You are on page 1of 7

Peraturan Tentang Air Tanah

A. Isu
Salah satu anak perusahaan Adaro Energy Group bergerak dibidang Pembangkit
Listrik Tenaga Uap (Independent Power Plan) yaitu PT PT Tanjung Power Indonesia berada di
Provinsi Kalimantan Selatan memerlukan air permukaan dan air tanah untuk kegiatan
operasionalnya. Untuk itu diperlukan peraturan perundang-undangan yang mengatur
mengenai Air Permukaan dan Air Tanah agar PT Tanjung Power Indonesia dapat bertindak
sesuai dengan peraturan di Indonesia terutama dalam memperoleh izin penggunaan air dan
pembayaran pajak daerah.

B. Regulasi
Peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan air permukaan dan air tanah untuk
kebutuhan power plan Adaro Energy adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
3. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air
4. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah
5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai
6. Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 2011 tentang Penetapan Cekungan Air Tanah
7. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 5 Tahun 2011 tentang Pajak
Daerah Provinsi Kalimantan Selatan
8. Peraturan Daerah Kabupaten Balangan Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pajak Air
Tanah*1
9. Peraturan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Tengah Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pajak
Air Tanah*

C. Analisis
a. Pengertian Air Tanah
Air Tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di
bawah permukaan tanah. Pengelolaan air tanah di dasarkan pada cekungan air
tanah. (Pasal 1 angka 4 UU No 7/2004)
Pengelolaan air tanah didasarkan pada cekungan air tanah (Pasal 12 ayat (2)
UU No 7/2004).

b. Izin Penggunaan Air Tanah


Berikut adalah hierarki dalam pemberian izin penggunaan air:
a. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
Dalam UU No 7/2004 belum diatur secara khusus mengenai
perbedaan pemberian izin bagi air permukaan dan air tanah. Pemberian izin
penggunaan air masih diklasifikasikan secara umum yaitu diberikan izin
memperoleh Hak Guna Air.2
1
*Kami baru menemukan dua Perda Kabupaten di Kalimantan Selatan yang membahas mengenai
pajak air tanah.

2
Hak Guna Air adalah hak untuk memperoleh dan memakai atau mengusahakan air untuk berbagai
keperluan (Pasal 1 Angka 13 UU No 7/2004). Hak Guna Pakai Air adalah hak untuk memperoleh dan memakai
air (Pasal 1 Angka 14 UU No 7/2004). Hak Guna Usaha Air adalah hak untuk memperoleh dan mengusahkan air
(Pasal 1 Angka 15 UU No 7/2004).
Hak Guna Pakai Air (Pasal 8 UU No 7/2004)
Hak Guna Usaha Air (Pasal 9 UU No 7/2004)

Pengembangan sumber daya air yang dimaksud dalam


pendayagunaan air pada wilayah sungan ditujukan untuk peningkatan
kemanfaatan fungsi SDA guna memenuhi kebutuhan ketenagan etc. (Pasal
34 UU No 7/2004). Pengembangan SDA meliputi Air Permukaan pada sungai,
danau, rawa, dan sumber air permukaan lainnya, air tanah, etc (Pasal 35 UU
No 7/2004).
Dasar pemberian izin penggunaan air tanah diatur dalam pasal 37
UU No 37/2004 serta pengembangan sumber daya air untuk keperluan
ketenagaan diatur dalam pasal 43 UU No 7/2004.

Pengusahaan sumber daya air selain sebagaimana dimaksud pada


ayat (2) dapat dilakukan oleh perseorangan, badan usaha, atau kerja sama
antar badan usaha berdasarkan izin pengusahaan dari Pemerintah atau
pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya. (Pasal 45 ayat (3) UU No
7/2004)3
Pengusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat berbentuk:
(Pasal 45 ayat (4) UU No 7/2004).
a) penggunaan air pada suatu lokasi tertentu sesuai persyaratan yang
ditentukan dalam perizinan;
b) pemanfaatan wadah air pada suatu lokasi tertentu sesuai persyaratan yang
ditentukan dalam perizinan; dan/atau
c) pemanfaatan daya air pada suatu lokasi tertentu sesuai persyaratan yang
ditentukan dalam perizinan.
Pemerintah atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya,
mengatur dan menetapkan alokasi air pada sumber air untuk pengusahaan
sumber daya air oleh badan usaha atau perseorangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 45 ayat (3). (Pasal 46 ayat (1) UU 7/2004).
Alokasi air untuk pengusahaan sumber daya air sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus didasarkan pada rencana alokasi air yang
ditetapkan dalam rencana pengelolaan sumber daya air wilayah sungai
bersangkutan. (Pasal 46 ayat (2) UU 7/2004)
Alokasi air untuk pengusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dalam izin pengusahaan sumber daya air dari Pemerintah atau
pemerintah daerah. (Pasal 46 ayat (3) UU 7/2004)
Dalam hal rencana pengelolaan sumber daya air belum ditetapkan,
izin pengusahaan sumber daya air pada wilayah sungai ditetapkan
berdasarkan alokasi air sementara. (Pasal 46 ayat (4) UU 7/2004)

b. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Air


Dalam PP No 42/2008 diatur mengenai pemberian izin bagi
penggunaan sumber daya air oleh perorarangan, kelompok masyarakat

3
pemakai air, badan sosial, atau badan usaha didasarkan pada hak guna air.
(Pasal 75).
Diatur juga perizinan dalam pengelolaan sumber daya air yang
diperlukan untuk kegiatan (Pasal 95):
a. Pelaksanaan Konstruksi pada sumber air (Pasal 96-100)
b. Penggunaan sumber daya air untuk tujuan tertentu (Pasal 101-
104)
c. Modifikasi Cuaca (Ps 105)

c. Peraturan Pemerintah Nomor 43/2008 tentang Air Tanah


Cara Mendapatkan Izin Penggunaan Air Tanah

Untuk memperoleh izin pemakaian air tanah atau izin pengusahaan


air tanah pemohon wajib mengajukan permohonan secara tertulis kepada
bupati/walikota dengan tembusan kepada Menteri dan gubernur.
Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilampiri informasi:
a) peruntukan dan kebutuhan air tanah;
b) rencana pelaksanaan pengeboran atau penggalian air tanah; dan
c) upaya pengelolaan lingkungan (UKL) atau upaya pemantauan
lingkungan (UPL) atau analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal)
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Untuk memperoleh izin pemakaian air tanah atau izin pengusahaan
air tanah, pemohon dikenakan retribusi perizinan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangan-undangan. (Pasal 67 PP No 43/2008).

Izin pemakaian air tanah atau izin pengusahaan air tanah diterbitkan
oleh bupati/walikota dengan ketentuan:
a) pada setiap cekungan air tanah lintas provinsi dan lintas negara
setelah memperoleh rekomendasi teknis yang berisi persetujuan
dari Menteri;
b) pada setiap cekungan air tanah lintas kabupaten/kota setelah
memperoleh rekomendasi teknis yang berisi persetujuan dari
gubernur; atau
c) pada setiap cekungan air tanah dalam wilayah kabupaten/kota
setelah memperoleh rekomendasi teknis yang berisi persetujuan
dari dinas kabupaten/kota yang membidangi air tanah.
Menteri, gubernur atau dinas yang membidangi air tanah wajib
memberikan rekomendasi teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang
berisi persetujuan atau penolakan pemberian izin berdasarkan zona
konservasi air tanah.
Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memuat paling
sedikit nama dan alamat pemohon, titik lokasi rencana pengeboran atau
penggalian, debit pemakaian atau pengusahaan air tanah, dan ketentuan
hak dan kewajiban.
Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tembusannya wajib
disampaikan kepada Menteri dan gubernur.
(Pasal 68 PP No 43/2008).

Rekomendasi teknis untuk penerbitan izin pemakaian air tanah atau


izin pengusahaan air tanah berisi: (Penjelasan Pasal 68 PP No 43/2008).
1. lokasi dan kedalaman pengeboran atau penggalian air tanah,
2. jenis dan kedalaman akuifer yang disadap,
3. debit pengambilan air tanah,
4. kualitas air tanah,
5. peruntukan penggunaan air tanah.

Untuk kegiatan pengambilan air tanah dalam jumlah besar, yaitu


lebih dari 2 liter per detik, wajib melakukan eksplorasi air tanah terlebih
dahulu. Hasil eksplorasi air tanah digunakan sebagai dasar perencanaan:
(Pasal 70 PP 43/2008)
1. kedalaman pengeboran atau penggalian;
2. penempatan saringan pada pekerjaan konstruksi;
3. debit dan kualitas air tanah yang akan dimanfaatkan.
Kegiatan pengeboran eksploitasi air tanah tidak memerlukan izin bila
:
 Dilaksanakan oleh instansi pemerintah yang memiliki tugas dan
fungsi di bidang air tanah.
 Dilaksanakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokok
dalam jumlah pengambilan tertentu yang tidak didistribusikan
Pemegang izin pemakaian air tanah atau izin pengusahaan air
tanah hanya dapat melakukan pengeboran atau penggalian di lokasi yang
telah ditetapkan, dan hanya dapat dilakukan oleh instansi pemerintah,
perorangan atau badan usaha yang memenuhi kualifikasi dan klasifikasi
untuk melakukan pengeboran atau penggalian air tanah. (Pasal 71 PP
43/2008).

Jangka Waktu Izin Penggunaan Air Tanah


Izin pemakaian air tanah atau izin pengusahaan air tanah hanya
berlaku selama 3 tahun, namun izin tersebut dapat diperpanjang.
Perpanjangan izin hanya dapat diberikan oleh bupati/walikota, setelah
memperoleh rekomendasi teknis, dan selama air tanah masih tersedia dan
dapat diambil tanpa menyebabkan kerusakan kondisi dan lingkungan air
tanah. (Pasal 73 PP 43/2008).

Berakhirnya Izin Penggunaan Air Tanah


Izin pemakaian air tanah atau izin pengusahaan air tanah berakhir
karena:
 Habis masa berlakunya dan tidak diajukan perpanjangan;
 Izin dikembalikan;atau
 Izin dicabut.
Berakhirnya izin pemakaian air tanah atau izin pengusahaan air
tanah sebagaimana diatas tidak membebaskan kewajiban pemegang
izin untuk memenuhi kewajiban yang belum terpenuhi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (Pasal 79 PP
43/2008).

d. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai


Sungai merupakan salah satu yang termasuk dalam definisi Air
Permukaan. Pengembangan sungai dilakukan melalui pemanfaatan sungai
yaitu salah satunya termasuk untuk Pembangkit Tenaga Listrik (Pasal 30).
Setiap orang yang melakukan kegiatan pada ruang sungai wajib
memperoleh izin (Pasal 57). Izinberikut diberikan oleh Menteri, gubernur,
atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangnannya. (Pasal 58).
a. Izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat (2) huruf g diberikan
oleh instansi yangmenyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
transportasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,
setelah mendapat rekomendasi teknis dari pengelola sumber daya air.
b. Izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat (2) huruf h diberikan
oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai kewenangannya
dalam bentuk Izin Usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan pemanfaatan
aliran air dan pemanfaatan air setelah mendapat rekomendasi teknis
dari instansi yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
kehutanan kecuali untuk kawasan hutan yang pengelolaannya telah
dilimpahkan kepada badan usaha milik negara di bidang kehutanan.
c. Izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat (2) huruf i dan huruf j
diberikan oleh bupati/walikota sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, setelah mendapat rekomendasi teknis dar
pengelola sumber daya air.
d. Izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat (2) huruf k diberikan
oleh instansi yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
perikanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,
setelah mendapat rekomendasi teknis dari pengelola sumber daya air.

c. Hak dan Kewajiban Pemilik Izin Penggunaan Air Permukaan dan Air Tanah

1. Hak dan Kewajiban Pemilik Izin Penggunaan Air Permukaan


2. Hak dan Kewajiban Pemilik Izin Penggunaan Air Tanah
Hak setiap pemegang izin pemakaian air tanah atau izin pengusahaan air
tanah adalah untuk memperoleh hak guna pakai atau hak guna usaha air dari
pemanfaatan air tanah. (pasal 76 PP 43/2008).
Sedangkan kewajiban setiap pemegang izin pemakaian air tanah atau
pengusahaan air tanah (PP No.43/2008, Pasal 77):
a. Menyampaikan laporan hasil kegiatan pengeboran atau penggalian air
tanah serta debit pemakaian atau pengusahaan air tanah setiap bulan
kepada Pemerintah.
b. Memasang meteran air pada setiap sumur produksi dalam pemakaian
atau pengusahaan air tanah.
c. Membangun sumur resapan di lokasi yang ditentukan oleh
bupati/walikota.
d. Berperan serta dalam menyediakan sumur pantau air tanah, seperti
memberikan tempat untuk pembuatan sumur pantau di lokasi lahannya.
e. Melakukan upaya konservasi air tanah.
f. Melaporkan kepada bupati/walikota apabila dalam
pelaksanaan pengeboran, penggalian air tanah, serta pemakaian dan
pengusahaan air tanah ditemukan hal-hal yang dapat membahayakan
lingkungan.
g. Wajib memberikan air sekurang-kurangnya 10% dari batasan
debit pemakaian atau pengusahaan air tanah yang ditetapkan dalam
izin, untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari masyarakat di
sekitar lokasi pengusahaan air tanah.

3. Sanksi Terhadap Pelanggaran Pemegang Izin Penggunaan Air


1. UU No 7/2004
Dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling
banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) kepada: (Pasal 93).
a. setiap orang yang dengan sengaja melakukan pengusahaan sumber daya air
tanpa izin dari pihak yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45
ayat (3);
b. setiap orang yang dengan sengaja melakukan kegiatan pelaksanaan
konstruksi prasarana sumber daya air yang tidak didasarkan pada norma,
standar, pedoman, dan manual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat
(2);
c. setiap orang yang dengan sengaja melakukan kegiatan pelaksanaan
konstruksi pada sumber air tanpa memperoleh izin dari Pemerintah atau
pemerintah daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (3).

2. PP No 42 Tahun 2008

D. Kesimpulan
PT Tanjung Power Indonesia yang berada di Provinsi Kalimantan Selatan untuk
meminta izin penggunaan Air Permukaan mengacu pada Peraturan Pemerintah No
38/2011 dan Air Tanah mengacu pada Peraturan Pemerintah No 43 Tahun 2008.
Pada praktiknya setiap propinsi memiliki pengaturan tersendiri untuk mendapatkan
Izin Penggunaan Air Permukaan, namun kami belum dapat menemukan perda
Kalimantan Selatan yang mengatur mengenai hal tersebut.
Mengenai biaya yang dikenakan untuk penggunaan Izin Penggunaan Air Permukaan
dan Izin Penggunaan Air Tanah ada dua:
1. Pajak Daerah, untuk air permukaan diatur di Pajak Provinsi (Perda
Kalimantan Selatan No 5 Tahun 2011) dan air tanah diatur di Pajak
Kabupaten/Kota.
2. Biaya Pengelolaan. Setiap pengguna jasa pengelola air diwajibkan untuk
membayar biaya pengelolaan.

You might also like