Professional Documents
Culture Documents
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JANUARI 2014
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JANUARI 2014
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan laporan Praktek Kerja Profesi
Apoteker di PT. Bintang Toedjoe pada periode 2 September – 31 Oktober 2013.
Penulisan laporan ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mencapai gelar Apoteker pada Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.
Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu, saya
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Mahdi Jufri, M.Si, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Indonesia yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
melaksanakan praktek kerja profesi apoteker ini.
2. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S, selaku Pejabat Sementara Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia sampai dengan tanggal 20 Desember 2013 yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan praktek kerja
profesi apoteker ini.
5. Ibu Pissa Christanti, S.Farm., Apt., selaku pembimbing Praktek Kerja Profesi
Apoteker di PT. Bintang Toedjoe Pulogadung atas semua bantuan,
bimbingan, dan pengarahan yang telah diberikan kepada penulis.
iv
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Penulis menyadari masih banyak
kekurangan dalam penulisan laporan ini, namun penulis berharap semoga laporan
ini dapat berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat
khususnya bagi rekan-rekan mahasiswa farmasi dan juga semua pihak yang
membutuhkan.
Penulis
2014
Kata kunci : PT. Bintang Toedjoe, Studi Stabilitas Rasa Entrostop Herbal
Anak
Tugas umum : xi + 72 halaman; 2 lampiran
Tugas khusus : ii + 34 halaman
Daftar Acuan Tugas Umum : 70 (1990 - 2012)
Daftar Acuan Tugas Khusus : 33 (1989 - 2012)
vii
viii
xi
1 Universitas Indonesia
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) merupakan salah satu sarana bagi
calon apoteker untuk mendapatkan pengalaman praktis dan pemahaman yang
lebih dalam tentang tugas dan fungsi apoteker di industry farmasi. Oleh karena
itu, dalam rangka memberikan pemahaman bagi para calon apoteker tentang
perannya tersebut maka program profesi apoteker Universitas Indonesia menjalin
kerjasama dengan PT. Bintang Toedjoe untuk melaksanakan PKPA di PT.
Bintang Toedjoe yang dilaksanakan mulai tanggal 2 September – 31 Oktober
2013.
1.2 Tujuan
Universitas Indonesia
3 Universitas Indonesia
d. Memiliki secara tetap paling sedikit 3 (tiga) orang apoteker Warga Negara
Indonesia masing-masing sebagai penanggung jawab pemastian mutu,
produksi, dan pengawasan mutu; dan
e. Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung atau tidak langsung
dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang kefarmasian.
Universitas Indonesia
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) adalah cara pembuatan obat
yang bertujuan untuk memastikan agar mutu obat yang dihasilkan sesuai dengan
persyaratan dan tujuan penggunaannya. CPOB mencakup seluruh aspek poduksi
dan pengendalian mutu. Obat dibuat dan dikendalikan secara konsisten untuk
mencapai standar mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaan dan dipersyaratkan
dalam izin edar dan spesifikasi produk. Pengawasan mutu adalah bagian dari
CPOB yang berhubungan dengan pengambilan sampel, spesifikasi dan pengujian
serta organisasi, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa
bahan yang belum diluluskan tidak digunakan serta produk yang belum diluluskan
tidak dijual atau dipasok sebelum mutunya dinilai dan dinyatakan memenuhi
syarat. Setiap industri farmasi hendaklah mempunyai fungsi pengawasan mutu.
Fungsi ini hendaklah terpisah (independent) dari bagian lain. Sumber daya yang
Universitas Indonesia
2.2.2 Personalia
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan
sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Industri
farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personil yang terkualifikasi dalam
jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap personil hendaklah
memahami tanggung jawab masing-masing dan dicatat. Seluruh personil
hendaklah memahami prinsip CPOB dan memperoleh pelatihan awal dan
berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan dengan
pekerjaan. lndustri farmasi hendaklah memiliki personil yang terkualifikasi dan
berpengalaman praktis dalam jumlah yang memadai. Tiap personil tidak dibebani
tanggung jawab yang berlebihan untuk menghindari risiko terhadap mutu obat.
Industri farmasi harus memiliki struktur organisasi. Tugas spesifik dan
kewenangan dari personil pada posisi penanggung jawab hendaklah dicantumkan
dalam uraian tugas tertulis. Tugas mereka boleh didelegasikan kepada wakil yang
ditunjuk serta mempunyai tingkat kualifikasi yang memadai. Aspek CPOB harus
benar-benar diterapkan, tidak ada yang terlewatkan maupun tumpang tindih dalam
tanggung jawab yang tercantum pada uraian tugas.
Personil kunci mencakup Kepala Bagian Produksi, Kepala Bagian
Pengawasan Mutu dan Kepala Bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Posisi
utama tersebut dijabat oleh personil purna waktu. Kepala Bagian Produksi dan
Kepala Bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) atau Kepala Bagian
Pengawasan Mutu, harus terpisah (independent) satu terhadap yang lain. Struktur
organisasi industri farmasi hendaklah sedemikian rupa sehingga bagian produksi,
manajemen mutu (pemastian mutu) / pengawasan mutu dipimpin oleh orang
berbeda serta tidak saling bertanggung jawab satu terhadap yang lain. Masing-
masing personil hendaklah diberi wewenang penuh dan sarana yang memadai
yang diperlukan untuk dapat melaksanakan tugasnya secara efektif. Hendaklah
personil tersebut tidak mempunyai kepentingan lain di luar organisasi yang dapat
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.2.4 Peralatan
Peralatan untuk membuat obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi
yang tepat, ukuran yang memadai, serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan
tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets ke bets dan
untuk memudahkan pembersihan serta perawatan. Peralatan hendaklah didesain
dan dikonstruksi sesuai dengan tujuannya. Permukaan peralatan yang bersentuhan
dengan bahan awal, produk antara atau produk jadi tidak boleh menimbulkan
reaksi, adisi atau absorbsi yang dapat mempengaruhi identitas, mutu atau
kemurnian di luar batas yang ditentukan.
Bahan yang diperlukan untuk pengoperasian alat khusus misalnya pelumas
atau pendingin tidak boleh bersentuhan dengan bahan yang sedang diolah
sehingga tidak mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian bahan awal, produk
antara ataupun produk jadi. Peralatan tidak boleh merusak produk akibat katup
bocor tetesan pelumas dan hal sejenis atau karena perbaikan, perawatan,
modifikasi dan adaptasi yang tidak tepat. Peralatan hendaklah didesain
sedemikian rupa agar mudah dibersihkan. Pembersihan peralatan dilakukan sesuai
dengan prosedur tertulis yang rinci serta disimpan dalam keadaan bersih dan
kering. Peralatan hendaklah dirawat sesuai jadwal untuk mencegah malfungsi atau
pencemaran yang dapat mempengaruhi identitas mutu atau kemurnian produk.
Universitas Indonesia
Selain itu hendaklah tesedia alat timbang dan alat ukur dengan rentang dan
ketelitian yang tepat untuk proses produksi dan pengawasan. Peralatan yang
digunakan untuk menimbang, mengukur, memeriksa dan mencatat hendaklah
diperiksa ketepatannya dan dikalibrasi sesuai program dan prosedur yang
ditetapkan. Hasil pemeriksaan dan kalibrasi hendaklah dicatat dan disimpan
dengan baik. Selain itu peralatan hendaklah ditempatkan sedemikian rupa untuk
memperkecil kemungkinan tejadinya pencemaran silang antar bahan dalam area
yang sama. Peralatan hendaklah dipasang sedemikian rupa untuk menghindari
resiko kekeliruan atau pencemaran. Peralatan satu sama lain, hendaklah
ditempatkan pada jarak yang cukup untuk menghindari kesesakan serta
memastikan tidak terjadi kekeliruan dan kontaminasi silang pada produk.
Universitas Indonesia
dilarang dalam area tertentu dan dilarang dalam area produksi, laboratorium, area
gudang dan area lain yang mungkin berdampak terhadap mutu produk.
Prosedur tertulis tersebut hendaklah disusun dan dipatuhi untuk mencegah
pencemaran terhadap peralatan. bahan awal, wadah obat, tutup wadah, bahan
pengemas dan label atau produk jadi. Rodentisida, insektisida, agen fumigasi dan
bahan sanitasi tidak boleh mencemari peralatan, bahan awal, bahan pengemas.
bahan yang sedang diproses atau produk jadi. Hendaklah ada prosedur tertulis
untuk pemakaian rodentisida, insektisida, fungisida, agen fumigasi, pembersih dan
sanitasi yang tepat. Selain itu rodentisida, insektisida dan fungisida hendaklah
tidak digunakan kecuali yang sudah terdaftar dan digunakan sesuai peraturan
terkait.
2.2.6 Produksi
Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin produk yang
dihasilkan memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi).
Produksi hendaklah dilakukan dan diawasi oleh personil yang kompeten. Mutu
suatu obat tidak hanya ditentukan oleh hasil analisa terhadap produk akhir,
melainkan mutu harus dibangun selama tahapan proses produksi sejak pemilihan
bahan awal, penimbangan, proses produksi, personalia, bangunan, peralatan
kebersihan, dan higiene sampai dengan pengemasan.
Mutu suatu obat ditentukan oleh proses produksi. Prosedur produksi dibuat
oleh penanggung jawab produksi bersama dengan penanggung jawab pengawasan
mutu yang dapat menjamin obat yang dihasilkan memenuhi spesifikasi yang telah
ditentukan. Prosedur kerja standar hendaklah tertulis, mudah dipahami, dan
dipatuhi oleh karyawan produksi. Dokumentasi setiap langkah dilakukan dengan
cermat, tepat dan ditangani oleh karyawan yang melaksanakan tugas. Bila terjadi
penyimpangan maka hendaklah ada persetujuan tertulis dari kepala bagian
Pemastian Mutu dan bila perlu melibatkan bagian Pengawasan Mutu.
Pengolahan produk yang berbeda hendaklah tidak dilakukan secara
bersamaan atau bergantian dalam ruang kerja yang sama kecuali tidak ada risiko
terjadinya kontaminasi silang. Bila bekerja dengan bahan atau produk kering,
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, yang kemudian dikembalikan ke
industri farmasi karena keluhan mengenai kerusakan, kadaluarsa, atau alasan lain
misalnya kondisi wadah atau kemasan yang dapat menimbulkan keraguan akan
identitas, mutu, jumlah dan keamanan obat yang bersangkutan.
Industri farmasi hendaklah menyiapkan prosedur untuk penanganan,
penyelidikan dan pengujian obat kembalian serta pengambilan keputusan apakah
produk kembalian dapat diproses ulang atau harus dimusnahkan setelah dilakukan
evaluasi secara kritis. Obat kembalian yang tidak dapat diolah ulang hendaklah
dimusnahkan. Prosedur pemusnahan bahan atau pemusnahan produk harus
disiapkan dan mencakup tindakan pencegahan terhadap pencemaran lingkungan
dan penyalahgunaan bahan atau produk oleh orang yang tidak mempunyai
wewenangan.
2.2.10 Dokumentasi
Dokumentasi merupakan bagian dari sistem informasi manajemen dan
dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu.
Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap
personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga
memperkecil risiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul karena
hanya mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi dokumen produksi
induk/formula pembuatan, prosedur, metode dan instruksi, laporan dan catatan
harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis. Keterbacaan dokumen
adalah sangat penting.
Spesifikasi menguraikan secara rinci persyaratan yang harus dipenuhi
produk atau bahan yang digunakan atau diperoleh selama pembuatan. Dokumen
ini merupakan dasar untuk mengevaluasi mutu. Dokumen produksi induk,
prosedur pengolahan induk dan prosedur pengemasan induk (formula pembuatan,
instruksi pengolahan dan instruksi pengemasan) menyatakan seluruh bahan awal
dan bahan pengemas yang digunakan serta menguraikan semua operasi
pengolahan dan pengemasan. Prosedur berisi cara untuk melaksanakan operasi
tertentu, misalnya pembersihan, berpakaian, pengendalian lingkungan,
pengambilan sampel, pengujian, dan pengoperasian peralatan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
18 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
makanan yang dihasilkan adalah Ekstra Joss, Ekstra Joss Apel, Ekstra Joss
anggur, Ekstra Joss Soda Susu, E-Juss Anggur, Caxon Ion-C, Caxon Enace, dll.
3.2 Manufacturing
Bagian manufacturing PT. Bintang Toedjoe dibagi menjadi 6 departemen,
yaitu R&D (Research and Development), PPIC (Production Planning and
Inventory Control), QA-QC (Quality Assurance-Quality Control), Produksi,
Purchasing, dan Quality System.
QA-QC CI
R&D PI
PURCHASING REGULATORY
Universitas Indonesia
QUALITY SYSTEM
MANAGER FD MANAGER
PULOGADUNG PACK-DEV
Admin Admin
MANAGER FD MANAGER
PULOMAS AN-DEV
Admin Admin
Universitas Indonesia
b. FD Pulomas
Bertanggung jawab untuk sediaan serbuk effervescent, Ready to Drink
(RTD) dan obat tradisional bentuk kapsul.
c. Packaging Development
Bertanggung jawab untuk menangani kemasan produk baik primer,
sekunder, dan tersier.
d. Analytical Development
Bertanggung jawab untuk mengembangkan metode analisa yang tepat dan
valid.
Tugas utama dari Research and Development yaitu:
a. Inovasi produk baru
1. Concept Development
Tahap pengembangan produk baru dimulai dari Business Development
(bagian Product Innovation dan Consumer Insight) bersama pemasaran
melakukan riset, yang hasilnya diterjemahkan dalam bentuk konsep produk
dengan membuat prototipe. Prototipe dikerjakan oleh R&D dan akan
dievaluasi oleh Project leader melalui formulir Placement Test. Apabila
kriteria yang diinginkan oleh Project leader telah terpenuhi maka dibuat
sampel untuk diujikan kepada responden (Business Development dan
Pemasaran). Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana penerimaan
responden terhadap produk yang dibuat serta untuk menguji konsep produk
yang telah dibuat.
2. Project Development
Setelah diketahui tingkat penerimaan responden terhadap produk tersebut
maka dibuat Permintaan Produk/Kemasan Baru dan Registrasi (PPKBR)
oleh Project leader yang akan diberikan kepada bagian inovasi produk dan
bagian registrasi untuk menyiapkan data dan persyaratan yang perlu dipenuhi
untuk pendaftaran produk tersebut. Produk tersebut kemudian dibuat dalam
skala laboratorium (research laboratorium) yang bertujuan untuk
menyempurnakan produk tersebut sehingga memenuhi keinginan pemasaran
serta untuk dilakukan uji stabilitas produk. Uji stabilitas ini bertujuan untuk
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Senior Staff
Universitas Indonesia
Hubungan PPIC:
a. Secara internal dengan bagian marketing, produksi, HRD, QC, R&D, GA,
teknik, Business Manager.
b. Secara eksternal dengan distributor dan supplier.
Universitas Indonesia
Berdasarkan fungsinya gudang PT. Bintang Toedjoe dibagi menjadi tiga bagian,
yaitu:
a. IMC (Incoming Material Control)
b. Penimbangan (Weighing)
c. OMC (Outgoing Material Control)
Universitas Indonesia
Sampling RM/PM
(QC)
Supplier Gudang
Purchasing Produksi
Universitas Indonesia
b. Penimbangan (Weighing)
Penimbangan RM PT. Bintang Toedjoe dilakukan setelah RM
mendapatkan label released (hijau) dari QC. Penimbangan dilakukan di bagian
gudang oleh 2 orang operator, 1 orang menjadi penimbang dan yang lainnya
menjadi saksi timbang. Penimbangan yang dilakukan di ruang timbang
menggunakan suhu 15-25oC dengan kelembaban ≤ 75%.
Tugas dan tanggung jawab bagian penimbangan, yaitu:
1. Menimbang sesuai dengan PWO (Product Work Order)
2. Menjaga mutu RM
3. Menerapkan sistem FEFO
4. Menjaga kebersihan dan kerapian
5. Membuat kelengkapan dan kebenaran dokumen
Universitas Indonesia
Proses timbang
Ruang staging
Proses produksi
Universitas Indonesia
Purchasing menerbitkan PO
Universitas Indonesia
2. Pihak gudang akan melakukan scan pada barcode yang tertera pada kemasan
sekunder dan melakukan penyimpanan pada barang yang telah diserahkan.
Penyimpanan di gudang pada suhu 25oC dengan kelembaban ≤ 70%.
3. Pihak gudang akan mengeluarkan barang apabila menerima PO dari bagian
purchasing untuk diserahkan kepada distributor. Setelah produksi, distributor
purchasing menerbitkan PO, setelah mendapatkan PO maka bagian gudang
akan membuat DO dan DO list ini yang berfungsi sebagai surat jalan untuk
distributor.
3.2.2.2 Perencanaan
Bagian perencanaan memiliki 2 fungsi yaitu:
a. Planning Production
Dasar kerja: forecast (berdasarkan dari penjualan), informasinya didapat
dari bagian marketing yang akan dijadikan dasar untuk production planning.
Jadi, bagian planning ini harus mengetahui berapa kapasitas produksi, proses-
proses produksi, dan stok bahan baku.
Jika fasilitas untuk memproduksi suatu produk tidak lengkap atau tidak
ada, produksi dapat dilakukan dengan cara toll manufacturing, yaitu proses
produksi diserahkan ke pabrik lain (1x/2x) yang mempunyai fasilitas sesuai
dengan kesepakatan.
b. Planning Inventory
Jika ada PR (Purchase Request) yaitu permintaan pembelian barang,
pembelian disesuaikan dengan vendor list yang sudah ada. Yang harus
diperhatikan pada saat pembelian adalah kualitas, cara pembayaran, dan
ketepatan waktu.
3.3 Produksi
Bagian yang dipimpin oleh plant manager ini dibagi menjadi beberapa
bagian yang spesifik yaitu bagian sediaan cair, bagian powder, bagian
effervescent, bagian obat tradisional, serta bagian engineering.
PT. Bintang Toedjoe di plant Pulomas memiliki dua line produksi yaitu
powder dan sediaan cair. Secara umum produksi terbagi menjadi 5 tahap, yaitu
Universitas Indonesia
Plant Manager
Universitas Indonesia
c. Pengadukan
Fase asam dan fase basa siap, dilakukan penimbangan pada fase luar,
kemudian semua fase diayak masing-masing dan siap dilakukan proses
pengadukan akhir. Semua fase dicampur dengan menggunakan tumbler
effervscent mixer dengan kecepatan dan waktu tertentu dan dilakukan
pengukuran kadar air pada pencampuran.
IPC: suhu ruangan, kelembaban ruangan, dan kadar air.
d. Primary packaging (pengemasan primer)
Terhadap produk ruahan yang telah diluluskan oleh QC selanjutnya
dilakukan pengemasan primer.
IPC: suhu ruangan, kelembaban ruangan, bobot perkemasan, tes kebocoran,
tes penampilan sediaan, nomor batch, bahan pengemas.
e. Secondary packaging (pengemasan sekunder)
Sachet yang telah jadi dimasukkan ke dalam pack dan siap dikemas dalam
ukuran yang lebih besar (OPP dan karton)
IPC: tes penampilan sediaan, tes bobot pack, tes bobot karton, nomor batch,
bahan pengemas.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
b. Pencampuran
Bahan baku yang telah diambil dari gudang dimasukkan ke ruang karantina
terlebih dahulu sambil menunggu proses produksi. RM yang telah ditimbang
dilarutkan dalam pelarut yang sesuai, dalam tempat tertentu. Setelah larut,
RM dimasukkan ke dalam homogenizer untuk dilakukan final mixing.
Setelah homogen, produk ruahan dikarantina selama dilakukan analisa oleh
QC, yaitu kadar bahan aktif, fisik, dan organoleptis.
c. Pengisian
Produk ruahan yang lulus uji QC, maka dapat dilakukan pengisian ke
kemasan primer. Produk ruahan dari tangki dialirkan melalui pipa-pipa ke
mesin pengisian dengan bantuan pipa.
IPC: keragaman bobot, kebocoran.
d. Pengemasan
Sachet yang dihasilkan dimasukkan ke dalam kemasan sekundernya
kemudian dikemas dalam OPP yang kemudian dimasukkan ke dalam karton.
Penimbangan karton dilakukan untuk mengetahui penyimpangan jumlah dan
bobot produk dalam karton. Label GIA dikeluarkan oleh gudang apabila
produk sudah lolos pemeriksaan oleh QC.
Universitas Indonesia
b. Sparepart
Tugas dan tanggung jawab bagian sparepart, yaitu:
1. Mengelola gudang sparepart supaya berjalan sesuai dengan fungsinya dan
dengan hasil yang optimal serta sesuai dengan standar manajemen mutu,
lingkungan serta kesehatan dan keselamatan kerja yang berlaku
Universitas Indonesia
c. Workshop
Tugas dan tanggung jawab dari bagian workshop adalah:
1. Mengelola bagian workshop supaya berjalan sesuai dengan fungsinya dan
dengan hasil yang optimal serta sesuai dengan standar manajemen mutu,
lingkungan serta kesehatan dan keselamatan kerja yang berlaku
2. Memastikan bagian pekerjaan untuk mensupport bagian maintenance &
utility secara maksimal dengan mempertimbangkan dari segi efisiensi, harga,
dan keamanan
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan bagian ini, yaitu:
1. Membuat barang, seperti sparepart mesin ataupun mesin
2. Melakukan perbaikan dan pencegahan
3. Melakukan modifikasi-modifikasi
Dilakukan perubahan dan pembuatan mesin untuk biaya penyusutan,
memotong waktu tunggu selama pengantaran mesin, serta untuk memudahkan
dalam perubahan desain atau untuk memudahkan bagian workshop untuk
berkreasi terhadap suatu mesin.
Selain membuat mesin, bagian workshop juga membuat sparepart sesuai
dengan kebutuhan dan untuk dijadikan stok. Alasan membuat sparepart adalah
untuk menyiapkan sparepart cadangan berdasarkan rekomendasi dari manual
book, berdasarkan pengamatan dari bagian engineering untuk bagian-bagian yang
kritis, serta untuk bagian-bagian yang langka dan sulit dalam pengadaannya.
Universitas Indonesia
d. Utility
Bagian utility memiliki tugas dan tanggung jawab:
1. Mengelola sistem penunjang produksi sehingga berjalan sesuai dengan
fungsinya dan dapat memberikan hasil yang optimal serta sesuai dengan
standar manajemen mutu, lingkungan, serta kesehatan dan keselamatan kerja
yang berlaku
2. Memastikan penanganan, perawatan, dan perbaikan mesin-mesin penunjang
agar proses produksi berjalan dengan lancar dengan melihat dari segi
efisiensi, pemeliharaan, harga, dan keamanan.
Sistem penunjang produksi yang menjadi tanggung jawab bagian utility
adalah:
1. HVAC (Heating, Ventilating and Air Conditioning)
Sistem pengaturan udara yang digunakan PT. Bintang Toedjoe terdiri
dari empat macam, yaitu AC Split, AC Casette, AC Split Duct atau AHU
dan Dehumidifier yang digunakan pada masing-masing ruangan yang
berbeda. Untuk pengaturan suhu dan udara di ruang kantor, kegiatan
administrasi dan kegiatan analisis lainnya menggunakan AC Split untuk
ruangan yang kecil dan AC Casette (sentral) untuk ruangan yang besar.
Untuk pengaturan suhu dan udara di bagian produksi digunakan AC Split
Duct dan Dehumidifier. Pada bagian produksi, AC Split Duct digunakan
pada ruangan compounding, penimbangan, grey area untuk produksi OT,
sediaan cair, bagian koridor pada effervescent dan powder. Dehumidifier
digunakan pada area proses produksi effervescent dan powder serta pada
laboratorium PD.
Mekanisme kerja dari AC Split Duct adalah udara bersih dikeluarkan
melalui SAG (Supply Air Grille) dan di dalam ruangan disedot melalui RAG
(Return Air Grille). Udara dari dalam ruangan ditarik RAG kemudian
melewati evaporator disertai dengan fresh air dari luar dan uap dingin dari
Universitas Indonesia
kompresor, kemudian dihembuskan oleh blower fan dan booster fan. Setelah
dihembuskan oleh blower fan dan booster fan. Setelah dihembuskan, udara
disaring dengan dilewatkan prefilter dan medium filter.
PT Bintang Toedjoe tidak memproduksi sediaan steril. Oleh karena itu,
ruangan yang digunakan adalah grey area dan filter udara yang digunakan
adalah HEPA filter. PT Bintang Toedjoe memiliki laboratorium
mikrobiologi yang menggunakan filter udara HEPA filter. Setelah difilter,
udara bersih dikeluarkan melalui SAG. Pada sistem udara ini digunakan
fresh air untuk pengaturan tekanan udaranya.
Pengkondisian jumlah partikel pada AC Split Duct berdasarkan pada
metode filtrasi udara terbagi menjadi tiga filter, yaitu:
a) Pre-filter, dengan efisiensi penyaringan partikel sampai 30%
b) Medium filter, dengan efisisensi penyaringan partikel sampai 95%
c) HEPA filter, dengan efisiensi penyaringan partikel sampai 99,99%
Selain menggunakan AC Split Duct, bagian produksi juga menggunakan
dehumidifier untuk mengatur suhu dan kelembaban udara ruangan produksi
sediaan effervescent.
2. Chiller, berfungsi untuk pendingin yang nantinya digunakan untuk AHU
3. Dehumidifier, berfungsi untuk mengatur RH untuk ruang tertentu
Mekanisme kerja dehumidifier adalah udara dari ruangan akan masuk
melalui prefilter , kemudian kandungan air yang ada di dalam udara akan tertarik
dan terpisah dari udara pada bagian pipa yang panas sehingga kelembaban akan
turun, kemudian udara akan melewati bagian pipa yang dingin yang akan
mengubah udara yang sudah kering menjadi lebih sejuk untuk mencapai suhu dan
RH yang diinginkan, kemudian udara dengan suhu dan kelembaban rendah
dihembuskan oleh blower.
Mekanisme alat dehumidifier yaitu kompresor akan menghasilkan udara
panas 50 – 60 °C kemudian dialirkan ke pipa panas, kemudian melewati
evaporator dan diubah menjadi udara yang dingin dengan suhu yang sangat
rendah, kemudian dialirkan melalui pipa dingin, kemudian udara yang dingin
akan dialirkan lagi ke kompresor untuk diolah kembali menjadi udara yang
hangat. Demikian siklus perputaran akan terus berlangsung sampai suhu dan RH
Universitas Indonesia
yang dikehendaki tercapai. Evaporator penuh dengan air yang ditandai dengan
terbentuknya es merupakan akumulasi dari sedikit demi sedikit air yang tidak
kering oleh pemanas. Setelah terbentuk es, otomatis mesin blower akan mati dan
terjadi proses defrozing, yaitu proses pencairan es yang terbentuk.
Universitas Indonesia
e) Selanjutnya air akan masuk ke tabung mix bed filter, di mana pada tahap ini
juga memiliki batasan yang harus dipenuhi yaitu konduktivitas air yang
keluar dari tabung ini harus 0 – 2 μs. Bila ternyata melebihi ataupun kurang,
maka harus dilakukan proses regenerasi.
f) Air yang telah keluar dari tabung mix bed filter akan ditampung dan siap
digunakan sebagai aqua demineralisata setelah lulus uji dari QC.
Alur proses pembuatan aqua demineralisata adalah sebagai berikut :
Tabung
Air PDAM
penampung
Sand filter
Carbon filter
Kation filter
QC Check
Anion filter
Aqua
Mix Bed Filter
demineralisata
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
10. Dari kolam aerasi-3, air limbah dialirkan ke unit flokulator-1 yang berfungsi
untuk mengikat dan mengendapkan flok-flok hasil dari proses kimia
menggunakan karbon, tawas, dan kapur.
11. Dari tangki flokulator-1, air limbah dialirkan kembali ke tangki flokulator-2
yang berfungsi untuk mengikat dan mengendapkan flok-flok hasil dari proses
kimia menggunakan PAC (Poli Aluminium Chloride). Dari tangki flokulator-
2, air limbah dialirkan kembali ke tangki biofilter, di mana air limbah yang
telah mengalami beberapa tahapan di atas disaring sebelum masuk ke kolam
bio assay. Media yang digunakan pada tahap ini yaitu zeolit dan karbon aktif
yang berfungsi untuk mengadsorpsi warna dan partikel-partikel.
12. Selanjutnya, air limbah masuk ke kolam bio assay (bak ikan) di mana di
kolam ini air limbah diuji kualitasnya sebelum air limbah dibuang ke kolam
desinfeksi. Media pengujian yang digunakan adalah ikan mas.
13. Selanjutnya, air limbah dialirkan kembali ke kolam desinfeksi yang bertujuan
untuk membunuh mikroorganisme yang mungkin masih ada di dalam air
limbah. Pada proses ini digunakan kaporit.
14. Selanjutnya, air limbah dialirkan ke outlet yang berfungsi sebagai bak
penampungan akhir sebelum air limbah yang sudah diolah dibuang ke badan
penerima air.
15. Untuk pengeringan dan menstabilkan lumpur hasil dari proses pengendapan,
lumpur dimasukkan ke drying bed.
6. Boiler/Black Steam
Untuk menghasilkan uap panas yang digunakan dalam proses pengeringan
granul dengan menggunakan mesin FBD (Fluid Bed Dryer), maka air
PDAM dipanaskan dalam boiler. Air dari PDAM dilewatkan tabung softener
untuk menghilangkan kandungan garam-garam pada air tersebut. Setelah itu,
air ditampung di tabung softener sebelum dimasukkan ke dalam tangki
boiler. Setelah itu, air dimasukkan ke dalam tangki boiler untuk dilakukan
pemanasan sehingga didapatkan uap panas yang digunakan dalam proses
produksi.
7. Kompresor, alat untuk menghasilkan angin bertekanan
Universitas Indonesia
8. Power System, yaitu menggunakan genset dan PLN. Bahan bakar yang
digunakan adalah solar dan gas alam.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
e. Validasi Umum
Validasi umum dilakukan untuk menjamin hal-hal yang berkaitan dengan
proses produksi dan dapat mempengaruhi kualitas produk tetapi tidak dapat
digolongkan kedalam validasi proses, validasi sistem penunjang, validasi
pembersihan, validasi ruang, kalibrasi maupun kualifikasi.
f. Kualifikasi
Kualifikasi dilakukan dan didokumentasikan untuk menjamin bahwa segala
alat dan fasilitas yang berpengaruh pada kualitas produk sudah dikualifikasi
sesuai dengan standar atau spesifikasi alat dan fasilitas tersebut.
g. Kalibrasi
Kalibrasi dilakukan untuk menjamin bahwa segala alat ukur dan alat
pengujian yang digunakan pada proses produksi yang berpengaruh pada
kualitas produk telah diuji sesuai dengan standard. Bagian kalibrasi
bertanggung jawab untuk memastikan bahwa semua alat yang digunakan
untuk proses produksi dan analisa beroperasi sesuai spesifikasinya.
Universitas Indonesia
c. In Process Control
Tugas dari bagian in process control ini adalah :
1. Melakukan inspeksi pada proses produksi
2. Melakukan analisa terhadap keadaan lingkungan tempat berlangsungnya proses
produksi
3. Analisa pada proses final mixing dengan parameter kadar bahan aktif,
organoleptis, kadar air dan pH
4. Analisa kadar zat aktif pada proses pengamasan primer dan sekunder
5. Analisa terhadap ruangan produksi dengan parameter : suhu, kelembaban,
jumlah mikroorganisme dan jumlah partikel
6. Analisa terhadap air limbah dengan parameter : kandungan fenol, BOD, COD,
nitrogen total, dan zat organik.
3.6 Purchasing
Departemen purchasing merupakan departemen yang menyediakan dan
melakukan pembelian terhadap semua bahan-bahan yang dibutuhkan oleh
manufacturing, baik bahan baku, bahan pengemas maupun mesin dan barang-
barang yang digunakan untuk menunjang produksi serta pemasaran produk.
Purchasing PT. Bintang Toedjoe dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :
a. RMPM (Raw Material & Packaging Material)
Bagian RMPM berperan dalam menangani pembelian bahan baku dan bahan
kemas yang dibutuhkan. Adapun alur pembelian barang RMPM adalah
sebagai berikut :
1. Sampel bahan baku atau bahan kemas dari suplier, diuji stabilita selama 3
bulan oleh bagian FD, bila lolos akan dibuatkan spesifikasi bahan baku/bahan
kemas. Untuk bahan kemas sekunder hanya dilakukan trial, tidak dilakukan uji
stabilitas.
2. Dari spesifikasi bahan baku atau bahan kemas, dibuat kode bahan untuk PPIC
dalam melakukan pemesanan bahan baku atau bahan kemas.
Universitas Indonesia
b. General Item
Bagian General Item bertugas menangani pembelian general item atau
pembelian bersifat aset baik dengan atau tanpa FUI (Formulir Usulan Investasi).
Adapun alur pembelian barang General Item adalah sebagai berikut :
1. User bersangkutan mengeluarkan purchasing request (PR), jika pembelian
berupa aset dengan nilai lebih dari seratus juta atau berupa proyek dengan nilai
besar maka harus dilengkapi dengan FUI.
2. Jika PR dan FUI sudah di-approve oleh pihak-pihak bersangkutan, maka hard
copy file dikirimkan kepada manager general item untuk kemudian dikeluarkan
purchasing order (PO).
3. Pengadaan barang dengan FUI untuk proyek maksimal dalam 30 hari
sedangkan untuk non proyek pengadaannya dalam 7-14 hari.
c. Material Promotion
Bagian Material Promotion bertugas menangani pembelian barang-
barang untuk keperluan promosi. Material Promotion dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Pembelian gimik : menangani pembelian media pendukung promosi berupa
gimik seperti bolpoin, kaos, tenda, topi, dll.
2. Pembelian bidang outdoor : menangani pembelian media promosi outdoor
seperti billboard, marka jalan, stiker, dll.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
53 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
4.2 Personalia
Sumber daya manusia yang mempunyai pengetahuan, keterampilan dan
kemampuan sesuai dengan tugasnya dan juga memiliki kesehatan fisik dan
mental yang baik merupakan modal terpenting yang dimiliki oleh PT. Bintang
Toedjoe. Salah satu cara untuk menjaga kesehatan pegawai adalah dengan
adanya tes kesehatan secara berkala setiap setahun sekali dan tes kesehatan
secara rinci setiap kali penerimaan karyawan baru PT. Bintang Toedjoe. Selain
itu PT. Bintang Toedjoe juga melengkapi fasilitas pabrik dengan klinik kesehatan
bagi karyawannya.
Personil kunci yang mencakup Manager Produksi, Manager Pengawasan
Mutu dan Manager Manajemen Mutu (Pemastian Mutu), telah dipegang oleh
apoteker yang terpisah satu sama lain. Hal ini dilakukan agar masing-masing
bagian dapat menjalankan tugasnya secara efektif, tidak tumpang tindih dan
dapat bekerja secara professional. Selain itu pembagian ini sesuai dengan
Keputusan Menteri Kesehatan RI tahun 2010, tentang Industri Farmasi, yang
harus memiliki secara tetap paling sedikit 3 (tiga) orang Apoteker Warga Negara
Indonesia, sebagai penanggung jawab pemastian mutu, produksi, dan
pengawasan mutu.
Pelatihan mengenai materi CPOB bagi personil PT. Bintang Toedjoe
dilakukan secara berkala. Hal ini merupakan salah satu wujud komitmen
perusahaan dalam melaksanakan fungsinya untuk memproduksi obat yang
terjamin mutu dan khasiatnya. Salah satu materi yang disampaikan adalah CPOB
yang diberikan secara berkala untuk semua karyawan di PT. Bintang Toedjoe.
Tujuan pelatihan telah dirancang dan ditetapkan sebelum pelatihan dilaksanakan.
Materi pelatihan telah dibuat secara berjenjang, yang dituangkan secara rinci dan
tertulis dalam bentuk rencana pelatihan. Materi yang disampaikan diberikan
Universitas Indonesia
secara bertahap dalam jangka waktu yang ditetapkan dan terjadwal, serta
disampaikan dengan metode yang disesuaikan dengan kebutuhan dan jenis
materi. Selain itu disediakan modul pembelajaran online untuk supervisor dan
manager, untuk meningkatkan pengetahuan dan meningkatkan kembali materi
yang pernah didapat mengenai manajemen mutu.
Universitas Indonesia
yang terbagi menjadi dua kelas yaitu kelas III (grey area) untuk proses
penimbangan, pengolahan (pengadukan dan pengisian) dan pengemasan primer,
serta ruang kelas IV (black area) yang terdiri atas ruang pengemasan sekunder
dan ruang ganti pakaian.
Pembagian kelas setiap ruangan produksi sesuai dengan persyaratan
CPOB, didasarkan pada peraturan udara dalam suatu sistem AHS (Air Handling
System), baik tekanan udara, suhu, kelembaban relatif, jumlah partikel serta
mikroba sehingga tidak merusak atau mempengaruhi hasil produksi.
Fasilitas penerangan cukup efektif dan ventilasi udara baik, ditunjang
dengan adanya pengendalian terhadap udara melalui sistem AHU (Air Handling
Unit), pengaturan suhu, kelembaban dan penyaring udara. Pengaturan suhu dan
kelembaban diatur pada tingkat kenyamanan karyawan dengan mengatur suhu
agar tidak menyebabkan karyawan kedinginan atau berkeringat secara berlebihan
dalam pakaian kerjanya sehingga proses kerja tidak terganggu. Disamping faktor
kenyamanan, faktor lain yang terpenting adalah diharapkan pengaturan suhu dan
kelembaban tidak mempengaruhi stabilitas obat yang sedang diproduksi.
b. Ruang Penyimpanan
Selain bangunan produksi, gudang merupakan bangunan lain yang harus
dijaga kondisinya. Gudang sebaiknya kering, tidak lembab, bebas hama dan
memudahkan arus pergerakan barang dan manusia. Untuk mencegah masuknya
hama dan serangga yang dapat menyebabkan rusaknya material yang disimpan,
gudang di PT. Bintang Toedjoe dilengkapi dengan pest control. Sistem
pengeluaran barang di gudang Instalasi Penyimpanan telah mengikuti sistem
FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out) serta disesuaikan
dengan jadwal produksi.
c. Ruangan Pengawasan Mutu
Bangunan laboratorium pengawasan mutu telah memenuhi persyaratan
CPOB, karena pembagian ruangan yang sudah jelas untuk setiap bagian di
laboratorium, yaitu laboratorium uji kimia, laboratorium uji fisika, laboratorium
mikrobiologi, ruang instrumen, ruang timbang, ruang kantor, ruang penyimpanan
contoh pertinggal dan ruang penyimpanan reagen. Persyaratan ruangan untuk
Universitas Indonesia
laboratorium adalah kelas G, dimana tidak ada persyaratan untuk jumlah partikel
yang diperbolehkan.
d. Penanganan Serangga dan Binatang Pengerat
Untuk penanganan serangga dan binatang pengerat, telah dibuat suatu
program pengendalian hama (pest control) yang teratur, efektif dan
terdokumentasi yang bekerjasama dengan vendor (pihak ketiga). Hal ini
dilakukan untuk menjaga kebersihan dan menjaga mutu produk yang dihasilkan.
4.4 Peralatan
Peralatan untuk pembuatan obat harus memiliki desain dan konstruksi
yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasikan dengan
tepat agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets ke bets.
Penempatan peralatan di PT. Bintang Toedjoe disesuaikan dengan tahapan
kegiatan yang dilakukan dan jarak yang memadai untuk memudahkan kegiatan
karyawan di dalamnya. Hal ini untuk menghindari adanya kontaminasi silang
antar bahan di daerah yang sama. Perawatan peralatan dilakukan menurut jadwal
yang tepat sesuai dengan protap yang ada, dengan cara dibersihkan setiap kali
selesai digunakan dalam produksi. Perawatan peralatan ini dilaksanakan dengan
tujuan untuk mencegah malfungsi atau pencemaran yang dapat mempengaruhi
identitas, mutu dan kemurnian suatu produk yang disebabkan oleh kotoran yang
tertinggal di alat.
Peralatan juga dilengkapi dengan label yang menunjukkan apakah alat
tersebut siap atau tidak untuk digunakan. Di setiap alat atau mesin diberi kode
tertentu dan terdapat protap penggunaan yang akan memudahkan pemakaian
peralatan. Peralatan yang telah dibersihkan dicantumkan keterangan tertulis yang
menyatakan status alat, siapa yang membersihkan, kapan dan siapa yang
mengetahui kemudian diberi label “TELAH DIBERSIHKAN”. Ini bertujuan
untuk membedakan alat yang telah dibersihkan dengan peralatan yang belum
dibersihkan. Untuk memastikan kebersihan alat, dilakukan validasi pembersihan
untuk memastikan peralatan produksi terbebas dari residu kimia dan
mikrobiologi sisa produk atau bahan pembersih yang digunakan sebelumnya.
Pada proses ini digunakan senyawa marker, yang merupakan salah satu
Universitas Indonesia
komponen yang digunakan dalam proses produksi. Senyawa penanda ini dipilih
berdasarkan jumlah produksi, tingkat keberbahayaan dan kelarutannya. Jika
senyawa marker tidak ditemukan lagi setelah proses pembersihan, maka peralatan
tersebut dapat dikatakan bersih.
Peralatan yang digunakan di ruang produksi PT. Bintang Toedjoe
memenuhi persyaratan CPOB, sebagian besar peralatan terbuat dari stainless
steel yang bersifat inert dan menggunakan pelumas food grade. Selain itu
dilakukan verifikasi dan kalibrasi secara berkala terhadap peralatan produksi.
Universitas Indonesia
4.6 Produksi
Produksi obat di PT. Bintang Toedjoe dilaksanakan dengan mengikuti
prosedur yang telah ditetapkan yang menjamin produk yang dihasilkan
memenuhi spesifikasi yang ditentukan. Untuk itu selalu dilakukan validasi
terhadap bahan, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau mekanisme yang
digunakanan dalam produksi dan pengawasan mutu. Kegiatan bagian produksi
diawali dengan permintaan distributor melalui bagian pemasaran, yang kemudian
akan dikeluarkan SOL (Sales Order Local) atau SOE (Sales Order Export),
kemudian bagian PPIC ( Production Planning and Inventory Control) akan
melaksanakan permintaan tersebut dan mengeluarkan surat perintah pelaksanaan
produksi. Bagian produksi kemudian meminta bahan baku dan bahan kemas pada
bagian gudang. Bagian gudang akan melakukan penimbangan bahan-bahan yang
dibutuhkan yang telah lulus uji menggunakan alat timbangan dengan sistem
komputerisasi dan kemudian mengirimkan bahan-bahan tersebut ke ruang
staging.
Pembuatan produk effervescent diawali dengan proses pencampuran dan
pengisian kemudian pengemasan sekunder. Pada proses pencampuran terdiri dari
beberapa tahap yang meliputi proses asam, basa, fase luar, sweetener dan bintik
warna, proses ini dilakukan dalam ruangan terpisah terutama pada prosess asam
Universitas Indonesia
dan proses basa, hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya reaksi asam-
basa. Untuk asam dilakukan pengayakan kemudian dilakukan premixing untuk
penambahan pembasah (alkohol) setelah itu dilakukan proses pengeringan
dengan menggunakan alat fluid bed dryer (FBD). Untuk basa, langsung
dikeringkan menggunakan alat FBD. Untuk fase luar dan bintik luar prosesnya
sama dengan proses asam, sedangkan sweeteners langsung diayak. Setelah semua
proses selesai dilakukan pencampuran akhir dengan keadaan ruangan yang suhu
dan kelembabannya diatur, setelah itu dilakukan pengemasan primer dan
pengemasan sekunder.
Proses pembuatan serbuk dilakukan secara granulasi maupun non
granulasi, sebagai contoh produk waisan dibuat secara granulasi. Awalnya bahan
baku diayak dan dihaluskan setelah itu digranulasi yang membentuk massa
granul kemudian dikeringkan dengan alat FBD dan setelah itu diayak kembali,
kemudian dilakukan proses pencampuran akhir lalu dilakukan proses pengisian
dan pengemasan. Produk-produk disimpan dalam gudang obat jadi.
Proses pembuatan produk yang berbentuk cairan diawali dengan pelarutan
masing-masing bahan kemudian dilakukan proses pengisian dan pengemasan.
Selama proses berjalan pada masing-masing bagian produksi, pada waktu tertentu
dilakukan proses pengambilan sampel untuk uji kualitas produk oleh bagian
Quality Control.
Universitas Indonesia
mutu dari produk yang dihasilkan mulai dari bahan baku sampai produk jadi.
Kegiatan pengawasan mutu di PT. Bintang Toedjoe didukung dengan instrumen-
instrumen yang memenuhi syarat untuk pengujian fisika, kimia dan mikrobiologi.
Bagian QC bertanggung jawab untuk melaksanakan kontrol terhadap kualitas
produk sesuai dengan spesifikasi yang sudah dibuat, dimana metode yang
digunakan dikembangkan oleh Andev. Disamping itu, bagian ini juga melakukan
berbagai pengujian yang meliputi semua fungsi analisa termasuk pengambilan
sampel, pemeriksaan dan pengujian bahan baku, produk antara, produk ruahan,
produk jadi, program uji stabilitas, validasi, dokumentasi dari suatu penyimpanan
spesifikasi yang berlaku bagi setiap bahan dan produk termasuk metode
pengujian.
Bagian QA dan QC terbagi menjadi tiga bagian yaitu bagian QC Pulomas,
bagian QC Pulogadung, dan bagian validasi-kalibrasi di bagian pengawasan
bagian QA. Bagian validasi-kalibrasi bertugas melakukan validasi dan kalibrasi
selama proses produksi baik sebelum dan sesudah produksi. Bagian QC baik di
Pulomas maupun Pulogadung bertugas melakukan pengawasan mutu terhadap
bahan baku, bahan kemas, obat jadi dan IPC (In Process Control).
Saat ini PT. Bintang Toedjoe sedang memvalidasi ruangan untuk sampling
raw material. Ruangan ini dibuat setara dengan kelas kebersihan jenis produk
dimana raw material ini akan digunakan. Hal ini sesuai dengan pedoman yang
dipersyaratkan oleh CPOB bahwa ruangan sampling raw material setara dengan
tempat produksi bahan tersebut.
Pengendalian mutu terhadap bahan baku dan produk jadi yang dihasilkan
PT Bintang Toedjoe mengacu pada metode analisis yang dikembangkan oleh
Andev. Spesifikasi yang digunakan mengacu pada Farmakope Indonesia, United
States Pharmacopeia (USP), atau British Pharmacopeia (BP).
Bagian-bagian QC terdiri dari:
a. Analis Raw Material (RM) melakukan pemeriksaan pada bahan baku yang
datang. Bahan baku tersebut akan diperiksa terlebih dahulu identitas CoA
(Certificate of Analysis) dan dilakukan pemeriksaan fisik, kimia dan biologi.
Hasil pemeriksaan dibandingkan dengan spesifikasi yang telah ditentukan dan
dibuat oleh bagian Analytical Development.
Universitas Indonesia
b. Analis Packaging Material (PM) akan menguji bahan kemas yang datang,
dimana cara sampling dan analisanya mengikuti Working Instruction (WI)
yang telah ditentukan Hasil pemeriksaan dibandingkan dengan spesifikasi
yang telah ditentukan dan dibuat oleh bagian Packaging Development.
c. Analis Obat Jadi akan menguji produk antara dan produk ruahan yang
dihasilan oleh bagian produksi. Jika hasilnya sesuai spesifikasi maka produk
tersebut dapat dilanjutkan untuk tahap selanjutnya
d. Analis Mikrobiologi melakukan pengujian sterilitas bahan baku, pengujian
kualitas air, pengujian sterilitas ruangan dan peralatan, dan pengujian limbah.
e. Inspektor melakukan pemeriksaan fisik produk ruahan seperti pH, sensori dan
waktu larut
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
4.10 Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan
dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu.
Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap
personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga
memperkecil resiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul
karena hanya mengandalkan komunikasi lisan. Selain itu, dokumentasi berfungsi
untuk memudahkan penelusuran sejarah produk bila terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan serta untuk mengantisipasi terjadinya kesalahan. Sistem
pendokumentasian PT. Bintang Toedjoe dilakukan secara komputerisasi dengan
sistem BIBS (Bintang Toedjoe’s Intelegent Bussiness System) yang secara
otomatis tersambungkan pada setiap bagian yang menyangkut seluruh aspek
dalam meghasilkan produk. Mulai dari sistem pemesanan barang, persediaan di
gudang, status release, sampai barang-barang yang akan didistribusikan sesuai
sistem FIFO ( First In First Out) dan FEFO (First Expire First Out).
Semua kegiatan produksi dan pendukungnya mulai dari bahan baku
hingga menghasilkan obat jadi harus didokumentasikan, data-data tersebut dicatat
dalam batch record. Batch record merupakan catatan pengolahan batch, catatan
tersebut memuat semua bahan baku, bahan pembantu dan bahan pengemas
beserta jumlahnya, jalannya proses produksi, dan hal-hal lain yang terkait dengan
proses produksi. Bila di kemudian hari ditemukan masalah maka dengan batch
record penyebab masalah akan mudah ditelusuri.
Selain batch record, dokumentasi dicatat dalam bentuk form, misalnya
form prosedur kerja PWO (Production Work Order), PPO (Primary Packaging
Order) dan SPO (Secondary Packaging Order). Seluruh kegiatan produksi dan
pendukungnya mulai dari bahanbaku hingga produk jadi harus mengikuti alur
dokumentasi.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
a) Kualifikasi desain
Proses mengkaji desain (design review) yang didokumentasi untuk
meyakinkan bahwa seluruh aspek mutu telah dipertimbangkan dan dikaji
pada tahap perencanaan
b) Kualifikasi instalasi
Bukti terdokumentasi berupa test bahwa alat atau sistem yang dipakai
dimanufacturing process terpasang secara benar sesuai dengan
spesifikasinya.
c) Kualifikasi operasional
Verifikasi yang terdokumentasi bahwa sistem atau sub-sistem beroperasi
pada operating range yang diharapkan
d) Kualifikasi performance
Bukti yang terdokumentasi bahwa sistem atau alat beroperasi sesuai
dengan spesifikasi design dan menghasilkan produk yang reproducible
sesuai dengan kualitasnya
Universitas Indonesia
5.1 Kesimpulan
1. Dalam industri farmasi seorang apoteker memiliki peranan yang penting
yaitu menjadi personil kunci sebagai kepala produksi, kepala pengawasan
mutu dan kepala pemastian mutu.
2. Tugas dan fungsi seorang apoteker dalam bidang industri farmasi
memegang peranan penting sebagai tenaga professional yang ikut serta
dalam menentukan kualitas produk yang dihasilkan melalui keahliannya
dalam bidang kefarmasian.
3. PT. Bintang Toedjoe telah menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik
(CPOB) dalam tiap aspek dan rangkaian proses produksinya yang
meliputi aspek personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan
higiene, produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri dan audit mutu,
penanganan keluhan terhadap produk, penarikan kembali produk, dan
produk kembalian, dokumentasi, pembuatan dan analisis berdasarkan
kontrak, serta kualifikasi dan validasi.
4. Kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Bintang Toedjoe
membantu mahasiswa dalam memahami rangkaian kegiatan yang
dilakukan di industri farmasi mulai dari proses pembelian bahan awal
(bahan baku dan bahan kemas), proses produksi, proses analisa hingga
distribusi produk jadi sehingga dapat digunakan oleh masyarakat
5.2 Saran
69 Universitas Indonesia
Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2012). Pedoman Cara Pembuatan Obat
yang Baik. Jakarta
70 Universitas Indonesia
President Director
Managing Director
Sales Dev.
Internal Quality
Manager
Audit System Head
Manager
Public Relation
Head
Finance Project
Analyst Manager
Marketing Manager
Support
Manager
Universitas Indonesia
FD Staff FD Staff
(Ryan) (Ilham
Farhansyah)
Universitas Indonesia
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JANUARI 2014
i Universitas Indonesia
ii Universitas Indonesia
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran
dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan,
dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat (DepKes,
2012).
Jahe (Zingiber officinale) merupakan salah satu rempah-rempah dalam
suku temu-temuan (Zingiberaceae), se-famili dengan temu-temuan lainnya
seperti temulawak (Curcuma xanthorrizha), temu hitam (Curcuma aeruginosa),
kunyit (Curcuma domestica), kencur (Kaempferia galanga), lengkuas (Languas
galanga), dan lain-lain yang telah digunakan secara luas di dunia baik sebagai
bumbu dapur maupun sebagai obat medis terhadap penyakit-penyakit ringan.
Jahe berasal dari Asia Pasifik yang tersebar dari India sampai Cina. Bagian utama
yang dimanfaatkan pada tanaman jahe adalah rimpang jahe. Berdasarkan
morfologinya (ukuran, bentuk, dan warna rimpang), di Indonesia dikenal tiga
jenis jahe, yaitu jahe gajah, jahe emprit, dan jahe merah atau dikenal jahe sunti
(Paimin dan Murhananto, 1991). Secara umum, ketiga jenis jahe tersebut
mengandung pati, minyak atsiri, serat, sejumlah kecil protein, vitamin, mineral,
dan enzim proteolitik yang disebut zingibain (Denyer et al, 1994). Menurut
penelitian Hernani dan Hayani (2001), jahe merah mempunyai kandungan pati
(52,9%), minyak atsiri (3,9%), dan ekstrak yang larut dalam alkohol (9,93%)
lebih tinggi dibandingkan jahe emprit (41,48; 3,5; dan 7,29%) dan jahe gajah
(44,25; 2,5; dan 5,81%).
Komposisi kimia jahe sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain
waktu panen, lingkungan tumbuh (ketinggian tempat, curah hujan, jenis tanah),
keadaan rimpang (segar atau kering) dan geografi (Mustafa et al, 1990 ; Ali et al,
2008). Rasa pedas dari jahe segar berasal dari kelompok senyawa gingerol, yaitu
senyawa turunan fenol. Komponen tertinggi dari gingerol adalah [6]-gingerol.
Rasa pedas dari jahe kering berasal dari senyawa shogaol ([6]-shogaol), yang
1 Universitas Indonesia
merupakan hasil dehidrasi dari gingerol. Di dalam jahe merah Indonesia senyawa
gingerol dan shogaol yang ditemukan adalah [6]-gingerol dan [6]-shogaol.
Komponen kimia utama pemberi rasa pedas adalah keton aromatic yang disebut
gingerol terdiri dari 6, 8, dan 10 gingerol (Hernani dan Christina Winarti, 2001).
Jahe (Zingiber officinale (L.) Rosc.) mempunyai kegunaan yang cukup
beragam, antara lain sebagai rempah, minyak atsiri, pemberi aroma, ataupun
sebagai obat (Bartley dan Jacobs, 2000). Dalam bidang obat-obatan tradisional,
jahe biasa digunakan untuk mengobati berbagai macam gejala maupun penyakit
seperti mual, flu, demam, bronchitis, asma, motion sickness, dan gangguan
pencernaan (Darwis, et al, 1991; Langner et al, 1998).
Beberapa produk herbal PT. Bintang Toedjoe menggunakan ekstrak jahe
sebagai salah satu bahan aktifnya, dimana dalam masa penyimpanan, rasa pedas
yang ditimbulkan oleh jahe mengalami penurunan rasa sehingga perlu dianalisis
penyebab terjadinya penurunan rasa pedas tersebut.
1.2 Tujuan
Universitas Indonesia
2.1 Sirup
2.1.1 Definisi Sirup
Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain dengan
kadar tinggi. Kecuali dinyatakan lain, kadar sukrosa tidak kurang dari 64% dan
tidak lebih dari 66% (Farmakope Indonesia edisi III, 1979). Sedangkan definisi
sirup berdasarkan Farmakope Indonesia edisi IV, adalah larutan oral yang
mengandung sukrosa atau gula lain dengan kadar tinggi.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam sediaan sirup adalah (Ansel,
1989) :
1. Kelarutan zat aktif
Larut atau tidaknya suatu zat dalam sistem tertentu dan besarnya kelarutan
tergantung pada sifat serta intensitas kekuatan yang ada pada zat terlarut,
pelarut, dan resultan interaksi zat terlarut-pelarut. Kelarutan suatu zat sangat
dipengaruhi oleh suhu, umumnya kenaikan suhu menyebabkan bertambahnya
kelarutan suatu zat.
2. Kestabilan zat aktif dalam larutan
Kestabilan suatu zat aktif sangat mempengaruhi kadar sediaan. Jika di dalam
sirup terdapat senyawa yang tidak stabil misalnya mudah terurai atau
teroksidasi, hal ini akan menyebabkan kadar zat aktif akan berkurang,
sehingga obat menjadi tidak berkhasiat.
3. Dosis takaran
4. Penyimpanan
3 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.1.3 Keuntungan dan Kerugian Bentuk Sediaan Sirup (Aulton, 1988; Lund,
1994)
Keuntungan bentuk sediaan sirup yaitu:
1. Lebih mudah ditelan dibanding bentuk padat sehingga dapat digunakan untuk
bayi, anak-anak dan lanjut usia.
2. Segera diabsorbsi karena sudah berada dalam bentuk terlarut (tidak
mengalami proses disintegrasi dan pelarutan)
3. Obat secara homogen terdistribusi ke seluruh sediaan
4. Mengurangi resiko iritasi pada lambung oleh zat-zat iritan (misalnya aspirin)
karena larutan akan segera diencerkan oleh cairan lambung.
Kerugian bentuk sirup yaitu:
1. Larutan bersifat voluminous, sehingga kurang menyenangkan untuk diangkut
dan disimpan.
2. Stabilitas dalam bentuk larutan biasanya kurang baik dibandingkan bentuk
sediaan tablet atau kapsul, terutama jika bahan mudah terhidrolisis.
3. Larutan merupakan media ideal untuk pertumbuhan mikroorganisme, oleh
karena itu memerlukan penambahan pengawet.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2. Pengawet (Ansel,1989)
Jumlah pengawet yang dibutuhkan untuk menjaga sirup terhadap
pertumbuhan mikroba berbeda-beda sesuai dengan banyaknya air yang tersedia
untuk pertumbuhan, sifat dan aktivitasnya sebagai pengawet yang dipunyai oleh
beberapa bahan formulasi (misalnya banyak dari minyak-minyak pemberi rasa
yang sudah bersifat steril dan mempunyai aktivitas anti mikroba), dan dengan
kemampuan pengawet itu sendiri. Diantara pengawet-pengawet yang umum
digunakan sebagai pengawet sirup dengan konsentrasi lazim yang efektif adalah
asam benzoat (0,1-0,2%), natrium benzoat (0,1-0,2%) dan berbagai campuran
metil-paraben (0,015-0,2%), propil-paraben (0,01-0,02%), dan butil-paraben
(0,006-0,05%). Seringkali alkohol digunakan dalam pembuatan sirup untuk
membantu kelarutan bahan-bahan yang larut dalam alkohol, tetapi secara normal
alkohol tidak ada dalam produk akhir dalam jumlah yang dianggap cukup sebagai
pengawet (15-20%).
3. Flavouring agent
Digunakan untuk memberikan rasa yang sesuai dan seringkali wangi ke
dalam suatu preparat farmasi. Hampir semua sirup menggunakan flavouring agent
baik yang berasal dari sintetis/buatan atau bahan-bahan yang berasal dari alam
seperti minyak-minyak menguap (contoh: minyak jeruk), minyak anisi, minyak
kayu manis, coklat, mentol, minyak permen, vanili, dan lain-lainnya (Ansel,1989).
4. Coloring agent
Tujuan penggunaan zat pemberi warna (coloring agent) dalam preparat
farmasi yaitu untuk estetika., membantu sensori untuk flavour yang digunakan,
dan yang paling penting untuk tujuan kekhasan produk. Pewarna yang digunakan
umumnya larut dalam air, tidak bereaksi dengan komponen lain dalam sirup, dan
warnanya stabil selama masa penyimpanan. Untuk jumlah pewarna yang umum
ditambahkan ke dalam preparat cair, berkisar antara 0,0005 dan 0,001 %
tergantung pada pewarna dan intensitas warna yang diinginkan (Ansel, 1989).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Dalam keadaan ini, cairan-cairan lain yang larut dalam sirup atau
bercampur dengannya mungkin ditambahkan dan dicampur seksama untuk
membentuk produk yang merata. Bila bahan padat akan ditambahkan ke
sirup, senyawa umumnya dilarutkan pelan-pelan karena sifat kental sirup
tidak memungkinkan senyawa padat tersebar cepat ke seluruh sirup untuk
pelarut yang tersedia dan juga karena terbatasnya air yang tersedia dalam
sirup pekat.
3. Penambahan sukrosa pada cairan obat yang dibuat atau pada cairan yang
diberi rasa
Adakalanya cairan obat, seperti tinktur atau ekstrak cair, digunakan
sebagai sumber obat dalam pembuatan sirup. Banyak tinktur-tinktur dan
ekstrak seperti itu mengandung bahan-bahan yang larut dalam alkohol dan
dibuat dengan pembawa beralkohol atau hidroalkohol. Jika komponen yang
larut dalam alkohol dibutuhkan sebagai bahan obat yang ada dalam sirup
yang sesuai, beberapa cara umum digunakan untuk membuat bahan-bahan
tersebut larut dalam air. Akan tetapi bila komponen yang larut dalam alkohol
tidak dibutuhkan atau komponen-komponen yang tidak penting dari sirup
yang sesuai, komponen-komponen tersebut umumnya dihilangkan dengan
mencampur tinktur atau ekstrak kental dengan air, campuran dibiarkan
sampai zat-zat yang tidak larut dalam air terpisah sempurna, kemudian
campuran tersebut disaring, diambil filtratnya kemudian ditambahkan
sukrosa. Contoh sirup yang menggunakan metode ini adalah sirup senna.
4. Dengan perkolasi dari sumber-sumber bahan obat atau sukrosa
Dalam cara perkolasi, sukrosa dapat diperkolasi untuk membuat sirup,
atau sumber komponen obat dapat diperkolasi untuk menjadi ekstrak yang
kepadanya dapat ditambahkan sukrosa atau sirup. Cara yang terakhir benar-
benar meliputi 2 prosedur yang berbeda : mula-mula pembuatan ekstrak obat
dan kemudian pembuatan sirup.
Dalam pembuatan sirup dengan perkolasi sukrosa, air murni atau larutan
air dari cairan obat, atau cairan pemberi rasa dibiarkan untuk melewati kolom
Kristal sukrosa dengan lambat untuk melarutkannya. Perkolat (hasil
perkolasi) ditampung dan dikembalikan ke dalam alat perkolasi sesuai
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.2.1 Deskripsi
Jahe (Zingiber officinale Rosch.) termasuk tanaman herba, semusim,
tegak, ketinggian mencapai 40-50 cm. Berbatang semu, beralur, membentuk
rimpang dan berwarna hijau. Daunnya tunggal, berbentuk lanset, tepi rata,
ujungnya runcing, pangkal tumpul dan berwarna hijau tua. Bunga majemuk,
berbentuk bulir, sempit, ujung runcing, panjangnya 3-5,5 cm, lebar 1,5-2 cm,
tangkai panjang ± 2 cm, hijau merah, kelopak berbentuk tabung, mahkota
berbentuk corong dengan panjang 2-2,5 cm, berwarna ungu. Bijinya bulat dan
berwarna hitam. Akarnya serabut, berwarna putih dan kotor (Depkes, 2000).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
putik bulat, kecil, putih, putih kekuningan. Buah bulat telur, putih kekuningan.
Biji keras, kecil, kuning kecoklatan. Akar tunggang, kuning kecoklatan (Depkes,
2000).
Universitas Indonesia
2.4.1 Deskripsi
Kunyit merupakan tumbuhan semak dengan tinggi ± 70 cm yang berumur
musiman, tumbuh berumpun-rumpun, mempunyai susunan tubuh yang terdiri dari
akar, batang semu, rimpang, terdiri dari kumpulan kelopak atau pelepah daun
yang berpautan, daun tangkai bunga, dan kuntum bunga (Rukmana, 1994). Batang
semu, tegak, bulat, membentuk rimpang, hijau kekuningan. Daunnya tunggal,
memanjang, helai daun tiga sampai delapan, ujung dan pangkal runcing, tepi rata,
panjang 20-40 cm, lebar 8-12,5 cm, pertulangan menyirip, hijau pucat (Depkes,
2000). Kunyit merupakan tanaman tahunan yang tumbuh merumpun, dapat
mencapai tinggi hingga satu meter. Tumbuhan ini tidak berbulu, batangnya
pendek, bunganya putih pucat atau kuning, daunnya berjumbai, mempunyai daun
pelindung bewarna putih bergaris hijau dan diujungnya merah jambu, sedangkan
yang terletak dibagian bawah bewarna hijau muda, serta pelepah daunnya
membentuk batang semu (Purseglove et al., 1981). Kunyit dikenal sebagai
Curcuma longga Linn, karena nama tersebut sudah dipakai untuk jenis rempah-
rempah lainnya, maka tahun 1918 diganti menjadi Curcuma domestica oleh
Valantin (Purseglove et al., 1981).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.5.1 Deskripsi
Teh merupakan salah satu tanaman perdu dengan tinggi 5-10 m.
Batangnya berkayu, tegak, bercabang-cabang, ujung ranting berambut, coklat
kehijauan. Daunnya tunggal tersebar, kaku, elips, ujung dan pangkal runcing, tepi
bergerigi, panjang 12-14 cm, lebar 3,5-4,5 cm, pertulangan menyirip dan
berwarna hijau. Bunga berkelamin dua, di ketiak daun, diameter 3-4,5 cm,
kelopak bentuk mangkok, hijau, benang sari membentuk lingkaran, pangkal
menyatu, melekat pada daun mahkota, pada bagian dalam lepas, tangkai sari ± 1
cm, putih kekuningan, kepala sari kuning, tangkai putik bercabang tiga, panjang ±
1 cm, hijau kekuningan, mahkota bulat, tidak berbulu, pangkal berlekatan putih.
Akarnya tunggang, putih kotor (Depkes, 2000).
Teh merupakan salah satu minuman yang paling banyak dikonsumsi di
dunia, kedua setelah air, dan sifat-sifat pengobatannya telah banyak dieksplorasi.
Tanaman teh, Camellia sinensis, merupakan anggota keluarga Theaceae, dan
hitam, oolong, dan hijau teh dihasilkan dari daunnya. Teh merupakan tumbuhan
semak atau pohon dan dapat tumbuh hingga ketinggian 30 kaki, tapi biasanya
dapat dipangkas pada 2-5 kaki untuk budidaya. Daunnya hijau gelap, beragam dan
oval, dengan tepi bergerigi, dan bunga berwarna putih, harum, dan hidup
berkelompok atau sendiri-sendiri (Stephen, 2002).
Universitas Indonesia
anti inflamasi, termogenik, probiotik, dan anti mikroba di banyak manusia, hewan,
dan studi in vitro (Alschuler, 1998; Graham, 1992).
2.5.3 Khasiat
Daun Camellia sinensis berkhasiat sebagai obat diare dan obat pusing
(Depkes, 2000).
2.6.3 Indikasi
Mengatasi diare dan gejala yang sering menyertai diare seperti perut
melilit, mual, dan kembung, dengan kandungan bahan-bahan alami.
2.6.4 Dosis
Dewasa: 3 x 2 sachet/hari
Anak-anak: 3 x 1 sachet/hari
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3. Descriptive Test
Digunakan untuk pengembangan produk, dalam hal mendefinisikan
karakter produk, pemetaan dan dokumentasi deskriptor/atribut sensori, serta
melacak perubahan sensori dari waktu ke waktu, panelis, atau sebagai kontrol
produk.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Sumber: Petunjuk Kerja Tes Sensori R&D PT. Bintang Toedjoe, 2011
Universitas Indonesia
25 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
4.1 Hasil
4.1.1 Studi Stabilitas Rasa Entrostop Herbal Anak
Tanggal Hari ke- Nama Panelis Rasa
5/9/2013 0 Mita Pedas, manis, hangat di tenggorokan,
khelat, sedikit agak pahit,
6/9/2013 1 Pissa Pedasnya kurang, manis, hangat di
tenggorokan, khelat
Mita Sedikit pedas, manis, hangat, khelat,
sedikit agak pahit
Bertha Pedas, manis, khelat, sedikit agak
pahit
9/9/2013 4 Pissa Pedasnya hilang, manis, hangat di
tenggorokan, khelat
Mita Sedikit pedas, manis, hangat di
tenggorokan, khelat
Mifta Sedikit pedas, manis, hangat di
tenggorokan, khelat
10/9/2013 5 Pissa Pedasnya hilang, manis, sedikit
hangat di tenggorokan, khelat
Mita Sedikit pedas, manis, sedikit hangat
di tenggorokan, khelat
Zami Sedikit pedas (ditengah), manis,
hangat di tenggorokan, khelat
11/9/2013 6 Pissa Pedasnya hilang, manis, sedikit
hangat di tenggorokan
Mita Sedikit pedas, manis, sedikit hangat
di tenggorokan, khelat
Mifta Sedikit pedas (diujung), manis,
hangat di tenggorokan, agak khelat
12/9/2013 7 Pissa Pedasnya hilang, manis, sedikit
hangat di tenggorokan
Mita Pedasnya hilang, manis, sedikit
hangat di tenggorokan, agak khelat
Mifta Pedasnya hilang, manis, khelat
13/9/2013 8 Pissa Pedasnya hilang, manis, tidak khelat
Mita Pedasnya hilang, manis, sedikit
hangat di tenggorokan, agak khelat
Mifta Pedasnya hilang, manis, sedikit
khelat
Tabel 4.1 Data studi stablitas rasa Entrostop Herbal Anak
27 Universitas Indonesia
Dari hasil studi stabilitas rasa entrostop herbal anak yang diamati setiap
hari kerja hingga rasa pedas mengalami penurunan dan dianggap mendekati
dengan rasa existing maka selanjutnya dilakukan uji sensori dengan metode uji
segitiga (Triangle test) dengan jumlah panelis sebanyak 18 orang. Hasil dari uji
sensori dengan metode uji segitiga (Triangle test) dapat dilihat pada tabel di
bawah :
No
Kode Sampel Kombinasi Pilihan Benar (+) / Salah (-)
.
1 487 865 396 A A C 396 +
2 865 644 396 A C C 865 +
3 644 487 396 C A C 644 -
4 396 644 487 C C A 396 -
5 487 396 865 A C A 487 -
6 644 487 865 C A A 865 -
7 487 865 396 A A C 865 -
8 865 644 396 A C C 644 -
9 644 487 396 C A C 644 -
10 396 644 487 C C A 396 -
11 487 396 865 A C A 865 -
12 644 487 865 C A A 865 -
13 487 865 396 A A C 487 -
14 865 644 396 A C C 644 -
15 644 487 396 C A C 644 -
16 396 644 487 C C A 644 -
17 487 396 865 A C A 396 +
18 644 487 865 C A A 865 -
Jumlah jawaban benar : 3
Tabel 4.2 Data hasil uji sensori dengan metode segitiga (Triangle test)
Dari hasil data diatas maka dapat ditarik kesimpulan, seperti tabel di bawah ini :
Universitas Indonesia
4.2 Pembahasan
Beberapa produk yang diproduksi PT. Bintang Toedjoe yang
menggunakan ekstrak bahan alami diantaranya adalah entrostop herbal anak.
Entrostop herbal anak adalah salah satu produk yang diindikasikan untuk
mengatasi diare dan gejala yang sering menyertai diare seperti perut melilit,
mual, dan kembung, dengan kandungan bahan-bahan alami. Kandungan bahan
alami yang terdapat dalam entrostop herbal anak adalah Psidium guajava leaf
extract (daun jambu biji), Camellia sinensis leaf extract (green tea) yang
mengandung quercetin dan tannin yang membantu mengatasi diare dengan cara
mengurangi kontraksi usus dan menurunkan permeabilitas kapiler, curcuma
domestica rhizome ekstrak (kunyit) yang digunakan untuk mengatasi gejala-
gejala lain yang sering menyertai diare seperti perut kembung, mual, dan keluhan
perut lainnya. Kandungan bahan alami lainnya yaitu zingiber (jahe) untuk
mengatasi keluhan di saluran cerna karena mengandung enzim pencernaan dan
mencegah mual.
Pada tugas ini dilakukan uji sensori skala kecil dari awal mula produk
dibuat hingga kurang lebih 1 bulan pengamatan melalui uji sensori stabilitas rasa
pedas pada produk entrostop herbal anak. Uji sensori adalah suatu metode untuk
mengukur, menganalisa, dan menginterpretasikan reaksi dari karakteristik bahan
pangan yang diterima melalui penglihatan, bau, rasa, sentuhan, dan pendengaran
atau suara. Berdasarkan pengamatan uji sensori skala kecil (dilihat pada tabel
4.1), pada hari ke-0 setelah pembuatan produk entrostop herbal anak memberikan
rasa yang pedas, namun pada hari ke-1 dan seterusnya terjadinya penurunan rasa
pedas hingga pada hari ke-7 menurut para panelis rasa pedas pada produk
entrostop herbal anak sudah hilang, hanya dirasakan rasa manis dan sedikit
khelat. Jadi, dapat disimpulkan sementara berdasarkan dari hasil pengamatan dan
uji sensori stabilitas rasa skala kecil dapat dilihat bahwa adanya terjadi penurunan
rasa pedas pada produk tersebut.
Pada produk entrostop herbal anak dilakukan studi stabilitas rasa pedas,
didapatkan hasil bahwa selama 8 hari sudah terjadi penurunan rasa pedas pada
produk tersebut. Karena dirasakan produk ini sudah memiliki rasa yang mirip
dengan produk yang dihasilkan di produksi maka dilakukan uji sensori dengan
Universitas Indonesia
skala yang lebih besar. Uji sensori yang digunakan adalah uji segitiga (triangle
test) dengan 18 orang panelis. Pada uji segitiga ini, setiap panelis diberi tiga
sediaan yang terdiri dari dua formula yang sama dan satu berbeda. Panelis
mencoba ketiga sediaan tersebut dan memilih satu sediaan yang dianggapnya
berbeda. Berdasarkan hasil uji segitiga, dinyatakan bahwa hanya 3 dari 18 jumlah
panelis yang menjawab dengan benar. Hal ini menyatakan 15 panelis tidak dapat
membedakan formula entrostop herbal anak staging bulk selama 8 hari
dibandingkan dengan formula entrostop herbal anak existing. Jadi, dari data
triangle test/uji segitiga dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan
signifikan antara formula entrostop herbal anak staging bulk selama 8 hari
dibandingkan dengan formula entrostop herbal anak existing.
Berdasarkan dari data uji stabilitas rasa pada produk entrostop herbal anak
dapat ditarik kesimpulan bahwa kedua produk tersebut mengalami penurunan
rasa pedas. Komposisi bahan aktif herbal pada produk entrostop herbal anak yang
dapat menimbulkan rasa pedas adalah jahe. Bagian dari tanaman jahe yang dapat
dimanfaatkan adalah rimpangnya. Rimpang jahe mengandung minyak atsiri yang
berada di bagian sel-sel dagingnya. Komposisi kimia dari rimpang jahe
menentukan tinggi rendahnya nilai aroma dan pedasnya rimpang jahe. Sifat khas
jahe disebabkan oleh minyak atsiri, sedangkan oleoresin menyebabkan pedas.
Rasa pedas jahe timbul karena kandungan senyawa gingerol. Pada proses
pengolahan, senyawa gingerol akan berubah menjadi senyawa shogaol sehingga
menyebabkan berkurangnya rasa pedas dari jahe. Selain itu juga, komponen-
komponen fenolik pada jahe juga dapat berkontribusi terhadap flavor jahe.
Beberapa sayuran dan rempah mengandung turunan fenolik yang menyebabkan
karakteristik panas, tajam, dan sensasi menyengat dalam mulut yang disebut
pungensi (kepedasan). Karakteristik pungent dari jahe segar dan juga terdapat
dalam oleoresin jahe disebabkan oleh fenilalkilketon yang merupakan turunan
dari vanilin. Kelompok senyawa ini dikenal dengan gingerol (Shahidi dan Naczk,
1995). Gingerol sebagai komponen utama jahe dapat terkonversi menjadi shohaol
atau zingeron. Shogaol terbentuk dari gingerol dalam proses pemanasan.
Gingerol sangat tidak stabil dengan adanya panas dan pada suhu tinggi akan
berubah menjadi shogaol. Kecepatan degradasi dari gingerol menjadi shogaol
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Dari hasil studi stabilitas rasa pada produk entrostop herbal anak dapat
disimpulkan bahwa terjadinya penurunan rasa pedas pada produk tersebut.
Untuk entrostop herbal anak waktu penurunan terjadinya rasa pedas
selama 8 hari.
5.1.2 Penyebab terjadinya penurunan rasa pedas pada produk entrostop herbal
anak kemungkinan disebabkan komponen utama yang terkandung dalam
jahe yang menghasilkan rasa pedas yaitu gingerol berubah menjadi
shogaol sehingga kepedasan jahe selama penyimpanan menjadi berkurang.
5.2 Saran
5.2.1 Kualitas dari produk-produk yang telah diproduksi di PT. Bintang
Toedjoe Pulogadung sudah sangat baik dan perlu dipertahankan.
5.2.2 Lebih banyak melatih staff dari departemen lain untuk menjadi panelis
pada uji sensori.
32 Universitas Indonesia
Anonim, 2013.
http://id.kalbe.co.id/ProdukdanJasa/ProdukKesehatan/ProdukAZ/tabid/403
/ID/1963/ENTROSTOP-ANAK.aspx diunduh pada hari jum’at 25-10-
2013, pukul 17:47
Bhattarai, S., V.H. Tran dan C.C. Duke. 2001. The stability of gingerol and
shogaol in aqueous solution. J. Pharm. Sci. 90 : 1658–1664.
Carpenter, R.P., et all. 2000. Guidelines for Sensory Analysis in Food Product
Development and Quality Control second ed. Aspen Publication,
Maryland.
Dede. 2012. Makalah pelatihan: Pengujian Sensori Produk Pangan, Pusat Studi
Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor.
33 Universitas Indonesia
Denyer, C.V., P. Jackson, D.M. Loakes, M.R. Ellis dan D.A.B. Yound. 1994.
Isolation of antirhinoviral sesquiterpenes from ginger (Zingiber
officinale). J Nat Products. 57 : 658-662.
Evans, W.C. 2002. Ginger, Trease and Evans Pharmacognosy, 15th ed. WB
Saunders, Edinburgh, pp. 277–280.
Felipe, C.F., S.F. Kamyla, L. André, N.S.B. José, A.N. Manoel, M.F. Marta dan
S.V. Glauce. 2008. Alterations in behavior and memory induced by the
essential oil of Zingiber officinale Roscoe (ginger) in mice are
cholinergic-dependent. J. Medicinal Plants Res. 2 : 163-170
Langner, E., S. Greifenberg dan J. Gruenwald. 1998. Ginger: history and use.
Adv. Ther. 15: 25–44.
Lee, H. S., S.S. Lim, G.J. Lim, J.S. Lee, E.J. Kim dan K.J. Hong. 2008. Antiviral
effect of ingenol and gingerol during HIV-1 replication in MT4 Human T
lymphocytes. Antiviral Res. 12:34-37.
Universitas Indonesia
Wohlmuth, H., D.N. Leach, M.K. Smith dan S.P. Myers. 2005. Gingerol content
of diploid and tetraploid clones of ginger (Zingiber officinale Roscoe). J.
Agric. Food Chem. 53 : 5772–5778.
Universitas Indonesia