You are on page 1of 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia telah memasuki era baru, yaitu era reformasi yang ditandai
dengan perubahan - perubahan yang sangat cepat diberbagai bidang, menuju
keadaan yang lebih baik. Dibidang kesehatan tuntutan reformasi total muncul
karena masih adanya ketimpangan hasil pembangunan kesehatan antar daerah
dan antar golongan, kurangnya kemandirian dalam pembangunan bangsa dan
derajat kesehatan masyarakat yang masih tertinggal dibandingkan dengan negara
tetangga. Berdasarkan pemahaman terhadap situasi dan adanya perubahan
pemahaman terhadap konsep sehat sakit, serta makin kayanya khasanah ilmu
pengetahuan dan informasi tentang determinan kesehatan bersifat multifaktoral,
telah mendorong pembangunan nasional kearah paradigma baru, yaitu paradigma
sehat.
Dalam rangka memasuki era globalisasi dan pasar bebas tersebut, terjadi
persaingan bebas diberbagai sektor usaha termasuk perumahsakitan. Teknologi
semakin canggih, tenaga keperawatan dengan kualitas setara internasional
semakin banyak, rumah sakit harus mengantisipasi hal tersebut , agar tetap dapat
memenuhi kebutuhan pengguna jasa dan mampu bersaing.

Pelayanan kamar bersalin dirumah sakit merupakan bagian yang tidak


dapat dipisahkan dari pelayanan kesehatan secara keseluruhan, bahkan sebagai
salah satu faktor penentu bagi mutu pelayanan dan citra rumah sakit dimata
masyarakat. Berdasar hal tersebutRumah Sakit Kartika Husada Setu,
berupaya untuk melakukan perubahan untuk meningkatkan mutu layanan salah
satunya adalah dengan menyusun pedoman pelayanan keperawatan. Pedoman ini
merupakan acuan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien agar
pelayanan yang diberikan dapat dipertanggung jawabkan dan dapat

1
dipertanggungjawabkan secara legal. Masyarakat pengguna jasa dapat
memperoleh pelayanan yang profesional sesuai standar profesi yang ditentukan.

B. Ruang Lingkup layanan


Pelayanan Kamar bersalin yang diselenggarakan di Rumah Sakit Kartika
Husada Setu adalah sesuai kebijakan direktur Nomor 01/SK-
DIR/RSIARK/IV-1/2015bahwa pelayanan kamar bersalin yang
diselenggarakan diperuntukkan untuk bayi baru lahir.

C. Batasan Operasional
1. Keperawatan adalah bantuan bagi umat manusia yang bertujuan
meningkatkan derajat kesehatan optimal.
2. Pelayanan keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional
sebagai bagian integral pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologi,
psikologi, sosial dan spiritual, secara komprehensif, ditujukan kepada
individu, keluarga dan masyarakat, sehat dan sakit mencakup seluruh
siklus hidup manusia.
3. Asuhan Keperawatan adalah merupakan proses atau rangkaian kegiatan
pada praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada pasien
diberbagai tatanan pelayanan kesehatan. Pelaksanaanya sesuai kaidah -
kaidah keperawatan, sebagai suatu profesi yang berdasarkan kiat dan ilmu
keperawatanbersifat humanistic, dan berdasar pada kebutuhan pasien
untuk mengatasi masalah yang dihadapi.
4. Perawatan bayi adalah proses perawatan pasien oleh tenaga kesehatan
professional, dimana bayi dirawat disuatu ruangan di rumah sakit.

D. Landasan Hukum
1. Undang - undang no 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan ( Lembaran
Negara Tahun 1992 Nomor 100. Tambahan Lembaran Negara Nomor
3495 ).

2
2. Undang - Undang No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

3. Undang - Undang NO 8 TH 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.


4. Peraturan Menteri Kesehatan NOMOR 1691/MENKES/PER/VIII/2011
tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit.

5. Kepmenkes RI NO.1239 TH 2001 tentang Registrasi dan Praktek

Keperawatan.

6. Peraturan Mentri Kesehatan (Permenkes) Nomor


1464/menkes/Per/IV/2007 tentang izin dan penyelenggaraan Praktik
Kebidanan.

7. Keputusan Direktur Rumah Sakit Kartika Husada Setu

Kasih .............................................tentang struktur Organisasi Rumah

Sakit Kartika Husada Setu.


8. Misi Rumah Sakit Kartika Husada Setu bersama dengan pasien
dan keluarga mencintai dan melindungi kehidupan melalui penyediaan
pelayanan kesehatan yang lebih baik yang mengutamakan kebaikan
kesehatan pasien kami dengan sentuhan kasih.

E. Kebijakan Umum

1. Pelayanan Yang Seragam

RS Kartika Husada Setu dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan


menerapkan prinsip non diskriminatif yaitu pelayanan yang seragam tanpa
membedakan status sosio-ekonomi, budaya, agama dan waktu pelayanan.

Asuhan pasien dan pengobatan diberikan oleh praktisi yang kompeten dan

memadai , tidak tergantung waktu tertentu.

Penentuan alokasi sumber daya untuk memenuhi kebutuhan pasien

3
didasarkan atas ketepatan mengenali kondisi pasien.

Tingkat asuhan yang diberikan kepada pasien, sama di seluruh rumah sakit.

Pasien dengan kebutuhan asuhan keperawatan yang sama menerima asuhan

keperawatan yang setingkat di seluruh rumah sakit.

2. Asuhan pasien meliputi Pelayanan kedokteran dan keperawatan yang diberikan


mengacu pada Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) SPM dan SPO
sesuai dengan perundang undangan yang berlaku.
3. Pelayanan kasus emergency diidentifikasi, dan dilakukan oleh tenaga medis yang
kompeten di Unit Gawat Darurat.
4. Asuhan pasien diberikan dengan mengintegrasikan dan mengkoordinasikan
asuhan
4.1. Proses asuhan pasien bersifat dinamis dan melibatkan banyak praktisi
4.2. pelayanan kesehatan dan dapat melibatkan berbagai unit kerja dan pelayanan.
4.3. Asuhan kepada pasien direncanakan dan ditulis di rekam medis.
4.4. Asuhan untuk setiap pasien direncanakan oleh dokter penanggung jawab
4.5. pelayanan (DPJP), perawat dan pemberi pelayanan kesehatan lain dalam
waktu 24
4.6. jam sesudah pasien masuk rawat inap.
4.7. Rencana asuhan pasien harus bersifat individu dan berdasarkan data
asesmen awal pasien.
4.8. Rencana asuhan dicatat dalam rekam medis dalam bentuk kemajuan terukur
4.9. pencapaian sasaran. majuan yang diantisipasi dicatat atau direvisi sesuai
kebutuhan, berdasarkan hasil asesmen ulang atas pasien oleh praktisi
pelayanan kesehatan.
4.10. Rencana asuhan untuk tiap pasien di review dan di verifikasi oleh DPJP
dengan mencatat kemajuannya.
4.11. Asuhan yang diberikan kepada setiap pasien dicatat dalam rekam medis

4
pasien oleh pemberi pelayanan.

5. Mereka yang diijinkan memberikan perintah/order menuliskan perintah ini

dalam rekam medis pasien di lokasi yang seragam;

 Perintah harus tertulis bila diperlukan dan mengikuti pedoman rekamme di


rumah sakit.
 Permintaan pemeriksaan diagnostic imaging dan laboratorium kllinis harus
disertai indikasi klinis atau rasional apabila memerlukan ekspertise.
 Hanya mereka yang diijinkan boleh menuliskan perintah, sesuai dengan
pedoman rekam medis rumah sakit.
 Perintah berada di lokasi tertentu yang seragam di rekam medis pasien.

6. Pasien dan keluarga diberitahu tentang hasil asuhan dan pengobatan termasuk

kejadian yang tidak diharapkan.

7. Penanganan dan pemberian darah dan produk darah rumah sakit Kartika Husada
Setu :

 Setiap penggunaan dan pemberian darah atau produk darah harus


berdasarkan atas permintaan dokter.
 Pemberian darah atau produk darah harus selalu memperhatikan
keselamatan pasien.
 Darah atau produk darah yang diberikan kepada pasien harus dijamin bebas
dari bibit penyakit yang dapat menimbulkan penyakit yang dapat
ditularkan melalui transfusi darah atau dari produk darah.
 Setiap darah atau produk darah yang akan digunakan harus selalu dilakukan
skrining ulang di RS Kartika Husada Setu. Skrining yang dilakukan terhadap
darah atau produk darah dari PMI meliputi pemeriksaan HbsAg, Anti HCV
dan anti HIV.
 Jika pasien atau keluarga menolak untuk dilakukan skrining ulang di RS
Kartika Husada Setu terhadap darah atau produk darah dari PMI, maka pasie
dan keluarga harus menandakan formulir penolakan pemeriksaan skrining
ulang.
 Sebelum melakukan pemberian darah atau produk darah (transfusi) pasien

5
harus melakukan serangkaian pemeriksaan kelayakan.
 Pada pelaksanaan pemberian darah atau produk darah harus dilakukan
secara aman dan meminimalkan risiko transfusi.
 Pemberian darah atau produk darah harus dicatat di dalam rekam medis.
8. Pelayanan pasien risiko tinggi dan penyediaan pelayanan risiko tinggi Pimpinan
bertanggung jawab untuk :

a. Kasus emergensi

i. Identifikasi pasien kasus emergency atau berisiko tinggi terjadinya kasus

emergency dilakukan oleh tenaga medis yang kompeten.

ii. Tenaga medis yang berugas ditempat dengan risiko terjadinya kasus

emergency tinggi agar dilakukan pelatihan.

b. Pemberian pelayanan resusitasi;

i. Resusitasi dapat dilakukan seluruh unit rumah sakit.


13. Mengarahkan asuhan pada pasien yang mendapat ke motherapi atau

therapy lain yang berisiko tinggi.

14. Pelayanan Instalasi :

a. Pelayanan Unit Gawat Darurat, Rawat Inap, Rawat Intensif, Laboratorium

dan Radiologi dilaksanakan dalam 24 jam. Pelayanan Rawat Jalan sesuai dengan

jadwal praktik dokter. Pelayanan Kamar Operasi dilaksanakan dalam jam kerja,

dan dilanjutkan dengan sistem on call.

b. Pelayanan harus selalu berorientasi pada mutu dan keselamatan pasien.

c. Seluruh staf RS harus bekerja sesuai dengan standar profesi,


pedoman atau panduan dan standar prosedur opersional yang berlaku, serta
sesuai dengan etika profesi, etika RS dan etiket RS yang berlaku.

d. Seluruh staf RS dalam melaksanakan pekerjaannya wajib selalu sesuai


dengan ketentuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K3),
termasuk dalam penggunaan alat pelindung diri (APD).

15. Skrining dan triase :

6
a. Skrining dilakukan pada kontak pertama untuk menetapkan apakah pasien

dapat dilayani oleh RS.

b. Skrining dilaksanakan melalui kriteria triase, visual atau pengamatan,

pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium klinik atau diagnostik imajing

sebelumnya.

c. Kebutuhan darurat, mendesak, atau segera diidentifikasi dengan proses

triase berbasis bukti untuk memprioritaskan pasien dengan kebutuhan

emergensi.

16.Transfer/ perpindahan di dalam rumah sakit :

a. Transfer dilaksanakan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.

b. Pasien yang ditransfer harus dilakukan stabilisasi terlebih dahulu sebelum

dipindahkan.

c. Rumah sakit melaksanakan proses untuk memberikan pelayanan asuhan

pasien yang berkelanjutan didalam rumah sakit dan koordinasi antar para tenaga

medis.

d. Bila ada indikasi, rumah sakit dapat membuat rencana kontinuitas

pelayanan yang diperlukan pasien sedini mungkin

17.Transfer keluar rumah sakit / rujukan :

a. Stabilisasi terlebih dahulu sebelum dirujuk.

b. Rujukan ke rumah sakit ditujukan kepada individu secara spesifik dan

badan dari mana pasien berasal.

c. Merujuk berdasarkan atas kondisi kesehatan dan kebutuhan akan pelayanan

berkelanjutan.

d. Rujukan menunjuk siapa yang bertanggung jawab selama proses rujukan

7
serta perbekalan dan peralatan apa yang dibutuhkan selama transportasi.

e. Proses rujukan menjelaskan situasi di mana rujukan tidak mungkin

dilaksanakan.

f. Kerjasama yang resmi atau tidak resmi dibuat dengan rumah sakit penerima

g. Proses rujukan didokumentasikan di dalam rekam medis pasien.

18.Penundaan pelayanan :

a. Memperhatikan kebutuhan klinis pasien pada waktu menunggu atau

penundaan untuk pelayanan diagnostik dan pengobatan.

b. Memberikan informasi apabila akan terjadi penundaan pelayanan atau

pengobatan.

c. Memberi informasi alasan penundaan atau menunggu dan memberikan

informasi tentang alternatif yang tersedia sesuai dengan keperluan klinik

mereka.

19. Pemulangan pasien :


a. DPJP yang bertanggung jawab atas pelayanan pasien tersebut, harus
menentukan kesiapan pasien untuk dipulangkan.
b. Keluarga pasien dilibatkan dalam perencanaan proses pemulangan yang terbaik
atau sesuai kebutuhan pasien.
c. Rencana pemulangan pasien meliputi kebutuhan pelayanan penunjang dan
kelanjutan pelayanan medis.
d. Identifikasi organisasi dan individu penyedia pelayanan kesehatan di
lingkungannya yang sangat berhubungan dengan pelayanan yang ada di rumah
sakit serta populasi pasien.

e. Resume pasien pulang dibuat oleh DPJP sebelumpasienpulang.

f. Resume berisi pula instruksi untuk tindak lanjut.


g. Salinan resume pasien pulang didokumentasikan dalam rekam medis.

h. Salinan resume pasien pulang diberikan kepada praktisi kesehatan perujuk.

8
20. Transportasi :
a. Transportasi milik rumah sakit, harus sesuai dengan hukum dan peraturan yang
berlaku berkenaan dengan pengoperasian, kondisi dan pemeliharaan.

b. Transportasi disediakan atau diatur sesuaidengan kebutuhan dan kondisi pasien.


c. Semua kendaraan yang dipergunakan untuk transportasi, baik kontrak maupun
milik rumah sakit, dilengkapi dengan peralatan yang memadai, perbekalan dan
medika mentosa sesuai dengan kebutuhan pasien yang dibawa.

21. Penolakan pelayanan dan pengobatan :


a. Memberitahukan hak pasien dan keluarga untuk menolak atau tidak melanjutkan
pengobatan.
b. Memberitahukan tentang konsekuensi, tanggung jawab berkaitan dengan
keputusan tersebut dan tersedianya alternatif pelayanan dan pengobatan.
c. Memberitahukan pasien dan keluarganya tentang Menghormati keinginan dan
pilihan pasien untuk menolak pelayanan resusitasi atau memberhentikan
pengobatan bantuan hidup dasar ( Do Not Resuscitate ).
d. Rumah sakit telah menetapkan posisinya pada saat pasien menolak pelayanan
resusitasi dan membatalkan atau mundur dari pengobatan bantuan hidup dasar.
e. Posisi rumah sakit sesuai dengan norma agama dan budaya masyarakat, serta
persyaratan hukum dan peraturan.

22. Pelayanan pasien tahap terminal :


a. Mendukung hak pasien untuk mendapatkan pelayanan yang penuh hormat dan
kasih sayang pada akhir kehidupannya.
b. Perhatian terhadap kenyamanan dan martabat pasien mengarahkan semua aspek
pelayanan pada tahap akhir kehidupan.
c. Semua staf harus menyadari kebutuhan unik pasien pada akhir kehidupannya
yaitu meliputi pengobatan terhadap gejala primer dan sekunder, manajemen
nyeri, respon terhadap aspek psikologis, sosial, emosional, agama dan budaya
pasien dan keluarganya serta keterlibatannya dalam keputusan pelayanan.

23. Asesmen pasien :


a. Semua pasien yang dilayani rumah sakit harus diidentifikasi kebutuhan
pelayanannya melalui suatu proses asesmen yang baku.
b. Asesmen awal setiap pasien meliputi evaluasi faktor fisik, psikologis, sosial dan

9
ekonomi, termasuk pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan.
c. Hanya mereka yang kompeten sesuai perizinan, undang-undang dan peraturan
yang berlaku dan sertifikasi dapat melakukan asesmen.
d. Asesmen awal medis dilaksanakan dalam 24 jam pertama sejak rawat inap atau
lebih dini/cepat sesuai kondisi pasien atau kebijakan rumah sakit.
e. Asesmen awal keperawatan dilaksanakan dalam 24 jam pertama sejak rawat
inap atau lebih cepat sesuai kondisi pasien atau kebijakan rumah sakit.
f. Asesmen awal medis yang dilakukan sebelum pasien di rawat inap, atau sebelum
tindakan pada rawat jalan di rumah sakit, tidak boleh lebih dari 30 hari, atau
riwayat medis telah diperbaharui dan pemeriksaan fisik telah diulangi.
g. Untuk asesmen kurang dari 30 hari, setiap perubahan kondisi pasien yang
signifikan, sejak asesmen dicatat dalam rekam medis pasien pada saat masuk
rawat inap.
h. Asesmen awal termasuk menentukan kebutuhan rencana pemulangan pasien

(discharge).
i. Semua pasien dilakukan asesmen ulang pada interval tertentu atas dasar kondisi
dan pengobatan untuk menetapkan respons terhadap pengobatan dan untuk
merencanakan pengobatan atau untuk pemulangan pasien.

j. Data dan informasi asesmenpasiendianalisis dan diintegrasikan.

24. Manajemen nutrisi :

a. Pasien di skrining untuk status gizi.

b. Respon pasien terhadap terapi gizi dimonitor.


c. Makanan disiapkan dan disimpan dengan cara mengurangi risiko kontaminasi
dan pembusukan.

d. Produk nutrisi enteral disimpan sesuai rekomendasi pabrik.

e. Distribusi makanan secara tepat waktu, dan memenuhi permintaan khusus.

25. Manajemen nyeri:

a. Semua pasien rawat inap dan rawat jalan di skrining untuk rasa sakit dan
dilakukan asesmen apabila ada rasa nyerinya.
b. Pasien dibantu dalam pengelolaan rasa nyeri secara efektif.

10
c. Menyediakan pengelolaan nyeri sesuai pedoman dan protokol.
d. Komunikasi dengan dan mendidik pasien dan keluarga tentang pengelolaan
nyeri dan gejala dalam konteks pribadi, budaya dan kepercayaan agama
masing- masing.

25.Resiko jatuh :
a. Penerapan asesmen awal risiko pasien jatuh dan melakukan asesmen ulang
terhadap pasien bila diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau pengobatan.
b. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi mereka yang
pada hasil asesmen dianggap berisiko.
c. Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik tentang keberhasilan pengurangan
cedera akibat jatuh maupun dampak yang berkaitan secara tidak disengaja.

26.Komunikasi efektif :
a. Perintah lisan dan yang melalui telepon ataupun hasil pemeriksaan dituliskan
secara lengkap oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan tersebut.
b. Perintah lisan dan melalui telepon atau hasil pemeriksaan secara lengkap
dibacakan kembali oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan tersebut.
c. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh individu yang memberi
perintah atau hasil pemeriksaan tersebut.

F. Kebijakan Khusus
1) Unit kebidanan/maternity dan rawat gabung bayi sehat dan atau bayi
dengan komplikasi ringan :
a) Melayani pasien ibu antenatal dan post partum yang bermasalah tetapi tidak
membutuhkan pengawasan ketat.
b) Merawat bayi baru lahir yang tidak membutuhkan pengawasan dan
penanganan ketat.
c) Merawat bayi baru lahir dengan komplikasi ringan seperti : bayi dengan
trauma lahir karena tindakan persalinan.

d) Melaksanakan penyuluhan “SAYANG IBU” dan “SAYANG BAYI”.

e) Melaksanakan kunjungan rumah untuk ibu risiko tinggi yang tidak kontrol.

f) Mengirim pasien bayi yang membutuhkan pengawasan ketat ke unit perinatal

11
risiko tinggi tingkat II atau sesuai indikasi dan prosedur.
g) Mengirim pasien ibu antenatal dan post partum yang membutuhkan
pengawasan ketat ke unit pelayanan intensif (ICU atau HCU) sesuai indikasi
dan prosedur.

2) Unit perawatan perinatologi (tingkat II)


a) Merawat bayi-bayi dengan BB > 1200 gram tetapi tidak memerlukan alat
bantu nafas.

b) Merawat bayi yang membutuhkan infus sebagai asupan kalorinya.

c) Merawat bayi yang minumnya masih menggunakan sonde.

d) Merawat bayi dengan gangguan nafas ringan.


e) Merawat bayi Hiperbilirubinemia yang masih diperkirakan suatu hal yang
patologis.
f) Setiap bayi yang dirawat di unit perawatan perinatologi yang kondisinya
memburuk dapat dipindahkan ke NICU (Tingkat III).
g) Setiap bayi yang dirawat di unit perawatan perinatologi yang kondisinya
sudah baik, tidak dipindahkan ke tingkat I rawat gabung, karena unit tersebut
diperuntukkan utnuk bayi sehat, tetapi dapat pulang langsung.

12
BAB II

STANDAR KETENAGAAN FASILITAS

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

Untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan layanan kesehatan,


bentuk strategi yang dikembangkan adalah dengan senantiasa meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan yang tentunya dengan selalu meningkatkan dan
mengembangkan kualitas sumber daya manusia sesuai dengan kompetensi yang
dibutuhkan. Standar kompetensi adalah perumusan tentang kemampuan yang
harus dimiliki oleh seseorang untuk melakukan suatu tugas yang berdasarkan
pengetahuan, ketrampilan, dan sikap kerja sesuai dengan unjuk kerja yang
dipersyaratkan. Diharapkan dengan adanya standart tersebut dapat menjadi acuan
dalam menempatkan tenaga keperawatan di ruangan - ruangan sesuai dengan
pola ketenagaan yang sudah distandartkan. Sesuai dengan konsep tersebut
bererapa ruangan dapat dikelompokkan sbb :

a. Kualifikasi Kepala Ruangan


1. Pendidikan minimal D3 keperawatan / D3 Kebidanan pengalaman kerja
> 3 tahun.
2. Mempunyai jiwa kepemimpinan.
3. Mempunyai kemampuan manajemen asuhan keperawatan.
4. Mampu melakukan BHD / BLS.
5. Mampu mengoperasionalkan komputer.
6. Mampu melakukan komunikasi terapeutik dan asertif.

b. Untuk Koordinator :

1. Pendidikan D3 kebidanan, pengalaman kerja > 3 tahun.


2. Pendidikan S1 kebidanan, pengalaman kerja > 1 tahun.
3. Mempunyai jiwa kepemimpinan.

13
4. Mempunyai kemampuan manajemen asuhan kebidanan patologis.
5. Mampu melakukan bimbingan penanganan kegawatdaruratan
maternal dan neonatal.
6. Mampu mengoperasionalkan computer.

b. Kualifikasi Pelaksana:

1. Pendidikan D3 keperawatan, pengalaman kerja 1 s/d 3 tahun.


2. Pendidikan S1 keperawatan, pengalaman kerja 6 bulan s/d 1 tahun.
3. Mempunyai kemampuan manajemen asuhan keperawatan.
4. Mengenal dan mampu melakukan BHD/BLS.
5. Mampu mengoperasionalkan komputer.
6. Mampu melakukan komunikasi terapeutik dan asertif.

c. Untuk Tenaga Kebidanan :

1. Pendidikan D3 kebidanan, pengalaman kerja 1 s/d 3 tahun.


2. Pendidikan S1 kebidanan, pengalaman kerja 6 bulan s/d 1 tahun.
3. Mempunyai kemampuan manajemen asuhan kebidanan normal.
4. Mengenal kegawatdaruratan maternal dan neonatal.
5. Mempunyai sertifikat manajemen laktasi, resusitasi neonatus dan
APN.

B. Distribusi Ketenagaan

Kebutuhan tenaga setiap ruangan dibuat berdasarkan rumus


perhitungan yang telah ditetapkan, sehingga tenaga perawat/ bidan dapat
didistribusikan sesuai dengan kebutuhan masing - masing ruangan. Guna
memberikan penyegaran kepada pegawai ( perawat / bidan ) untuk
mengurangi kejenuhan dalam memberikan pelayanan serta untuk pemerataan
jumlah tenaga sesuai dengan kompetensi dan kualifikasinya maka bidang
keperawatan juga menetapkan kebijakan adanya rotasi dan mutasi, dengan
ketentuan - ketentuan yang sudah ditetapkan oleh bidang keperawatan. (table
distribusi berdasarkan rumus).

14
BAB III

STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruangan

Terlampir

B. Standar Fasilitas Kamar Bersalin


NO Ruangan Fasilitas

1 Kamar Bersalin - Bed Gyn 2


- CTG
- O2 Sentral 3+O2 Tabung 1
Tensimeter 1
- Stetoscop dewasa 1
- Bed pasien 4

C. STANDAR FASILITAS NURSE STATION

NO Ruangan Fasilitas
2 Nurse Station - Meja Tulis
- Telepon
- Lemari Alkes
- ATK

15
BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Alur Pelayanan Ruang Bersalin Rumah Sakit Ibu Dan Anak

Karunia Kasih

a. Kamar Bersalin

ALUR PASIEN MASUK

Kamar Bersalin

POLI
IGD

Administrasi
&

Medical Service

Kamar Bersalin

16
BAB V

LOGISTIK

Rumah Sakit Ibu dan Anak Karunia Kasih mempunyai sistem amprah barang
logistik yang ada diruangan Kamar Bersalin, diawali dengan setiap unit kerja
melakukan amprahan kemudian divalidasi oleh atasan, adapun amprah barang
logistik di RS Kartika Husda Setu dilakukan seminggu 2 kali, sistem kontroling
dilakukan setiap hari di kartu stock unit rawat inap. Amprahan yg dilakukan sesuai
dengan standar kebutuhan barang logistik di masing-masing unit.

Adapun alur pengadaan barang logistik sebagai berikut :

1. Mengisi form
2. permintaan barang
3. Meminta persetujuan
4. Pengambilan barang di gudang
5. Pencatatan dibuku
6. pengambilan barang

17
BAB VI

KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Keselamatan pasien ( pasien safety ) rumah sakit adalah suatu sistim dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman, sistim tersebut meliputi :
assessment resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden
dan tindak lanjutnya serta implementasi. Solusi untuk meminimalkan timbulnya
resiko. Sistim tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cidera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan yang seharusnya
dilakukan.

B. Tujuan
a. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit Kartika husada
Setu.
b. Meningkatnya akuntabilitas Rumah Sakit Kartika Husada Setu terhadap
pasien dan masyarakat.
c. Menurunnya angka KNC dan KTD di Rumah Sakit Kartika Husada Setu.
i. • Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak
terjadi
pengulangan KNC dan KTD.
d. Tata laksana Keselamatan Pasien.
e. Ketepatan identifikasi pasien.
f. Peningkatan komunikasi yang efektif.
g. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai.
i. • Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien saat akan
dilakukan
pemeriksaan maupun tindakan.

18
h. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan.
i. Pengurangan resiko pasien jatuh.

C. Standar keselamatan pasien:

• Hak pasien

• Mendidik pasien dan keluarga

• Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan


• Pengunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien

• Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien

• Mendidik staf tentang keselamatan pasien

• Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

Adapun uraian lebih lanjut ada dalam Pedoman Keselamatan Pasien


Rumah Sakit Kartika Husda Setu tahun 2016.

19
BAB VII

KESELAMATAN KERJA

Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) di Rumah Sakit merupakan salah satu
perlindungan bagi tenaga kesehatan yang bertujuan untuk mencegah serta
mengurangi terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

A. Tujuan
Manajemen kesehatan dan keselamatan kerja di Rumah Sakit bertujuan agar
tercapai pelayanan dan produktifitas kerja yang optimal, dengan tujuan khusus
yaitu :

1. Memberikan perlindungan kepada sekuruh staf, pasien dan pengunjung.


2. Mencegah kecelakaan kerja, paparan bahan berbahaya, kebakaran dan
pencemaran lingkungan.
3. Mengamankan peralatan kerja, bahan baku dan menciptakan lingkungan
kerja aman.

B. Pengendalian K3 pada saat pemberian edukasi kepada pasien


dan keluarga
Petugas pemberi edukasi juga rentan tertular penyakit karena petugas
berhubungan langsung dengan pasien terutama saat pemberian pendidikan
kesehatan secara tatap muka. Oleh karena itu petugas perlu memperhatikan
upaya pencegahan infeksi tersebut antara lain :

1. Cuci Tangan sebelum dan sesudah memberikan pendidikan kesehatan.


2. Menggunakan alat pelindung diri terutama jika pasien atau keluarga pasien
yang diberikan edukasi memiliki penyakit menular seperti TBC.

3. Ventilasi dan pencahayaan yang baik di ruang edukasi.


4. Memberikan pendidikan tentang pencegahan infeksi seperti cara cuci tangan,
cara batuk efektif, pengelolaan sampah diruangan.

20
BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

Mutu adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk,


manusia atau tenaga kerja, proses dan tugas serta lingkungan yang memenuhi
atau melebihi harapan pelanggan atau konsumen.

Pengendalian mutu pelayanan ruangbayi di RS Kartika Husada Setu dilakukan secara

A. Internal

1) Review dokumen rekam medis

Yaitu kegiatan mengevaluasi pelaksanaan kelengkapan


pendokumentasian berkas rekam medis, untuk kegiatan ini berkoordinasi
dengan bagian rekam medis.

2) Audit keperawatan
Yaitu rangkaian pelaksanaan audit mutu pelayanan asuhan
keperawatan yang dilakukan secara berjenjang diawali dari kepala
ruangan, Ka.kep dan Manajer.

3) Program keselamatan pasien


Yaitu kegiatan pemantauan keselamatan pasien yang diprogramkan
berkoordinasi dengan unit K3RS.

4) Supervisi penilaian kinerja berjenjang


Yaitu pelaksanaan supervisi menilai kinerja staf yang dilakukan secara
berjenjang dimana staf pelaksana akan dinilai Koordinator, Koordinator
akan di supervise oleh KepalaKeperawatan dan seterusnya.

5) Pelaporan dan evaluasi kinerja unit setiap bulan


Yaitu upaya pengendalian dengan mengevaluasi unit dengan melihat
hasil pelaporan kinerja ruangan yang dilaporkan setiap akhir bulan.
21
6) Breefing Manajer, Ka.Keperawatan dan Koordinator
Yaitu kegiatan Komunikasi, informasi dan edukasi yang diselenggaran
rutin setiap minggu.

7) Evaluasi tingkat kepuasan pelanggan


Yaitu evaluasi terhadap kepuasan pelanggan terhadap pelayanan
asuhan keperawatan yang dilakukan oleh unit marketing.

8) Pemantauan Sasaran Mutu


Yaitu kegiatan pemantauan terhadap pencapaian sasaran mutu unit
yang telah ditatapkan.

9) Pelaksanaan Audit Mutu Internal


Yaitu pelaksanaan audit terhadap mutu layanan keperawatan yang
dilakukan oleh tim Audit Mutu Internal Rumah Sakit Ibu dan Anak
Karunia Kasihdilaksanakan 3 bulan sekali.

10) Surveilen PIRS


Pelaksanaan pemantauan terhadap pengendalian infeksi nosokomial
Rumah sakit yang pelaksanaannya ditanggung jawabi oleh unit PIRS.
11) Peningkatan kompetensi SDM
Upaya pengendalian Mutu pelayanan dengan peningkatan kompetensi
SDM baik dilaksanakan secara formal maupun informal.
12) Peningkatan standart fasilitas dengan standart depkes.
Merupakan factor pendukung terhadap peningkatan kualitas mutu
layanan Rumah Sakit adalah dengan pemenuhan kebutuhan sarana dan
prasarana sesuai standar yang telah ditetapkan.

13) Evaluasi pencapaian key performa indicator.

22
B. Eksternal

Pengendalian mutu pelayanan eksternal dilakukan melalui;


1. Akreditasi rumah sakit yang diselenggarakan oleh Komisi Akreditasi
Rumah Sakit ( KARS ) Departemen Kesehatan RI.

2. Internasional Standarization Organization.

23
BAB IX

PENUTUP

Demikianlah Pedoman Pelayanan ruang bersalin disusun yang dapat


dipergunakan sebagai pedoman dalam menjalankan tugas profesi dengan baik dan
benar sesuai ketentuan standar pelayanan kamar bersalin sehingga pelayanan
kesehatan prima dapat terwujud. Pedoman pelayanan kamar bersalin ini disusun
dengan asumsi bahwa semua dapat dikontrol dengan baik sehingga hasil optimal
yang ingin dicapai bisa dipenuhi. Akhirnya, semoga pedoman pelayanan ru a n g
bersalin ini dapat dipergunakan oleh manajemen RS Kartika Husada Setu dan
bermanfaat bagi peningkatan mutu layanan di bidang ruang bersalin.

24

You might also like