You are on page 1of 6

BUDIDAYA CABE RAWIT

Cabe rawit (Capsicum frutescens) merupakan tanaman dari benua Amerika.


Tanaman ini cocok dikembangkan di daerah tropis terutama sekitar khatulistiwa.
Tanaman ini paling cocok ditanam di dataran rendah dengan ketinggian 0-500 meter
dpl. Meskipun begitu, cabe rawit bisa tumbuh baik hingga ketinggian 1000 meter dpl.
Untuk tempat yang terlalu tinggi, produktivitas tanaman akan berkurang.
Di dataran tinggi, tanaman cabe rawit masih bisa berbuah. Hanya saja periode
panennya lebih sedikit dibanding dataran rendah. Selain itu, produksi biji pada buah
cabe rawit lebih sedikit. Ini bisa dianggap keunggulan atau kelemahan. Karena tentu
saja konsumen menyukainya namun bobot buah menjadi ringan.
Cabe rawit yang dibudidayakan di Indonesia sangat beragam. Secara umum,
masyarakat mengenal cabe rawit putih dan cabe rawit hijau. Padahal setiap tempat
memiliki macam cabe rawit yang berbeda-beda.
Budidaya cabe rawit relatif lebih rendah resikonya dibanding cabe besar. Tanaman
ini lebih tahan serangan hama, meskipun hama yang menyerang cabe besar bisa
juga menyerang cabe rawit. Kali ini alamtani menguraikan kiat-kiat usaha budidaya
cabe rawit, mulai dari pemilihan benih hingga penanganan panen.

Pemilihan benih cabe rawit


Dewasa ini telah banyak tersedia benih cabe rawit hibrida dengan keunggulannya
masing-masing. Pilihlah benih yang sifatnya sesuai dengan kondisi lahan masing-
masing. Bila sulit didapatkan atau harganya mahal, kita bisa menyeleksi benih cabe
rawit sendiri.
Benih cabe rawit bisa didapatkan dari hasil panen sebelumnya. Gunakan buah dari
hasil panen ke-4 hingga ke-6. Buah yang dihasilkan pada periode panen ini
biasanya memiliki biji yang optimal. Pada hasil panen pertama hingga ketiga, biji
dalam buah cabe rawit biasanya masih sedikit. Sedangkan menjelang periode akhir
panen jumlah biji banyak tapi ukurannya kecil-kecil.
Untuk memilih benih cabe rawit yang baik, pilih beberapa tanaman yang sehat dan
terlihat kuat. Dari tanaman tersebut pilih buah yang bentuknya sempurna, bebas dari
serangan penyakit dan hama. Kemudian biarkan buah tersebut menua pada pohon.
Kalau memungkinkan biarkan buah hingga mengering di pohon.
Setelah buah dipetik, potong secara membujur kulit buahnya. Buang biji yang
terdapat pada bagian pangkal dan ujung buah, ambil biji pada bagian tengah. Biji
pada bagian tengah biasanya yang paling berkualitas.
Kemudian rendam biji cabe rawit tersebut dalam air bersih. Buang biji yang
mengambang, biji yang cocok jadi benih adalah yang berisi dan tenggelam dalam
air. Kemudian jemur biji tersebut hingga kering, kira-kira selama 3 hari.
Kecuali untuk benih organik, kita bisa memberikan fungisida untuk menghindari
serangan jamur. Kemudian simpan benih ditempat yang kering dan masih memiliki
sirkulasi udara. Bila penyimpanannya benar, benih cabe rawit bisa bertahan hingga
dua tahun.
Benih yang baik mempunyai daya tumbuh hingga 80 persen. Semakin lama benih
disimpan, daya tumbuhnya akan terus berkurang. Bila daya tumbuhnya kurang dari
50 persen, sebaiknya jangan gunakan benih tersebut.
Penyemaian benih cabe rawit
Kebutuhan benih untuk satu hektar lahan budidaya cabe rawit sekitar 0,5 kg. Benih
tersebut harus disemaikan terlebih dahulu untuk dijadikan bibit. Tempat penyemaian
hendaknya diberi naungan untuk menghindari terik matahari langsung, kucuran
hujan deras dan terpaan angin.
Siapkan polybag berukuran 5×10 cm kemudian isi dengan media persemaian hingga
¾ bagiannya. Media persemaian terdiri dari campuran tanah, arang sekam dan
kompos dengan perbandingan 1:1:1. Ayak terlebih dahulu bahan-bahan tersebut
dan aduk secara merata.Setelah media persemaian siap, rendam benih cabe rawit
dengan air hangat selama kurang lebih 6 jam. Maksudnya untuk merangsang
pertumbuhan. Kemudian masukkan benih kedalam polybag sedalam 0,5 cm, tutup
permukaannya dengan media tanam.
Penyiraman dilakukan setiap pagi dan sore. Agar kucuran air tidak merusak media
tanam, tutup permukaan polybag dengan kertas koran. Kemudian siram permukaan
kertas koran dengan gembor hingga airnya menetes ke permukaan polybag.
Benih akan tumbuh menjadi bibit cabe rawit maksimal setelah dua minggu. Tapi
biasanya pada hari ke-7 bibit sudah mulai tumbuh. Bibit cabe rawit baru bisa
dipindahkan ke lahan terbuka setelah berdaun 4-6 helai atau kira-kira berumur 1
hingga 1,5 bulan.

Pengolahan tanah dan penanaman


Pengolahan tanah hendaknya dimulai bersamaan dengan pembibitan. Sehingga
ketika bibit cabe rawit siap tanam, lahan sudah siap untuk dipakai.
Pengolahan tanah diawali dengan mencangkul atau membajak lahan sedalam kira
40 cm. Apabila lahan terlalu asam, netralkan dengan dolomit biasanya sekitar 1-4
ha/ton tergantung tingkat keasaman tanah.
Kemudian buat bedengan dengan lebar 100-110 cm dengan tinggi 30-40 cm dan
panjang mengikuti kondisi lahan.Jarak antar bedengan selebar 60 cm.
Campurkan pupuk organik, berupa kompos atau pupuk kandang sebanyak 15-20
ton/ha. BIla tanahnya kurang subur bisa juga ditambahkan urea, SP36 dan KCl
secukupnya.
Penggunaan mulsa plastik hitam perak sebenarnya akan meningkatkan
produktivitas, namun harus dipertimbangkan dengan matang karena biayanya.
Melihat harga rata-rata cabe rawit dipasaran tidak setinggi cabe besar, penggunaan
mulsa bisa merugikan.
Sebagai alternatifnya bisa digunakan mulsa dari jerami. Hanya saja perlu
pengawasan lebih agar pemakaian jerami tidak mengundang hama dan penyakit.
Buat lubang tanam dengan jarak 50-60 cm, lubang tanam dibuat dalam dua baris
dalam satu bedengan dengan jarak antar baris 60 cm. Pembuatan lubang dibuat zig-
zag tidak sejajar. Hal ini berguna untuk meningkatkan penetrasi sinar matahari dan
sirkulasi udara.
Pindahkan bibit dalam polybag semai kedalam lubang tanam dengan menyobek
atau mencopot polybag semai. Kemudian siram dengan air untuk menjaga
kelembabannya. Pemindahan bibit hendaknya dilakukan pada pagi atau sore hari.
Upayakan penanaman dalam satu hamparan bisa selesai dalam sehari.
Perawatan budidaya cabe rawit
Penyiraman diperlukan saat musim kemarau saja. Bila konsidisi terlalu kering
tanaman cabe rawit bisa mati. Pengairan bisa dilakukan dengan kocoran atau
merendam bedengan. Perendaman bendengan cukup dilakukan setiap dua minggu
sekali.
Pemukan susulan ditambahkan setelah tanaman berumur 1 bulan sejak di bibit
ditanam. Selanjutnya berikan pemupukan susulan setiap habis panen. Pemupukan
susulan bisa menggunakan pupuk organik cair atau kompos. Berikan pupuk cair
yang telah diencerkan sebanyak 100 ml untuk setiap tanaman. Sedangkan pupuk
kompos sebanyak 500-700 gram. Bisa juga ditambahkan urea dan NPK sebagai
pupuk tambahan.
Perawatan lain yang diperlukan adalah penyiangan. Karena budidaya cabe rawit
jarang menggunakan mulsa maka penyiangan harus dilakukan lebih intensis.
Upayakan bedengan untuk besih dari gulma.

Pengendalian hama dan penyakit


Tanaman cabe rawit sebenarnya agak tahan terhadap serangan hama. Namun
bukan berarti kebal sama sekali. Hama yang menyerang cabe besar bisa juga
menyerang tanaman cabe rawit. Hama tersebut antara lain, aphid, lalat buah, kepik,
dll.
Sedangkan penyakit yang biasa menyerang tanaman cabe rawit adalah patek,
kerdil, keriting daun dan busuk buah. Penyakit kebanyakan menyerang pada musim
hujan, terutama pada curah hujan tinggi.

Pemanenan cabe rawit


Cabe rawit sudah mulai berbuah dan bisa dipanen setelah berumur 2,5-3 bulan
sejak bibit ditanam. Periode panen bisa berlangsung selama 6 bulan bahkan lebih.
Umur tanaman cabe rawit bisa mencapai 24 bulan. Frekuensi panen pada periode
masa panen tersebut bisa berlangsung 15-18 kali.
Namun semakin tua tanaman, produktivitasnya semakin rendah sehingga tidak
ekonomis lagi untuk dipelihara. Untuk budidaya intensif, biasanya tanaman cabe
rawit dipelihara hingga berumur 12 bulan. Budidaya yang baik bisa menghasilkan
total produksi hingga 30 ton/ha.
Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari. Caranya dengan memetik buah
beserta tangkainya. Buah cabe rawit yang dikehendaki adalah yang bentuknya
ramping dan padat berisi. Tipe buah seperti ini biasanya rasanya pedas dan dihargai
lebih tinggi di pasar dibanding buah yang besar namun kopong.
PANDUAN PRAKTIS BUDIDAYA BAWANG MERAH

Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan tanaman hortikultura musiman


yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Namun pada saat-saat tertentu sering mengalami
banjir produksi sehingga harganya anjlok. Diperparah lagi dengan kebijakan impor
yang diterapkan pemerintah yang seringkali memperparah kejatuhan harga bawang
merah di pasaran.Untuk menghindari fluktuasi harga yang sangat merugikan petani,
perlu upaya untuk melakukan budidaya bawang merah diluar musim. Seiring dengan
pembatasan kegiatan budidaya di musim-musim puncak.Budidaya bawang merah
memerlukan penyinaran matahari lebih dari 12 jam sehari. Tanaman ini cocok
dibudidayakan di dataran rendah dengan ketinggian 0 hingga 900 meter dari
permukaan laut. Suhu optimum untuk perkembangan tanaman bawang merah
berkisar 25-32 derajat celcius. Sedangkan keasaman tanah yang dikehendaki
sekitar pH 5,6-7.Kali ini alamtani mencoba menguraikan langkah-langkah teknis
yang perlu disiapkan untuk melakukan usaha budidaya bawang merah. Cara
menanam bawang merah ini disarikan dari pengalaman para petani bawang di
Brebes, Jawa Tengah. Berebes merupakan salah satu sentra budidaya bawang
merah terbesar di Indonesia.

Benih bawang merah


Varietas benih untuk budidaya bawang merah cukup banyak. Ada benih lokal hingga
benih hibrida impor. Bentuk benihnya ada yang dari biji, ada juga berupa umbi.
Kebanyakan budidaya bawang merah di sentra-sentra produksi menggunakan umbi
sebagai benih.Benih bawang merah yang baik berasal dari umbi yang dipanen tua,
lebih dari 80 hari untuk dataran rendah dan 100 hari dataran tinggi. Benih bawang
merah yang baik setidaknya telah disimpan 2-3 bulan. Ukuran benih sekitar 1,5-2 cm
dengan bentuk yang bagus, tidak cacat, berwarna merah tua mengkilap.Kebutuhan
benih untuk budidaya bawang werah tergantung dengan varietas, ukuran benih dan
jarak tanam. Untuk jarak tanam 20×20 dengan bobot umbi 5 gram dibutuhkan sekitar
1,4 ton benih per hektar. Untuk bobot yang sama dengan jarak tanam 15×15
dibutuhkan 2,4 ton per hektar. Bila bobot umbi lebih kecil, kebutuhan umbi per
hektarnya lebih sedikit lagi.
Pengolahan tanah dan penanaman
Tanah dibuat bedengan dengan lebar 1-1,2 meter, tinggi 20-30 cm dan panjang
sesusai dengan kondisi kebun. Jarak antar bedengan 50 cm, sekaligus dijadikan
parit sedalam 50 cm. Cangkul bedengan sedalam 20 cm, gemburkan tanahnya.
Bentuk permukaan atau bagian atas bedengan rata, tidak melengkung.
Tambahkan kapur atau dolomit sebanyak 1-1,5 ton per hektar apabila keasaman
tanah kurang dari pH 5,6. Penambahan kapur setidaknya diberikan 2 minggu
sebelum tanam.Gunakan 15-20 pupuk kompos atau pupuk kandang sebagai pupuk
dasar. Tebarkan pupuk di atas bedengan dan aduk dengan tanah hingga merata.
Bisa juga ditambahkan urea, ZA, SP-36 dan KCL sebanyak 47 kg, 100 kg, 311 kg
dan 56 kg setiap hektarnya. Campur pupuk buatan tersebut sebelum diaplikasikan.
Biarkan selama satu minggu sebelum bedengan ditanami.Siapkan benih atau umbi
bawang merah yang siap tanam. Apabila umur umbi masih kurang dari 2 bulan,
lakukan pemogesan terlebih dahulu. Pemogesan adalah pemotongan bagian ujung
umbi, sekitar 0,5 cm. Fungsinya untuk memecahkan masa dorman dan
mempercepat tumbuhnya tananaman.Jarak tanam untuk budidaya bawang merah
pada saat musim kemarau dipadatkan hingga 15×15 cm. Sedangkan pada musim
hujan setidaknya dibuat hingga 20×20 cm. Benih bawang merah ditanam dengan
cara membenamkan seluruh bagian umbi kedalam tanah.

Perawatan budidaya bawang merah


Penyiraman pada budidaya bawang merah hendaknya dilakukan sehari dua kali
setiap pagi dan sore. Setidaknya hingga tanaman berumur 10 hari. Setelah itu,
frekuensi penyiraman bisa dikurangi hingga satu hari sekali.
Pemupukan susulan diberikan setelah tanaman bawang merah berumur 2 minggu.
Jenis pupuk terdiri dari campuran urea, ZA, dan KCl yang diaduk rata. Komposisi
masing-masing pupuk sebanyak 93 kg, 200 kg dan 112 kg untuk setiap hektarnya.
Pemupukan susulan selanjutnya diberikan pada minggu ke-5 dengan komposisi
urea, ZA, KCl sebanyak 47 kg, 100 kg, 56 kg per hektar. Pemupukan diberikan
dengan membuat garitan disamping tanaman.
Penyiangan gulma biasanya dilakukan sebanyak dua kali dalam satu musim tanam.
Untuk menghemat biaya, lakukan penyiangan bersamaan dengan pemberian pupuk
susulan. Namun apabila serangan gulma menghebat, segera lakukan penyiangan
tanpa menunggu pemberian pupuk susulan.

Pengendalian hama dan penyakit


Budidaya bawang merah mempunyai banyak jenis hama dan penyakit. Namun yang
paling sering menyerang di sentra-sentra produksi adalah hama ulat dan penyakit
layu.Hama ulat (Spodoptera sp.) menyerang daun, gejalanya terlihat bercak putih
pada daun. Bila daun diteropong terlihat seperti gigitan ulat. Hama ini ditanggulangi
dengan pemungutan manual, ulat dan telur diambil untuk dimusnahkan. Bisa juga
dengan menggunakan feromon sex perangkap, gunakan sebanyak 40 buah per
hektar. Bila serangan menghebat, kerusakan lebih dari 5% per rumpun daun,
semprot dengan insektisida yang berbahan aktif klorfirifos.Penyakit layu fusarium,
disebabkan oleh cendawan. Gejalanya daun menguning dan seperti terpilin. Bagian
pangkal batang membusuk. Penanganannya dengan Mencabut tanaman yang mati
kemudian membakarnya. Penyemprotan bisa menggunakan fungsidia.
Panen budidaya bawang merah
Ciri-ciri budidaya bawang merah siap panen apabila 60-70% daun sudah mulai
rebah. Atau, lakukan pemeriksaan umbi secara acak. Khusus untuk pembenihan
umbi, tingkat kerebahan harus mencapai lebih dari 90%.
Budidaya bawang merah biasanya sudah bisa dipanen setelah 55-70 hari sejak
tanam. Produktivitas bawang merah dangat bervariasi tergantung dari kondisi lahan,
iklim, cuaca dan varietas. Di Indonesia, produktivitas budidaya bawang merah
berkisar 3-12 ton per hektar dengan rata-rata nasional 9,47 ton per hektar.
Umbi bawang merah yang telah dipanen harus dikeringkan terlebih dahulu.
Penjemuran penjemuran bisa berlangsung hingga 7-14 hari. Pembalikan dilakuan
setiap 2-3 hari. Bawang yang telah kering, kadar air 85%, siap untuk disimpan atau
dipasarkan.

You might also like