Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
cara yaitu dengan dilakukan pengenalan terhadap peralatan yang
menggunakan sumber radiasi dan zat radioaktif tersebut.
- Pada makalah ini akan dibahas tentang Computed Tomography (CT) Scan
sebagai alat penunjang diagnostik. CT-scan saat ini paling banyak digunakan
untuk melihat potongan penampang lintang dari susunan syaraf pusat (otak)
manusia. Seperti halnya pada diagnostik sinar-X konvensional, CT-scan ini
juga kurang baik untuk pemeriksaan bagian/organ tubuh yang bergerak.
Sehingga sampai saat ini CT-scan lebih banyak digunakan untuk pemeriksaan
bagian kepala.
- Obyek pengawasan Computed Tomography (CT) Scan dalam bidang
kesehatan dan industri dicoba disajikan dalam makalah ini yang meliputi jenis
dan gambaran fisik peralatan, kegunaan serta prinsip kerja/ prosedur
pengoperasian, aspek keselamatan dan potensi bahaya penggunaan dalam
pengoperasiannya.
- Makalah ini bertujuan agar peserta mengetahui tentang jenis peralatan sumber
radiasi yang digunakan dalam pemanfaatan bidang kesehatan dan industri,
prinsip kerja dan sistem serta aspek keselamatan peralatan dalam
pengoperasiannya.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
4. Tomography
Istilah lainnya adalah Plannigrafi, Laminagrafi, atau Stratigrafi.
Pemeriksaan lapis demi lapis dari rongga dada, biasanya untuk evaluasi
adanya tumor atau atelektase yang bersifat padat.
4
7. Angiocardiography
Adalah pemeriksaan untuk melihat ruang-ruang jantung dan pembuluh
darah besar dengan sinar rontgen (fluoroskopi atau rontgenografi), dengan
menggunakan suatu bahan kontras radioopaque, misalnya Hypaque 50%
dimasukkan dalam salah satu ruang jantung melalui kateter secara intravena.
5
Pada posisi ini film diletakkan di depan dada, siku ditarik kedepan supaya scapula
tidak menutupi parenkim paru.
Dilakukan pada anak-anak atau pada pasien yang tidak koorperatif. Film
diletakkan dibawah punggung, biasanya scapula menutupi parenkim paru. Jantung
juga terlihat lebih besar daripada posisi PA.
6
Posisi ini hendaknya dibuat setelah posisi PA diperiksa. Buatlah proyektil lateral kiri
kecuali semua tanda dan gejala klinis terdapat di sebelah kanan, maka dibuat proyeksi
lateral kanan, berarti sebelah kanan terletak pada film. Foto juga dibuat dalam posisi
berdiri
Foto ini hanya dibuat pada keadaan tertentu, yaitu bila klinis diduga ada cairan bebas
dalam cavum pleura, tetapi tidak terlihat pada posisi PA atau lateral. Penderita terbaring
pada satu sisi (kanan atau kiri). Film diletakkan di punggung penderita dan diberikan
sinar dari depan arah horizontal.
7
Foto ini dibuat pada foto PA bila menunjukkan kemungkinan adanya kelainan pada
daerah kedua apex paru. Proyeksi tambahan ini hendaknya hanya dibuat setelah foto rutin
diperiksa dan bila ada kesulitan menginterpretasikan suatu lesi di apex.
6. Foto Oblique Iga
8
Hanya dibuat bila pada PA menunjukkan kemungkinan adanya kelainan pada
daerah apeks kedua paru. Proyeksi tambahan ini hendaknya hanya dibuat setelah foto
rutin diperiksa dan bila ada kesulitan dalam menginterpretasikan suatu lesi di apeks paru.
7. Posisi ekspirasi
Adalah foto thorax PA atau AP yang diambil pada saat penderita dalam ekspirasi
penuh. Hanya dibuat bila foto rutin gagal menunjukkan adanya pneumothorax yang
diduga secara klinis atau suatu benda asing yang terinhalasi.
2.4. Kriteria Kelayakan Foto
Foto thorax harus memenuhi beberapa criteria tertentu sebelum dinyatakan layak
baca. Di antara lain :
1. Faktor Kondisi
Yaitu faktor yang menentukan kualitas sinar-X selama di kamar rontgen (tempat
expose). Faktor kondisi meliputi hal-hal berikut yang biasa dinyatakan dengan
menyebut satuannya.
Waktu / lama exposure milliseconds (ms)
Arus listrik tabung mili Ampere (mA)
Tegangan tabung kilovolt (kV)
Ketiga hal di atas akan menentukan kondisi foto apakah
Cukup / normal
Kurang bila foto thorax terlihat putih (samar-samar)
9
Lebih bila foto thorax terlihat sangat hitam
Dalam membuat foto thorax ada dua kondisi yang dapat sengaja dibuat,
tergantung bagian mana yang ingin diperiksa yaitu :
a. Kondisi pulmo (kondisi cukup) foto dengan kV rendah
Inilah kondisi standard pada foto thorax, sehingga gambaran parenkim dan
corakan paru dapat terlihat. Cara mengetahui apakah suatu foto rontgen pulmo
kondisinya cukup atau tidak :
Melihat lusensi udara (hitam) yang terdapat di luar tubuh
Memperhatikan vertebrae thorakalis :
- Pada proyeksi PA kondisi cukup : tampak VTh I-IV
- Pada proyeksi PA kondisi kurang : hanya tampak VTh I
b. Kondisi kosta (kondisi keras / tulang) foto dengan kV tinggi
Cara mengetahui apakah suatu pulmo kondisinya keras atau tidak :
Pada foto kondisi keras, infiltrate pada paru tidak terlihat lagi. Cara
mengetahuinya adalah dengan membandingkan densitas paru dengan jaringan
lunak. Pada kondisi keras densitas keduanya tampak sama.
Memperhatikan vertebra thorakalis
- Proyeksi PA kondisi keras : tampak VTh V-VI
- Proyeksi PA kondisi tulang : yang tampak VTh I-XII selain itu densitas
jaringan lunak dan kosta terlihat mirip
2. Inspirasi Cukup
Foto thorax harus dibuat dalam keadaan inspirasi cukup. Cara mengetahuinya
adalah :
a. Foto dengan inspirasi cukup :
Diafragma setinggi VTh X (dalam keadaan expirasi diafragma setinggi VTh
VII-VIII)
Kosta VI anterior memotong dome diafragma
b. Foto dengan inpirasi kurang :
10
Ukuran jantung dan mediastinum meningkat sehingga dapat menyebabkan
salah interpretasi
Corakan bronkovesikuler meningkat sehingga dapat terjadi salah interpretasi
3. Posisi Sesuai
Seperti telah diterangkan di atas, posisi standard paling banyak dipakai adalah PA
dan lateral. Foto thorax biasanya diambil dalam posisi erect.
Cara membedakan foto thorax posisi AP dan PA adalah :
Pada foto AP scapula terletak dalam bayangan thorax sementara pada foto PA
scapula terletak di luar bayangan thorax
Pada foto AP clavicula terlihat lebih tegak dibandingkan foto PA
Pada foto PA jantung biasanya terlihat lebih jelas
Pada foto AP gambaran vertebrae biasanya terlihat lebih jelas
Untuk foto PA label terletak sebelah kiri foto sementara pada foto AP label
terletak di sebelah kanan foto
Cara membedakan foto posisi erect dengan supine :
Erect
Di bawah hemidiafragma sinistra terdapat gambaran udara dalam fundus gaster
akibat aerofagia. Udara ini samar-samar karena bercampur dengan makanan.
Jarak antara udara gaster dengan permukaan diafragma adalah 1 cm atau kurang.
Udara di fundus gaster ini disebut Magenblase.
Terdapat gas di flexura lienalis akibat bakteri komensal yang hidup di tempat itu.
Warna lebih gelap.
Supine
Udara magenblase bergerak ke bawah (corpus gaster) sehingga jarak udara
magenblase dengan diafragma kurang lebih 3 cm. Jadi pada posisi supine udara
magenblase jarang terlihat.
4. Simetris
11
Jarak antara sendi sternoklavikularis dekstra dan sinistra terhadap garis
median adalah sama. Jika jarak antara foto kanan dan kiri berbeda maka foto tidak
simetris.
12
Cek hilus dan bronkovaskular pattern. Hilus adalah bagian tengah pada paru
dimana tempat masuknya pembuluh darah, bronkus, syaraf dan pembuluh limfe.
Hilus kiri normal lebih tinggi daripada hilus kanan.
13
Setelah dibuat garis-garis seperti di atas selanjutnya kita hitung menggunakan
rumus perbandingan :
CTR= A+B/C x 100%
Ketentuan :
Jika nilai perbandingan di atas nilai 50% dapat dikatakan telah terjadi
pembesaran jantung (cardiomegali).
- Apex cordis tergeser ke bawah kiri pada pembesaran ventrikel kiri
- Apex cordis terangkat lepas dari diafragma pada pembesaran ventrikel kanan
14
4. Pada Pulmo :
a. Oedema Paru
15
TB Paru
Pneumonia
16
c. Kolaps Paru / Atelektasis
17
e. Bayangan kecil tersebar luas
- Bayangan cincin 1 cm bersifat diagnostic bagi bronkiektasis
- Kalsifikasi paru yang kecil tersebar luas dapat timbul setelah infeksi paru oleh
TB
- Area pemadatan kecil berbatas tidak jelas menunjukkan adanya bronkiolitis
f. Bayangan garis
- Biasanya tidak lebih tebal dari garis pensil, yang terpenting adalah garis septal,
dapat terlihat pada limfangitis Ca.
18
g. Sarkoidosis
- Terlihat limfadenopati hilus dan paratrachealis
h. Fibrosis paru
- Bayangan kabur pada basis paru yang menyebabkan kurang jelasnya garis
bentuk pembuluh darah,kemudian terlihat nodulus berbatas tak jelas dengan
garis penghubung.
- Volume paru menurun, sering jelas, dan translusensi sirkular terlihat
memberikan pola yang dikenal sebagai “paru sarang tawon”, kemudian jantung
dan arteria pulmonalis membesar karena semakin parahnya hipertensi
pulmonalis.
19
i. Neoplasma
- Bayangan bulat dengan tepi tak beraturan berlobulasi dan tepi infiltrasi
- Terdapat kavitas dengan massa
5. Pada Pleura :
a. Efusi Pleura
20
- Terlihat cairan mengelilingi paru, lebih tinggi di lateral daripada medial,
juga dapat berjalan ke dalam fissure terutama ke ujung bawah fissure
oblique
b. Fibrosis Pleura
- Penampilannya serupa dengan cairan pleura, tetapi selalu lebih kecil
daripada bayangan asli. Sudut costophrenicus tetap terobliterasi.
c. Kalsifikasi Pleura
21
- Plak kalsium tak teratur, dapat terlihat dengan atau tanpa disertai penebalan pleura
d. Pneumothorax
- Garis pleura yang membentuk tepi paru yang terpisah dari dinding dada,
mediastinum, atau diafragma oleh udara
- Tidak ada bayangan pembuluh darah di luar garis ini
e. Hematothorax
Hematothorax adalah adanya darah dalam rongga pleura. Sumber darah mungkin
dinding dada, parenkim paru, jantung, atau pembuluh darah besar. Meskipun
beberapa penulis menyatakan bahwa nilai hematokrit setidaknya 50% diperlukan
untuk membedakan hematotoraks dari efusi pleura berdarah, sebagian besar tidak
22
setuju pada setiap perbedaan yang spesifik. Biasanya akibat dari trauma tumpul
atau penetrasi. Lebih jarang, mungkin merupakan komplikasi dari penyakit, dapat
induksi iatrogenik, atau mungkin berkembang secara spontan.
Gantry scanning
Peralatan untuk
akuisisi data Meja pasien
Meja pasien dan gantry scanning harus dapat menempatkan posisi pasien pada
posisi yang tepat, akurat dan nyaman, sehingga dari proses rekonstruksi akan didapatkan
hasil tomografi yang benar. Tegangan sinar-X yang digunakan bervariasi dari 50-150 kV
dengan kuat arus antara 0-600 mA. Gambar bidang tomografi yang ditampilkan pada
layar monitor komputer selanjutnya dapat dibuatkan film fotografi (seperti pada
diagnostik konvensional), dicetak pada printer ataupun disimpan dalam disket (floppy
disk).
CT-scan adalah test diagnostik yang memiliki informasi yang sangat tinggi.
Tujuan utama penggunaan CT-scan adalah mendeteksi perdarahan intra cranial, lesi yang
memenuhi rongga otak (space occupying lesions/ SOL), edema serebral dan adanya
perubahan struktur otak. Selain itu Ct scan juga dapat digunakan dalam mengidentikasi
24
infark , hidrosefalus dan atrofi otak. Bagian basilar dan posterior tidak begitu baik
diperlihatkan oleh CT Scan.
CT-scan ini paling banyak digunakan untuk melihat potongan penampang lintang
dari susunan syaraf pusat (otak) manusia. Pasien yang akan diperiksa harus tidur di meja
pasien. Setelah didapatkan posisi yang dikehendaki, kemudian dilakukan pengambilan
data yang diatur dari panel kontrol. Panel kontrol ini harus terletak di ruang pemeriksaan.
Pengambilan data ini bisa memakan waktu beberapa menit, tergantung dari jenis
pemeriksaan dan tipe pesawat CT-scan yang digunakan.
Setelah data terkumpul, kemudian dilakukan proses rekonstruksi untuk
mendapatkan gambar. Proses rekonstruksi ini merupakan suatu pekerjaan yang sangat
komplek dan hanya dilakukan dengan komputer, sehingga teknik diagnosa ini dikenal
computerized tomography atau computed tomography.
Seperti halnya pada diagnostik sinar-X konvensional, CT-scan ini juga kurang
baik untuk pemeriksaan bagian/organ tubuh yang bergerak. Sehingga sampai saat ini CT-
scan lebih banyak digunakan untuk pemeriksaan bagian kepala.
Pada alat konvensional tube sinar X berputar secara fisik dalam bentuk sirkuler.
Sedangkan pada alat elektron beam tomography (EBT) yang berputar adalah aliran
elektronnya saja.
Data yang dihasilkan akan memperlihatkan densitas dari berbagai lapisan. Pada
saat sinar X melalui sebuah lapisan maka lapisan tersebut akan mengabsorbsi sinar dan
sisanya akan melalui lapisan tersebut yang akan ditangkap oleh detektor yang sensitive
terhadap elektron. Jumlah radiasi yang diabsorbsi akan tergantung pada densitas jaringan
yang dilaluinya. Pada tulang energi yang melalui (penterasi) jaringan itu lebih sedikit
maka akan muncul gambaran berwarna putih atau abu-abu yang terang. Sedangkan pada
cairan serebrospinal dan udara akan menghasilkan gambaran lebih gelap. CT-Scan dapat
memberikan gambaran pada potongan 0,5 -11,3 cm dan memberikan gambaran akurat
pada abnormalitas yang sangat kecil.
25
CT-Scan digunakan di dalam kedokteran sebagai alat diagnostik dan sebagai
pemandu
untuk prosedur intervensi. Kadang-kadang membandingkan material seperti kontras yang
diodinasi kedalam pembuluh darah . Ini berguna bagi menyoroti struktur seperti
pembuluh darah yang jika tidak akan sukar untuk menggambarkan jaringan sekitarnya.
Penggunaan material kontras dapat juga membantu ke arah memperoleh informasi
fungsional tentang jaringan.
Ukuran gambar (piksel) yang didapat pada CT-scan adalah radiodensitas. Ukuran
tersebut berkisar antara skala -1024 to +3071 pada skala housfield unit. Hounsfileds
sendiri adalah pengukuran densitas dari jaringan.
Peningkatan teknologi CT-Scan adalah menurunkan dosis radiasi yang diberikan,
menurunkan lamanya waktu dalam pelaksanaan scaning dan peningkatan kemampuan
merekonstruksi gambar. sebagai contoh, untuk lihat di penempatan yang sama dari suatu
penjuru/sudut berbeda) telah meningkat dari waktu ke waktu. Meski demikian, dosis
radiasi dari CT meneliti beberapa kali lebih tinggi dibanding penyinaran konvensional
meneliti. Sinar-X adalah suatu format radiasi pengion dan tentunya berbahaya.
26
- deteksi peningkatan intracranial pressure sebelum dilakukan lumbar puncture
atau evaluasi fungsi ventriculoperitoneal shunt.
- Evaluasi fraktur wajah atau kranial
- Pada kepala/leher/wajah/mulut CT scanning digunakan pada rencana operasi
bagi deformitas kraniofasial dan dentofasial dan evaluasi tumor sinus, nasal,
orbital, dan rencana rekonstruksi implant dental
Pada dada
- mendeteksi perubahan akut ataupun kronik parenklim paru
- evaluasi proses intrestitial kronik (emfisema, fibrosis)
- evaluasi mediatinum dan limfadenopati menggunakan kontrast per IV
- metode pemeriksaan utama pada emboli paru, dan disecsi aorta menggunakan
kontras IV
Pada abdomen dan pelvik
- diagnosa pada batu ginjal, apendisitis, pankreatitis, diverkulitis, anerisma aorta
- abdomen, obstruksi usus
- pilihan pertama mendeteksi trauma menelan benda solid
- CT scan bukan pilhan utama pada pelvik, pilhan pertama adalah ultrasonografi
Pada Ekstremitas
- digunakan pada fraktur kompleks
27
- dapat digunakan pada pasien dengan implant metal
- lebih sedikit menghasilkan klaustrofobia
- waktu yang dibutuhkan lebih sedikit sehingga tepat untuk pasien emergensi
POSISI PASIEN
Pasien tidur pada posisi Supine di atas meja pemeriksaan, dengan MSP tubuh
tepat pada Mid Line meja pemeriksaan.
Letakkan Marker yang sesuai R atau L .Lakukan fiksasi bagian kepala dengan
menggunakan spon dan sand bag agar tidak terjadi pergerakan objek.
Atur Central Ray Tegak Lurus bidang film tepat dipertengahan film, dengan
menyalakan lampu kolimator dan batasi luas lapangan penyinaran sesuai dengan
besarnya objek.
28
Atur Central Point tepat pada Glabella atau pada Nasion, dengan memposisikan
glabella atau nasion tepat dipertengahan bidang film.
Jika sudah siap seluruhnya, lakukan eksposi dengan faktor eksposi yang telah
disesuaikan untuk pemotretan kepala posisi AP.
KRITERIA GAMBARAN
Seluruh kepala tampak pada proyeksi antero posterior, batas atas verteks, batas
bawah simphysis menti, kedua sisi tidak terpotong
Kepala simetris, jarak batas orbita dengan lingkar kepala sama kiri dan kanan.
PROYEKSI LATERAL
POSISI PASIEN
Pasien tidur pada posisi semi Prone di atas meja pemeriksaan, dengan MSP tubuh
tepat pada Mid Line meja pemeriksaan.
Lakukan fiksasi bagian kepala dengan menggunakan spon dan sand bag agar tidak
terjadi pergerakan objek.
29
Atur Central Ray Tegak Lurus bidang film tepat dipertengahan film, dengan
menyalakan lampu kolimator dan batasi luas lapangan penyinaran sesuai dengan
besarnya objek.
Atur Central Point tepat pada daerah 5 cm di atas Meatus Acusticus Externa
(MAE), dengan memposisikan daerah tersebut tepat dipertengahan bidang film.
Jika sudah siap seluruhnya, lakukan eksposi dengan faktor eksposi yang telah
disesuaikan untuk pemotretan kepala posisi Lateral.
KRITERIA GAMBARAN
Seluruh cranium lateral batas atas vertex, batas belakang os occipital, batas depan
soft tissue hidung
Mastoid superposisi
MAE superposisi
30
PROYEKSI PA
POSISI PASIEN
Pasien tidur pada posisi Prone di atas meja pemeriksaan, dengan MSP tubuh tepat
pada Mid Line meja pemeriksaan.
Pastikan tidak terjadi perputaran pada objek kepala nLakukan fiksasi bagian
kepala dengan menggunakan spon dan sand bag agar tidak terjadi pergerakan
objek
Atur Central Ray Tegak Lurus bidang film tepat dipertengahan film, dengan
menyalakan lampu kolimator dan batasi luas lapangan penyinaran sesuai dengan
besarnya objek.
31
Atur Central Point tepat pada Glabella atau pada Nasion, dengan memposisikan
glabella atau nasion tepat dipertengahan bidang film.
Jika sudah siap seluruhnya, lakukan eksposi dengan faktor eksposi yang telah
disesuaikan untuk pemotretan kepala posisi PA.
KRITERIA GAMBARAN
Keseluruhan cranium dengan batas atas vertex, batas bawah simphysis menti,
bagian samping kanan dan kiri kepala tidak terpotong
Crista galli
Lingkar orbita
32
BAB III
KESIMPULAN
1. Foto thorax atau sering disebut chest x-ray (CXR) adalah suatu proyeksi
radiografi dari thorax untuk mendiagnosis kondisi-kondisi yang mempengaruhi
thorax, isi dan struktur-struktur di dekatnya.
2. Secara umum kegunaan Foto thorax/CXR adalah :
- untuk melihat abnormalitas congenital (jantung, vaskuler)
- untuk melihat adanya trauma (pneumothorax, haemothorax)
- untuk melihat adanya infeksi (umumnya tuberculosis/TB)
- untuk memeriksa keadaan jantung
- untuk memeriksa keadaan paru-paru
3. Macam-Macam Pemeriksaan: Fluoroscopy Thorax, Rontgenography,
Tomography, Computerized Tomography (Ct-Scan), Bronchography,
Arteriography, Angiocardiography
4. Indikasi Pemeriksaan Foto Thorax: Infeksi traktus respirasi bawah (TBC Paru,
Bronkitis, Pneumonia), Batuk kronis / berdarah, Trauma dada, Tumor, Nyeri dada,
Metastase neoplasma, Penyakit paru kerja, Aspirasi benda asing, Persiapan pasien
pre-operasi, Pemeriksaan berkala (follow up) yang objektif.
5. Pemilihan Proyeksi Pada Posisi Foto Thorax: Posisi PA (Postero Anterior)AP
(Antero Posterior), lateral dextra & sinistra, lateral decubitus, apical (lordotik),
Foto Oblique Iga, ekspirasi.
6. Kriteria Kelayakan Foto : Faktor Kondisi, Inspirasi Cukup, Posisi Sesuai,
Simetris, Foto thorax tidak boleh terpotong.
7. Interpretasi Foto Thorax
33
Cek apakah sentrasi foto sudah benar dan foto dibuat saat penderita inspirasi
penuh
Cek apakah eksposure sudah benar (bila sudah diperoleh densitas yang benar
Cek apakah tulang-tulang (iga, clavicula, scapula, dll) normal
Cek jaringan lunak yaitu kulit , subcutan fat, musculi
Cek apakah posisi diafragma normal
Cek sinus costophrenicus baik pada foto PA maupun lateral
Cek mediastinum superior apakah melebar, ataukah ada massa abnormal, dan
carilah trakea
Cek adakah kelainan pada jantung dan pembuluh darah besar
Cek hilus dan bronkovaskular pattern
8. Syarat Foto Thorax Normal: Posisi penderita simetris, kondisi sinar x sesuai, Film
meliputi seluruh kavum thorax, mulai dari puncak cavum thorax sampai sinus
phrenicocostalis kanan dan kiri dapat terlihat pada film tersebut.
9. Kelainan Foto Thorax: Kesalahan teknis saat pengambilan foto sehingga mirip
suatu penyakit, Pada jantung : Cardiomegali, Pada mediastinum : Massa
Mediastinum. Pada pulmo :Oedema paru, Pemadatan paru, misalnya TBC Paru,
Pneumonia, Kolaps Paru / Atelektasis, Massa paru, Bayangan kecil tersebar luas,
Bayangan garis, Sarkoidosis, Fibrosis paru, Neoplasma. Pada pleura : Efusi
pleura, Fibrosis Pleura, Kalsifikasi Pleura, Pneumothorax, Hematothorax. Pada
Diafragma: Paralisis Diafragma, Eventrasi Diafragma
10. CT-scan merupakan test diagnostik yang memiliki informasi yang sangat tinggi.
11. CT-scan memerlukan waktu yang singkat dalam menegakkan diagnostik sehingga
tepat sebagai pemeriksaan penunjang untuk pasien-pasien emergensi.
12. Pelaksanaan CT-scan sendiri tidak memiliki kontraindikasi pada pasien, serta
tidak memiliki bahaya yang fatal kecuali pada dosis radiasi yang tinggi atau telah
terakumulasi. Sedangkan bahaya sesungguhnya dapat terjadi pada penggunaan
kontras.
34
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
35
36