You are on page 1of 9

I.

Judul Praktikum
Uji Urin

II. Tujuan Praktikum


Beberapa tujuan yang hendak dicapai dalam pelaksanaan praktikum ini adalah sebagai berikut:
- Mengetahui kadar pH pada urin
- Mengetahui kandungan amonia pada urin
- Mengatahui kandungan glukosa pada urin
- Mengetahui kandungan protein pada urin

III. Pelaksanaan Praktikum


Praktikum uji urin dilaksanakan pada hari Senin, 22 Februari 2010 pukul 11.45 WIB.

IV. Dasar Teori


A. Struktur Ginjal
Ginjal terdiri atas dua lapisan, yaitu lapisan luar (korteks) yang mengandung jutaan alat
penyaring (nefron). Setiap nefron terdiri atas badan malpighi (renal cospuscle), tubulus kontortus
proksimal, bagian tebal dan bagian tipis lengkung henle, tubulus kontortus distal.
Badan malpighi terdiri atas berkas kapiler yang disebut glumerulus yang dikelilingi kapsul
Bowman. Lembaran dalam yang menutupi kapiler glomerulus dinamakan lapisan viseral,
lembaran luar membentuk batas luar tebal malpighi disebut lapissan parietal kapsula Bowmann
yang dilapisi sel epitel pipih. Antara dua lapisan terdapat ruang kapsula yang menerima filtrat.
Setiap badan malpighi mempunyai kutub vaskuler tempat arteri aferen masuk dan arteri eferen
keluar meninggalkan glomerulus, dan kutub urinarius, tempat tubulus proksimalis dimulai.
Lapisan parietal yang berdinding selapis sel epitel pipih begitu sampai di kutub urinaria epitel
berubah menjadi epitel kubus. Lapisan viseral mengalami modivikasi selama perkembangan
embrional. Sel-sel lapisan internal dinamakan podosid, mempunyai badan sel dimana muncul
beberapa tonjolan primer. Setiap tonjolan primer mempunyai banyak tonjolan sekunder yang
menutupi kapiler glomerulus. Tonjolan sekunder ini saling bertautan, membatasi ruang yang
membentuk celah filtrasi.

Antara sel-sel endotel kapiler dan podosid yang berlubang-lubang merupakan lapisan basalis.
Membran ini merupakan struktur struktur kontinyu yang memisahkan darah kapiler dari ruang
kapsular. Di samping se endotel dan podosid, kapiler glomerulus mempunyai sel mesangial. Sel
mesangial ini bersifat kontraktil dan memainkan peranan dalam regulasi filtrasi glumerulus, juga
mensekresi berbagai senyawa, mengambil kompleks imun dan terlibat dalam produksi penyakit
glomerulus, juga bekerja sebagai makrofag dan berperan membersihkan lamina basalis dari zat-
zat tertentu yang tertimbun dalam matrik selama filtrasi.
Tubulus kontortus proksimal manusia panjangnya + 15mm, dengan diameter 55µm. Dindingnya
dibentuk oleh selapis sel tunggal kuboid yang saling menjalin satu dengan yang lain dan
disatukan oleh tautan kedap apikal. Pada apeks sel yang menghadap ke lumen tubulus terdapat
banyak mikrovili yang panjangnya 1µm , bentukan ini dinamakan brush border (batas sikat)
yang berfungsi membantu absorpsi zat-zat (peptida, glukosa) yang keluar dari darah selama
filtrasi.
Tubulus proksimal berakhir dengan segmen tipis pars desenden lengkung henle yang mempunyai
epitel sel pipih yang tipis. Segmen tipis ini berakhir dalam segmen tebal pars asenden yang sel-
selnya berbentuk kuboid yang banyak mengandung mitokondria. Pars asenden tebal lengkung
henle mencapai glomerulus dan tubulus berdekatan dengan arteriol aferen dan eferen, dimana
dinding arteriol aferen mengandung sel jukstaglomerulus (penskresi renin). Pada titik ini epitel
tubulus dimodifikasi membentuk makula densa. Sel jukstaglomerulus, makula densa dan sel
lapis bergrandula bersama-sama dikenal sebagai aparatus jukstaglomerulus.
Tubulus kontortus distal, epitel kuboidnya lebih rendah daripada tubulus proksimal, mempunyai
mikrovili sedikit. Tubulus distal bersatu membentuk tubulus koligen yang berjalan melewati
korteks dan medula renalis yang akan bermuara di pelvis renalis pada apeks piramid medula.

B. Proses pembentukan urin


1. Filtrasi (penyaringan)
Proses filtrasi terjadi di kapsul Bowman dan glomerulus. Dinding luar kapsul Bowman tersusun
dari satu lapis sel epitel pipih. Antara dinding luar dan dinding dalam terdapat ruang kapsul yang
berhubungan dengan lumen tubulus kontortus proksimal. Dinding dalam kapsul Bowman
tersusun dari sel-sel khusus (prodosit).
Proses filtrasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan hidrostatik (tekanan darah) dan tekanan
onkotik (tekanan osmotik plasma), dimulai ketika darah masuk ke glomerulus, tekanan darah
menjadi tinggi sehingga mendorong air dan komponen-komponen yang tidak dapat larut
melewati pori-pori endotelium kapiler, glomerulus, kemudian menuju membran dasar, dan
melewati lempeng filtrasi, lalu masuk ke dalam ruang kapsul Bowman.
2. Reabsorpsi (penyerapan)
Proses reabsorpsi terjadi di tubulus kontortus proksimal, lengkung henle, dan sebagian tubulus
kontortus distal.reabsorpsi dilakukan oleh sel-sel epitel di seluruh tubulus ginjal. Banyaknya zat
yang direabsorpsi tergantung kebutuhan tubuh saat itu. Zat-zat yang direabsorpsi adalah air,
glukosa, asam amino, ion-ion Na+, K+, Ca2+, Cl-, HCO3-, HbO42-, dan sebagian urea.
Reabsorpsi terjadi secara transpor aktif dan transpor pasif. Glukosa dan asam amino direabsorpsi
secara transpor aktif di tubulus proksimal. Reabsorpsi Na+, HCO3- dan H2O terjadi di tubulus
kontortus distal.
Proses reabsorpsi dimulai ketika urin primer (bersifat hipotonis dibanding plasma darah) masuk
ke tubulus kontortus proksimal. Kemudian terjadi reabsorpsi glukosa dan 67% ion Na+, selain
itu juga terjadi reabsorpsi air dan ion Cl- secara pasif. Bersamaan dengan itu, filtrat menuju
lengkung henle. Filtrat ini telah berkurang volumenya dan bersifat isotonis dibandingkan cairan
pada jaringan di sekitar tubulus kontortus proksimal. Pada lengkung henle terjadi sekresi aktif
ion Cl- ke jaringan di sekitarnya. Reabsorpsi dilanjutkan di tubulus kontortus distal. Pada tubulus
ini terjadi reabsopsi Na+ dan air di bawah kontrol ADH (hormon antidiuretik). Di samping
reabsorpsi, di tubulus ini juga terjadi sekresi H+, NH4+, urea, kreatinin, dan obat-obatan yang
ada pada urin.
Hasil reabsorpsi ini berupa urin skunder yang memiliki kandungan air, garam, urea dan pigmen
empedu yang berfungsi memberi warna dan bau pada urin.
3. Augmentasi (pengumpulan)
Urin sekunder dari tubulus distal akan turun menuju tubulus pengumpul. Pada tubulus
pengumpul ini masih terjadi penyerapan ion Na+, Cl-, dan urea sehingga terbentuklah urin
sesungguhnya. Dari tubulus pengumpul, urin dibawa ke pelvis renalis, urin mengalir melalui
ureter menuju vesika urinaria (kantong kemih) yang merupakan tempat penimpanan sementara
urin.

C. Sifat-sifat urin
Urine memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1. Volume urin normal orang dewasa 600 – 2500 ml/hari, ini tergantung pada masukan air, suhu
luar, makanan dan keadaan mental/fisik individu. Produk akhir nitrogen dan kopi, teh, alkohol
menpunyai efek diuresis.
2. Berat jenis berkisar antara 1,003 – 1,030.
3. Reaksi urin biasanya asam dengan pH kurang dari 6 (bekisar 4,7-8). Bila masukan protein
tinggi, urin menjadi asam sebab fosfat dan sulfat berlebihan dari hasil katabolisme protein.
Keasaman meningkat pada asidosis dan demam. Urin menjadi alkali karena perubahan urea
menjadi amonia dan kehilangan CO2 di udara. Urin menjadi alkali pada alkaliosis seperti setelah
banyak muntah.
4. Warna urin normal adalah kuning pucat atau ambar. Pigmen utamanya urokrom, sedikit
urolobin dan hematopofirin. Pada keadaan demam, urin berwarna kuning tua atau kecoklatan,
pada penyakit hati pigmen empedu mewarnai urin menjadi hijau, coklat, atau kuning tua. Darah
(hemoglobin) memberi warna seperti asap sampai merah pada urin. Urin sangat asam
mengendapakan garam-garam asam urat dengan warna dadu.
5. Urin segar beraroma sesuai dengan zat-zat yang dimakan.

D. Unsur-unsur dalam urin


1. Unsur-unsur normal dalam urin.
a. Urea (25-30 gram) merupakan hasil akhir dari metabolisme protein pada mamalia.
b. Amonia, pada keadaan normal terdapat sedikit dalam urin segar. Pada penderita diabetes
millitus, kandungan amonia dalam urinnya sangat tinggi.
c. Kreatinin dan kreatin (kreatinin : produk pemecahan kreatin), normalnya 20-26 mg/kg pada
laki-laki, dan 14-22 mg/kg pada perempuan.
d. Asam urat, adalah hasil akhir terpenting oksidasi purin dalam tubuh. Asam urat sangat sukar
larut dalam air, tetapi mengendap membentuk garam-garam yang larut dengan alkali.
Pengeluaran asam urat meningkat pada penderita leukimia, penyakit hati berat.
e. Asam amino: hanya sedikit dalam urin. Pada penderita penyakit hati yang lanjut karena
keracunan, maka jumlah asam amino yang diekskresikan meningkat.
f. Klorida (terutama NaCl), pengeluarannya tergantung dari masukan.
g. Sulfur, berasal dari protein yang mengandung sulfur pada makanan.
h. Fosfat di urin adalah gabungan dari natrium dan kalium fosfat, berasal dari makanan yang
mengandung protein berikatan denagn fosfat.
i. Oksalat dalam urin rendah. Pada penderita hiperoksaluria jumlah oksalat relatif tinggi.
j. Mineral: Na, Ca, K, Mg ada sedikit dalam urin.
k. Vitamin, hormon dan enzim dalam urin sedikit.
2. Unsur abnormal dalam urin.
Protein: Proteinuria (albuminuria) yaitu adanya albumin dan globulin dalam urin dengan
konsentrasi abnormal. Proteinuria fisiologis terdapat + 0.5% protein, ini dapat terjadi setelah
latihan berat, setelah makan banyak protein, atau sebagai akibat dari gangguan sementara pada
sirkulasi ginjal bila seseorang berdiri tegak. Kasus kehamilan disertai Proteinuria sebesar 30-
35%. Proteinuria patologis, disebabkan karena adanya kelainan dari organ ginjal karena sakit.
Misalnya nefrosklerosis suatu bentuk vaskuler penyakit ginjal, dihubungkan dengan hipertensi
arterial. Proteinuria pada penyakit ini meningkat dengan makin beratnya kerusakan ginjal.
Proteinuria dapat juga terjadi karena keracunan tubulus ginjal oleh logam-logam berat
(raksa(Hg), arsen(As), bimut(Bi)).
Glukosa: glukosuria tidak tetap dapat ditemukan setelah stress emosi (pertandingan atletik yang
menegangkan), 15% kasus glikosuria tidak karena diabetes. Galaktosuria dan laktosuria dapat
terjadi pada ibu selama kehamilan, laktasi maupun menyapih. Pentosuria terjadi sementara
sesudah makan makanan yang mengandung gula pentosa. Benda-benda keton dapat terjadi pada
saat kelaparan, diabetes, kehamilan, anestesia eter. Terdapat bilirubin, dan adanya kandungan
darah karena kerusakan pada ginjal.

E. Gangguan Pada Ginjal


Beberapa kelainan dan gangguan fungsi ginjal adalah sebagai berikut.
1. Nefritis
Nefritis : kerusakan pada glumerulus akibat alergi racun kuman, biasanya disebabkan oleh
bakteri Steptococcus. Nefritis mengakibatkan seseorang menderita Uremia dan oedema. Uremia:
masuknya kembali asam urin dan urea ke pembuluh darah. Oedema adalah penimbunan air di
kaki karena reabsorpsi air terganggu.
2. Batu ginjal
Batu ginjal terbentuk karena pengendapan garam kalsium di dalam rongga ginjal, saluran ginjal,
atau kantong kemih. Batu ginjal berbentuk kristal yang tidak larut. Kandungan batu ginjal adalah
kalsium oksalat, asam urat, dan kristal kalsium fosfat. Endapan garam ini terbentuk jika
seseorang terlalu banyak mengonsumsi garam mineral dan terlalu sedikit mengonsumsi air.
3. Albuminuria
Albuminuria adalah ditemukannya albumin pada urin. Adanya albumin dalam urin merupakan
indikasi adanya kerusakan pada membran kapsul endotelium. Selain itu dapat juga disebabkan
oleh iritasi sel-sel ginjal karena masuknya substansi seperti racun bakteri, eter, atau logam berat.
4. Glikosuria
Glikosuria adalah ditemukannya glukosa pada urin. Adanya glukosa dalam urin menunjukkan
adanya kerusakan pada tabung ginjal.
5. Hematuria
Hematuria adalah ditemukannya sel darah merah dalam urin. Hematuria disebabkan peradangan
pada organ urinaria atau iritasi akibat gesekan pada batu ginjal.
6. Ketosis
Ketosis adalah ditemukannya senyawa keton di dalam darah. Hal ini dapat terjadi pada orang
yang melakukan diet karbohidrat.
7. Diabetes Militus
Diabetes militus adalah penyakit yang disebabkan pankreas tidak menghasilkan atau hanya
menghasilkan sedikit insulin. Insulis : hormon yang mampu mengubah glukosa menjadi glikogen
sehingga mengurangi kadar gula dalam darah. Selain itu, Insulis juga membantu jaringan tubuh
menyerap glukosa sehingga dapat digunakan sebagai sumber energi. Diabetes militus juga dapat
terjadi jika sel-sel di hati, otot, dan lemak memiliki respons rendah terhadap insulin. Kadar
glukosa di urin penderita diabetes militus sangat tinggi. Ini menyebabkan sering buang air kecil,
cepat haus dan lapar, serta menimbulkan masalah pada metabolisme lemak dan protein.
8. Diabetes Insipidus
Diabetes Insipidus adalah penyakit yang menyebabkan penderita mengeluarkan urin terlalu
banyak. Penyebabnya adalah kekurangan hormon ADH (dihasilkan oleh kelenjar hipofisis
bagian belakang). Jika kekurangan ADH, jumlah urin dapat naik 20-30 kali lipat dari keadaan
normal.

V. Alat dan Bahan


o Alat
a. Tabung reaksi
b. Rak tabung reaksi
c. Kertas indikator pH universal
d. Penjepit tabung reaksi
e. Lampu bunsen
f. Korek api
o Bahan
a. Urin sample A dan B
b. Larutan biuret
c. Larutan Benedict

VI. Cara Kerja


Beberpa hal yang harus praktiker lakukan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Mengukur pH urin
a. Memasukkan Kertas indikator pH universal ke dalam urin sample A dan B.
b. Mengamati perubahan warnanya.
c. Mencocokkan warnanya dengan standar pH.
d. Berapakah pH-nya dan apa artinya.
2. Uji amonia
a. Memasukkan Masing-masing 1 ml urin sample A dan B ke dalam tabung reaksi.
b. Menjepitnya dengan penjepit tabung reaksi, lalu dipanaskan dengan pembakar spiritus.
c. Beberapa siswa/i mencium baunya (semakin menyengat baunya, semakin banyak kandungan
amonianya)
3. Uji glukosa
a. Memasukkan Masing-masing 2 ml urin ke dalam tabung reaksi.
b. Menambahkan 5 tetes larutan benedict pada setiap tabung.
c. Menjepitnya dengan penjepit, kemudian memanaskannya dengan Lampu bunsen
d. Mencatat perubahan warna yang terjadi.
4. Uji protein
a. Memasukkan Masing-masing 2 ml urin ke dalam tabung reaksi.
b. Menambahkan 5 tetes larutan biuret pada setiap tabung, dibiarkan selama + 5 menit.
c. Mengamati perubahan warna yang terjadi.

VII. Hasil Praktikum


1. Mengukur pH
No. Urin pH Kesimpulan
1A8●
2B6○
Keterangan:
○ : Asam
● : Basa
2. Uji amonia
No Urin Kandungan Amonia Keterangan 
1 A + + + Kuat
2 B + Lemah 
Keterangan:
+ : lemah
++ : sedang
+++ : kuat
3. Uji glukosa
No Urin Warna urin awal Warna urin setelah ditetesi benedict dan dipanaskan
1 A Bening Bening (-)
2 B Kuning Terbentuk endapan berwarna merah bata (+)
Keterangan:
+ : mengandung glukosa
- : tidak mengandung glukosa
4. Uji Protein
No Urin Warna urin awal Warna urin setelah ditetesi biuret 
1 A Bening Bening (-)
2 B Kuning Kuning (-)
Keterangan:
+ : mengandung protein
- : tidak mengandung protein

VIII. Pembahasan
Praktikum kali ini bertujuan untuk yang pertama menguji kadar pH, untuk mengetahui kadar pH
yang praktiker lakukan adalah memasukkan kertas indikator pH ke dalam urin sample, lalu
mengamati perubahan warnanya, setelah itu mencocokkan warnanya dengan standar pH. Dari
hasil praktikum, Urin A (berwarna bening) memiliki kadar pH lebih tinggi dari pada urin B
(berwarna kuning), berarti keasaman urin A lebih kecil dari pada urin B. 
Tujuan praktikum yang kedua adalah untuk mengetahui kadar amonia, untuk mengetahui kadar
amonia yang praktiker lakukan adalah menyuruh beberapa siswa/i lain untuk mencium bau urin
sample yang telah dididihkan dalam tabung reaksi (agar bau amonia menguap). Dari hasil
praktikum, urin A memiliki kandungan amonia lebih tinggi dari pada urin B, berarti urin yang
berwarna lebih pekat memiliki kandungan amonia sedikit.
Tujuan praktikum yang ketiga adalah untuk mengetahui kadar glukosa, untuk mengetahui kadar
glukosa yang praktiker lakukan adalah menambahkan 5 tetes larutan benedict (larutan yang
digunakan untuk menguji kandungan glukosa, bila mengandung glukosa terbentuk endapan
merah bata) pada 2ml urine sample, setelah itu dididihkan dengan lampu bunsen, pemanasan
dilakukan untuk mempercepat reaksi. Dari hasil praktikum, urin A: tidak mengandung glukosa,
urin B: mengandung glukosa. Berarti, urin A lebih sehat daripada urin B, karena urin normal
tidak mengandung glukosa yang seharusnya sudah di-reabsorpsi di tubulus proksimal.
Tujuan praktikum yang ketiga adalah untuk mengetahui kadar protein, untuk mengetahui kadar
protein yang praktiker lakukan adalah menambahkan 5 tetes larutan biuret (larutan yang
digunakan untuk menguji kandungan protein, bila mengandung protein terbentuk cincin
berwarna ungu) pada 2ml urine sample. Dari hasil praktikum, baik urin A maupun B tidak
terbentuk cincin ungu, sehingga tidak mengandung protein.

IX. Jawaban Pertanyaan


1. Beberapa kandungan urin manusia secara normal
a. Urea (25-30 gram) merupakan hasil akhir dari metabolisme protein pada mamalia.
b. Amonia, pada keadaan normal terdapat sedikit dalam urin segar. Pada penderita diabetes
millitus, kandungan amonia dalam urinnya sangat tinggi.
c. Kreatinin dan kreatin (kreatinin : produk pemecahan kreatin), normalnya 20-26 mg/kg pada
laki-laki, dan 14-22 mg/kg pada perempuan.
d. Asam urat, adalah hasil akhir terpenting oksidasi purin dalam tubuh. Asam urat sangat sukar
larut dalam air, tetapi mengendap membentuk garam-garam yang larut dengan alkali.
Pengeluaran asam urat meningkat pada penderita leukimia, penyakit hati berat.
e. Asam amino: hanya sedikit dalam urin. Pada penderita penyakit hati yang lanjut karena
keracunan, maka jumlah asam amino yang diekskresikan meningkat.
f. Klorida (terutama NaCl), pengeluarannya tergantung dari masukan.
g. Sulfur, berasal dari protein yang mengandung sulfur pada makanan.
h. Fosfat di urin adalah gabungan dari natrium dan kalium fosfat, berasal dari makanan yang
mengandung protein berikatan denagn fosfat.
i. Oksalat dalam urin rendah. Pada penderita hiperoksaluria jumlah oksalat relatif tinggi.
j. Mineral: Na, Ca, K, Mg ada sedikit dalam urin.
k. Vitamin, hormon dan enzim dalam urin sedikit.

2. Proses pembentukan urin


a. Filtrasi (penyaringan)
Proses filtrasi terjadi di kapsul Bowman dan glomerulus. Dinding luar kapsul Bowman tersusun
dari satu lapis sel epitel pipih. Antara dinding luar dan dinding dalam terdapat ruang kapsul yang
berhubungan dengan lumen tubulus kontortus proksimal. Dinding dalam kapsul Bowman
tersusun dari sel-sel khusus (prodosit).
Proses filtrasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan hidrostatik (tekanan darah) dan tekanan
onkotik (tekanan osmotik plasma), dimulai ketika darah masuk ke glomerulus, tekanan darah
menjadi tinggi sehingga mendorong air dan komponen-komponen yang tidak dapat larut
melewati pori-pori endotelium kapiler, glomerulus, kemudian menuju membran dasar, dan
melewati lempeng filtrasi, lalu masuk ke dalam ruang kapsul Bowman.
b. Reabsorpsi (penyerapan)
Proses reabsorpsi terjadi di tubulus kontortus proksimal, lengkung henle, dan sebagian tubulus
kontortus distal.reabsorpsi dilakukan oleh sel-sel epitel di seluruh tubulus ginjal. Banyaknya zat
yang direabsorpsi tergantung kebutuhan tubuh saat itu. Zat-zat yang direabsorpsi adalah air,
glukosa, asam amino, ion-ion Na+, K+, Ca2+, Cl-, HCO3-, HbO42-, dan sebagian urea.
Reabsorpsi terjadi secara transpor aktif dan transpor pasif. Glukosa dan asam amino direabsorpsi
secara transpor aktif di tubulus proksimal. Reabsorpsi Na+, HCO3- dan H2O terjadi di tubulus
kontortus distal.
Proses reabsorpsi dimulai ketika urin primer (bersifat hipotonis dibanding plasma darah) masuk
ke tubulus kontortus proksimal. Kemudian terjadi reabsorpsi glukosa dan 67% ion Na+, selain
itu juga terjadi reabsorpsi air dan ion Cl- secara pasif. Bersamaan dengan itu, filtrat menuju
lengkung henle. Filtrat ini telah berkurang volumenya dan bersifat isotonis dibandingkan cairan
pada jaringan di sekitar tubulus kontortus proksimal. Pada lengkung henle terjadi sekresi aktif
ion Cl- ke jaringan di sekitarnya. Reabsorpsi dilanjutkan di tubulus kontortus distal. Pada tubulus
ini terjadi reabsopsi Na+ dan air di bawah kontrol ADH (hormon antidiuretik). Di samping
reabsorpsi, di tubulus ini juga terjadi sekresi H+, NH4+, urea, kreatinin, dan obat-obatan yang
ada pada urin.
Hasil reabsorpsi ini berupa urin sekunder yang memiliki kandungan air, garam, urea dan pigmen
empedu yang berfungsi memberi warna dan bau pada urin.
c. Augmentasi (pengumpulan)
Urin sekunder dari tubulus distal akan turun menuju tubulus pengumpul. Pada tubulus
pengumpul ini masih terjadi penyerapan ion Na+, Cl-, dan urea sehingga terbentuklah urin
sesungguhnya. Dari tubulus pengumpul, urin dibawa ke pelvis renalis, urin mengalir melalui
ureter menuju vesika urinaria (kantong kemih) yang merupakan tempat penimpanan sementara
urin.
3. Beberapa Kelainan dan gangguan pada ginjal yang dapat diketahui lewat urin adalah sebagai
berikut.
- Albuminuria adalah ditemukannya albumin pada urin. Adanya albumin dalam urin merupakan
indikasi adanya kerusakan pada membran kapsul endotelium. Selain itu dapat juga disebabkan
oleh iritasi sel-sel ginjal karena masuknya substansi seperti racun bakteri, eter, atau logam berat.
- Glikosuria adalah ditemukannya glukosa pada urin. Adanya glukosa dalam urin menunjukkan
adanya kerusakan pada tabung ginjal.
- Hematuria adalah ditemukannya sel darah merah dalam urin. Hematuria disebabkan
peradangan pada organ urinaria atau iritasi akibat gesekan pada batu ginjal.
- Ketosis adalah ditemukannya senyawa keton di dalam darah. Hal ini dapat terjadi pada orang
yang melakukan diet karbohidrat.
- Diabetes militus adalah penyakit yang disebabkan pankreas tidak menghasilkan atau hanya
menghasilkan sedikit insulin. Insulis : hormon yang mampu mengubah glukosa menjadi glikogen
sehingga mengurangi kadar gula dalam darah. Selain itu, Insulis juga membantu jaringan tubuh
menyerap glukosa sehingga dapat digunakan sebagai sumber energi. Diabetes militus juga dapat
terjadi jika sel-sel di hati, otot, dan lemak memiliki respons rendah terhadap insulin. Kadar
glukosa di urin penderita diabetes militus sangat tinggi. Ini menyebabkan sering buang air kecil,
cepat haus dan lapar, serta menimbulkan masalah pada metabolisme lemak dan protein.

X. Kesimpulan
Setelah mengadakan praktikum dan membahas hasil praktikum, maka dapat paraktiker
simpulkan:
a. Urine yang memiliki warna lebih pekat, memiliki tingkat keasaman yang lebih tinggi (pH <
urin yang kurang pekat)
b. Urin yang memiliki warna kurang pekat (bening), memiliki kandungan amonia lebih tinggi.
c. Urin yang memiliki warna lebih pekat, dan bau kurang begitu menyengat, masih memiliki
kemungkinan mengandung glukosa.
d. Urin yang normal dan sehat tidak mengandung protein.

DAFTAR PUSTAKA

Pratiwi, dkk. 2007. Biologi untuk Kelas XI. Jakarta: Erlangga.


Soewolo, dkk. Tth. Fisiologi Manusia. Malang: JICA.

You might also like