You are on page 1of 11

LAPORAN PENDAHULUAN

KLIEN DENGAN HALUSINASI DI RSJ SAMBANG LIHUM


RUANG TENANG PRIA

Disusun oleh :

Nurul Fitria Oktaviani


PO.62.20.1.16.155

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA
D IV KEPERAWATAN REGULER III
2018
A. Pengertian
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan
panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami
suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu
(Maramis, 2008).
Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang
salah(Stuart,2012).

B. Jenis Halusinasi
1. Halusinasi pendengaran
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara – suara
orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan
apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan
sesuatu.

2. Halusinasi penglihatan
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran
cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang
luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.

3. Halusinasi penghidu
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang
menjijikkan seperti : darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu
bau harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan
dementia.

4. Halusinasi peraba
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa
stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari
tanah, benda mati atau orang lain.
5. Halusinasi pengecap
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan
menjijikkan, merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
6. Halusinasi sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah
mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan
urine.
7. Halusinasi Kinestetik
Merasakan bagian tubuhnya bergerak sementara ia berdiam tegak.

C. Rentang Respons Neurobiologi


Halusinassi merupakan gangguan dari persepsi sensori, waham merupakan
gangguan pada isi pikiran. Keduanya merupakan gangguan dari respons
halusinasi mengikuti kaidah rentang respon neurobiologi.

Adaptif Maladaftif

 Pikiran logis  Kadang proses pikir  Gangguan proses


 Persepsi akurat tidak terganggu berpikir/waham
 Emosi konsisten  Ilusi  Halusinasi
dengan  Emosi tidak stabil  Kesukaran proses
pengalaman  Perilaku tidak biasa emosi
 Perilaku cocok Menarik diri  Perilaku tidak
 Hubungan sosial teroganisasi
harmonis Isolasi sosial

D. Faktor predisposisi
Adalah faktor yang memengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat
dibangkitkan oleh stres. Misalnya, adalah:
1. Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan
respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini
ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut:
a. Penelitian pencitraan otak sudah menunj ukkan keterlibatan otak yang
lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal,
temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.
b. Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang
berlebihan dan masalah – masalah pada system receptor dopamin
dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.
c. Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan
terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi
otak klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral
ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil
(cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh
otopsi (post-mortem).
2. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon
dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat
mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan
kekerasan dalam rentang hidup klien.
3. Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti:
kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan
kehidupan yang terisolasi disertai stress.

E. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi adalah stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai
tanttangan, ancaman, atau tuntuan yang memerlukan energi ekstra untuk
menghadapinya.
1. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur
proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam
otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif
menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
2. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stressor.

F. Tanda dan Gejala Halusinasi


Pasien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan duduk
terpaku dengan pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum atau
berbicara sendiri, secara tiba-tiba marah atau menyerang orang lain, gelisah,
melakukan gerakan seperti sedang menikmati sesuatu. Juga keterangan dari
pasien sendiri tentang halusinasi yang dialaminya (apa yang dilihat, didengar
atau dirasakan). Berikut ini merupakan gejala klinis berdasarkan halusinasi:
a. Tahap 1: halusinasi bersifat tidak menyenangkan
Gejala klinis:
1. Menyeriangai/tertawa tidak sesuai
2. Menggerakkan bibir tanpa bicara
3. Gerakan mata cepat
4. Bicara lambat
5. Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan
b. Tahap 2: halusinasi bersifat menjijikkan
Gejala klinis:
1. Cemas
2. Konsentrasi menurun
3. Ketidakmampuan membedakan nyata dan tidak nyata
c. Tahap 3: halusinasi bersifat mengendalikan
Gejala klinis:
1. Cenderung mengikuti halusinasi
2. Kesulitan berhubungan dengan orang lain
3. Perhatian atau konsentrasi menurun dan cepat berubah
4. Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti
petunjuk).
d. Tahap 4: halusinasi bersifat menaklukkan
Gejala klinis:
1. Pasien mengikuti halusinasi
2. Tidak mampu mengendalikan diri
3. Tidak mamapu mengikuti perintah nyata
4. Beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :
1. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan pasien
akibat halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan di lakukan
secara individual dan usahakan agar terjadi knntak mata, kalau bisa
pasien di sentuh atau di pegang. Pasien jangan di isolasi baik secara fisik
atau emosional. Setiap perawat masuk ke kamar atau mendekati pasien,
bicaralah dengan pasien. Begitu juga bila akan meninggalkannya
hendaknya pasien di beritahu. Pasien di beritahu tindakan yang akan di
lakukan.
2. Melaksanakan program terapi dokter
Sering kali pasien menolak obat yang di berikan sehubungan dengan
rangsangan halusinasi yang di terimanya. Pendekatan sebaiknya secara
persuatif tapi instruktif. Perawat harus mengamati agar obat yang di
berikan betul di telannya, serta reaksi obat yang di berikan.
3. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang
ada
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali
masalah pasien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta
membantu mengatasi masalah yang ada. Pengumpulan data ini juga dapat
melalui keterangan keluarga pasien atau orang lain yang dekat dengan
pasien.
4. Memberi aktivitas pada pasien
Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik,
misalnya berolah raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini
dapat membantu mengarahkan pasien ke kehidupan nyata dan memupuk
hubungan dengan orang lain. Pasien di ajak menyusun jadwal kegiatan
dan memilih kegiatan yang sesuai.
5. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan
Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data
pasien agar ada kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses
keperawatan, misalny dari percakapan dengan pasien di ketahui bila
sedang sendirian ia sering mendengar laki-laki yang mengejek. Tapi bila
ada orang lain di dekatnya suara-suara itu tidak terdengar jelas. Perawat
menyarankan agar pasien jangan menyendiri dan menyibukkan diri
dalam permainan atau aktivitas yang ada. Percakapan ini hendaknya di
beritahukan pada keluarga pasien dan petugaslain agar tidak membiarkan
pasien sendirian dan saran yang di berikan tidak bertentangan.
Asuhan Keperawatan Halusinasi

A. Pohon Masalah

Harga diri rendah

B. Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul


1. Risiko tinggi perilaku kekerasan
2. Perubahan persepsi sensor: halusinasi
3. Isolasi sosial
4. Harga diri rendah kronis

C. Data yang Perlu Dikaji


Masalah Keperawatan Data yang perlu dikaji
Perubahan persepsi sensori: Subjektif:
halusinasi  Klien mengatakan mendengar
sesuatu
 Klien mengatakan melihat
bayangan putih
 Klien mencium bau-bauan
yang tidak sedap
 Klien mengatakan kepalanya
melayang di udara
 Klien mengatakan dirinya
merasakan ada sesuatu yang
berbeda pada dirinya.
Objektif:
 Klien terlihat berbicara atau
tertawa sendiri saat dikaji
 Bersikap seperti
mendengarkan sesuatu
 Berhenti bicara di tengah-
tengah kalimat untuk
mendengar sesuatu
 Disorientasi
 Konsentrasi rendah
 Pikiran cepat berubah-ubah
 Kekacauan alur pikiran

D. Diagnosis Keperawatan
Perubahan persepsi sensori: halusinasi

E. Rencana Tindakan Keperawatan


Rencana Tindakan Keperawatan untuk Klien
a. Tujuan/strategi pelaksanaan
SP 1:
1. Mengidentifikasi jenis halusinasi
2. Mengidentifikasi isi halusinasi
3. Mengidentifikasi waktu halusinasi
4. Mengidentifikasi waktu halusinasi
5. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi
6. Mengidentifikasi respons klien terhadap halusinasi
7. Mengajarkan klien menghardik halusinasi
8. Mengajarkan klien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam
jadwal harian.

SP 2:
1. Mengevaluasi jadwa kegiatan harian klien
2. Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan orang lain penggunaan
obat secara teratur
3. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal harian

SP 3:
1. Mengevaluasi jadwa kegiatan harian klien
2. Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan dengan bercakap-
cakap
3. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

SP 4:
1. Mengevaluasi jadwa kegiatan harian klien
2. Memberikan pendidikan kesehatan dengan melakukan kegiatan
spiritual
3. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

Rencana Tindakan Keperawatan untuk Keluarga Klien


a. Tujuan/Strategi pelaksanaan
SP 1:
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejalan halusinasi yang dialami
klien beserta proses terjadinya.
3. Menjelaskan cara-cara merawat klien halusinasi.
SP 2:
1. Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat pasien halusinasi
2. Melatih keluarga melakukan cara merawat pasien halusinasi
DAFTAR PUSTAKA

Maramis, W.f. 2008. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Ed. 9 Surabaya:


Airlangga University Press.

Stuart, G.W & Sundeen, S.J. 2012. Buku Saku Keperawatan Jiwa
(Terjemahan). Jakarta: EGC.
Y

You might also like