Professional Documents
Culture Documents
HIGIENE PANGAN
KUPANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN
Susu merupakan cairan yang berasal dari ambing ternak perah sehat dan bersih.
Diperoleh dengan cara pemerahan yang benar sesuai ketentuan yang berlaku. Kandungan
alaminya tidak dikurangi atau ditambah sesuatu apapun dan belum mendapat perlakuan
apapun, kecuali proses pendinginan.
Antibiotika merupakan zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi
yang dapat menghambat pertumbuhan atau dapat membasmi mikroba jenis lain dan
merupakan segolongan senyawa, baik alami maupun sintesik. Antibiotika mempunyai
efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya
dalam proses infeksi oleh bakteri.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui cara pengujian residu antibitik pada susu kambing
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Susu adalah cairan yang berasal dari ambing ternak perah yang sehat dan bersih
yang diperoleh dengan cara pemerahan yang benar sesuai ketentuan yang berlaku yang
kandungan alaminya tidak dikurangi atau ditambah sesuatu apapun dan belum mendapat
perlakuan apapun kecuali proses pendinginan (BSN 2008).
Susu merupakan hasil utama pada usaha budidaya ternak perah. Susu yang
dihasilkan harus memenuhi syarat ASUH yaitu aman, sehat, utuh, dan halal (Hidayat
2010). Hal ini membutuhkan perhatian khusus karena susu merupakan sumber utama
yang paling memungkinkan terjadinya foodborne disease pada masyarakat, terutama
anak-anak. Foodborne disease bisa disebabkan oleh virus, bakteri, cendawan, dan residu
antibiotika (Gustiani 2009).
METODOLOGI
4.1 Hasil
No Gambar Keterangan
1. Cakram blank : tidak terdapat
adanya zona hambat pada cakam
blank yang ditetesi susu sebanyak
0,1 ml. Artinya tidak ada antibiotik
pada susu yang ditetesi.
Cakram antibiotik : terlihat adanya
zona hambat
4.2 Pembahasan
Dari hasil yang telah diperoleh pada saat praktikum, diketahui bahwa cakram
blank yang ditetesi dengan susu 0,1 ml tidak memiliki zona hambat, susu kambing
peranakan etawa yang di ambil dari sumlili tidak mengandung residu antibiotik. Hal ini
disebabkan karena peternakan kambing perah sumlili tidak menggunakan antibiotik pada
ambing susu yang diperah ataupun kambing perah tidak dalam pengobatan pemberian
antibiotik.
Pada cakram Kloramfenikol sebagai kontrol terbentuk zona bening yang
berdiamater 2,5 karena Kloramfenikol merupakan penghambat sintesis protein yang kuat
pada mikroorganisme. Obat ini menghalangi pelekatan asam amino pada rantai peptide
yang baru timbul pada unit 50S pada ribosom, dengan mengganggu daya kerja peptidil
transferase. Kloramfenikol pada dasarnya bersifat bakteriostatik; spectrum; dosis serta
kadarnya dalam darah mirip dengan tetrasiklin. Resistensi kloramfenikol merupakan
akibat dari perusakan obat oleh suatu enzim yang dikendalikan oleh plasmid (Jawetz et
al., 2001).
Perkembangan resistensi kuman terhadap antibiotika sangat dipengaruhi oleh
intensitas pemaparan antibiotika di suatu wilayah, tidak terkendalinya penggunaan
antibiotika cenderung akan meningkatkan resistensi kuman yang semula sensitif
(Refdanita dkk, 2001).
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2000. SNI No. 01-6366-2000 tentang Batas Maksimum
Cemaran Mikroba dan Batas Maksimum Residu dalam Bahan Makanan Asal Hewan.
Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
Bishop MY, ed. 2005. The Veterinary Formula. Ed ke-6. Cambridge: Great Britain University
Press.
Detha A. 2014. Pengujian Residu Antibiotik Pada Susu. Jurnal Kajian Veteriner. Vol. 2 No. 2 :
203-208.
Gustiani E. 2009. Pengendalian cemaran mikroba pada bahan pangan asal ternak (daging dan
susu) mulai dari peternakan sampai dihidangkan. Litbang Pertanian 28(3): 96-100.
Hidayat A. 2010. Manajemen Kesehatan Pemerahan. Bandung: Dinas Peternakan Jawa Barat.
Lukman, DW. 2010. Residu antibiotika dalam pangan asal hewan. http://Penelitian Kesehatan
Masyarakat Veteriner/residu-antibiotik-dalampangan-asal_16.html [16 Juli 2010].