You are on page 1of 7

MAKALAH

PERBANDINGAN POLITIK
SISTEM POLITIK OTOKRASI TRADISIONAL, TOTALITER, DEMOKRASI,
dan OLIGARKI

OLEH :
1. YAKOB DETHAN (1503040004)
2. JOHAN YUNIOR DIRU (1503040034)
3. ISAK SELAN (1503040037)
4. FELMI J.S. FERROH (1503040045)
5. YORDANCE K.L. METE (1503040057)
6. VINSENSIUS TURA AMAS (1503040064)
7. DODI ARIF ASTOBE (15030400 )
8. GIDION O. AMTIRAN (15030400 )
9. MUHAMMAD LA AJI (15030400 )

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK (FISIP)


UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah


Untuk mengetahui tujuan pembahasan tentang sistim politik di Indonesia, maka sebagai
perumusan dalam penyusunan adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan sistim politik Otokrasi Tradisional ?
2. Apa yang dimaksud dengan sistim politik Totaliter ?
3. Apa yang dimaksud dengan sistim politik Demokrasi ?
4. Apa yang dimaksud dengan sistim politik Oligarki ?

1.3 Tujuan Pembahasan


Suatu kegiatan akan lebih bermanfaat jika dalam pembahasan ini mempunyai tujuan antara lain :
1. Untuk mengetahui apakah yang dinamakan dengan sistim politik Otokrasi Tradisional,
Totaliter, Demokrasi, dan Oligarki.
2. Untuk memperluas pengetahuan tentang sistim politik Otokrasi Tradisional, Totaliter,
Demokrasi, dan Oligarki.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sistem Politik Otokrasi Tradisional


Sistem Politik Otoraksi Tradisional adalah sebuah system pemerintahan yang mana
struktur politiknya bersifat pemerintahan politik yang berbeda-beda dan merupakan suatu
kebudayaan subjek. Kekuasaan dalam system ini cenderung bersifat pribadi, negative dan
sebagian bersifat consensus. Otokrat biasanya adalah seorang sultan, raja, atau kaisar yang
mempunyai peran simbolis dan personifikasi dari identitas bersama dan lembaga-lembaga yang
ada. Kewenangan otokrat bersumber dan berdasarkan tradisi karena ia merupakan keturunan para
pemimpin terdahulu. Distribusi dalam system ini berkisar pada sekelompok kecil orang yang
berada dibawah otokrat.
Pada sistem otokrasi tradisional ini dibagi menjadi 5 faktor, yaitu kebaikan bersama,
identitas bersama, hubungan kekuasaan, legitimasi kewenangan, dan hubungan antara ekonomi
dan politik. Berikut penjelasan dari kelima faktor tersebut.

2.1.1 Kebaikan Bersama

Faktor kebaikan bersama menyangkut pemahaman mengenai dua hal, yaitu


persamaan dan kebebasan politik individu. Selain itu, ada pula perbandingan dua hal
berikut ini, yakni kebutuhan materiil dengan kebutuhan moril dan kolektivisme dengan
individualisme. Lalu sistem otokrasi tradisional ditandai dengan ciri-ciri berikut.
kurangnya menekankan pada persamaan tetapi menekankan pada stratifikasi ekonomi,
kebebasan politik individu kurang dijamin tetapi menekankan pada perilaku yang
menuruti kehendak kelompok kecil penguasa, kebutuhan moril dan nilai-nilai moral lebih
menonjol dari pada kebutuhan materiil dan lebih menekankan pada kolektivisme yang
berdasarkan kekerabatan daripada individualisme.

2.1.2 Identitas Bersama

Faktor yang mempersatukan masyarakat dalam politik ialah faktor primordial,


seperti suku bangsa, ras, dan agama. Faktor primodial acap kali terjelma dalam pribadi
pemimpin menjadi lambang kebersamaan dalam suku bangsa, ras atau agama. oleh
karena itu, ikatan keturunan dan suku bangsa, atau ikatan agama yang terwujud dalam
diri seorang pemimpin yang dominan (otokrat), seperti sultan, raja atau kaisar menjadi
identitas bersama dalam sistem ini.

2.1.3 Hubungan Kekuasaan

Kekuasaan dalam sistem ini cenderung bersifat pribadi, negaratif dan sebagian
kecil lagi bersifat konsensus. Otokrat biasanya ialah seorang raja, sultan, atau emir yang
tidak hanya mempunyai peranan simbolis yang tinggi, tetapi juga kekuasaan nyata karena
ia merupakan personifikasi identitas bersama dan lembaga-lembaga politik yang ada.
Walaupun dalam kenyataan, ia menyerahkan pelaksanaan pemerintahan kepada para
pejabat yang menjadi pembantunya, kualitas pribadinya sangat menentukan cara dan
corak pelaksanaan kekuasaan dalam sistem ini.

2.1.4 Legitimasi Kewenangan

Kewenangan otokrat bersumber dan berdasarkan tradisi. Ia memiliki kewenangan


karena ia merupakan keturunan dari pemimpin terdahulu. Para pendahulunya dipandang
oleh masyarakat sebagai orang yang harus memerintah karena asal usul dan kualitas
pribadinya. Kepercayaan dan tradisi ini selalu dipelihara dan dipertahankan oleh
keturunan otokrat dengan berbagai cara, seperti mitos, legenda dan simbol-simbol
tertentu. Pada pihak lain, anggota masyarakat mengakui dan menaati kewenangan otokrat
karena tradisi yang turun-temurun.

2.1.5 Hubungan Ekonomi dan Politik

Disamping terdapat jurang politik (kekuasaan) yang lebar antara penguasa dan
penduduk di pedesaan, dalam sistem otokrasi tradisional ini pun terdapat jurang yang
lebar dalam ekonomi, yaitu antara otokrat dan kelompok kecil elite penguasa yang
mengitarinya, yang sekaligus juga merupakan pemegang kekayaan dan massa petani
yang tak memiliki apa-apa selain tenaga mereka. Para petani kebanyakan bertindak
sebagai penggarap tanah yang dimiliki dan dikuasi tuan tanah. Produk ekonomi berkisar
pada pertanian subsistem, yaitu kegiatan yang menghasilkan total produksi yang cukup
untuk kehidupan sehari-hari. Tanah dikuasi oleh tuan tanah yang merupakan kaki-tangan
otokrat sehingga distribusi tanah sebagai sumber ekonomi dan kekuasaan sangat pincang.

2.2 Sistem Politik Totaliter


Sistem politik totaliter sangat menekankan konsensus total didalam masyarakat tetapi
juga konflik total dalam musuhnya didalam negeri maupun diluar negeri. Namun, untuk
mencapai sensus total tidak hanya dilakukan melalui indoktrinasi ideologi, tetapi juga melalui
pelaksanaan kekuasaan paksaan yang luas dan mendalam. Menurut Kautsky Sistem
totalitarianisme, ingin mengendalikan masyarakat secara total (agama, keluarga, olahraga, dll).
Mereka memerlukan teknologi dan senjata modern.`
Sistem Politik ini pada dasarnya dibedakan menjadi dua, yaitu komunis dan fasis.
keduanya menghendaki pengaturan masyarakat secara menyeluruh (total) atas dasar tertentu
dengan kelompok kecil penguasa yang memonopoli kekuasaan. Keduanya juga merupakan
sistem mobilisasi massa dalam rangka membentuk manusia dan masyarakat baru, dan dalam
rangka melaksanakan kebijakan ditetapkan oleh penguasa. Keduanya juga menempatkan
kepentingan individu dibawah kehendak dan kepentingan partai tunggal yang mengatasnamakan
negara dan bangsa.
Komunisme merupakan pemberontakan besar pertama dalam abad keduapuluh terhadap
sistem ekonomi yang kapitalis dan liberal, sedangkan fasisme merupakan pemberontakan kedua
terhadap kapitalis dan liberal maupun terhadap komunisme. Komunisme merupakan pengaturan
Pemerintah dan masyarakat secara totaliter dengan suatu kediktatoran yang mewakili kaum
proletar (pekerja). Republik Rakyat cina, Vietnam, Korea Utara, Albania dan Kuba merupakan
contoh negara komunis yang masih tersisa setelah negara-negara eropa timur dan uni soviet
meninggalkan komunis pada tahun 1989 dan 1991.
Fasisme merupakan pengaturan pemerintahan dan masyarakat secara totaliter dengan
suatu kediktatoran tunggal yang sangat nasionalistis, rasialis, militeristis, dan imperialistis.
Jerman dibawah Hitler dengan Nazi-nya, Italia dibawah Mussolini, dan Jepang merupakan
contoh Negara yang pernah menerapkan fasisme, sedangkan rezim aparteit Afrika Selatan, yang
juga telah mengalami perubahan, barangkali satu-satunya rezim fasis yang masih tersisa dewasa
ini. Apabila fasisme pada nasionalisme yang chauvinistik, rasialistis, dan milieristis (Negara
polisi), komunisme lebih mendasarkan diri pada ideology komunisme yang doktriner dan yang
bersifat eskatalogis (masyarakat tanpa kelas, sama rata sama rasa).

2.3 Sistim Politik Demokrasi


Demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana semua warga negaranya memiliki hak
setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka. Demokrasi
mengizinkan warga negara berpartisipasi—baik secara langsung atau melalui perwakilan—
dalam perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum. Demokrasi mencakup kondisi sosial,
ekonomi, dan budaya yang memungkinkan adanya praktik kebebasan politik secara bebas dan
setara. Secara sederhana, Demokrasi adalah : pemerintahan rakyat, yang lebih kita kenal
pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.
Kata demokrasi berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari dua kata yaitu : Demos yang
berarti : rakyat, dan Kratos/cratein yang berarti pemerintahan. Namun seiring berjalannya waktu
pengertian demokrasi itu mengalami perubahan ataupun perkembangan dimana Jeff Hayness
membagi demokrasi ke dalam tiga model berdasarkan penerapannya.

2.3.1 Demokrasi formal


Yaitu kesempatan untuk memilih pemerintahannya dengan teratur dimana ada
aturan yang mengatur pemilu dalam hal ini pemerintahlah yang mengatur pemilu dengan
memperhatikan proses hukumnya.
2.3.2 Demokrasi permukaan (façade)
Yaitu demokrasi yang munafik dimana dari luarnya memang demokrasi, tetapi
sama sekali tidak memiliki substansi demokrasi. Pemilu diadakan supaya dilihat oleh
orang dunia namun hasilnya adalah demokrasi dengan intensitas rendah yang dalam
banyak hal tidak jauh dari sekadar polesan pernis demokrasi yang melapisi struktur
politik.
2.3.3 Demokrasi substantive
Yaitu demokrasi yang murni yaitu demokrasi substantif memberi tempat kepada
seluruh lapisan masyarakat mulai dari rakyat jelata, kaum miskin, perempuan, kaum
muda, golongan minoritas keagamaan dan etnik, untuk dapat benar-benar menempatkan
kepentingannya dalam agenda politik di suatu negara.

Dengan kata lain, demokrasi substantif menjalankan dengan sungguh-sungguh agenda


kerakyatan, bukan sekadar agenda demokrasi atau agenda politik partai semata.

2.4 Sistem Politik Oligarki


Oligarki. Adalah merupakan sistem politik dimana pihak yang memerintah terdiri atas
sejumlah orang atau sekelompok orang (kelompok elit). Sekelompok elit tersebut dalam
menjalankan pemerintahan selalu menggunakan segala cara agar rakyat dapat dikendalikan dan
dikuasainya.
Seperti Dikutip oleh wikipedia. Oligarki adalah bentuk pemerintahan yang kekuasaan
politiknya secara efektif dipegang oleh kelompok elit kecil dari masyarakat, baik dibedakan
menurut kekayaan, keluarga, atau militer. Istilah ini berasal dari kata dalam bahasa Yunani untuk
"sedikit" (ὀλίγον óligon) dan "memerintah" (ἄρχω arkho).
Oleh Karena itu, sistem ini disebut juga pemerintahan dari atas yakni Negara dijadikan
alat untuk mencapai tujuan kelompok elit, sehingga tujuan yang menyangkut kesejahteraan
rakyat, keadilan, dan kemerdekaan perorangan biasanya tidak dapat (sulit) diwujudkan. Contoh
negara yang menganut system politik oligarki pada masa
Menurut Winters, melacak oligarki sebagai “bentuk pemerintahan di mana kekuasaan
politik berada di tangan minoritas kecil”. Sementara itu dasar kekuasaan dari minoritas oligarkis
bersumber pada segala bentuk pengaruh minoritas yang didasakan kepada konsentrasi
kekuasaan. Penjelasan diatas barangkali dapat kita cermati di Indonesia dengan munculnya
politik dinasti. Dimana berbagai jenis penguasaan eksklusif atas jabatan-jabatan berpengaruh
dalam suatu pemerintahan. Karakteristik utama dari Oligarki adalah berbeda dari semua
minoritas lainnya, dikarenakan dasar kekuasaan oligark adalah kekayaan material. Pemahaman
atas fenomena oligark dan oligarki bermula dari pengamatan ketidaksetaraan material yang
sangat mencolok menghasilkan ketidaksetaraan politik secara ekstrem.
Sebagian besar teori mengenai Oligarki mendefinisikan istilah oligarki sebagai satu
ragam “kekuasaan sekelompok kecil”, lalu oligark (oligarch) dimaknai sebagai pelaku yang
menguasai dan mengendalikan konsentrasi secara besar-besaran sumber daya material yang bisa
digunakan untuk mempertahankan atau meningkatkan kekayaan pribadi dan posisi social
eksklusifnya. Umumnya sumber daya tersebut harus tersedia untuk digunakan demi kepentingan
pribadi , biarpun tidak harus dimilki sendiri. Berpijak pada pemikiran teori Oligarki, maka
analisa atas dua kebijakan pemerintah yang dinilai kontroversi, diurai dengan metode analisis
naratif.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari makalah di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pemikiran yang jernih tentang sistim politik dan menanggapi aspirasi yang disuarakan
rakyat.
2. Dapat mengerti dan mengetahui tentang perilaku politik yang sesuai dengan aturan yang
berlaku.
3. Kita dapat mengetahui beberapa sistim politik.

3.2 Saran-saran
Mungkin dari kesimpulan di atas dapat dipetik salah satu yang paling penting adalah perlunya
manusia Indonesia agar mempunyai pengetahuan yang luas dalam bidang tertentu seperti bidang
kewarganegaraan yang harus berfikir profesional. Karena dalam bidang inilah yang harus
diperhatikan lebih.
Untuk itu penulis mekalah ini jauh dari kesempurnaan dan demi kemajuan karya tulis ini saya
mengharap kritik dan saran. Apabila ada kesalahan dalam penulisan bahasa, penyusunan atau
makalah ini saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Akhir kata dari kami mengharap semoga makalah ini berguna bagi para pembaca pada
umumnya. Amien . . . . . . . . .

DAFTAR PUSTAKA

Sudarso, H. 2003. Dinamika Politik Indonesia. Yogyakarta : Mata Bangsa Edisi 1 Juli 2003.
Syachrir. 1999. Struktur Sistim Politik. Jakarta : Airlangga.
Surbakti, Ramlan. 2010. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT. Grasindo. hal 282-286
http://fatmasusanti-civiceducation.blogspot.co.id/2012/09/sistem-politik-di-indonesia.htm4
https://materi78.files.wordpress.com/2013/06/bab-6_1_pkn1_1.pdf3
https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-sistem-politik-otokrasi-tradisional/10959/2
https://brainly.co.id/tsistem-politik-otokrasi-tradisional/5167292
http://studypolitic.org/blog/2017/11/07/sistem-politik-totaliter/
https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-sistem-politik-totaliter/10960/2
http://revolsirait.com/pengertian-demokrasi/
https://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi
http://www.tugassekolah.com/2017/05/pengertian-sistem-politik-demokrasi.html
http://seputarpengertian.blogspot.co.id/2016/10/pengertian-sistem-politik-oligarki.html
http://www.spengetahuan.com/2016/08/pengertian-oligarki-dan-monarki-dan-contohnya-
lengkap.html
http://pengertianahli.id/2014/08/pengertian-oligarki-apa-itu-oligarki.html
http://rascerdas.com/pengertian-oligarki-dan-ciri-cirinya/

You might also like