You are on page 1of 11

Senin, 16 September 2013

Kromatografi
http://novian25.blogspot.co.id/2013/09/kromatografi.html

Asam amino merupakan bagian stuktur protein dan menentukan banyak sifat yang
penting. Glisin mereupakan asam amino pertama yang telah diisolasi dari hidrosilat protein,
sedangkan treonin merupakan asam amino pembentuk potein yang dapat diisolasi paling akhir
yang berasal dari hidrosilat fibrin (Wirahadikusumah, 1989).
Pada asam amino terdapat tiga gugus yang reaktif yaitu gugus α-karboksil, gugus α-
amino, dan gugus rantai samping (R). Ketiga gugus ini dapat diidentifikasi melalui uji
spesifik, diantaranya adalah dengan uji ninhidrin, uji Edman, uji Sanger, dan sebagainya.
Selain menggunakan uji spesifik yang berdasarkan ciri khas reaksi kimia asam amino, asam
amino juga dapat diidentifikasi bahkan dapat dipisahkan dengan menggunakan metode
tertentu.
Beberapa metode analisis asam amino yang dapat digunakan untuk identifikasi dan
pemisahan asam amino adalah metode gravimetric, kalorimetri, mikrobiologi, kromatografi
dan elektroforesis. Salah satu metode yang banyak memperoleh pengembangan ialah metode
kromatografi. Macam-macam kromatografi ialah kromatografi kertas, krometografi lapis tipis
dan kromatografi penukar ion (Poedjiadi, 1994).
Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran didasarkan atas perbedaan distribusi
dari komponen-komponen campuran tersebut diantara dua fase, yaitu fase diam (padat atau
cair) dan fase gerak (cair atau gas). Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa terdapat
dua komponen penting dalam kromatografi yaitu fase diam (padat atau cair) dan fase gerak
(cair atau gas).
Kromatografi melibatkan pemisahan terhadap campuran berdasarkan perbedaan-
perbedaan tertentu yang dimiliki oleh senyawanya. Perbedaan yang dapat dimanfaatkan
meliputi kelarutan dalam berbagai pelarut serta sifat polar. Kromatografi biasanya terdiri dari
fase diam (fase stasioner) dan fase gerak (fase mobile). Fase gerak membawa komponen suatu
campuran melalui fase diam, dan fase diam akan berikatan dengan komponen tersebut dengan
afinitas yang berbeda-beda. Jenis kromatografi yang berlainan bergantung pada perbedaan
jenis fase, namun semua jenis kromatografi tersebut berdasar pada asas yang sama. (Bresnick,
2004).
Fase diam (Stationary phase) merupakan salah satu komponen yang penting dalam
proses pemisahan dengan kromatografi karena dengan adanya interaksi dengan fase diamlah
terjadi perbedaan waktu retensi (tR) dan terpisahnya komponen suatu senyawa analit
termasuk asam amino. Fase diam dapat berupa bahan padat atau porous (berpori) dalam
bentuk molekul kecil atau cairan yang umumnya dilapiskan pada padatan pendukung.
Fase gerak (Mobile phase) merupakan pembawa analit (asam amino), dapat bersifat
inert maupun berinteraksi dengan analit tersebut. Fase gerak dapat berupa bahan cair dan
dapat juga berupa gas inert yang umumnya dapat dipakai sebagai carrier gas senyawa mudah
menguap (volatil).
Jenis kromatografi yang dapat digunakan untuk menganalisi asam amino diantaranya
adalah sebagai berikut:

a. Kromatografi partisi
Bila suatu zat terlarut didistribusi antara dua pelarut dengan volume sama yang tidak dapat
bercampur (immiscible), maka perbandingan konsentrasi zat terlarut di dalam kedua pelarut
tersebut dalam keadaan keseimbangan. Perbandingan tersebut disebut koefisien partisi. Asam
amino dapat dipisahkan dengan cara partisi dengan menggunakan dua fase terlarut, misalnya
pasangan fenol-air atau n-butanol-air. Tiap asam amino mempunyai koefisien partisi tertentu
untuk pasangan terlarut tersebut (Wirahadikusumah, 1989).
Contoh kromatografi partisi adalah kromatografi kolom. Pada kromatografi kolom,
kolomnya (tabung gela) diisi dengan bahan seperti pati yang dicampur dengan adsorben, dan
pastanya diisikan kedalam kolom. Larutan sampel kemudian diisikan kedalam kolom dari atas
sehingga sampel diasorbsi oleh adsorben. Kemudian pelarut (fase gerak) ditambahkan tetes
demi tetes dari atas kolom. Partisi zat terlarut berlangsung di pelarut yang turun ke bawah
(fasa gerak) dan pelarut yang teradsorbsi oleh adsorben (fase diam).
Berdasarkan koefisian partisinya, asam amino yang terdapat dalam campuran bergerak
melalui pipa kolom (tabung gela) ke bawah dengan kecepatan yang berbeda-beda. Larutan
yang keluar dari bagian bawah pipa kolom disebut eluat. Larutan ini selanjutnya ditampung
dalam fraksi-fraksi kecil dengan alat pengumpul fraksi otomatik dan kemudian dianalisa
dengan menggunakan periaksi ninhidrin secara kuantitatif (Wirahadikusumah, 1989).
Reaksi ninhidrin digunakan untuk mendeteksi dan menduga asam amino secara kuantitatif
dalam jumlah kecil. Pemanasan dengan ninhidrin berlebih menghasilkan produk berwarna
ungu pada semua asam amino yang mempunyai gugus α-amino bebas, sedangkan produk
yang dihasilkan oleh protein berwarna kuning, karena pada molekul ini terjadi substitusi
gugus α-amino. Pada kondisi yang sesuai intensits warna yang dihasilkan dapat dipergunakan
untuk mengukur asam amino secara kolorimetrik. Metode ini amat sensitif bagi pengukuran
konsentrasi asam amino (Lehninger, 1982).
Jumlah asam amino dalam setiap tabung fraksi akan memperlihatkan suatu deret puncak-
puncak (peaks) yang masing-masing sesuai dengan jenis asam amino yang terdapat dalam
campuran tersebut.
Penentuan macam asam amino dapat pula dilakukan dengan menghitung harga Rf asam
amino yang terdapat pada tabel yang ada (Poedjiadi, 1994).

b. Kromatografi kertas
Mekanisme pemisahan dengan kromatografi kertas prinsipnya sama dengan mekanisme
pada kromatografi kolom. Adsorben dalam kromatografi kertas adalah kertas saring, yakni
selulosa. Sampel yang akan dianalisis dioleskan ke ujung kertas yang kemudian digantung
dalam wadah. Kemudian dasar kertas saring dicelupkan kedalam pelarut (fase gerak) yang
dapat berupa air, etanol, atau asam asetat.
Pengguaan kromatografi kertas dalam analisa asam amino dapat memperoleh hasil yang
akurat karena asam amino memiliki sifat yang sangat mirip dan asam-asam amino larut dalam
air dan tidak mudah menguap (tidak mungkin didistilasi). Saat campuran asam amino menaiki
lembaran kertas secara vertikal karena ada fenomena kapiler, partisi asam amino antara fasa
mobil dan fasa diam (air) yang teradsorbsi pada selulosa berlangsung berulang-ulang. Ketiak
pelarut mencapai ujung atas kertas proses dihentikan. Setiap asam amino bergerak dari titik
awal sepanjang jarak tertentu. Dari nilai R, masing-masing asam amino diidentifikasi.

c. Kromatografi HPLC (High Precision Liquid Chromatography Atau High Performance


Liquid Chromatography)
Prinsip dari kerja HPLC adalah memisahkan setiap komponen dalam sampel berdasarkan
kepolarannya, untuk selanjutnya diidentifikasi (kualitatif) dan di hitung berapa konsentrasi
dari masing-masing komponen tersebut (kuntitatif). Alatnya terdiri dari kolom sebagai fase
diam dan larutan tertentu sebagai fase geraknya. Luas puncak kromatografi pada kurva elusi
dipengaruhi oleh tiga proses perpindahan massa yaitu difusi Eddy, difusi longitudinal, dan
transfer massa tidak seimbang. Sedangakan parameter-parameter yang menentukan
berlangsungnya proses-proses tersebut adalah: laju aliran, ukuran partikel, laju difusi, dan
ketebalan stasioner.

d. Kromatografi lapis tipis


Kromatografi lapis tipis mengggunakan cara tetesan campuran asam amino diibaratkan
bergerak melalui suatu lapisan tipis zat penyerap yang didekatkan pada suatu kaca. Pemisahan
didasarkan padaperbedaan kecepatan gerakan masing-masing asam amino dalam larutan dapat
(buffer) dengan pH tertentu (Wirahadikusumah, 1989).
Teknik kromatografi lapis tipis (KLT) dikembangkan olen Egan Stahl dengan
menghamparkan penyerap pada lempeng gelas, sehingga merupakan lapisan tipis. KLT
merupakan kromatografi serapan, tetapi dapat juga merupakan kromatografi partisi karena
bahan penyerap telah dilapisi air dari udara. Sebagian besar dasar teori kromatografi kolom
juga dapat diterapkan pada KLT. Teknik kromatografi lapis tipis mempunyai kelebihan, yaitu
dapat dilakukan proses identifikasi lebih lanjut, dengan mengeruk silika gel (noda larutan
contoh), kemudian dilanjutkan dengan identifikasi menggunakan teknik kromatografi kolom.

Kromatografi (dasar)

OKT 23

Posted by denikrisna

ngik ngok tiba-tiba dapet kejutan listrik untuk


menulis ini. walau sebenarnya juga masih pemula tentang kromatografi yang baru didapat di

semester ini, tp sekalian belajarlah.

Apa itu Kromatografi?


Kalau bicara tentang kromatografi pasti ada beberapa definisi dengan kata-kata yang beda.
Salah satunya menyebutkan bahwa,

“Kromatografi merupakan suatu proses pemisahan yang mana analit-analit dalam sampel
terdistribusi antara 2 fase, yaitu fase diam dan fase gerak.”

Dari pengertian di atas dapat diketahui kalo ada dua komponen penting dalam kromatografi
yaitu fase diam dan fase gerak. Dan perlu dicatat bahwa hasil pemisahan kromatografi yang
baik bukan lagi berbentuk senyawa melainkan berbentuk tunggal.
Fase diam (Stationary phase)

Fase diam merupakan salah satu komponen yang penting dalam proses pemisahan dengan
kromatografi. kenapa? karena dengan adanya interaksi dengan fase diamlah terjadi perbedaan
waktu retensi (tR) dan terpisahnya komponen senyawa analit.

Fase diam dapat berupa bahan padat atau porous (berpori) berbentuk molekul kecil atau cairan
yang umumnya dilapiskan pada padatan pendukung.
Fase gerak (Mobile phase)
Fase gerak merupakan pembawa analit dapat bersifat inert maupun berinteraksi dengan analit
tersebut. Nah fase gerak ini g melulu hanya cairan. Tapi juga dapat berupa gas inert yang
umumnya dapat dipakai sebagai carrier gas senyawa mudah menguap (volatil)
Pemisahan dengan kromatografi

Pemisahan dengan kromatografi sendiri lebih baik daripada ekstraksi. kenapa? Karena sering
diibaratkan dengan corong pisah yang saling berhubungan yang bergerak dari atas ke bawah
dimana pada setiap corong pisah terjadi pemisahan. Selain itu permukaan antar fase pada
kromatografi lebih besar.

Lalu apa yang menyebabkan senyawa tersebut dapat dipisahkan?

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya kalo pemisahan senyawa-senyawa dapat diamati
dengan perbedaan waktu retensi (tR) pada kromatogram.

“Waktu retensi (tR) adalah waktu yang diperlukan oleh analit dari awal kolom sampai ke
detektor”

Semakin lama analit berinteraksi dengan fase diam –> semakin lama ia keluar –> tR semakin
besar

Sehingga ada suatu konstanta yang menyatakan kecepatan migrasi solut melalui fase diam.
Kecepatan migrasi solut dipengarui oleh perbandingan distribusinya (Kd atau kadang disebut D)
yang ditentukan oleh afinitas relatif solut pada fase diam dibanding fase gerak:

Kd = Kadar senyawa dalam fase diam/Kadar senyawa dalam fase gerak

Dari persamaan tersebut dapat ditarik kesimpulan kalo semakin besar harga Kd suatu senyawa
maka waktu retensinya (tR) akan semakin besar karena interaksi dengan fase diam besar dan
migrasinya semakin lambat.

Parameter kinetika pemisahan


Faktor Selektifitas (α)

“Selektifitas merupakan kemampuan instrumen dalam mengenali senyawa-senyawa dalam


campuran”

untuk mendapat selektifitas yang maksimum maka harus dicari interaksi yang sesuai (apakah
partisi, adsorpsi, size exclusion, atau ion exchange). Faktor selektifitas (α) dapat dicari
dengan:

α = k2/k1 = (tR2-tm)/(tR1-tm)

Apabila kedua senyawa memiliki nilai K yang sama / α = 1 maka kedua senyawa tidak dapat
dipisahkan. karena waktu retensinya identik.
Faktor Spesifisitas (Kd)

Sifat spesifisitas dari kromatografi didasarkan pada sifat dari senyawa yang spesifik. Senyawa
memiliki sifat spesifik karena memiliki Kd yang spesifik.

Kapasitas Kolom (K’)

Menunjukkan kemampuan kolom menampung analit. Semakin lama analit berada dalam kolom,
akan semakinb esar nilai kapasitasnya. Nilai K’ yang bagus antara 1-10. Jika k’ terlalu kecil,
kemungkinan pemisahannya belum sempurna dan jika terlalu besar maka akan terjadi
pelebaran puncak.

Resolusi (Rs)
Untuk taraf kepercayaan 95%, harga Rs yang baik adalah > 1,5. Jika kurang dari ini maka
puncak dari masing2 analit akan saling tumpang tindih
Jumlah Lempeng Teoritis (Neff)

Merupakan parameter yang menghitung efisiensi kromatografi. Menyatakan jumlah peristiwa


partisi yang dialami oleh analit pada setiap saat yang dibawa oleh fase gerak selama elusi.

Interaksi Analit dan Fase diam


Setelah tahu tentang konsep pemisahan nyambung kesini. Sebenarnya secara sederhana
mekanisme pemisahan analit dibedakan menjadi 4, hal ini yang mengakibatkan perbedaan
waktu retensi karena perbedaan interaksi analit dengan fase diamnya.

1. Adsorbsi

Fase diam: Padatan

Fase gerak: Cair (bisa juga gas pada Kromatografi padat-gas)

Dasar pemisahan: Stereokimia

2. Partisi
Fase diam: Cair

Fase gerak: Cair atau gas (pada kromatografi cair-gas)

Dasar pemisahan: Partisi-konsep like dissolves like

Untuk kromatografi jenis ini dasarnya adalah senyawa yang memiliki kemiripan sifat fisika
kimia dengan fase diam akan tertambat lebih lama pada fase diam –> tR lebih besar

Sebagai contoh jika kita ingin memisahkan kafein dan parasetamol pada sampel obat flu (kaya
praktikum HPLC hehe) dengan fase diam ODS (Oktadesil silika) yang nonpolar. maka
parasetamol akan lebih dulu keluar dari kolom atau tR lebih kecil daripada kafein. karena
Kafein sifatnya nonpolar dan lebih terlarut pada fase diam. sedangkan parasetamol bisa
terlarut dikit tp cuma sebentar.

3. Penukar ion (bahasa kerennya: ion exchange)


mekanisme pemisahan karena interaksi ionik antara fase diam dan solut. biasanya dipake di
pabrik farmasi untuk bikin air bebas ion (sori lupa namanya haha). berdasarkan muatan yang
dilapiskan pada fase diam, dapat dibagi 2:

a. Penukar anion: Fase diamnya muatan positif sehingga yang bermuatan negatif akan ketarik
fase diam

b. Penukar kation: Fase diamnya bermuatan negatif sehingga yang bermuatan positif akan
ketarik fase diam
4. Ekslusi ukuran (bahasa kerennya: Size Exclusion Chromatography)

Prinsip kerjanya pemisahan analit berdasarkan ukuran. Biasanya pake fase diam dengan pori
berukuran tertentu.

Jadi ntar saat elusi, molekul yang kecil akan masuk ke pori fase diam. semakin kecil maka
dapat masuk semakin dalam. sedangkan molekul yg besar dia g bisa masuk ke pori sehingga
langsung terelusi.

Kesimpulannya: Partikel dengan ukuran besar (BM besar) memiliki tR lebih kecil daripada
partikel dengan ukuran kecil (BM kecil)

Pelebaran puncak kromatogram


Selesai dipisahkan di kolom, dibawa ke detektor dan dicetak oleh rekorder maka kita dapat
yang namanya kromatogram. Secara resmi yg ada di buku B) kromatogram merupakan profil
konsentrasi yang simetri dalam arah aliran fase gerak (?)

gampangnya sih yang sumbu x itu waktu, sumbu y signal yg diterima detektor
Kromatogram yang ideal alias yg bagus yaitu yang tinggi, ramping dan tidak saling tindih antar
satu puncak dengan lain. Namun kadang (bahkan sering sih) terjadi pelebaran puncak
kromatogram. Apa aja penyebabnya:

1. Eddy diffusion

Kolom kan dikemas pake partikel fase diam yang kecil. Trus fase gerak lewat sambil bawa
analit. Nah ada beberapa analit yang bisa lewat dengan mudah trus sampe detektor daripada
beberapa partikel yang mengalami pengalihan (diversi) karena jalannya belok2. Buat lebih
jelasnya liat di gambar:

Di gambar di atas kan bisa dilihat bahwa partikel B “beruntung” jalan yg dilewati tiada
hambatan. ia tinggal lurus tanpa susah-susah. Beda dengan A dan C. Mereka berdua harus susah
payah nglewatin halangan rintangan partikel fase diam. Partikel C halangannya lebih sedikit
dari partikel B sehingga nyampe ke detektor setelah A. Sedangkan A harus belok jauh nyari
jalan baru bisa nyampe.

Untuk meminimalkannya dengan pake kolom dengan partikel yang homogen densitasnya.

2. Longitudinal diffusion

Biasanya terjadi jika kecepatan alir fase gerak lambat. Pada keadaan tersebut, aliran fase
gerak dengan analit di yang dekat dengan fase diam akan lambat karena adanya Vander walls
force sedangkan yang berada di tengah lebih cepat alirannya namun konsentrasinya lebih kecil
daripada yang samping. Karenanya analit yang semula tertahan oleh gaya Vanderwalls di
samping akan berdifusi ke tengah sesuai dengan hukum Ficks.

Cara meminimalkannya: mempercepat laju alir dan menurunkan temperatur.

3. Mass transfer equilibrum

Kalo yang ini biasanya terjadi kalo laju alir terlalu cepat dan pemisahan pada kolom belum
tercapai sempurna.

Cara meminimalkannya:

a. pake partikel kecil, karena luas permukaan besar sehingga kesetimbangan cepat tercapai
b. Menaikkan temperatur

c. Laju alir diperlambat

Jika faktor-faktor tersebut dibuat suatu kurva dengan H(tinggi lempeng teoritis) sebagai sumbu
y dan V (kecepatan alir) sebagai sumbu x, maka akan didapat kecepatan alir optimum. Kurva
ini disebut dengan kurva Van deemter.

Kurva van deemter ini didapat dari persamaan van deemter:

H = A+B/u+Cu
dimana A merupakan konstanta difusi eddy, B merupakan konstanta difusi longitudinal, C
merupakan konstanta transfer massa, dan u merupakan laju alir fase gerak.

Dari persamaan tersebut dapat dilihat bahwa efisiensi pemisahan pada kromatografi
bergantung pada ketiga faktor diatas, dan pelebaran puncak yang disebabkan oleh difusi
longitudinal dan transfer massa bergantung pada laju alir fase gerak (seperti yang sudah
dijelaskan sebelumnya). Karenanya dari kurva van deemter dapat diperoleh laju alir fase gerak
yang optimum.

Dari kedua gambar di atas kurva paling atas (yg ada tulisan HETP) merupakan resultan dari
ketiga gaya tsb. Semakin tinggi resultan –> HETP semakin tinggi berarti efisiensi kolom lebih
jelek.

Sedangkan makin rendah resultan –> HETP makin rendah efisiensi kolom lebih baik.

Kenapa?

Karena ada rumus lagi yaitu:


Jumlah lempeng teoritis = Panjang kolom / HETP (lebar lempeng teoritis)
atau

N = L / HETP

Efisiensi kolom meningkat jika N / jumlah lempeng teoritis meningkat. Kenapa? Karena semakin
banyak lempeng teoritis maka pemisahan semakin baik (diumpamakan semakin banyak pula
corong pisahnya ekstraksinya lebih baik). Semakin panjang L (panjang kolom) maka semakin
banyak jumlah lempeng teoritis dan efisiensi semakin bagus.

Namun bila HETP lebih besar efisiensi kolom jelek. kenapa? Karena berarti lebar untuk 1 kolom
teoritis lebih besar sehingga dalam kolom yg panjangnya sama, jumlah lempeng teoritisnya
lebih sedikit. Misalnya ada dua kolom, dimana panjang kolom (L) nya sama2 100 cm. Kolom 1
HETPnya 5 cm sedangkan kolom 2 HETPnya 10 cm. Berarti dalam kolom 1 ada 20 lempeng
teoritis kan (dari 100/5) ? lebih besar daripada di kolom 2 yg lempeng teoritisnya cuma 10
(100/10)

KROMATOGRAFI: KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT) DAN


KROMATOGRAFI KERTAS
http://putril0930.student.ipb.ac.id/2010/06/19/kromatografi-kromatografi-lapis-tipis-klt-dan-kromatografi-
kertas/

2010
06.19

Kromatografi adalah sebuah metode yang campuran komponen-komponennya dipisahkan pada


sebuah kolom adsorban dalam sistem alir. Definisi kromatografi menurut IUPAC adalah sebuah
metode pemisahan yang komponen-komponennya dipisahkan dan didistribusikan di antara dua
fase yang salah satu fasenya tetap (diam) dan yang lainnya bergerak dengan arah yang dapat
diketahui. Kromatografi memiliki berbagai macam tipe atau jenis teknik kromatografi. Jenis
teknik kroamtografi, yaitu kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis, kromatografi kolom, IEC
(ion exchange chromatography), gel permeation chromatography (size exclusion), affinity
chromatography, kromatografi gas, supercritical fluid chromatography, dan high performance
liquid chromatography (Braithwaite & Smith 1999). Kromatografi memiliki istilah fase diam dan
fase gerak. Fase diam dapat beupa fase cair atau padat. Fase gerak biasanya berupa cair atau gas
(Bansal 2003). Fase diam, yaitu sebuah film di atas permukaan partikel kecil atau dinding kapiler
kolom sehingga menghadirkan area permukaan yang luas pada fase gerak. Sebuah campuran
sampel ditambahkan pada fase gerak menjalani tahapan partisi atau interaksi adsorpsi pada
batas fase diam dan fase gerak ketika sampel bergerak pada sistem kromatografi. Perbedaan sifat
fisika dan kimia masing-masing komponen mengenali hubungan afinitas mereka untuk fase diam
dan fase gerak sehingga komponen-komponen akan pindah (bergerak) pada tingkat perbedaan
tergantung pada hasil perlambatan mereka dari atraksi pada fase diam. Komponen yang
terlambat bergerak paling lambat dan dilarutkan terakhir (Braithwaite & Smith 1999).
Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan sebuah bentuk dari kromatografi adsorpsi padat cair
yang fase diamnya dilumuri di atas plat. Ada perbedaan cara dalam melapisi plat, yaitu
menuangkan, mencelupkan, menyemprotkan, dan melapisi. Plat yang digunakan dapat berupa
plat kaca dan aluminium. Adsorban padat yang sering digunakan, yaitu silikia dan alumina. Bahan
tersebut dicampur dengan bahan pengikat agar tdak terkelupas pada plat yang kering. Sampel
ditambahkan sebagai larutan di dalam pelarut yang non polar di ujung plat dengan membentuk
spot yang simetri. Proses pengulangan penambahan bertujuan mendapatkan beberapa miligram
sampel. Pengamatan pada plat yang menggunakan silikia (mengandung larutan fluoresens)
dengan menggunakan sinar UV memperlihatkan lokasi spot-spot yang berpendar. Ketika fase
gerak diiletakkan di atas chamber, teknik dikenal dengan descending. Ketika fase geraknya
diletakkan di bawah maka disebut ascending (Bansal 2003).

Kromatografi kertas hampir sama dengan kromatografi lapis tipis. Kromatografi kertas
memisahkan larutan organic air dan larutan anorganik atau komponen polar yang tinggi seperti
asam amino dan gula. Kertas yang digunakan mengandung air yang merupakan fase diam. Fase
gerak umumnya adalah fase pelarut organik polar dan air (campuran pelarut yang mengandung
air sebagai komponen). Fase diam kromatografi kertas bersifat cair (air) sedangkan fase geraknya
juga cairan (pelarut organic dan air). Campuran sampel menjalani partisi atau distribusi di antara
dua fase cairan. Sampel akan terpisah dengan nilai koefesien partisi yang berbeda. Kromatografi
kertas merupakan salah satu contoh kromatografi partisi. Ketika fase gerak diiletakkan di atas
chamber, teknik dikenal dengan descending. Ketika fase geraknya diletakkan di bawah maka
disebut ascending. Jika hasil kromatografi kertas kurang berwarna, ada dua metode umum yang
digunakan untuk mendeteksi lokasi spot, yaitu menggunakan sinar UV dan reagen pewarna. Sinar
UV digunakan ketika komponen mengandung zat fluoresens (berpendar). Kation seperti Co, Ni,
Zn, dan Mn menggunakan reagen pewarna difenil karbazid sehingga menghasilkan warna
masing-masing adalah ungu, merah, pink, da pink pucat. Reagen pewarna tersebut disemprotkan
pada kertas dan hasilnya yang terlihat dilingkari oleh pensil (Krupadanam et al 2001).
Kromatografi kertas terdapat distribusi antara air (diadsorbsi oleh kertas saring sekitar 20 %) dan
pelarut bergerak (Bansal 2003).

You might also like