Professional Documents
Culture Documents
OLEH :
KUPANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN
2. Berternak
Selain petani dan nelayan, sebagian warga masyarakat Pulau Rote juga menghidupi suatu
usaha yang telah digeluti sejak dulu dengan beternak. Peternakan merupakan salah satu
sektor yang memiliki peluang usaha di Kabupaten Rote Ndao. Padang pengembalaan yang
tersedia sekitar 43.699 hektar di 8 kecamatan dan populasi ternak besar (sapi, kuda dan
kerbau) yang masih kurang memungkinkan untuk usaha pengembangan khususnya dalam
pembibitan baik kualitas maupun kuantitas dan industri pakan ternak. Jenis ternak besar yang
cukup menonjol di wilayah ini adalah kambing, kuda, domba, babi, sapi dan kerbau.
Sedangkan ternak kecilnya adalah ayam dan itik.
Untuk ternak sapi, daerah sentra produksi tersebar di Kecamatan Rote Timur, Pantai
Baru, Rote Tengah dan Lobalain. Kerbau banyak terdapat di Kecamatan Rote Tengah dan
Rote Barat Laut. Sedangkan kuda banyak terdapat di Kecamatan Rote Barat Daya dan Rote
Barat Laut. Populasi domba, kambing dan babi tersebar hampir merata di seluruh wilayah
Kabupaten Rote Ndao.
Pola pengusahaan hewan ternak ini masih mengandalkan pada potensi lahan untuk
menghasilkan bahan pakan. Ternak-ternak ini pada umumnya dilepas pada pagi hari untuk
mencari makan dan dikandangkan pada sore hari. Jika dilihat dari potensi lahan kering yang
ada di wilayah Kabupaten Rote Ndao, maka populasi ternak ini masih potensial untuk
dikembangkan lebih besar lagi.
Jenis ternak yang dipelihara oleh masyarakat Desa Limakoli antara lain babi, sapi,
ayam. Hewan ternak tidak dipelihara di dalam kandang, melainkan dibiarkan lepas. Jika
seseorang memelihara sapi, maka sapi tersebut dibiarkan lepas ke padang rumput untuk
mencari makan. Sapi baru akan dicari pemiliknya ketika akan dijual. Untuk membedakan
antara pemilik sapi yang satu dengan yang lain, pemilik menandainya dengan memberikan
cap nama pada kulit sapi atau menggunting telinga sapi dengan menggunakan pola tertentu
untuk menunjukkan kepemilikan seseorang terhadap sapi tersebut. Babi biasanya juga dilepas
pada pagi hari, dan akan kembali ke rumah pada sore hari untuk diberi makan. Putak atau isi
batang pohon gewang merupakan makanan babi yang biasa diberikan. Sedangkan ayam
biasanya dibiarkan di sekitar rumah dan memperoleh makan dari sisa makanan yang
diberikan oleh pemiliknya. (Khairunnisa,2014)
Selain sektor pertanian, Kabupaten Nagekeo juga unggul dalam sektor Peternakan.
Berdasarkan hasil sensus pertanian 2013, Populasi sapi dan kerbau hasil PSPK di Kabupaten
Nagekeo mencapai 30.697 ekor. Sementara itu, dari hasil sensus pertanian 2013, populasi
sapi dan kerbau mencapai 32.862 ekor. Apabila dirinci menurut wilayah, kecamatan yang
memiliki sapi dan kerbau paling banyak adalah Kecamatan Aesesa dengan jumlah populasi
sebanyak 9.030 ekor, kemudian Boawae (8.246 ekor), dan Wolowae (4.918 ekor).
Sedangkan kecamatan yang memiliki sapi dan kerbau paling sedikit adalah Keo Tengah
dengan jumlah populasi sebanyak 552 ekor (BPS Kabupaten Nagekeo, 2013).
Jumlah populasi sapi dan kerbau di Kabupaten Nagekeo yang mencapai 30.697 ekor
dengan kondisi iklim yang kering dan tingkat curah hujan yang rendah akan berdampak
terhadap ketersediaan hijauan ternak (HNT) yang mengakibatkan ternak mengalami
kekurangan pakan pada musim kemarau. Oleh karena itu, dapat dilakukan pengelolaan lahan
kering dengan Sistem Tiga Strata (STS). Sistem Tiga Strata (STS) adalah suatu tata cara
penanaman dan pemangkasan rumput, leguminosa sebagai stratum 1, semak sebagai stratum
2, dan pohon sebagai stratum 3, sehingga tersedia pakan hijauan yang bermutu sepanjang
tahun (Nitis et al, 1989).
1. Lahan yang diintegrasikan dengan STS adalah lahan yang kurang subur.
Kusuburan tanah dapat ditingkatkan dengan bintil-bintil nitrogen dari nodulasi
akar tanaman leguminosa, pupuk hijau, dan pupuk kandang. Karenanya, lahan
yang subur dipakai untuk tanaman pangan dan tanaman perkebunan;
2. Petani yang mempunyai lahan sempit tidak akan mau menanam rumput, semak,
dan pohon untuk makanan ternak. Karena itu, rumput, semak, dan pohon
ditanam sebagai pagar dari tanaman palawija ataupun tanaman perkebunan
3. Integrasi dengan ternak
4. STS dapat mengurangi erosi dan memperpanjang masa produktivitas lahan
tersebut dengan daya penyangganya untuk menahan erosi oleh air hujan, sinar
matahari, dan angin; dan
5. Dengan STS, petani mempunyai waktu senggang untuk kegiatan diluar
pertanian, sehingga pendapatan peternakan dan pendapatan petani meningkat
(Partama et al, 2013).
Pakan merupakan faktor penting dalam pertumbuhan dan perkembangan ternak, dimana
pakan merupakan sumber nutrizi bagi ternak. Kurangnya pakan dapat mempengaruhi
produktivitas dari ternak. Menurut Rodes, et al., 2003, penampilan reproduksi pada sapi
potong dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kualitas pakan, menyusui dan penyakit
peripartum. Ciccioli and Wettemann (2000) melaporkan anestrus post partum dapat mencapai
146 hari pada sapi potong dengan kualitas pakan yang rendah. Perbaikan pakan dan
manajemen dapat mempercepat munculnya estrus post partum pada sapi Brahman Cross.
Pada kondisi pakan yang baik, akan memicu pelepasan hormon gonadotrophin (FsH dan LH)
di hipofisa anterior dan menyebabkan folikel ovarium berkembang dan hewan menjadi estrus.
2.4 Sistem Mata Pencarian Masyarakat Di Kabupaten Malaka Yang Berkaitan Dengan
Dunia Kedokteran Hewan.
Tarian Likurai merupakan salah satu tarian tradisional yang berasal dari desa
Kereana,Kecamatan Botin Leobele, Kabupaten Malaka yang lahir sekitar tahun 1800. Dan
mulai menyebar luas ke seluruh daerah di Nusa Tenggara Timur. Pada zaman dahulu di
daerah Malaka terdapat sebuah tradisi memenggal kepala musuh saat berhasil mengalahkan
musuhnya. Sepulangnya dari medan perang, para pejuang dari daerah Malaka selalu
membawa kepala musuh yang dikalahkan sebagai simbol keperkasaan dan kemenangan.
Dalam pementasan tarian likurai peralatan dan atribut yang digunakan para penari
adalah bibiliku (tihar atau tambur) dan aksesoris lainnya yang digunakan pada saat
pementasan. Untuk memenuhi serta menjaga agar tradisi tersebut tidak lenyap dan tidak
dilupakan maka sebagian dari masyarakat di Kabupaten Malaka berprofesi sebagai pengrajin
bibiliki atau tihar.
Proses pembuatannya menggunakan kulit kambing maupun kulit dari sapi. Teknik
pengeringannya adalah dengan cara menjemur begitu saja dibawah sinar matahari atau
langusung disimpan di atas jalanan yang aspal, karena menurut pengrajin jalanan tersebut
dirasa cukup panas sampai kulit tersebut mengeras dan siap digunakan. Kaitannya dengan
dunia kedokteran hewan adalah dilihat dari teknik penjemurannya yang tidak higienis dan
bisa ada cemaran mikroba yang ada pada kulit tersebut kemudian digunakan lagi oleh
pengguna.
Gambar 7. Alat musik Tihar yang digunakan untuk tarian likurai(sumber: Wikipedia )
BAB III
PENUTUP
Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa mata pencarian dari masyarakat yang ada di
provinsi NTT beraneka ragam dan semua mata pencarian tersebut tidak memenuhi kaidah
dari kedokteran hewan. Hal tersebut meliputi perburuan ikan paus, pengrajin cangkang
penyu, dan pengrajin alat kesenian yang terbuat dari produk asal hewan.
Daftar Pustaka
http://kupang.tribunnews.com/2017/05/26/keindahan-yang-ilegal-catatan-memperingati-hari-
penyu-23-mei-2017. Diakses tanggal 17 oktober 2018 Badan Pusat Statistika.2009.
Statistiak Kabupaten Nagekeo: BPS Nagekeo
Badan Pusat Statistika.2013. Statistiak Kabupaten Nagekeo: BPS Nagekeo
Bimas Ketahanan Pangan Ngada.2005 (https://tanagekeo.wordpress.com/2008/04/08/nagekeo-
dalam-kilas/)
Ciccioli N.H. and Wettemann, r.P. 2000. Nutritional effects on estrus and Ovarian Activity of
spring Calving FirstCalf Heifers. Animal science research report.;160-163
Fatima,Imakulata. 2010. Nagekeo: Antara Kenytaan dan Harapan Menuju Pertanian yang
Berkelanjutan. Fakultas Pertanian Universitas Flores Ende NTT
Haryadi, R. 2007. Cakram Matahari Memburu Kotekelema. Gatra Nomor 28. Jakarta.
Khairunnisa Marizka, dkk. 2014. Perempuan Rote Meniti Tradisi. Pusat Humaniora,
Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
Nitis, iM., lana, k., suarna, M., sukanten, W., Putra s., and Arga, W. 1989. three strata system.
For cattle feeds and feeding in dryland farming area in Bali. Final report to
iDrC.Canada.352pp.
Rhodes, F.M., McDougall, s., Burke, C.r., verkerk , G.A., and Macmillan, k.l. 2003. invited
review: treatment of Cows with an Extended Postpartum Anestrous Interval
Partama,Gaga.,Candrawati.,Sudiastra.I.W.,Kusumawati Candraasih., dan Kayana.2013.
Penerapan Sistem Tiga Strata (Sts) Untuk Mengatasi Masalah Hijauan Makanan
Ternak Pada Petani Ternak Sapi Di Desa Pengotan, Kabupaten Bangli. Jurnal
Udayana Mengabdi 12 (2): 73 - 76