Professional Documents
Culture Documents
Judul Praktikum
Uji Urin
Antara sel-sel endotel kapiler dan podosid yang berlubang-lubang merupakan lapisan basalis.
Membran ini merupakan struktur struktur kontinyu yang memisahkan darah kapiler dari ruang
kapsular. Di samping se endotel dan podosid, kapiler glomerulus mempunyai sel mesangial. Sel
mesangial ini bersifat kontraktil dan memainkan peranan dalam regulasi filtrasi glumerulus, juga
mensekresi berbagai senyawa, mengambil kompleks imun dan terlibat dalam produksi penyakit
glomerulus, juga bekerja sebagai makrofag dan berperan membersihkan lamina basalis dari zat-
zat tertentu yang tertimbun dalam matrik selama filtrasi.
Tubulus kontortus proksimal manusia panjangnya + 15mm, dengan diameter 55µm. Dindingnya
dibentuk oleh selapis sel tunggal kuboid yang saling menjalin satu dengan yang lain dan
disatukan oleh tautan kedap apikal. Pada apeks sel yang menghadap ke lumen tubulus terdapat
banyak mikrovili yang panjangnya 1µm , bentukan ini dinamakan brush border (batas sikat)
yang berfungsi membantu absorpsi zat-zat (peptida, glukosa) yang keluar dari darah selama
filtrasi.
Tubulus proksimal berakhir dengan segmen tipis pars desenden lengkung henle yang mempunyai
epitel sel pipih yang tipis. Segmen tipis ini berakhir dalam segmen tebal pars asenden yang sel-
selnya berbentuk kuboid yang banyak mengandung mitokondria. Pars asenden tebal lengkung
henle mencapai glomerulus dan tubulus berdekatan dengan arteriol aferen dan eferen, dimana
dinding arteriol aferen mengandung sel jukstaglomerulus (penskresi renin). Pada titik ini epitel
tubulus dimodifikasi membentuk makula densa. Sel jukstaglomerulus, makula densa dan sel
lapis bergrandula bersama-sama dikenal sebagai aparatus jukstaglomerulus.
Tubulus kontortus distal, epitel kuboidnya lebih rendah daripada tubulus proksimal, mempunyai
mikrovili sedikit. Tubulus distal bersatu membentuk tubulus koligen yang berjalan melewati
korteks dan medula renalis yang akan bermuara di pelvis renalis pada apeks piramid medula.
C. Sifat-sifat urin
Urine memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1. Volume urin normal orang dewasa 600 – 2500 ml/hari, ini tergantung pada masukan air, suhu
luar, makanan dan keadaan mental/fisik individu. Produk akhir nitrogen dan kopi, teh, alkohol
menpunyai efek diuresis.
2. Berat jenis berkisar antara 1,003 – 1,030.
3. Reaksi urin biasanya asam dengan pH kurang dari 6 (bekisar 4,7-8). Bila masukan protein
tinggi, urin menjadi asam sebab fosfat dan sulfat berlebihan dari hasil katabolisme protein.
Keasaman meningkat pada asidosis dan demam. Urin menjadi alkali karena perubahan urea
menjadi amonia dan kehilangan CO2 di udara. Urin menjadi alkali pada alkaliosis seperti setelah
banyak muntah.
4. Warna urin normal adalah kuning pucat atau ambar. Pigmen utamanya urokrom, sedikit
urolobin dan hematopofirin. Pada keadaan demam, urin berwarna kuning tua atau kecoklatan,
pada penyakit hati pigmen empedu mewarnai urin menjadi hijau, coklat, atau kuning tua. Darah
(hemoglobin) memberi warna seperti asap sampai merah pada urin. Urin sangat asam
mengendapakan garam-garam asam urat dengan warna dadu.
5. Urin segar beraroma sesuai dengan zat-zat yang dimakan.
VIII. Pembahasan
Praktikum kali ini bertujuan untuk yang pertama menguji kadar pH, untuk mengetahui kadar pH
yang praktiker lakukan adalah memasukkan kertas indikator pH ke dalam urin sample, lalu
mengamati perubahan warnanya, setelah itu mencocokkan warnanya dengan standar pH. Dari
hasil praktikum, Urin A (berwarna bening) memiliki kadar pH lebih tinggi dari pada urin B
(berwarna kuning), berarti keasaman urin A lebih kecil dari pada urin B.
Tujuan praktikum yang kedua adalah untuk mengetahui kadar amonia, untuk mengetahui kadar
amonia yang praktiker lakukan adalah menyuruh beberapa siswa/i lain untuk mencium bau urin
sample yang telah dididihkan dalam tabung reaksi (agar bau amonia menguap). Dari hasil
praktikum, urin A memiliki kandungan amonia lebih tinggi dari pada urin B, berarti urin yang
berwarna lebih pekat memiliki kandungan amonia sedikit.
Tujuan praktikum yang ketiga adalah untuk mengetahui kadar glukosa, untuk mengetahui kadar
glukosa yang praktiker lakukan adalah menambahkan 5 tetes larutan benedict (larutan yang
digunakan untuk menguji kandungan glukosa, bila mengandung glukosa terbentuk endapan
merah bata) pada 2ml urine sample, setelah itu dididihkan dengan lampu bunsen, pemanasan
dilakukan untuk mempercepat reaksi. Dari hasil praktikum, urin A: tidak mengandung glukosa,
urin B: mengandung glukosa. Berarti, urin A lebih sehat daripada urin B, karena urin normal
tidak mengandung glukosa yang seharusnya sudah di-reabsorpsi di tubulus proksimal.
Tujuan praktikum yang ketiga adalah untuk mengetahui kadar protein, untuk mengetahui kadar
protein yang praktiker lakukan adalah menambahkan 5 tetes larutan biuret (larutan yang
digunakan untuk menguji kandungan protein, bila mengandung protein terbentuk cincin
berwarna ungu) pada 2ml urine sample. Dari hasil praktikum, baik urin A maupun B tidak
terbentuk cincin ungu, sehingga tidak mengandung protein.
X. Kesimpulan
Setelah mengadakan praktikum dan membahas hasil praktikum, maka dapat paraktiker
simpulkan:
a. Urine yang memiliki warna lebih pekat, memiliki tingkat keasaman yang lebih tinggi (pH <
urin yang kurang pekat)
b. Urin yang memiliki warna kurang pekat (bening), memiliki kandungan amonia lebih tinggi.
c. Urin yang memiliki warna lebih pekat, dan bau kurang begitu menyengat, masih memiliki
kemungkinan mengandung glukosa.
d. Urin yang normal dan sehat tidak mengandung protein.
DAFTAR PUSTAKA