You are on page 1of 2

Petani Cuma sampingan, pekerjaan utama sebagai buruh pabrik gula.

Cuma bisa bayem, sawi,


kangkung. Tidak budidaya sayuran lain karena tidak punya waktu untuk perawatan. Sekarang
menanam bayem dan kangkung. Lahan terbagi dua, agar saat tanaman satu harganya jatuh,
tanaman satunya dapat menutupi kerugian. Bekerja di pabrik sejak tahun 1988, sedangkan
menjadi petani sejak sd. Saya memiliki dua anak. Anak kedua sekolah smp kelas 2, anak pertama
sudah bekerja. Anak pertama bernama roni andrian sedangkan anak kedua bernama ananda
febrianti. Lahan 1 ha berasal dari warisan keluarga yang dibeli (dijadikan satu pemilik). Ilmu tani
didapatkan dari teman teman sesama petani saat dilahan, seperti misalkan “tanaman saya kok
begini?” lalu dijawab teman “oh ini begini begini begini”. Selama ini tidak ada penyuluhan dari
pemerintah. Tanaman sayuran rawan saat musim penyakit meskipun kelihatannya remeh. Saya
mengusai mulai dari pengolahan tanah sampai penjualan. Sudah ada langganan pengepul saat
musim panen. Pernah juga saat pengepul sedang masa sulit, di oper ke teman pengepul yang lain.
Saat dijual ke langganan harga lebih murah. Dan juga saat harga turun maupun melonjak tetap
dibawa. Saat mendapat dua informasi yang berbeda, Saya hanya mendengar masukan dari petani
yang sudah biasa menanam tanaman tersebut. Selama bertani tidak pernah menanan dengan
sistem tumpang sari, tetapi satu tempat satu tanaman. Modal tergantung dari harga benih,
misalkan benih bayam satu cingkir 15rb dan membutuhkan 30 cingkir. Sedangkan benih
kangkung 1 kg 16.500 dan dan membutuhkan 40kg benih. Pada pupuk, tanaman bayam 2 zak
ponska, 1 zak 120rb. Kangkung saat di kasih pupuk ponska tidak perlu di pupuk mess, tidak
perlu di pupuk lagi selama 20 hari, jika memakai mess sepuluh hari kemudian harus di pupuk
lagi. Modal memakai uang pripadi tidak pernah meminjam. Di daerah sini ada petani yang
kurang mampu yang meminjam di balai desa untuk modal sebesar 2jt. Beli benih toko dan di
petani, biasanya saat harga sayuran tersebut turun banyak petani yang menjadikan sayurannya
benih. Beli benih langsung cash. Alat pembuatan benih kurang tahu, di dapatkan dari luar kota.
pernah ada masalah Saat pembelian benih, biasanya terdapat pewarnaan benih menjadi lebih
segar, akibatnya saat benih sudah ditanam dan berusia 10 hari tanaman menjadi layu. Saat terjadi
masalah tersebut biasanya komplain ke toko tempat membeli dan pemilik toko komplain ke
penyuplai. Tidak ada ganti rugi saat ada masalah tersebut. Tapi saat beli lagi dan masalah
tersebut kembali muncul akan diganti rugi. Pupuk organik menggunakan kotoran sapi dan
kambing seharga 22-23 rb. Satu kebuk 25 kg dan untuk 1 ha membutuhkan 7 kebuk. Beli pupuk
saat pulang kerja. Untuk alat pemupukan hanya menggunakan sarung tangan dan pemberian
pupuknya dengan cara disebar. Tidak pernah terjadi masalah saat pembelian pupuk. Pembayaran
cash. Pupuk kimia semua tanaman menggunakan ponska. Untuk sawi ditambahi pupuk esp.
Pemberian pupuk kimia 2 kebuk. Jadi perbandingan dengan pupuk organik dengan pupuk kimia
7:2. Pemberian pupuk tidak dicampur. Di beri pupuk organik dulu lalu ditumpangi pupuk kimia.
Takaran pupuk menggunaka feeling. Tetapi biasanya satu guludan 1 kg. Jadi jika tanaman
sekarang terlihat kurang pupuk, saat menanam lagi ditambah pupuk setengahnya. Tidak pernah
ada masalah saat pembelian pupuk kimia. Untuk penggunaan pestisida berbeda tergantung
musim. Biasanya menggunakan antracol, dithane, curacron, dan pestisida tersebut untuk hanya
jika muncul gejalanya saja. Saat sudah muncul hama (biasanya ulat), menggunakan dupont.
Penggunaan musuh alami sangat jarang, cuman sekalinya ada biasanya laba laba akan dibiarkan
oleh petani. Pupuk kimia berbentuk kering, seperti kerikil. Pestisida beli, untuk duppon 0,5 liter
130rb. Penanganan hama tidak pernah secara mekanis, langsung disemprot. Alatnya tanki dan
alat semprot. Tidak pernah terjadi peledakan hama. Pembelian pestisida ditempat yang sama
dengan membeli pupuk, secara cash juga. Tidak pernah ada masalah saat pembelian pestisida.
Alat untuk pengolahan tanah menggunakan cangkul, garu. Saat pemanenan, kangkung dan
bayam langsung dicabut sedangkan sawi dipotong menggunakan pisau kecil. Alat semuanya beli,
untuk pisau kecil menggunakan skrap bangunan dan dimodifikasi. Menyewa traktor dengan
biaya 450rb sampai selesai. Dengan waktu 1,5 hari. Alat transportasi yang digunakan saat
pemanenan menggunakan sepeda motor yang diberi gerobak milik pengepul dan dibawa ke balai
desa karena pengepul berada di balai desa. Semua menggunakan buruh kecuali saat perawatan
dari hama, saat pengolahan lahan dan pengangkutan hasil panen menggunakan buruh laki laki
sedangkan saat pemanenan menggunkan buruh perempuan. Ongkos buruh dari jam 6-10 pagi
sebesar 30rb dapat makan dapat rokok. Dan dilanjut jam 1 sampai set 4, 30 rb juga. Buruh
menggunakan tenaga petani sekitar dengan sistem booking karena susahnya mencari buruh
panen, dan juga jika tidak segera mendapatkan buruh, tanaman keburu layu. Untuk bayam dan
kangkung, setelah panen diikat, dicuci baru dibawa ke balai desa (tempat pengepul). Untuk sawi
dibawa pulang dulu dan diikat dirumah. Satu ikat berisi 3 sawi besar sedangkan bayam dan
kangkung sekitar 13-14 biji. Untuk harga 30 ikat sebesar 12rb untuk bayam. 30 ikat 22rb untuk
sawi. Dan 25 ikat kangkung 8 rb. Waktu panen sawi dan kangkung 36 hari. Bayam 28-29 hari.
Umur buruh berkisar 55-60 thn. Anak muda hampir tidak ada yang menjadi buruh. Tidak ada
kelompok tani dalam desa. informasi pertanian didapat dari sesama teman petani. Pernah
mendapat informasi yang sengaja di belokkan antar petani. Untuk pembayaran buruh dilakukan
setelah panen selesai, bisa juga jika belum selesai panen buruh ditanya, butuh uang atau tidak,
jika butuh akan diberi sebagian. Namun bapaknya bisanya sudah menyiapkan dana untuk buruh.
Isti bapaknya membantu hanya saat panen. Nama ibu satumi. Setelah selesai panen, tanah
dikeringkan dulu baru ditanami lagi. Kangkung dan sawi tanaman paling menguntungkan. Untuk
modal 5-10 jt. Jarak panen sampai menanam lagi sekitar 10 hr. Tanaman hasil panen tidak
pernah dikonsumsi sendiri. Tanaman tidak pernah disortir, hanya dilihat saja karena biasanya
bagus bagus. Pengepul mengirim ke porong, sidoarjo. Selisih harga petani pengepul dan
pengepul pasar sekitar 6 rb. Pernah juga dijual ke orang yang jarang beli, biasanya penjual mie
untuk campuran mie ayam, harganya lebih mahal. Pembeli langsung ke petani saat mau membeli
sayur. Untuk pembayaran bisa dicicil karena sudah langganan. Harga pasar tau karena rumah
dekat dengan pasar sehingga mudah mengetahui. Pernah rugi karena harga turun. Hal ini
dikarenakan biasanya banyak yang menanam sayuran yang sama di daerah lain. Saat mengalami
kerugian tidak pernah meminjam uang karena petani hanya sebagai sampingan. Untuk
pengolahan tanah biasanya 4 orang buruh membutuhkan 5 hari. Ke lahan hanya memantau, saat
ada hama baru ada tindakan. Pengapul kenal karena dekat dengan rumah. Gagal panen biasanya
gara gara penyakit benjol pada sawi karena tanah sudah rusak. Bayam tidak pernah gagal panen.
Umumnya gagal panen gara gara pupuk. Untuk petani dan pedagang pernah terjadi minjam
meminjam. Tidak pernah nego harga antara petani dan pengepul karena sudah sama sama tahu
harga pasaran. Tidak pernah ada kelompok tani namun sering ada kumpul antar petani yang
sudah akrab, tidak ada ketua dalam kumpulan tersebut. Manfaat adanya kumpul antar petani
adalah adanya tanya jawab antar petani, tidak ada waktu pasti kumpul antar petani. Tidak ada
kumpulan selain kelompok tani.

You might also like