian Karet. Balai Penelitian Sembawa.
Palembang.
Apriyantono, A, Dr. Ir. MS. 2007. Prospek Dan Arah Pengembangan Agribisnis Karet Edisi Kedua. Badan
Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Dan Agro Inovasi. Jakarta. http://
www.litbang.deptan.go.id/ special/ publikasi/doc_perkebunan/karet/ karet-bagian-a.pdf [08 Juni
2010].
Basuki, Ir, Dr. dan Tjasadihardja, A. Ir. Dr. M.S. 1995. Warta Pusat Penelitian Karet. Volume 14 Nomor 2 (89-
101) Juni 1995 Asosiasi Penelitian Dan Pengembangan Perkebunan Indonesia. CV. Monora.
Medan, hlm 91-92.
BPS. 2011. Karet Menurut Provinsi Di Seluruh Indonesia. Buku Statistik Perkebunan 2009-2011 Direktorat
Jendral Perkebunan. http://www. deptan.go.id/ infoeksekutif/bun/ EIS-bun2010 /karet. html [19
Januari 2012]
Deptan., 2006. Basis Data Statistik Pertanian (http://www.database.deptan.go.id/). Diakses tanggal 5 Mei 2009.
Gaspersz, V., 2001. Metode Analisis untuk Peningkatan Kualitas. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Marsono dan Sigit, P. 2005. Karet. Strategi Pemasaran Budidaya Dan Pengolahan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Maryadi. 2005. Manajemen Agrobisnis Karet. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Nugraheni, I., 2007. Analisis Kualitas Kontrol Produksi Karet dengan Grafik Pengendali Rata-Rata X dan
Grafik Pengendali Range R. Skripsi. FMIPA. Universitas Negeri Semarang.
Purwanto, E. 2001. Berbagai Klon Karet Pilihan Untuk Sistem Wanatani. International Centre For Research In
Agroforestry at website www. icraf.cgiar. org/sea. http://www.worldagroforestry. org/SEA
/Publications /files/leaflet/ LE0005-4.PDF [03 April 2008].
Setiawan, D. H. Ir dan Andoko, A. Drs. 2000. Petunjuk Lengkap Budidaya Karet. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Sianturi, H. S. D. 2001. Budidaya Tanaman Karet. Universitas Sumatera Utara Press. Medan.
Sihotang, M. 2011. Produksi Karet Alam. http:// www.bisnis-sumatra. com/index. php/2011/04 /produksi-karet-
alam-diduga-meningkat/ [09 Januari 2012].
Tim Penulis PS., 1999. Karet Strategi Pemasaran Tahun 2000 Budidaya dan Pengolahan. Penebar Swadaya,
Jakarta.