You are on page 1of 32

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Appendiks (Umbai cacing) mulai dari caecum (Usus Buntu) dan lumen
appendiks ini bermuara ke dalam caecum dinding appendiks mengandung banyak
folikel getah bening biasanya appendiks terletak pada iliaca kanan di belakang caecum
( Henderson ; 1992).
Appendiks dapat mengalami keradangan pembentukan mukokel, tempat parasit,
tumor benigna atau maligna dapat mengalami trauma, pembentukan pistula interna atau
eksterna, kelainan kongenital korpus ileum dan kelaina yang lain. Khusus untuk
appendiks terdapat cara prevensi yang hanya mengurangi morbilitas dan mortalitas
sebelum menjadi perforasi atau gangren (FKUA ; 1989 )
Tindakan pengobatan terhadap appendiks dapat dilakukan dengan cara operasi
(pembedahan ). Pada operasi appendiks dikeluarkan dengan cara appendiktomy yang
merupakan suatu tindakan pembedahan membuang appendiks ( Puruhito ; 1993).
Adapun permasalahan yang mungkin timbul setelah dilakukan tindakan
pembedahan antara lain : nyeri, keterbatasan aktivitas, gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit, kecemasan potensial terjadinya infeksi (Ingnatavicus; 1991).
Dengan demikian peranan perawat dalam mengatasi dan menanggulangi hal
tersebut sangatlah penting dan dibutuhkan terutama perawatan yang mencakup empat
aspek diantaranya : promotif yaitu memberikan penyuluhan tentang menjaga
kesehatan dirinya dan menjaga kebersihan diri serta lingkungannya.
Upaya kuratif yaitu memberikan perawatan luka operasi secara aseptik untuk
mencegah terjadinya infeksi dan mengadakan kaloborasi dengan profesi lain secara
mandiri. Upaya rehabilitatif yaitu memberikan pengetahuan atau penyuluhan kepada
penderita dan keluarganya mengenai pentingnya mengkonsumsi makanan yang
bernilai gizi tinggi kalori dan tinggi protein guna mempercepat proses penyembuhan
penyakitnya serta perawatan dirumah setelah penderita pulang.
2

B. Batasan dan Perumusan Masalah


Pada penyusunan makalah ini penulis hanya melakukan asuhan keperawatan
pada suatu klien dengan kasus apendiks akut khususnya post operasi appendiktomy
di RSUD dr. Rubini Mempawah. Dari permasalahan yang ada penulis merumuskan
masalah sebagai berikut: Bagaimana gambaran asuhan keperawatan pada klien
appendiks akut khususnya post operasi appendiktomy.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Diperoleh pengalaman nyata dalam menerapkan Asuhan keperawatan klien post
appendiktomy secara komprehensif melalui pendekatan proses keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian secara langsung pada klien post
appendiktomy.
b. Dapat merumuskan masalah dan membuat diagnosa keperawatan pada
klien post appendiktomy.
c. Dapat membuat perencanaan pada klien post appendiktomy.
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien post
appendiktomy.
e. Mampu mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan pada klien post
appendiktomy.

D. Sistematika
Untuk memberi gambaran pada pembaca mengenai keseluruhan isi maka penulis
menyusun makalah ini dengan sistematika penulisan sebagai berikut yaitu :
Bab I : Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, pembatasan dan perumusan
masalah, tujuan, dan sistematika penulisan.
Bab II : Tinjauan pustaka, terdiri dari definisi, anatomi, patofisiologi,
dampak masalah dan asuhan keperawatan.
Bab III : Tinjauan kasus merupakan uraian yang menampilkan asuhan
keperawatan terhadap penderita secara nyata yang sistematikanya
disusun sesuai bab II
3

Bab IV : Penutup mengutarakan kesimpulan dari uraian, pembahasan,


jawaban terhadap tujuan penulisan dan beberapa penyampaian saran,
ada dua sub bab kesimpulan dan saran yaitu kesimpulan dan saran
dari bagian akhir penulisan ini dicantumkan daftar pustaka
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Appendiks akut adalah peradangan dari appendiks vermiformis yang merupakan
penyebab umum dari akut abdomen (Junaidi, dkk, 1982). Appendisitis adalah
peradangan dari suatu appendiks.
Appendisitis akut adalah keadaan yang disebabkan oleh peradangan yang
mendadak pada suatu appendiks ( Baratajaya, 1990).

B. Anatomi Fisiologi
Embriologi appendiks berhubungan dengan caecum, tumbuh dari ujung
inferiornya. Tonjolan appendiks pada neonatus berbentuk kerucut yang menonjol pada
apek caecum sepanjang 4,5 cm. Pada orang dewasa panjang appendiks rata-rata 9 – 10
cm, terletak posteromedial caecum kira-kira 3 cm inferior valvula ileosekalis. Posisi
appendiks bisa retrosekal, retroileal,subileal atau dipelvis, memberikan gambaran klinis
yang tidak sama. Persarafan para simpatis berasal dari cabang nervus vagus yang
mengikuti arteri mesenterika superior dari arteri appendikkularis, sedangkan persarafan
simpatis berasal dari nervus torakalis x, karena itu nyeri viseral pada appendiks
bermula sekitar umbilikus. Perdarahan pada appendiks berasal dari arteri
appendikularis yang merupakan artei tanpa kolateral. Jika arteri ini tersumbat,
misalnya trombosis pada infeksi maka appendiks akan mengalami gangren.
Appendiks menghasilkan lendir 1 – 2 ml perhari yang bersifat basa mengandung
amilase, erepsin dan musin. Lendir itu secara normal dicurahkan ke dalam bumen dan
selanjutnya mengalir ke caecum. Hambatan aliran lendir di muara appendiks berperan
pada patofisiologi appendiks.
Imunoglobulin sekretor yang dihasilkan oleh GALT (Gut Associated Lymphoid
Tissue) yang terdapat disepanjang saluran cerna termasuk appendiks, ialah Ig A.
Imunglobulin itu sangat efektif sebagai perlindungan terhadap infeksi tapi
pengangkatan appendiks tidak mempengaruhi sistem Imunoglobulin tubuh sebab
jaringan limfe kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlah disaluran cerna dan
seluruh tubuh.
5

C. Patofisiologi
Penyebab utama appendisitis adalah obstruksi penyumbatan yang dapat
disebabkan oleh hiperplasia dari folikel limfoid merupakan penyebab terbanyak,adanya
fekalit dalam lumen appendiks. Adanya benda asing seperti cacing, stiktura karena
fibrosis akibat peradangan sebelumnya, sebab lain misalnya keganasan (karsinoma
karsinoid).
Obsrtuksi apendiks itu menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa
terbendung, makin lama mukus yang terbendung makin banyak dan menekan dinding
appendiks oedem serta merangsang tunika serosa dan peritonium viseral. Oleh karena
itu persarafan appendiks sama dengan usus yaitu torakal X maka rangsangan itu
dirasakan sebagai rasa sakit disekitar umblikus.
Mukus yang terkumpul itu lalu terinfeksi oleh bakteri menjadi nanah, kemudian
timbul gangguan aliran vena, sedangkan arteri belum terganggu, peradangan yang
timbul meluas dan mengenai peritomium parietal setempat, sehingga menimbulkan
rasa sakit dikanan bawah, keadaan ini disebut dengan appendisitis supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu maka timbul alergen dan ini disebut
dengan appendisitis gangrenosa. Bila dinding apendiks yang telah akut itu pecah,
dinamakan appendisitis perforasi. Bila omentum usus yang berdekatan dapat
mengelilingi apendiks yang meradang atau perforasi akan timbul suatu masa lokal,
keadaan ini disebut sebagai appendisitis abses. Pada anak – anak karena omentum
masih pendek dan tipis, apendiks yang relatif lebih panjang , dinding apendiks yang
lebih tipis dan daya tahan tubuh yang masih kurang, demikian juga pada orang tua
karena telah ada gangguan pembuluh darah, maka perforasi terjadi lebih cepat. Bila
appendisitis infiltrat ini menyembuh dan kemudian gejalanya hilang timbul dikemudian
hari maka terjadi appendisitis kronis (Junaidi ; 1982).

D. Dampak Masalah
Individu dalam hal ini terjadi gangguan dari berbagai pola fungsi kesehatan
antara lain
a. Pola nutrisi dan metabolisme
Klien biasanya akan mengalami gangguan pemenuhan nutrisi akibat
pembatasan pemasukan makanan atau minuman sampai peristaltik usus kembali
normal.
6

b. Pola aktifitas dan latihan


Aktifitas klien biasanya terjadi pembatasan aktifitas akibat rasa nyeri pada luka
operasi sehinnga keperluan klien harus dibantu.
c. Pola tidur dan istirahat.
Klien akan mengalami gangguan kenyamanan dan pola tidur karena rasa sakit
(nyeri) akibat tindakan pembedahan.
d. Pola Eliminasi
Pada pola eliminasi urine akibat penurunan daya konstraksi kandung kemih, rasa
nyeri atau karena tidak biasa BAK ditempat tidur akan mempengaruhi pola
eliminasi urine . Pola eliminasi alvi akan mengalami gangguan yang sifatnya
sementara karena pengaruh anastesi sehingga terjadi penurunan fungsi.
e. Pola Persepsi dan konsep diri
Penderita menjadi ketergantungan dengan adanya kebiasaan gerak segala
kebutuhan harus dibantu. Klien mengalami kecemasan tentang keadaan dirinya
sehingga penderita mengalami emosi yang tidak stabil.
f. Pola Reproduksi seksual
Adanya larangan untuk berhubungan seksual setelah pembedahan selama
beberapa waktu.
g. Pola terhadap keluarga
Perawatan dan pengobatan memerlukan biaya yang banyak harus ditanggung
oleh keluarganya juga perasaan cemas keluarga terhadap keadaan klien.

E. Asuhan Keperawatan
Dengan memberikan asuhan keperawatan perawat menggunakan pendekatan
proses keperawatan dengan melalui beberapa tahap yaitu :
1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
Anamnesa
1) Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, tanggal atau jam
masuk rumah sakit, nomor register, diagnosa, nama orang tua,
alamat, umur pendidikan, pekerjaan, pekerjaan orang tua, agama dan
suku bangsa.
7

2) Riwayat penyakit sekarang


Klien dengan post appendiktomy mempunyai keluhan utama nyeri
yang disebabkan insisi abdomen.
3) Riwayat penyakit dahulu
Meliputi penyakit apa yang pernah diderita oleh klien seperti
hipertensi, operasi abdomen yang lalu, apakah klien pernah masuk
rumah sakit, obat-abatan yang pernah digunakan apakah mempunyai
riwayat alergi dan imunisasi apa yang pernah diderita.
4) Riwayat penyakit keluarga
Adalah keluarga yang pernah menderita penyakit diabetes mellitus,
hipertensi, gangguan jiwa atau penyakit kronis lainnya uapaya yang
dilakukan dan bagaimana genogramnya .
5) Pola Fungsi Kesehatan
Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Adakah kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan, alkohol dan
kebiasaan olah raga (lama frekwensinya), bagaimana status ekonomi
keluarga kebiasaan merokok dalam mempengaruhi lamanya
penyembuhan luka.
a) Pola Tidur dan Istirahat
Insisi pembedahan dapat menimbulkan nyeri yang sangat
sehingga dapat mengganggu kenyamanan pola tidur klien.
b) Pola aktifitas
Aktifitas dipengaruhioleh keadaan dan malas bergerak karena
rasa nyeri luka operasi, aktifitas biasanya terbatas karena harus
bedrest berapa waktu lamanya setelah pembedahan.
c) Pola hubungan dan peran
Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita tidak bisa
melakukan peran baik dalam keluarganya dan dalam
masyarakat. penderita mengalami emosi yang tidak stabil.
d) Pola sensorik dan kognitif
Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri, penglihatan, pearaan
serta pendengaran, kemampuan berfikir, mengingat masa lalu,
orientasi terhadap orang tua, waktu dan tempat.
8

e) Pola penanggulangan stress


Kebiasaan klien yang digunakan dalam mengatasi masalah.
f) Pola tata nilai dan kepercayaan
Bagaimana keyakinan klien pada agamanya dan bagaimana
cara klien mendekatkan diri dengan tuhan selama sakit.

b. Pemeriksaan
1) Pemeriksaan Fisik
a) Status Kesehatan umum
Kesadaran biasanya kompos mentis, ekspresi wajah menahan
sakit tanpa sakit ada tidaknya kelemahan.
b) Integumen
Ada tidaknya oedem, sianosis, pucat, pemerahan luka
pembedahan pada abdomen sebelah kanan bawah .
c) Kepala dan Leher
Ekspresi wajah kesakitan pada konjungtiva lihat apakah ada
warna pucat.
d) Torax dan Paru
Apakah bentuknya simetris, ada tidaknya sumbatan jalan
nafas, gerakan cuping hidung maupun alat Bantu nafas
frekwensi pernafasan biasanya normal (16 – 20 kali permenit).
Apakah ada ronchi, whezing, stridor.
e) Abdomen
Pada post operasi biasanya sering terjadi ada tidaknya
pristaltik pada usus ditandai dengan distensi abdomen, tidak
flatus dan mual, apakah bisa kencing spontan atau retensi
urine, distensi supra pubis, periksa apakah produksi urine
cukup, keadaan urine apakah jernih, keruh atau hematuri jika
dipasang kateter periksa apakah mengalir lancar, tidak ada
pembuntuan serta terfiksasi dengan baik.
f) Ekstremitas
Apakah ada keterbatasan dalam aktivitas karena adanya nyeri
yang hebat, juga apakah ada kelumpuhan atau kekakuan.
9

2) Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan Laboratorium.
Darah. Ditemukan leukosit 10.000 – 18.0000 mn.
Urine. Ditemukan sejumlah kecil leukosit dan eritrosit .
b) Pemeriksaan Radiologi.
BOF, Tampak distensi sekum pada appendisitis akut.
2. Diagnosa Keperawatan.
Tahap akhir dari pengkajian adalah diagnosa keperawatan. Diagnosa
keperawatan ditetapkan berdasarkan analisa data yang diperoleh dari pengkajian
data. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada penderita post
appendiktomy :
a. Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan insisi pembedahan (
Ingnatavicius; 1991).
b. Potensial terjadi infeksi dengan invasi kuman pada luka operasi (
Doenges; 1989 ).
c. Kecemasan sehubungan dengan kurangnya informasi dari team kesehatan
akan penyembuhan penyakit ( Ingnatavicius; 1991 ).
3. Perencanaan
Dari diagnosa keperawatan diatas maka dapat disusun rencana perawatan
sesuai dengan prioritas masalah kesehatan, yaitu :
a. Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan insisi pembedahan.
Tujuan :
Nyeri berkurang dalam waktu kurang dari 24 jam.
Kriteria Hasil :
Klien menyatakan nyeri berkurang, tidak takut melakukan mobilisasi, klien
dapat istirahat dengan cukup.
Skala nyeri sedang
Rencana Tindakan :
1) Beri penjelasan pada klien tentang sebab dan akibat nyeri.
2) Ajarkan teknik relaksasi dan destraksi.
3) Bantu klien menentukan posisi yang nyaman bagi klien.
4) Rawat luka secara teratur daan aseptik.
Rasional :
10

1) Penjelasan yang benar membuat klien mengerti sehingga dapat


diajak bekerja sama.
2) Dapat mengurangi ketegangan atau mengalihkan perhatian klien agar
dapat mengurangi rasa nyeri.
3) Penderita sendiri yamg merasakan posisi yang lebih menyenangkan
sehingga mengurangi rasa nyeri.
4) Perawatan luka yang teratur dan aseptik dapat menghindari sekecil
mungkin invasi kuman pada luka operasi.
5) Analgesik dapat mengurangi rasa nyeri.
b. Potensial terjadi infeksi sehubungan dengan invasi kuman pada luka
operasi.
Tujuan :
Infeksi pada luka operasi tidak terjadi.
Kriteria hasil :
Tidak ada tanda – tanda infeksi (rubor, dolor ) luka bersih dan kering.
Rencana tindakan :
1) Beri penjelasan pada klien tentang pentingnya perawatan luka dan
tanda - tanda atau gejala infeksi.
2) Rawat luka secara teratur dan aseptik.
3) Jaga luka agar tetap bersih dan kering.
4) Jaga kebersihan klien dan lingkungannya.
5) Observasi tanda – tanda vital.
6) Kolaborasi dengan dokter untuk antibiotik yang sesuai.
Rasional :
1) Penderita akan mengerti pentingnya perawatan luka dan segera
melapor bila ada tanda – tanda infeksi.
2) Perawatan luka yang teratur dan aseptik dapat menghindari sekecil
mungkin invasi kuman pada luka operasi.
3) Media yang lembab dan basah merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan kuman.
4) Mengetahui sedini mungkin tanda – tanda infeksi pada luka operasi.
5) Mengetahui sedini mungkin tanda – tanda infeksi secepatnya
mengatasi .
11

c. Kecemasan sehubungan dengan kurangnya informasi dari Antibiotik


menghambat proses infeksi dalam tubuh.
Tujuan :
Rasa cemas berkurang.
Kriteria hasil :
Klien dapat mengekspresikan kecemasan secara konstruktif, klien dapat
tidur dengan tenang dan berkomunikasi dengan teman sekamarnya.
Rencana Tindakan :
1) Jelaskan keadaan proses penyebab dan penyakitnya
2) Jelaskan pengaruh psikologis terhadap fisiknya (Penyembuhan
penyakit).
3) Jelaskan tindakan perawatan yang akan diberikan.
Rasional :
1) Dengan penjelasan diharapkan klien dapat mengerti sehingga klien
menerima dan beradaptasi dengan baik.
2) Pengertian dan pemahamannya yang benar membantu klien berfikir
secara konstruktif.
3) Dengan penjelasan benar akan menambah keyakinan atau
kepercayaan diri klien. (FK UI; 1990)
4. Pelaksanaan
Merupakan realisasi dan rencana tindakan keperawatan yang telah diberikan
pada klien.
5. Evaluasi
Merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan. Tujuan evaluasi adalah :
Untuk menilai apakah tujuan dalam keperawatan tercapai atau tidak untuk
melakukan pengkajian ulang. Untuk menilai apakah tujuan tercapai sebagian,
seluruhnya atau tidak tercapai dapat dibuktikan dari prilaku penderita.
Dalam hal ini juga sebagai langkah koreksi terhadap rencana keperawatan
semula. Untuk mencapai rencana keperawatan berikutnya yang lebih relevan.
12

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama : Ny. Id Tgl MRS : 21 – 12 - 2011
Umur : 31 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Tidak bekerja ( Ibu Rumah tangga )
Pendidikan : SMA ( tamat )
Nama Suami : Tn. As
Umur : 38 tahun
Pendidikan : SMU ( tamat )
Pekerjaan : Kuli Batu
Alamat : Jl. Bardannadi, Antibar, Kec. Mempawah Timur

2. Riwayat Keperawatan
a. Keluhan Utama : Klien mengeluh nyeri diperut kanan bawah saat dibawa
ke RSUD dr. Rubini Mempawah, dan dilakukan operasi appendiktomy
pada tanggal 21 Desember 2011. Dilakukan pengkajian tanggal 22
Desember 2011.
b. Riwayat Penyakit sebelumnya :
Klien mengatakan : Sering mengalami tekanan darah rendah, waktu SMA
pernah sakit typhus dan sakit kuning, dengan berobat jalan sembuh
c. Riwayat Penyakit Sekarang :
Nyeri luka operasi daerah perut kanan bawah. Nyeri bertambah hebat
terutama bila bergerak, agak berkurang bila miring kekanan. Kepala
pusing sejak keluar dari kamar operasi dan merasa nek serta mual, belum
kentut ( flatus ), karena kepala pusing, nyeri luka operasi dan mual tidur
sering terbangun.
13

d. Riwayat Kesehatan Keluarga :


Dari keluarga ayah maupun ibunya tidak ada yang menderita sakit kencing
manis, ataupun sakit berat yang lainnya.

GENOGRAM

Keterangan :
= Laki-laki = Ikatan Perkawainan
= Perempuan = Anak
= Klien = Tinggal satu rumah
14

e. Riwayat Kesehatan lainnya :


- Klien ikut KB suntik
- Klien dirawat tanpa menggunakan alat bantu
f. Aktivitas hidup sehari-hari
Aktivitas sehari-hari Sebelum Sakit Di Rumah Sakit
1. Makan dan minum Makan 3 kali sehari, nasi, Masih puasa
sayur dan ikan, buah kadang-
kadang, tidak ada makanan
pantangan, semua makanan
yang ada disukai. Minum air
putih, sehari 1500-2000 cc.

BAK lancar 5 – 6 kali sehari,


2. Eliminasi BAK lancar 5 kali sehari
warna kuning jernih, jumlah
warna kuning agak gelap,
1500-2000 cc / hari. BAB
belum BAB
setiap 4 hari sekali,
konsistensi lunak.

Tidur siang jam 12.00-14.00


Tidak bisa tidur siang, tidur
3. Istirahat dan tidur Malam jam 22.00-05.00
malam sering terbangun

Sebagai ibu rumah tangga,


Ditempat tidur
4. Aktivitas jam 05.00 mulai memasak,
mempersiapkan seragam
anak-2 nya yang akan
sekolah, mencuci dan
membersihkan rumah 2 kali
sehari.
15

Mandi dan gosok gigi 2 kali


sehari, mencuci rambut 2 kali Mandi 2 kali sehari diseka

5. Kebersihan diri seminggu, memotong kuku suaminya, tidak gosok gigi


bila sudah panjang, tidak ada
jadwal khusus, ganti baju
setiap sore.

Bila ada waktu senggang


antara jam 20-00 – 22.00
---
menonton TV bersama suami
6. Rekreasi dan anak-2nya, tidak pernah
ketempat rekreasi.

3. Pemeriksaan Fisik :
a. Keadaan umum :
Klien terbaring terlentang dengan posisi tangan kiri memegang perut saat
bergerak, mengernyitkan dahi dan menggigit bibir.
b. Tanda Vital :
Suhu axilla 36 º C Nadi 88 x/menit, Tensi 100/80 mmHg, RR 18 x/menit
4. Pengkajian Sistem :
a. Sistem Pernafasan :
Hidung bersih, pernafasan spontan, bentuk dada bulat datar tidak
ditemukan tarikan otot bantu pernafasan saat bernafas, suara nafas
vesikuler, tidak ditemukan suara nafas tambahan.
b. Sistem Cardiovaskuler :
Klien mengeluh pusing sejak keluar dari kamar operasi, Suara jantung S1
S2 suara tunggal lupdub. Ictus Cordis teraba 1 cm pada ICS med Clavicula
kiri, percusi sonor, tidak ditemukan oedema pada palpebrae maupun
16

extremitas, CRT kembali dalam detik pertama. Tensi : 110/80 mmHg,


Nadi : 92 x/menit, Suhu 36º C.
c. Sistem Persyarafan :
1) Kesadaran Composmentis, GCS : E 4 V 5 M 6 dengan total nilai
15.
2) Kepala dan Wajah :
Mata : Konjungtiva merah muda , Sklera : Warna putih terdapat
gambaran tipis pembuluh darah, Pupil isocor.
Leher : Pergerakan bebas, tidak ditemukan pembesaran/bendungan
vena yugolaris, pembesaran kelenjar gondok maupun limphe.
3) Persepsi Sensori :
Klien mampu mendengar suara berbisik, mampu membedakan rasa
manis, asin dan pahit, penglihatan sampai tak terhingga, ambang rasa
raba terhadap hangat, dingin dan raba masih mampu membedakan.
d. Sistem Perkemihan :
Bak lancar warna kuning jernih 5-6 kali sehari, jumlah ± 1500-200 cc
perhari , baik sebelum sakit maupun selama dirawat dirumah sakit, tidak
ada keluhan nyeri saat BAK.
e. Sistem Pencernaan :
1) Mulut dan tenggorok :
Bibir dan lidah kering tidak ditemukan stomatitis maupun aptea, gigi
bersih tidak ada caries, tonsil/ovula warna merah muda tidak ada
oedema.
2) Abdomen :
Saat bergerak, klien menahan perut , Bentuk datar flat, terdapat luka
operasi pada pertengahan inguinal kanan dan umbilikus dengan
panjang ± 5 cm, luka bersih dengan jahitan ( HZ 6 buah ).Luka
tertutup oleh kasa steril, Auskultasi bising usus belum terdengar,
Perkusi hypertimpani.
3) Rectum :
Bersih, tidak ditemukan haemorrhoid, BCR +, Nyeri RT disangkal.
Sebelum sakit BAB tiap 4 hari sekali konsistensi lunak, selama
dirawat di rumah sakit belum BAB. Klien mendapat Flagyl
17

suposutoria 3 x 1 sehari, masih puasa.

f. Sistem Tulang Otot – Integumen


Kemampuan pergerakan sendi bebas, ekstremitas bawah pergerakan bebas,
ekstremitas atas ( tangan kiri terpasang infus RL 35 tetes / menit menetes
lancar, tidak ada ekstrapasase. Kekuatan tot 5, Flaping tremor -, KRT dan
turgor kulit kembali detik pertama. Akral hangat.
g. Sistem Endokren :
Klien mengatakan tidak pertumbuhan dan perkembangan fisiknya berjalan
sebagaimana orang lainnya. Tidak mempunyai keluhan yang berkaitan
dengan hormonal misalnya poluri, polidipsi maupun kelemahan.
5. Sosial / Interaksi :
Klien mendapat dukungan aktif dari keluarga, reaksi saat interaksi sangat
kooperatif, kien mengatakan konflik yang pernah dialami adalah saat suaminya
di PHK dari tempat kerjanya.
6. Spiritual :
Klien mengatakan bahwa sakit yang dialami adalah ujian dari sang pencipta, dan
ia bersama suaminya hanya berusaha dan Tuhan yang menyembuhkan. Selama
sakit tidak berhenti berdo’a untuk kesembuhannya.
7. Pemeriksaan Penunjang :
Hb 10,3 gr % ( 11,4 – 15,1 )
Leuko 14,8 x 10.9 / l ( 4,3 – 11,3 )
Trombo 258 x 10.9 /l ( 150 – 350 )
PCV 0,33 ( 0,38 – 0,42 )
8. Terapi :
a. Infus RD 5 = 2 : 3
b. Kedacillin 3 x 1 gram
c. Antrain 3 x 1 amp
18

Analisa Data
Pengelompokan data K. Penyebab Masalah
Subyektif : Hypoxia apendix Nyeri akut
Klien mengeluh nyeri luka operasi ↓
daerah perut kanan bawah, nyeri Apendictomy
bertambah hebat terutama bila ↓
bergerak, agak berkurang bila Discontinuitas
miring kekanan. Mual, tidur jaringan/syaraf
sering terbangun ↓
Obyektif : Nyeri
Saat bergerak tangan kiri
menahan perut, mengernyitkan
dahi dan menggigit bibir.
Post operasi hari I
Luka operasi bersih, HZ VI

Subyektif : Klien mengatakan tidur


Discontinuitas
malam sering terbangun, siang tidak Pola tidur (terganggu )
jaringan/syaraf
bisa tidur. Kepala pusing, mual sejak

keluar dari kamar operasi
Nyeri
Obyektif :

- Conjunctiva relatif merah muda
Aktivitas tidak adequat
- Hb 10,3 gr %

- Tensi 100/80 mmHg
Perubahan posisi

Tidur terganggu

Subyektif : Klien mengatakan : Fungsi GI tract turun


- Masih puasa sejak keluar dari ↓
19

kamar operasi Puasa/intake kurang Volume cairan kurang


- Haus, mual, pusing ↓ ( resiko tinggi )
- BAK lancar warna kuning gelap. Hidrasi tidak adequat
Obyektif :
- Membrane mukosa lidah dan bibir
kering
- Turgor kulit dan KRT kembali
detik pertama
- Tangan kiri terpasang infus RL 35
tetes/menit
- Tensi 100/80 mmHg

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) b/d discontinuitas jaringan/syaraf sekunder dari
apendictomy ditandai dengan mengeluh nyeri luka operasi perut kanan bawah,
bertambah hebat bila bergerak, saat bergerak mengernyitkan dahi, menggigit
bibir dan memegang perut.
2. Gangguan pola tidur b/d nyeri luka operasi, tidak adequatnya aktivitas ditandai
dengan tidak bisa tidur siang, tidur malam sering terbangun, mual, tensi 100/80
mmHg, Hb 10,3 gr %.
3. Resiko tinggi terjadi kekurangan volume cairan b/d intake kurang/puasa
sekunder dari fungsi GI tract menurun.
20

C. Rencana Tindakan Keperawatan


Dix. Kep dan hasil yang
Rencana Tindakan Rasional Paraf
diharapkan
Gangguan rasa nyaman 1. Kaji nyeri, catat lokasi, Berguna dalam pengawasan
( Nyeri ). karakteristik, beratnya keefektifan obat, kemajuan
Kriteria hasil : ( skala 0-10 ) penyembuhan.
- Nyeri hilang/terkontrol
- Tampak rileks, mampu 2. Dorong ambulasi dini Meningkatkan normalisasi
istirahat dengan tenang fungsi organ ( merangsang
peristaltik dan flatus,
menurunkan
ketidaknyamanan abdomen

Meningkatkan relaksasi dan


3. Berikan aktivitas hiburan kemampuan koping
Lakukan program kolaborasi : Menurunkan
4. Pertahankan puasa pada ketidaknyamanan pada
fase awal peristaltik usus dini dan iritasi
gaster/muntah.

Menghilangkan nyeri,
5. Berikan analgesik sesuai mempermudah kerjasama
indikasi dengan intervensi terapi larlu
istirahat.
21

Dix. Kep dan hasil yang Rencana Tindakan Rasional Paraf


diharapkan
Gangguan pola tidur.. 1. Kurangi kebisingan Kebisingan yang minimal
Kriteria hasil : merupakan stimulus
- Tidur dengan pola sesuai yangefektif untuk
kebiasaan dirumah menurunkan ambang
- Mengidentifikasi tehnik seseorang untuk terjaga.
untuk menginduksi tidur
- Beradaptasi terhadap Meminimalkan stimulus
2. Organisasikan prosedur
faktor yang menghambat untuk memberikan jumlah
tidur. terkecil gangguan selama
periode tidur.

3. Tetapkan bersama klien Aktivitas yang adequat sesuai


jadwal untuk program kemampuan akan
aktivitas sepanjang hari. meningkatkan keinginan untk
tidur o/k sel-2 perlu istirahat.

Merangsang otot mata untuk


4.Diskusikan dengan klien
beraktivitas dan pada periode
tentang cara menggunakan
tertentu akan mengalami
waktu serileks mungkin
kelelahan sehingga ada
sebelum tidur.
keinginan untuk tidur.
22

Dix. Kep dan hasil yang Rencana Tindakan Rasional Paraf


diharapkan
Resiko tinggi kekurangan 1.Awasi tekanan darah dan nadi Tanda yang membantu
cairan mengidentifikasi fluktuasi
Kriteria hasil : volume intravaskuler.
- Membrane mukosa lembab
- Turgor kulit baik 2. Observasi membrane mukosa, Indikator keadekuatan
- Tanda vital stabil kaji turgor kulit dan pengisian sirkulasi perifer dan hidrasi
- Urine stabil kapiler seluler.

3. Auskultasi bising usus, catat Indikator kembalinya

kelancaran flatus dan, gerakan peristaltik, kesiapan untuk

usus. pemasukan oral

4. Awasi intake dan output, Penurunan pengeluaran urine


catat warna pekat dengan peningkatan
urine/konsentrasi, berat berat jenis diduga

jenis.5. dehydrasi/kebutuhan cairan

. meningkat.

5. Berikan sejumlah kecil Menurunkan iritasi

minuman jernih bila gaster/muntah untuk

pemasukan peroral meminimalkan kehilangan

dimulai dan lanjutkan diit cairan.


sesuai toleransi. Tanda yang membantu
mengidentifikasi fluktuasi
volume intravaskuler.
23

Dehydrasi menyebabkan bibir


6. Berikan perawatan mulut dan mulut kering dan pecah-
dengan perhatian khusus pecah
pada perlindungan bibir.

Peritonium bereaksi terhadap

7. Lakukan program kolaborasi iritasi dengan menghasilkan


cairan IV dan elektrolit sejumlah besar cairan yang
dapat menurunkan volume
sirkulasi darah
mengakibatkan hipovolemia

D. Tindakan Keperawatan
Tanggal / Jam Tindakan Keperawatan Paraf
22 – 12 – 2011
09.30 Mengobservasi : Tensi 100/80 mmHg, Nadi 88/mnt, RR
18x/mnt, Suhu 36˚ C, Luka bersih.
Mengobati luka dengan Larutan Savlon, BWC dan Betadin
oles. Luka tampak bersih tidak ada oedema.

10.00 Memberikan injeksi pada pasien : Kedacillin 1 gram dan


Antrain 1 amp Iv. Tidak ada reaksi allergie.

10.30 Memasukkan Flagyl Suposutoria

11.00 Memberi penjelasan pada klien tentang :


9. Penyebab nyeri dan sulit tidur nyenyak
10. Upaya untuk mengatasi nyeri dan gangguan tidur
11. Upaya untuk mencegah kekurangan cairan
Mengajari klien cara mengatasi nyeri dan kesulitan tidur
dengan cara mobilisasi dan menarik nafas panjang saat
24

bergerak

Mengobservasi : Tensi 100/80 mmHg, Nadi 92x/mnt, Suhu 36²

12.00 ° C, RR 16x/mnt. Bising usus + 2x/mnt, klien belum flatus.


Mengganti cairan infus D 5 35 tetes/mnt, menetes lancar.

Observasi bising usus 5x/mnt, Klien flatus, Abdomen soepel.


Memesan pada klien agak minum secara bertahap dan makan
13.00
cair.

Membantu klien makan bubur halus, habis 1 porsi, minum air


23 – 12– 2011
putih 250 cc.
07.00

Membersihkan lingkungan klien

07.30
Mengobservasi : Tensi 110/80 mmHg, Nadi 88/mnt, RR
18x/mnt, Suhu 36˚ C, Luka bersih. Klien mengatakan BAK
09.00
lancar.

Mengobati luka dengan Larutan Savlon, BWC dan Betadin


oles. Luka tampak bersih tidak ada oedema.
10.00

Memberikan injeksi pada pasien : Kedacillin 1 gram dan


Antrain 1 amp Iv. Tidak ada reaksi allergie.
12.00

Mengganti cairan infus RL 35 tetes/mnt, menetes lancar, tidak


ada tanda ekstravasase.
12.30
25

Membantu klien makan bubur halus habis 1 porsi, minum air


putih 250 cc.

13.00
Observasi Tensi 110/80 mmHg, Nadi 84x/mnt, RR 16x/mnt,
Suhu 36° C.

13.30 Melepas infus dan memesan pada klien agar banyak minum.

Memberi penjelasan pada klien cara mium obat peroral.


Memindahkan klien ke ruang Bedah G
24– 12– 2011
08.00
Mengobservasi : Tensi 110/80 mmHg. RR 16x/mnt, Nadi
80x/mnt, Suhu 36° C, Luka jahitan mulai kering.
Memesan pada klien agar tetap minum obat secara teratur,
10.00
mempertahankan daerah luka tetap steril, banyak minum
terutama air putih.
Mengantarkan klien pulang sampai pintu ruangan.

11.00

E. Evaluasi

Tanggal Diagnosa Catatan perkembangan Paraf


22-12- Nyeri... S. Klien menyatakan nyeri perut sudah berkurang
2011 O. Memegang perut saat bergerak, Tensi 110/80
mmhg, Nadi 84x/mnt, RR 18x/mnt, Luka
mulai kering, tanda infeksi –
A.Masalah teratasi sebagian
P. Lanjutkan rencana
Terapi ganti peroral Metafera acid 3x500 mg.
26

S. Klien mengatakan sudah dapat tidur seperti


Pola biasa, tidak mual dan pusing
tidur.... O. Tensi 110/80 mmHg
A.Masalah teratasi sebagian
P. Rencana lanjutkan observasi

S. Klien mengatakan sudah minum air putih ±


1500 cc/hari, makan bubur halus habis, BAK
Cairan
lancar warna kuning jernih.
O. Membrane mukosa bibir dan lidah lembab,
Tensi 110/80 mmHg, Nadi 84x/mnt.
A.Masalah tidak menjadi aktual
P. Pertahankan masukan peroral.

23-12- S. Klien mengatakan nyeri banyak berkurang dan


2011 bila nyeri menarik nafas panjang.
Nyeri... O. Klien nampak rileks saat bergerak, luka bersih
dan mulai mengering.
A.Masalah teratasi sebagian
P. Pesan pada klien agar tetap mempertahankan
kesterilan luka bila sudah pulang.

Pola tidur
S. Klien mengatakan sudah dapat tidur seperti
biasa, tidak mual dan pusing
O. Tensi 110/80 mmHg
A.Masalah teratasi
P. Rencana dihentikan, lanjutkan observasi
27

S. Klien mengatakan sudah minum air putih ±


Cairan… 1500 cc/hari, makan bubur halus habis, BAK
lancar warna kuning jernih.
O. Membrane mukosa bibir dan lidah lembab,
Tensi 110/80 mmHg, Nadi 84x/mnt.
A.Masalah tidak menjadi aktual
P. Pertahankan masukan peroral.

S. Klien mengatakan nyeri banyak berkurang dan


bila nyeri menarik nafas panjang.
24/12/2011 O. Klien nampak rileks saat bergerak, luka bersih
dan mulai mengering.
Nyeri… A.Masalah teratasi sebagian
P. Pesan pada klien agar tetap mempertahankan
kesterilan luka bila sudah pulang.

S. Klien mengatakan sudah minum air putih ±


1500 cc/hari, makan bubur halus habis, BAK
lancar warna kuning jernih.
O. Membrane mukosa bibir dan lidah lembab,
Tensi 110/80 mmHg, Nadi 84x/mnt.
Cairan…
A.Masalah tidak menjadi aktual
P. Pertahankan masukan peroral.
28

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Appendiks dapat mengalami keradangan pembentukan mukokel, tempat parasit,
tumor benigna atau maligna dapat mengalami trauma, pembentukan pistula interna atau
eksterna, kelainan kongenital korpus ileum dan kelaina yang lain. Khusus untuk
appendiks terdapat cara prevensi yang hanya mengurangi morbilitas dan mortalitas
sebelum menjadi perforasi atau gangren (FKUA ; 1989 )
Appendiks akut adalah peradangan dari appendiks vermiformis yang merupakan
penyebab umum dari akut abdomen (Junaidi, dkk, 1982). Appendisitis adalah
peradangan dari suatu appendiks.
Upaya kuratif yaitu memberikan perawatan luka operasi secara aseptik untuk
mencegah terjadinya infeksi dan mengadakan kaloborasi dengan profesi lain secara
mandiri. Upaya rehabilitatif yaitu memberikan pengetahuan atau penyuluhan kepada
penderita dan keluarganya mengenai pentingnya mengkonsumsi makanan yang bernilai
gizi tinggi kalori dan tinggi protein guna mempercepat proses penyembuhan
penyakitnya serta perawatan dirumah setelah penderita pulang.

B. SARAN
Semoga makalah ini mampu menjadi bahan acuan dalam pemberian asuhan
keperawatan pada kasus appendicitis. Penulis memberikan saran agar hendaknya lebih
menambah wawasan akan konsep teori appendiksitis.
29

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan berkat rahmat

serta karunia-Nyalah kita diberikan kesehatan hingga sampai sekarang. Dan tak lupa

pula shalawat dan salam kita haturkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad

SAW serta para sahabat-sahabatnya, pengikutnya hingga akhir zaman, dimana telah

mengajarkan Iman dan Islam kepada kita, sehingga dapat menikmati indahnya

keimanan dan islam.

Syukur yang tak terhingga saya ucapkan karena dapat menyelesaikan tugas

makalah “ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN APPENDIKSITIS” yang

telah diberikan kepada saya. Terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak

terutama dosen pembimbing yang telah banyak membantu hingga makalah ini dapat

saya selesaikan. Dalam penulisan dan penyusunan tugas ini masih banyak kesalahan,

untuk itu saya selaku penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari

semua pembaca demi kesempurnaan tugas yang saya buat ini dimasa yang akan

datang.

Akhir kata semoga tugas ini dapat berguna bagi kita semua. Amin.
30

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Pontianak, Desember
2011

Penulis

DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR .................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG ........................................................................ 1
B. BATASAN DAN RUMUSAN MASALAH ...................................... 2
C. TUJUAN ............................................................................................. 2
1. TUJUAN UMUM ......................................................................... 2
2. TUJUAN KHUSUS ...................................................................... 2
D. SISTEMATIKA PENULISAN .......................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 4
A. DEFINISI ............................................................................................. 4
B. ANATOMI FISIOLOGI ....................................................................... 4
C. PATOFISIOLOGI ................................................................................ 5
D. DAMPAK MASALAH ........................................................................ 5
E. ASUHAN KEPERAWATAN .............................................................. 6
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ................................................................... 12
A. PENGKAJIAN ..................................................................................... 12
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN .......................................................... 19
C. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN ..................................... 20
D. TINDAKAN KEPERAWATAN.......................................................... 23
E. EVALUASI .......................................................................................... 25
BAB III PENUTUP ................................................................................................. 28
A. KESIMPULAN .................................................................................... 28
31

B. SARAN................................................................................................. 28

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... iii

DAFTAR PUSTAKA

Baratajaya, Medikal Bedah, EGC, Jakarta, 1990

Dona P. Ignatavicus, Medical surgical Nursing A Nursing Aproach , edisi I; 1991.

Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Digestive Surgency, Surabaya.

Lismidar, Proses keperawatan FKUI; 1990.

Marlyn E. Doenges, Nursing care Plans, F. A. Davis Company, Philadelphia; 1989.

M.A. Henderson, Ilmu Bedah Untuk Perawat, Penerbit Yayasan essentia media, 1989.

Purnama Junaidi, Atiek S. Soemasto, Husna Amels,Kapita selecta kedokteran edisi II Media
Aeskulis, FKUI ; 1982.

Puruhito Dr, Soetanto Wibowo Dr, Soetomo Basuki Dr, Pedoman Tehnik Operasi “OPTEK”
UNAIR Press; 1993.

Soeparman Sarwono, Waspadji, Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI; 1990.

Win Dejong, R, Syamsuhidayat, Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC; 1997.


32

You might also like