You are on page 1of 5

TEKNIK CABUTAN : ALTERNATIF PERBANYAKAN BIBIT UNTUK HUTAN RAKYAT

suyarno 9:53:00 AM Perbanyakan hutan rakyat tehnik cabutan,


TEKNIK CABUTAN ALTERNATIF PERBANYAKAN BIBIT UNTUK HUTAN RAKYAT

Oleh :
Encep Rachman
Balai Penelitian Kehutanan Ciamis

ABSTRAK
Perbanyakan bibit umumnya dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara generatif dan
vegetatif. Sebagian besar jenis-jenis pohon hutan memperbanyak diri secara alami melalui biji
(generatif), namun ada juga jenis tertentu yang memperbanyak diri dengan menumbuhkan tunas
baru dari sistem perakarannya. Secara teknis silvikultur, perbanyakan generatif adalah perbanyakan
tanaman yang berasal dari biji, sedangkan perbanyakan vegetatif adalah perbanyakan yang diperoleh
dari organ vegetatif tanaman seperti batang dan tunas pucuk. Teknik vegetatif yang umum
digunakan untuk pembibitan antara lain pencangkokan, stek dan kultur jaringan.
Keuntungan yang diperoleh dari pembibitan dengan cara cabutan, yaitu : (1). Bibit sudah
tersedia secara gratis di hutan dan tidak memerlukan proses perkecambahan (2). Waktu di
pembibitan menjadi lebih singkat sehingga harga per satuan bibit menjadi lebih murah. (3). Bibit
yang dicabut sudah tertulari cendawan/ektomikoriza dari pohon induk sehingga dapat menjamin
pertumbuhan yang baik.
Dalam mengumpulkan bibit hal penting yang diperhatikan adalah mengenal jenis bibit yang akan
diambil, pemilihan pohon induk, serta waktu pengambilan bibit. Sedangkan teknik pengambilan bibit
yang perlu diperhatikan adalah ukuran bibit, cara mencabut, pengangkutan bibit, pengguntingan,
penyapihan dan pemeliharaan sapih.

Kata kunci : Anakan alam, cabutan, perbanyakan bibit

I. PENDAHULUAN

Pembibitan tanaman merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam upaya penyediaan bibit
tanaman untuk berbagai kepentingan, seperti penghijauan, reboisasi, restorasi maupun untuk
kepentingan penanaman pada hutan tanaman industri dan hutan rakyat. Pekerjaan ini menjadi
penting karena untuk menunjang kepentingan-kepentingan tersebut dituntut ketersediaan bibit
dengan jumlah dan kualitas yang memadai. Perbanyakan bibit umumnya dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu cara generatif dan vegetatif. Sebagian besar jenis-jenis pohon hutan
memperbanyak diri secara alami melalui biji (generatif), namun ada juga jenis tertentu yang
memperbanyak diri dengan menumbuhkan tunas baru dari sistem perakarannya.
Pemilihan cara perbanyakan yang akan digunakan untuk program pengadaan bibit pohon
hutan skala besar, tergantung antara lain dari tujuan penanaman, kualitas genetik bibit yang
diinginkan, tingkat penguasaan teknologi perbanyakan, serta periodisitas masa berbuah setiap jenis
pohon. Perbanyakan bibit dengan cara generatif yang mengandalkan biji sebagai sumber benihnya
memerlukan proses panjang, karena sangat tergantung pada ketersediaan buah matang. Di hutan,
tidak semua pohon dapat berbuah sepanjang tahun, bahkan pada jenis-jenis tertentu tidak berbuah
pada saat musim buah matang. Selain itu dalam penanganan benih sangat ditentukan oleh
karakteristik fisiologis biji dari setiap jenis pohon
Alternatif lain dari perbanyakan secara generatif adalah dengan cara cabutan, yaitu dengan
mencabut anakan tanaman yang tumbuh di bawah tegakan/pohon induk Ada beberapa keuntungan
yang diperoleh dari pembibitan dengan cara cabutan, yaitu : (1). bibit sudah di lantai hutan (2).
waktu di pembibitan menjadi lebih singkat sehingga harga per satuan bibit menjadi lebih murah. (3).
bibit sudah tertulari cendawan/ektomikoriza dari pohon induk sehingga dapat menjamin
pertumbuhan yang baik. Pembibitan dengan cara cabutan memerlukan kecermatan tertentu, baik
dalam memilih anakan untuk dijadikan bibit maupun dalam penanganan dan pemeliharaan bibit.
Tulisan ini secara singkat menyampaikan teknik pembibitan dengan cara cabutan yang berasal dari
hutan rakyat.

II. TEKNIK PENGUMPULAN BIBIT

2.1. Mengenal Jenis Bibit


Salah satu syarat dalam kegiatan pengumpulan bibit dengan cara cabutan adalah harus
mengenal nama jenis bibit tersebut. Untuk itu diperlukan pengenal jenis pohon yang berasal dari
daerah setempat. Apabila tidak terdpat pengenal jenis pohon maka terhadap bibit harus dibuatkan
spesimen guna identifikasi jenis di lembaga yang berwenang. Pekerjaan ini penting untuk
menghindari kesalahan dalam menentukan jenis bibit. Kesalahan ini bisa terjadi karena tidak semua
buah yang jatuh dan tumbuh langsung dibawah pohon/tegakannya sendiri, bisa saja jatuh dan
tumbuh bercampur di bawah tegakan lainnya.
Mengenal jenis bibit pada tingkat semai (anakan) biasanya lebih sulit dibandingkan pohon
dewasa. Umumnya yang digunakan untuk mengenal anakan ini adalah bentuk dan ukuran daun,
disamping adanya kulit biji yang masih melekat atau berserakan disekitar anakan tersebut. Jadi
pengenalan jenis ini diperlukan agar bibit yang akan dikumpulkan benar-benar jenis yang diinginkan.
Bila sudah diketahui jenisnya maka akan diketahui cara penanganan dan pemeliharaan bibitnya

2.2. Pemilihan Pohon Induk


Pohon induk yang dimaksudkan disini adalah tegakan pohon yang memiliki penampakan baik.
Ciri-ciri pohon dimaksud antara lain :
· ukuran pohon besar
· batang lurus
· percabangan normal
· bentuk tajuk normal
· sehat , tidak cacat.
Dari pohon seperti ini diharapkan dapat diperoleh bibit dengan kualitas baik (bibit unggul).
Untuk kepentingan pengambilan bibit di bawah tegakan secara terus menerus, maka pada tegakan
ini harus diberi tanda, misalnya dengan memberi nomor urut. Bahkan untuk pendataan yang
lengkap, terhadap pohon ini dicatat nomor, nama pohon, diameter, tinggi, keadaan pohon dan
ditentukan posisi pohonnya, dicatat masa berbunga, berbuah dan waktu buah matang serta
dilakukan pemeliharaan. Hal ini diperlukan bila memungkinkan di waktu mendatang pohon-pohon
tersebut dapat dijadikan sebagai pohon induk yang sesungguhnya sebagai sumber benih.

2.3. Waktu Pengumpulan Bibit


Tidak semua anakan yang tumbuh dibawah pohon induk perlu langsung dicabut untuk
dijadikan bibit, karena sebagian anakan di bawah tegakan hutan dapat bertahan cukup lama.
Setelah satu tahun sebagian besar dari anakan-anakan itu masih tetap hidup dan masih dapat
dicabut pada periode pengumpulan bibit berikutnya. Waktu pengumpulan bibit sebaiknya dilakukan
setelah terjadi hujan lebat atau pada saat kondisi tanah dihutan telah benar-benar basah. Gunanya
adalah:
a. Pencabutan bibit dengan cara puteran (cangkokan) pada kondisi tanah yang basah sangat kecil
kemungkinan terjadinya kerusakan pada akar
b. Ektomikoriza dari bibit tidak rusak dan Lumpur yang menempel disekeliling akar bisa mencegah
akar tidak cepat kering, sehingga bisa tumbuh baik setelah disapih atau ditanam di tempat lain.
c. Setelah hujan udara menjadi lembab, kondisi ini sangat menguntungkan bagi bibit, karena tidak
terjadi kekeringan yang dapat menimbulkan kematian bibit pada waktu pengangkutan

I. TEKNIK PEMBIBITAN

3.1. Ukuran Bibit


Karakteristik pertumbuhan tingkat semai setiap jenis berbeda satu dengan linnnya. Oleh
karena itu ukuran bibit yang akan dipilih sangat tergantung pada karakteristik dan penampakan
pertumbuhan anakan tersebut. Umumnya yang dijadikan ukuran dalam pemilihan bibit yang akan
dicabut adalah jumlah daun dan tinggi anakan. Setiap jenis anakan cenderung berbeda dalam
menghasilkan jumlah daun dan pertumbuhan tinggi. Ada jenis dengan jumlah daun sedikit namun
tingginya cukup, sebaliknya terdapat jenis-jenis yang masih pendek dengan jumlah daun yang
banyak. Bibit yang terlampau besar akan merepotkan dalam pencabutan, pengangkutan serta
pengguntingan tunas dan akar, sehingga biayanya menjadi mahal. Bibit yang akan dicabut idealnya
adalah bibit dengan jumlah 6 – 8 daun, termasuk pasangan daun pertama. Tinggi masksimal bibit
yang masih dapat dijadikan cabutan sebaiknya tidak melebihi tinggi 60 cm.

3.2. Cara Mencabut Bibit


Bibit yang baik adalah bibit yang tumbuh di bawah pohon induk dan berada di dalam
proyeksi tajuk. Oleh karena itu anakan yang letaknya jauh dari proyeksi tajuk pohon induk (+ 10 m)
sebaiknya tidak dipilih untuk dijadikan bbit Untuk memperoleh bibit dengan kualitas baik, berikut
ini beberapa petunjuk cara mencabut bibit yang berasal dari hutan alam, sebagai berikut :
a. Bibit dipegang pada bagian batang bawah sedekat mungkin dengan tanah.
b. Dibantu dengan alat pencongkel tanah bibit bersama tanah ditarik lurus searah batangnya dengan
perlahan
c. Tidak boleh mencabut dengan cepat dan paksa
d. Pencabutan harus hati-hati sampai terasa bibit mulai lepas dari tanah
e. Perhatikan agar akar samping yang halus tidak terputus
f. Pencabutan bibit dilakukan satu persatu
g. Bibit setelah dicabut harus dijaga agar tidak kena sinar matahari langsung dan jangan dibiarkan
terlalu lama dalam tempat bibit
h. Bibit disusun dalam tempat bibit (karung, kardus, keranjang, ember, dll) dan diatur dengan akar
ke bawah dan daun keatas. Pengaturan ini dilakukan untuk menghindari daun-daun bibit menjadi
kotor dan mengakibatkan munculnya jamur yang merusak bibit.

3 3. Pengangkutan Bibit
Pengangkutan bibit cabutan dari tempat pengumpulan ke tempat pembibitan dapat dilakukan
dengan menggunakan karung, kantong plastik, keranjang atau ember. Dalam pengangkutan perlu
diperhatikan agar bibit dijaga kelembabannya. Apabila menggunakan karung sebaiknya karung
tersebut dalam keadaan basah. Hindari bibit dari penyinaran matahari langsung agar tidak terjadi
kenaikan suhu diantara bibit yang berakibat daun menjadi layu atau mati.

3.4. Pengguntingan bibit


Bibit yang berasal dari cabutan sebenarnya sudah dapat langsung disapih di areal pembibitan
atau penyapihan. Akan tetapi seringkali bibit yang sudah terlanjur dicabut tidak sesuai dengan yang
diharapkan, seperti batang dan perakaran yang bengkok, jumlah daun yang terlampau banyak, atau
pertumbuhan akar yang tidak seimbang dengan jumlah daun. Terhadap bibit dengan kondisi
tersebut maka kita harus melakukan perlakuan pengguntingan
Pengguntingan dilakukan terhadap akar pena yang bengkok agar memperoleh sapihan yang
lurus dalam polybag. Apabila akar samping tertinggal hanya sedikit maka perlu pengguntingan
bagian tunas atau daun. Pengguntingan daun dilakukan setengahnya dari panjang daun.
Pengguntingan batang atau cabang perlu dilakukan juga apabila akar bibit yang tertinggal hanya
sedikit. Hal ini diperlukan untuk menjamin kelangsungan pertumbuhan bibit, karena fungsi akar
dalam menyerap dan mensuply makanan tidak terlalu berat.

3..5 . Penyapihan
Penyapihan yang dimaksudkan disini adalah penanaman bibit cabutan ke dalam media sapih
(polybag) Bibit yang telah terseleksi atau telah melalui pengguntingan pada bagian tanaman harus
segera ditanam ke media sapih. Pada prinsipnya media sapih harus mempunyai empat fungsi pokok
untuk memberikan pertumbuhan yang baik bagi tanaman, yaitu mampu menyediakan tunjangan
mekanik, menyediakan aerasi yang baik, mampu menyediakan air yang tersedia serta menyediakan
hara yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman.
Wadah (Kontainer) merupakan tempat media sapih dimana bibit disapih dan di pelihara.
Wadah sapih yang sering digunakan adalah kantong plastik (polybag) berukuran 15 cm x 20 cm.
Bagian bawah dan samping wadah sapih dilubangi sehingga air yang melebihi kapasitas lapang media
dapat keluar melalui lubang tersebut. Penamanan bibit harus dilakukan secara hati-hati agar akar dan
daun yang telah telah tumbuh tidak rusak. Penanaman bibit dilakukan tegak lurus dengan cara
melubangi bagian atas media dengan stik kecil ( sebesar pensil ) sedalam mungkin agar akar tidak
patah atau terlipat.
Penyapihan dilakukan pada pagi hari atau sore hari di tempat yang teduh atau di areal
pesemaian naungan (shaded area) untuk menghindari kerusakan bibit akibat perubahan suhu udara
dari tempat pengumpulan bibit ke tempat penyapihan. Pada setiap bedeng sapih yang telah terisi
bibit, harus diberi label yang berisi keterangan jenis tanaman , tanggal penyapihan, tanggal rencana
bibit siap tanam dan jumlah bibit dipersemaian.

3.6. Pemeliharaan Sapihan


Pemeliharaan sapihan bertujuan untuk mendapatkan kualitas bibit yang baik di persemaian.
Kegiatan ini meliputi penyiraman, penyulaman, pemupukan dan pembersihan gulma. Penyiraman
dilakukan setiap hari, yaitu pagi ( 07.00 – 09.00 ) dan sore ( 15.00 – 17.00 ), kecuali bila hari hujan,
maka penyiraman tidak usah dilakukan. Pada kondisi udara sangat kering dapat dilakukan
penyiraman lebih dari 2 kali.
Penyulaman pertujuan untuk memgganti bibit yang mati atau bibit yang tumbuh merana
dengan bibit baru. Penyulaman dilakukan pada bibit yang tidak tumbuh yang dilkaukan sampai umur
2 bulan. Pemupukan di butuhkan di persemaian jika pertumbuhan bibit kurang optimal. Pupuk yang
di gunakan adalah urea 2 gram/bibit atau NPK 3 gram/bibit. Pemupukan dilakukan pada saat umur
bibit mencapai 3 bulan. Penyiangan dilakukan secara periodik terhadap gulma yang mengganggu
pertumbuhan bibit di persemaian.
Untuk pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan pencegahan dengan cara
penyemprotan secara periodik. Pencegahan hama dan pnyakit di lakukan dengan cara penyemprotan
inssektisida dan fungisida setiap 1 bulan sekali di mulai bibit umur 1 bulan. Jenis insektisida yang
biasa di gunakan tergantung dari hama yang ditemukan. Selain itu digunakan fungisida untuk
mencegah dumping off pada awal pertumbuhan bibit dan untuk mencegah jamur daun.

II. PENUTUP

Isi tulisan teknik pembibitan dengan cara cabutan dari hutan rakyat ini berlaku umum untuk
semua jenis pohon, belum difokuskan pada satu atau beberapa jenis pohon. Oleh karena itu untuk
memperoleh data dan informasi yang lebih akurat tentang teknik pembibitan dengan cara cabutan
setiap jenis pohon yang berasal dari hutan rakyat perlu dilakukan penelitian Namun demikian,
untuk penggunaan yang mendesak dalam hal pembibitan dengan cara cabutan tulisan ini dapat
menjadi acuan, karena uraian dan penjelasan yang disampaikan adalah mengacu pada referensi dan
pengalaman lapangan yang telah dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Leksono, B. 2003. Teknik Penunjukan dan Pembangunan Kebun Benih. Info Teknis Vol.1 No.1.Tahun
2003. Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman. Yogyakarta.
Puti, K.P. dan Y. Bramasto. 2003. Pemilihan Jenis Eksotik sebagai alternatif dalam Pembangunan
Hutan Tanaman. Info Benih. Vol.8. No.2. Desember 2003. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman. Yogyakarta.

Schmidt L. 2004. Petunjuk Benih Bermutu Kerjasama Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan dengan
Denish International Development Assistance (DANIDA) dan Indonesia Forest Seed Project. Jakarta

Smith. W.T.M. 1990. Pedoman Sistim Cabutan Bibit Dipterocarpaceae. Editors : Soetarso P dan J.
Tangketasik. Asosiasi Panel Kayu Indonesia. Jakarta

Tata M.H. L., R. Bogigdarmanti dan Y. Lisnawati. 2003. Teknik Pembibitan Beberapa Jenis Pohon
Hutan. Paket Teknologi Pusat Penelitian Dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Bogor

You might also like