You are on page 1of 25

SATUAN ACARA PENYULUHAN

“PENCEGAHAN STUNTING”

Memenuhi tugas matakuliah

Promosi Kesehatan

Yang dibimbing Dr. Atti Yudiernawati, SKp, MPd

Disusun Oleh:

Devita Ardiani

1401100003
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN MALANG

APRIL 2016

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Materi penyuluhan : Pencegahan stunting

Pokok bahasan : Pencegahan stunting

Sasaran : Orang tua anak

Hari/ Tanggal : April 2016

Waktu : 30 menit

Tempat : Poltekkes Kemenkes Malang

1. LATAR BELAKANG

Stunting merupakan istilah untuk penyebutan anak yang tumbuh tidak

sesuai dengan ukuran yang semestinya (bayi pendek). Stunting (tubuh pendek)

adalah keadaan tubuh yang sangat pendek hingga melampaui defisit 2 SD

dibawah median panjang atau tinggi badan populasi yang menjadi referensi

internasional. Stunting adalah keadaan dimana tinggi badan berdasarkan umur

rendah, atau keadaan dimana tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan anak

– anak lain seusianya (MCN, 2009).


Stunted adalah tinggi badan yang kurang menurut umur (<-2SD), ditandai

dengan terlambatnya pertumbuhan anak yang mengakibatkan kegagalan dalam

mencapai tinggi badan yang normal dan sehat sesuai usia anak. Stunted

merupakan kekurangan gizi kronis atau kegagalan pertumbuhan dimasa lalu dan

digunakan sebagai indikator jangka panjang untuk gizi kurang pada anak.

Stunting dapat didiagnosis melalui indeks antropometrik tinggi badan

menurut umur yang mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan

pasca persalinan dengan indikasi kekurangan gizi jangka panjang, akibat dari gizi

yang tidak memadai dan atau kesehatan.

Sekitar 8,8 juta anak Indonesia menderita stunting (tubuh pendek)

karena kurang gizi. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 mencatat angka

kejadian stunting nasional mencapai 37,2 persen. Angka ini meningkat dari 2010

sebesar 35,6 persen (Rizma, 2016). Oleh karena itu dalam hal ini diperlukan

upaya pencegahan stunting salah satunya dengan penyuluhan bagaimana cara

mencegah stunting diberikan pada orangtua anak.

2. TUJUAN

a. Tujuan Umum

Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan orangtua anak dapat

mengetahui dan memahami bagaimana mencegah stunting.

b. Tujuan Khusus

Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan diharapkan pasien dan

keluarga pasien dapat mengetahui tentang:

1) Defenisi Stunting
2) Penyebab stunting

3) Dampak stuntig

4) Cara mencegah stunting

5) Zat Gizi Mikro yang Berperan untuk Menghindari Stunting (Pendek)

3. RENCANA KEGIATAN

1. Metode : Ceramah, diskusi, dan Tanya jawab

2. Media dan Alat Bantu : Leaflet, Pertunjukan slides (melalui

overhead projector, slide projector, komputer dan LCD projector, atau

lainnya), poster, video.

3. Tempat dan Waktu

a. Tempat Kegiatan : Poltekkes Kemenkes Malang

b. Hari/Tanggal : April 2016

4. Materi dan Pemateri : Devita Ardiani

5. Peserta : Orang tua anak

6. Waktu : 30 menit

4. KEGIATAN PENYULUHAN
Tahap
Kegiatan perawat Kegiatan klien Media
Kegiatan

Pembukaan 1. Salam pembuka 1. Menjawab 1. Ceramah

( 5 menit) 2. Memperkenalkan diri salam 2. Tanya jawab

3. Menjelaskan maksud dan 2. Mendengarkan

tujuan penyuluhan keterangan

4. Menggali pengetahuan peserta penyaji

tentang materi yang akan 3. Menyampaikan

disampaikan pengetahuan

tentang materi

yang

disampaikan

Penyajian dan 1. Defenisi Stunting - Memperhatikan 1. Ceramah

diskusi 2. Penyebab stunting - Mendengarkan 2. Tanya jawab

( 20 menit) 3. Dampak stuntig keterangan 3. Leaflet

4. Cara mencegah stunting penyaji

5. Zat Gizi Mikro yang Berperan

untuk Menghindari Stunting

(Pendek)
Penutup 1. Mengevaluasi atau menanyakan Peserta menjawab Tanya jawab

(5 menit) kembali materi yang telah pertanyaan,

disampaikan pada peserta memperhatikan dan

2. Menyimpulkan kembali materi menjawab salam

yang telah disampaikan

3. Memberi salam penutup

5. KRITERIA EVALUASI

1. Evaluasi terstruktur

a) Adanya koordinasi antara pemateri, peserta penyuluhan dan panitia

penyelenggara selama acara penyuluhan berlangsung.

b) Persiapan acara penyuluhan dapat dilakukan dengan baik, misalnya

dalam penyiapan kursi, absensi dan leaflet.

c) Sebelum penyuluhan telah dilakukan perjanjian penyuluhan dengan

pihak Poltekkes Kemenkes Malang

2. Evaluasi proses
a) Peserta aktif mendengarkan dan menyimak acara penyuluhan

b) Peserta aktif bertanya topik yang dibahas pada sesi tanya jawab.

c) Peserta mampu merespon pertanyaan yang diberikan pemateri..

3. Evaluasi hasil

Peserta mampu menjelaskan kembali materi yang telah disampaikan

dengan benar melalui pertanyaan lisan meliputi pengertian stunting, cara

mencegahnya, dan zat gizi yang berperan menghindari stunting (75%).

6. MATERI PENYULUHAN (Lampiran 1)

7. DAFTAR PUSTAKA (Lampiran 2)

8. PRE-TEST DAN POST-TEST (Lampiran 3)


Lampiran 1

MATERI PENYULUHAN

A. Defenisi Stunting

Masalah gizi pada remaja dipengaruhi oleh beberapa hal, yang salah

satunya adalah ketidakseimbangan antara makanan yang dikonsumsi

dengan kebutuhan gizi pada remaja yang akan menimbulkan masalah gizi

kurang atau masalah gizi lebih (Cavadin et al, 2000 cit. Emilia, 2009).

Stunting atau pendek merupakan salah satu bentuk gizi kurang yang

ditandai dengan indikator tinggi badan menurut umur (Anindita, 2012).

Menurut data dari Riskesdas (2013) di Indonesia, prevalensi stunting atau

pendek secara nasional tahun 2013 adalah 37,2%, yang berarti terjadi

peningkatan dibanding tahun 2010 dan 2007. Sedangkan untuk remaja

usia 13-15 tahun, prevalensi stunting mencapai 35,1%. Hal ini

menunjukkan kejadian stunting pada anak dan remaja di Indonesia yang

terbilang masih cukup tinggi, mengingat standar WHO untuk anak

stunting adalah 20% (Saniarto, 2014).

Stunting menjadi permasalahan karena berhubungan dengan

meningkatnya risiko terjadinya kesakitan, kematian, dan perkembangan

otak yang suboptimal (Lewit, 1997, cit. Mitra, 2015). Remaja yang

terhambat pertumbuhannya lebih tinggi tingkat kecemasan, gejala 3

depresi, dan memiliki harga diri (self esteem) yang lebih rendah

dibandingkan dengan remaja yang tidak terhambat pertumbuhannya

(Walker, 2007 cit. Mitra, 2015).


Stunting merupakan istilah untuk penyebutan anak yang tumbuh tidak

sesuai dengan ukuran yang semestinya. Stunting adalah keadaan dimana tinggi

badan berdasarkan umur rendah, atau keadaan dimana tubuh anak lebih pendek

dibandingkan dengan anak – anak lain seusianya (MCN, 2009). Stunted adalah

tinggi badan yang kurang menurut umur, ditandai dengan terlambatnya

pertumbuhan anak yang mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tinggi badan

yang normal dan sehat sesuai usia anak. Stunted merupakan kekurangan gizi

kronis atau kegagalan pertumbuhan dimasa lalu dan digunakan sebagai indikator

jangka panjang untuk gizi kurang pada anak.

Stunting dapat didiagnosis melalui indeks antropometrik tinggi badan

menurut umur yang mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan

pasca persalinan dengan indikasi kekurangan gizi jangka panjang, akibat dari gizi

yang tidak memadai dan atau kesehatan. Stunting merupakan pertumbuhan linier

yang gagal untuk mencapai potensi genetic sebagai akibat dari pola makan yang

buruk dan penyakit (ACC/SCN, 2000).

Stunting didefinisikan sebagai indikator status gizi TB/U sama dengan

atau kurang dari minus dua standar deviasi (-2 SD) dibawah rata-rata standar atau

keadaan dimana tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan anak – anak lain

seusianya (MCN, 2009) (WHO, 2006). Ini adalah indikator kesehatan anak yang

kekurangan gizi kronis yang memberikan gambaran gizi pada masa lalu dan yang

dipengaruhi lingkungan dan keadaan sosial ekonomi.


B. Penyebab Stunting

Menurut beberapa penelitian, kejadian stunted pada anak merupakan suatu

proses kumulatif yang terjadi sejak kehamilan, masa kanak-kanak dan sepanjang

siklus kehidupan. Pada masa ini merupakan proses terjadinya stunted pada anak

dan peluang peningkatan stunted terjadi dalam 2 tahun pertama kehidupan.

Faktor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab tidak

langsung yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan

janin. Ibu hamil dengan gizi kurang akan menyebabkan janin mengalami

intrauterine growth retardation (IUGR), sehingga bayi akan lahir dengan kurang

gizi, dan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan.

Remaja yang mengalami hambatan dalam pertumbuhan disebabkan

kurangnya asupan makanan yang memadai dan penyakit infeksi yang berulang,

dan meningkatnya kebutuhan metabolic serta mengurangi nafsu makan, sehingga

meningkatnya kekurangan gizi pada remaja. Keadaan ini semakin mempersulit

untuk mengatasi gangguan pertumbuhan yang akhirnya berpeluang terjadinya

stunted (Allen and Gillespie, 2001).

Gizi buruk kronis (stunting) tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja

seperti yang telah dijelaskan diatas, tetapi disebabkan oleh banyak faktor, dimana

faktor-faktor tersebut saling berhubungan satu sama lainnnya. Terdapat tiga faktor

utama penyebab stunting yaitu sebagai berikut :


 Asupan makanan tidak seimbang (berkaitan dengan kandungan zat gizi

dalam makanan yaitu karbohidrat, protein,lemak, mineral, vitamin, dan

air).

 Riwayat berat badan lahir rendah (BBLR),

 Riwayat penyakit.

Lancet “Maternal and Child Nutrition” Series tahun 2004 memuat satu

konsep model faktor-faktor yang menyebabkan kekurangan gizi, kecacatan atau

disability dan kematian.

• Dalam diagram tersebut terlihat bahwa kekurangan gizi kronis atau pendek

lebih dipengaruhi oleh faktor gangguan pertumbuhan pada masa janin,

kekurangan asupan zat gizi mikro dan kekurangan asupan energy dan

protein.

• Sementara itu gizi kurang akut yang sering disebut gizi kurang atau kurus

lebih banyak dipengaruhi oleh faktor tidak cukupnya asupan gizi terutama

kalori dan protein dan infeksi penyakit.

• Tidak optimalnya pemberian Air Susu Ibu pada waktu bayi merupakan

salah satu penyebabnya tingginya infeksi pada bayi yang mengakibatkan

kekurangan gizi akut dan kematian.

• Kekurangan gizi mikro disamping menyebabkan kekurangan gizi kronis

juga menyebabkan disability, yang meningkatkan risiko kematian

• Faktor-faktor kemiskinan, sosial budaya dan politik, meningkatnya infeksi

penyakit, ketahanan pangan dan tidak optimalnya cakupan dan kualitas

pelayanan merupakan merupakan faktor yang secara bersama-sama

maupun secara sendiri-sendiri berpengaruh pada keadaan gizi pada saat


ibu hamil, kekurangan gizi mikro, asupan energy yang rendah dan tidak

optimalnya pemberian Air Susu Ibu pada waktu bayi.

C. Dampak Stunting

Stunting dapat mengakibatkan penurunan intelegensia (IQ), sehingga

prestasi belajar menjadi rendah dan tidak dapat melanjutkan sekolah. Bila

mencari pekerjaan, peluang gagal tes wawancara pekerjaan menjadi besar dan

tidak mendapat pekerjaan yang baik, yang berakibat penghasilan rendah

(economic productivity hypothesis) dan tidak dapat mencukupi kebutuhan pangan.

Karena itu anak yang menderita stunting berdampak tidak hanya pada fisik yang

lebih pendek saja, tetapi juga pada kecerdasan, produktivitas dan prestasinya

kelak setelah dewasa, sehingga akan menjadi beban negara. Selain itu dari aspek

estetika, seseorang yang tumbuh proporsional akan kelihatan lebih menarik dari

yang tubuhnya pendek.

Stunting yang terjadi pada masa anak merupakan faktor risiko

meningkatnya angka kematian, kemampuan kognitif, dan perkembangan motorik

yang rendah serta fungsi-fungsi tubuh yang tidak seimbang (Allen & Gillespie,

2001). Gagal tumbuh yang terjadi akibat kurang gizi pada masa-masa emas ini

akan berakibat buruk pada kehidupan berikutnya dan sulit diperbaiki.

Masalah stunting menunjukkan ketidakcukupan gizi dalam jangka waktu

panjang, yaitu kurang energi dan protein, juga beberapa zat gizi mikro.

D. Cara Pengukuran Stunting


E. Cara Mencegah Stunting

Asupan makanan yang tidak seimbang, berkaitan dengan kandungan zat gizi

dalam makanan yaitu karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin, dan air

merupakan salah satu faktor yang dikaitkan dengan terjadinya stunting (UNICEF,

2007). Menurut IDAI (2013) kebutuhan protein tertinggi pada saat puncak

percepatan tinggi terjadi pada masa remaja. Namun, di Jawa Tengah data

menunjukkan penduduk dengan Angka Kecukupan Protein (AKP) sangat kurang

sebanyak 52,4% dialami oleh penduduk usia 13 – 18 tahun (Santoso et al, 2014).

Kebutuhan gizi pada remaja lebih tinggi daripada usia anak. Namun, kebutuhan

gizi pada remaja perempuan dan laki-laki akan jelas berbeda. Hal ini disebabkan

oleh adanya pertumbuhan yang pesat, kematangan seksual, perubahan komposisi

tubuh, mineralisasi tulang, dan perubahan aktifitas fisik. Meskipun aktifitas fisik
tidak meningkat, tetapi total kebutuhan energi yang akan tetap meningkat akibat

pemebesaran ukuran tubuh. Kebutuhan nutrisi yang meningkat pada masa remaja

adalah energi, protein, kalsium, besi, dan zinc.1

Energi

Kebutuhan energi pada individu remaja yang sedang tumbuh sulit untuk

ditentukan secara tepat. Faktor yang perlu diperhatikan untuk menentukan gizi

remaja adalah aktifitas fisik, seperti olahraga. Remaja yang aktif dan melakukan

olehraga memerlukan masukan energi yang lebih besar dibandingkan remaja

pasif.1

Zat-zat gizi yang dapat memberikan energy adalah karbohidrat, lemak, dan

protein. Osidasi zat-zat gizi ini menghasilkan energy yang diperlukan tubuh untuk

melakukan kegiatan/aktivitas. Ketiga zat ini termasuk ikatan organik yang

mengandung karbon yang dapat dibakar. Ketiga Zat gizi tersebut terdapat dalam

jumlah paling banyak dalam bahan pangan.[ii]

Sumber energi terutama diperoleh dari makanan yang mengandung

karbohidrat seperti beras,terigu, dan hasil olahan lainnya, umbi-umbian, jagung,

sagu, gula.1

Protein

Kebutuhan protein juga meningkat pada masa remaja, karena proses

pertumbuhan terjadi dengan cepat. Pada akhir masa remaja, kebutuhan protein

lebih besar pada remaja laki-laki, karena perbedaan komposisi tubuh. Kecukupan
protein harus memenuhi 12-14% dari pemasukan energi. Bila pemasukan energi

tidak adekuat, maka protein akan digunakan sebagai sumber energi dan ini akan

mengakibatkan malnutrisi.1

Protein mempunyai fungsi yang khas tidak dapat digantikan oleh zat gizi

lain, yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh. Semua enzim,

berbagai hormon, pengangkut zat-zat gizi dan darah, matriks intraseluler dan

sebagainya adalah protein.2 Makanan sumber protein hewani bernilai biologis

lebih tinggi dibandingkan sumber protein nabati karena komposisi asam amino

esensial yang lebih baik dari segi kualitas dan kuantitas. Contoh sumber protein

adalah daging merah (sapi, kerbau, kambing), daging putih (ayam, ikan), susu dan

hasil olahannya, kedelai, dan hasil olahnnya, kacang-kacangan.1

Mineral

Kebutuhan mineral terutama kalsium, zinc, dan zat besi juga meningkat

pada masa remaja. Kalsium penting untuk kesehatan tulang, khususnya dalam

menambah massa tulang. Keterbatasan massa tulang selama remaja akan

meningkatkan resiko osteoporosis pada kehidupan selanjutnya, khusus pada

wanita. Sumber kalsium yang paling baik adalah susu dan hasil olahannya.

Sumber lainnya adalah ikan, kacang-kacangan, dan sayuran.1

Karena ekspansi volume darah dan untuk mempertahankan produksi

hemoglobin selama pertumbuhan, maka kebutuhan akan zat besi pada remaja juga

meningkat. Zat besi juga dibutuhkan untuk membentuk mioglobin dalam jaringan

otot yang baru. Untuk mengganti kehilangan zat besi selama menstruasi remaja
perempuan lebih banyak membutuhkan zat besi dibandingkan remaja laki-laki.

Remaja laki-laki membutuhkan zat besi untuk proses pertumbuahn itu sendiri.

Kekurangan zat besi akan meningkatkan resiko anemia defisiensi zat besi.

Kebutuhan akan zat besi akan menurunkan seiring dengan melambatnya

pertumbuhan setelah pubertas. Penyerapan zat besi dapat ditingkatkan oleh

vitamin C; dan sebaliknya dihambat oleh kopi, teh, makanan tinggi serat,

suplemen kalsium, dan produk susu. Makanan yang banyak menggandung zat besi

adalah, hati, daging merah, daging putih, kacang-kacangan dan sayuran hijau.1

Zinc dibutuhkan untuk pertumbuhan serta kematangan seksual remaja,

terutama bagi remaja laki-laki. Defisiensi zinc dapat menimbulkan resiko

retaradasi mental dan hipogonatisme.1

Vitamin

Vitamin adalah zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah

sangat kecil, pada umumnya tidak dapat dibentuk oleh tubuh. Oleh karena itu,

harus didatangkan dari makanan. Vitamin termasuk kelompok zat pengatur

pertumbuhan dan pemeliharaan kehidupan. Tiap vitamin mempunyai tugas

spesifik di dalam tubuh.2

Kebutuhan vitamin thiamin, riboflavin,dan niasin pada remaja akan

meningkat. Zat-zat tersebut diperlukan untuk membantu proses metabolism

energi. Begitu juga dengan folat dan vitamin B12 yang penting untuk sintesis

DNA dan RNA. Tak kalah pentingnya adalah vitamin D yang dibutuhkan untuk
mendukung pertumbuhan otot. Vitamin A, C, dan E juga dibutuhkan untuk

pertumbuhan dan mendukung fungsi sel baru. 1

1. Mencegah Stunting pada Balita

Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh bersamaan dengan

bertambahnya umur, namun pertambahan tinggi badan relatif kurang sensitif

terhadap kurang gizi dalam waktu singkat. Jika terjadi gangguan pertumbuhan

tinggi badan pada balita, maka untuk mengejar pertumbuhan tinggi badan

optimalnya masih bisa diupayakan, sedangkan anak usia sekolah sampai remaja

relatif kecil kemungkinannya. Maka peluang besar untuk mencegah stunting

dilakukan sedini mungkin. dengan mencegah faktor resiko gizi kurang baik pada

remaja putri, wanita usia subur (WUS), ibu hamil maupun pada balita. Selain itu,

menangani balita yang dengan tinggi dan berat badan rendah yang beresiko terjadi

stunting, serta terhadap balita yang telah stunting agar tidak semakin berat.

Kejadian balita stunting dapat diputus mata rantainya sejak janin dalam

kandungan dengan cara melakukan pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil,

artinya setiap ibu hamil harus mendapatkan makanan yang cukup gizi,

mendapatkan suplementasi zat gizi (tablet Fe), dan terpantau kesehatannya. Selain

itu setiap bayi baru lahir hanya mendapat ASI saja sampai umur 6 bulan

(eksklusif) dan setelah umur 6 bulan diberi makanan pendamping ASI (MPASI)

yang cukup jumlah dan kualitasnya. Ibu nifas selain mendapat makanan cukup

gizi, juga diberi suplementasi zat gizi berupa kapsul vitamin A.

Kejadian stunting pada balita yang bersifat kronis seharusnya dapat dipantau dan
dicegah apabila pemantauan pertumbuhan balita dilaksanakan secara rutin dan

benar. Memantau pertumbuhan balita di posyandu merupakan upaya yang sangat

strategis untuk mendeteksi dini terjadinya gangguan pertumbuhan, sehingga dapat

dilakukan pencegahan terjadinya balita stunting.

Bersama dengan sektor lain meningkatkan kualitas sanitasi lingkungan dan

penyediaan sarana prasarana dan akses keluarga terhadap sumber air terlindung,

serta pemukiman yang layak. Juga meningkatkan akses keluarga terhadap daya

beli pangan dan biaya berobat bila sakit melalui penyediaan lapangan kerja dan

peningkatan pendapatan.

Peningkatan pendidikan ayah dan ibu yang berdampak pada pengetahuan

dan kemampuan dalam penerapan kesehatan dan gizi keluarganya, sehingga anak

berada dalam keadaan status gizi yang baik. Mempermudah akses keluarga

terhadap informasi dan penyediaan informasi tentang kesehatan dan gizi anak

yang mudah dimengerti dan dilaksanakan oleh setiap keluarga juga merupakan

cara yang efektif dalam mencegah terjadinya balita stunting.

2. Penanggulangan dan pencegahan Stunting pada Bayi

a. Penanggulangan stunting pada pertumbuhan bayi

Penanggulangan stunting yang paling efektif dilakukan pada seribu hari

pertama kehidupan, yaitu:

· Pada ibu hamil

Memperbaiki gizi dan kesehatan Ibu hamil merupakan cara terbaik dalam

mengatasi stunting. Ibu hamil perlu mendapat makanan yang baik, sehingga
apabila ibu hamil dalam keadaan sangat kurus atau telah mengalami

KurangEnergiKronis (KEK), maka perlu diberikan makanan tambahan kepada

ibu hamil tersebut. Setiap ibu hamil perlu mendapat tablet tambah darah, minimal

90 tablet selama kehamilan. Kesehatan ibu harus tetap dijaga agar ibu tidak

mengalami sakit.

· Pada saat bayi lahir

Persalinan ditolong oleh bidan atau dokter terlatih dan begitu bayi lahir

melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Bayi sampai dengan usia 6 bulan diberi

Air Susu Ibu (ASI) saja (ASI Eksklusif).

· Bayi berusia 6 bulan sampai dengan 2 tahun

Mulai usia 6 bulan, selain ASI bayi diberi Makanan Pendamping ASI (MP-ASI).

Pemberian ASI terus dilakukan sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih. Bayi dan

anak memperoleh kapsul vitamin A, taburia, imunisasi dasar lengkap.

· Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) harus diupayakan oleh setiap rumah

tangga.

b. Pencegahan stunting pada pertumbuhan bayi

· Kebutuhan gizi masa hamil

Pada Seorang wanita dewasa yang sedang hamil, kebutuhan gizinya dipergunakan

untuk kegiatan rutin dalam proses metabolisme tubuh, aktivitas fisik, serta

menjaga keseimbangan segala proses dalam tubuh. Di samping proses yang rutin

juga diperlukan energi dan gizi tambahan untuk pembentukan jaringan baru, yaitu

janin, plasenta, uterus serta kelenjar mamae. Ibu hamil dianjurkan makan
secukupnya saja, bervariasi sehingga kebutuhan akan aneka macam zat gizi bisa

terpenuhi. Makanan yang diperlukan untuk pertumbuhan adalah makanan yang

mengandung zat pertumbuhan atau pembangun yaitu protein, selama itu juga

perlu tambahan vitamin dan mineral untuk membantu proses pertumbuhan itu.

· Kebutuhan Gizi Ibu saat Menyusui

Jumlah makanan untuk ibu yang sedang menyusui lebih besar dibanding dengan

ibu hamil, akan tetapi kualitasnya tetap sama. Pada ibu menyusui diharapkan

mengkonsumsi makanan yang bergizi dan berenergi tinggi, seperti diisarankan

untuk minum susu sapi, yang bermanfaat untuk mencegah kerusakan gigi serta

tulang. Susu untuk memenuhi kebutuhan kalsium dan flour dalam ASI. Jika

kekurangan unsur ini maka terjadi pembongkaran dari jaringan (deposit) dalam

tubuh tadi, akibatnya ibu akan mengalami kerusakan gigi. Kadar air dalam ASI

sekitr 88 gr %. Maka ibu yang sedang menyusui dianjurkan untuk minum

sebanyak 2–2,5 liter (8-10 gelas) air sehari, di samping bisa juga ditambah dengan

minum air buah.

· Kebutuhan Gizi Bayi 0 – 12 bulan

Pada usia 0 – 6 bulan sebaiknya bayi cukup diberi Air Susu Ibu (ASI). ASI adalah

makanan terbaik bagi bayi mulai dari lahir sampai kurang lebih umur 6 bulan.

Menyusui sebaiknya dilakukan sesegara mungkin setelah melahirkan. Pada usia

ini sebaiknya bayi disusui selama minimal 20 menit pada masing-masing

payudara hingga payudara benar-benar kosong. Apabila hal ini dilakukan tanpa

membatasi waktu dan frekuensi menyusui,maka payudara akan memproduksi ASI

sebanyak 800 ml bahkan hingga 1,5 – 2 liter perhari.


· Kebutuhan Gizi Anak 1 – 2 tahun

Ketika memasuki usia 1 tahun, laju pertumbuhan mulai melambat tetapi

perkembangan motorik meningkat, anak mulai mengeksplorasi lingkungan sekitar

dengan cara berjalan kesana kemari, lompat, lari dan sebagainya. Namun pada

usia ini anak juga mulai sering mengalami gangguan kesehatan dan rentan

terhadap penyakit infeks seperti ISPA dan diare sehingga anak butuh zat gizi

tinggi dan gizi seimbang agar tumbuh kembangnya optimal. Pada usia ini ASI

tetap diberikan. Pada masa ini berikan juga makanan keluarga secara bertahap

sesuai kemampuan anak. Variasi makanan harus diperhatikan. Makanan yang

diberikan tidak menggunakan penyedap, bumbu yang tajam, zat pengawet dan

pewarna. dari asi karena saat ini hanya asi yang terbaik untuk buah hati anda tanpa

efek samping

E. Zat Gizi Mikro yang Berperan untuk Menghindari Stunting (Pendek)

a. Kalsium

Kalsium berfungsi dalam pembentukan tulang serta gigi, pembekuan darah dan

kontraksi otot. Bahan makanan sumber kalsium antara lain : ikan teri kering,

belut, susu, keju, kacang-kacangan.

b. Yodium

Yodium sangat berguna bagi hormon tiroid dimana hormon tiroid mengatur

metabolisme, pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Yodium juga penting untuk

mencegah gondok dan kekerdilan. Bahan makanan sumber yodium : ikan laut,

udang, dan kerang.

c. Zink
Zink berfungsi dalam metabolisme tulang, penyembuhan luka, fungsi kekebalan

dan pengembangan fungsi reproduksi laki-laki. Bahan makanan sumber zink :

hati, kerang, telur dan kacang-kacangan.

d. Zat Besi

Zat besi berfungsi dalam sistem kekebalan tubuh, pertumbuhan otak, dan

metabolisme energi. Sumber zat besi antara lain: hati, telur, ikan, kacang-

kacangan, sayuran hijau dan buah-buahan.

e. Asam Folat

Asam folat terutama berfungsi pada periode pembelahan dan pertumbuhan sel,

memproduksi sel darah merah dan mencegah anemia. Sumber asam folat antara

lain : bayam, lobak, kacang-kacangan, serealia dan sayur-sayuran.


Lampiran 2

DAFTAR PUSTAKA

Adinda. 2014. Masalah Gizi penyebab Stunting (Pendek).

(http://adindascabiosa.blogspot.co.id/2014/04/-masalah-gizi-penyebab-

stunting.html). Diakses pada tanggal 24 April 2016.

Laporan Tahuna Unicef Indonesia. 2012. Ringkasan Kajian Kesehatan Unicef

Indonesia.Oktober 2012.

Laporan Tahunan Indonesia. 2013. Penyajian Pokok-Pokok Hasil Riset Kesehatan Dasar

2013.

Rizma. 2016. 8,8 Juta Anak Indonesia Bertubuh Kerdil.(

http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/01/26/o1k24o385-88-

juta-anak-indonesia-bertubuh-kerdil-part1). Diakses pada tanggal 20 Maret 2016.


Lampiran 3

Evaluasi Pre-Post Test Penyuluhan

1) Apakah pengertian stunting?

2) Bagaimana cara mencegah stunting?

3) Apa saja zat mikro yang berperan menghindari stunting?

You might also like