Professional Documents
Culture Documents
A. Definisi
mungkin pula tidak. Pengisian ventrikel tidak secara total bergantung pada
kontraksi atrium yang terorganisasi, sehingga aliran darah yang masuk dan
Sentakan fokus ektopik pada struktur vena yang dekat dengan atrium
Aktivitas listrik jantung yang cepat dan tidak beraturan mengakibatkan atrium
ventrikel menjadi ireguler. Atrial fibrilasi dapat bersifat akut maupun kronik
dan umumnya terjadi pada usia di atas 50 tahun (Berry and Padgett, 2012).
yang bervariasi amplitudo, bentuk dan durasinya. Pada fungsi NAV yang
1
normal, FA biasanya disusul oleh respons ventrikel yang juga ireguler, dan
2014):
B. Klasifikasi
Banyak tipe atau klasifikasi atrial fibrilasi yang umum dibahas. Beberapa
2
c. Persisten AF
AF yang sifatnya menetap dan berlangsung lebih dari 48 jam tetapi
kurang dari 7 hari. Berbeda dengan paroksismal AF, persisten AF
perlu penggunaan dari kardioversi untuk mengembalikan irama sinus
kembali normal.
d. Kronik/permanen AF
AF yang sifatnya menetap dan berlangsung lebih dari 7 hari. Pada
permanen AF, penggunaan kardioversi dinilai kurang berarti, karena
dinilai cukup sulit untuk mengembalikan ke irama sinus yang normal.
Disamping klasifikasi menurut AHA (American Heart Association), AF
juga sering diklasifikasikan menurut lama waktu berlangsungnya, yaitu AF
akut dan AF kronik. AF akut dikategorikan menurut waktu berlangsungnya
atau onset yang kurang dari 48 jam, sedangkan AF kronik sebaliknya, yaitu
AF yang berlangsung lebih dari 48 jam.
b. Hipertensi kronis
d. Perikarditis
f. Tumor intracardiac
a. Kelainan metabolik :
- Tiroksikosis
- Alkohol akut/kronis
3
- Pneumonia
- PPOM
- Kor pulmonal
D. Patofisiologi
pencetus AF.Daerah ini dalam keadaan normal memiliki aktifitas listrik yang
sinkron, namun pada regangan akut dan aktifitas impuls yang cepat, dapat
reentry) dan multiple. Lingkaran reentry yang terjadi pada AF tedapat pada
yang merupakan suatu lingkaran reentry yang makro dan tunggal di dalam
lapisan muskular dari vena pulmonalis. Aritmia ini akan berlangsung terus
4
Perubahan ini pada awalnya reversibel, namun akan menjadi permanen
dalam ventrikel, dan efisiensi pompa ventrikel akan menurun hanya sebanyak
fibrilasi ventrikel, orang dapat hidup selama beberapa bulan bahkan bertahun-
ventrikel berkontraksi lebih cepat dari biasanya. Ketika ini terjadi, ventrikel
tidak memiliki cukup waktu untuk mengisi sepenuhnya dengan darah untuk
Kelainan tersebut mungkin akibat dari statis atrial tetapi mungkin juga
E. Manifestasi Klinis
1. Palpitasi (perasaan yang kuat dari detak jantung yang cepat atau
3. Sesak napas/dispnea.
5
4. Pusing, atau sinkop (pingsan mendadak) yang dapat terjadi akibat
dalam rongga atrium kiri atau bagian lainnya karena tidak adanya kontraksi
H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Fisik :
kongestif.
2. Laboratorium :
6
c. Enzim jantung bila dicurigai terdapat iskemia jantung.
e. PT/APTT.
3. Pemeriksaan EKG :
pulmonal.
obstruksi outflow.
atrium kiri.
I. Penatalaksanaan
7
laju denyut ventrikular (rate control) saja.Terdapat 3 kategori tujuan
perawatan AF yaitu :
1. Farmakologi
dengan DC shock.
2. Non-farmakologi
8
seyogyanya penyakit yang mendasari dikoreksi terlebih dahulu.
transesofageal ekhokardiografi.
c. Ablasi kateter. Ablasi saat ini dapat dilakukan secara bedah (MAZE
jantung permanen.
J. KOMPLIKASI
2. Stroke
3. Demensia
9
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Aktivitas / istirahat
fisik berupa disritmia, perubahan tekanan darah dan denyut jantung saa
aktivitas.
2. Sirkulasi
3. Neurosensori
4. Kenyamanan
Keluhan nyeri dada sedang dan berat (infark miokard) tidak hilang
10
5. Respirasi
mudah tersinggung.
B. Diagnosis Keperawatan
perubahan afterload.
11
4. Kelebihan Volume Cairan/hipervolemia berhubungan dengan gangguan
chlorpropamide)
12
C. Intervensi Keperawatan
Luaran
No Diagnosis Keperawatan Intervensi Rasional
Keperawatan
Penurunan curah jantung 1. Auskultasi nadi apical, catat penilaian 1. Biasnya terjadi takikardi (meskipun
1 berhubungan dengan denyut jantung dan irama pada saat istirahat) untuk
perubahan irama jantung, mengkompensasi penurunan
perubahan frekwensi jantung, kontraktilitas ventrikel.
kontraktilitas, perubahan 2. Catat bunyi jantung 2. S1 dan S2 mungkin terdengar lemah
preload, dan perubahan akibat penurunan jantung untuk
afterload. memompa. Irama gallop yang umum
(S3 dan S4) juga mungkn terdengar.
Murmur mungkin menunjukan
kelainan katup dan sianosi.
3. Palpasi denyut nadi perifer 3. Penurunan curah jantung dapat terlihat
pada penurunan denyut jantung
radialis, nadi popliteal, nadi dorsalis
pedis, dan nadi posttibialis.
4. Pantau tekanan darah 4. Pada GJK dini, sedang atau kronis
tekanan drah dapat meningkat. Pada
HCF lanjut tubuh tidak mampu lagi
mengkompensasi danhipotensi tidak
dapat norml lagi.
5. Kaji kulit terhadap pucat dan sianosis. 5. Pucat merupakan indikasi
berkurangnya perfusi perifer sejunder
13
akibat dari curah jantung yang tidak
adekuat, vasokontriksi, dan anemia.
Sianosis dapat terjadi pada gagal
jantung refraktori.
6. Berikan oksigen tambahan dengan kanula 6.
nasal/masker dan obat sesuai indikasi
(kolaborasi)
Pola napas tidak efektif 1. Pantau suara nafas dan catat suara nafas 1. menyatakan adnya kongesti
2 berhubungan dengan depresi tambahan. paru/pengumpulan secret
pusat pernapasan, hambatan menunjukkan kebutuhan untuk
upaya napas (mis, nyeri saat intervensi lanjut.
bernapas, kelemahan otot 2. Ajarkan/anjurkan klien batuk efektif, 2. membersihkan jalan nafas dan
pernapasan), gangguan nafas dalam. memudahkan aliran oksigen.
neurologis (mis EEG positif, 3. Dorong perubahan posisi. 3. Membantu mencegah atelektasis dan
cedera kepala), penurunan pneumonia.
energy dan kecemasan) 4. Kolaborasi dalam Pantau/gambarkan 4. Hipoksemia dapat terjadi berat selama
seri GDA, nadi oksimetri. edema paru.
5. Berikan oksigen tambahan sesuai 5. Meningkatkan jumlah O2 yang ada
indikasi. untuk pemakaian miokardium
sekaligus mengurangi
ketidaknyamanan sekunder terhadap
iskemia.
Intoleransi aktivitas 1. Periksa tanda vital sebelum dan segera 1. Hipotensi ortostatik dapat terjadi
3 berhubungan dengan setelah aktivitas, khususnya bila klien dengan aktivitas karena efek obat
ketidakseimbangan antara menggunakan vasodilator,diuretic dan (vasodilasi), perpindahan cairan
suplai dan kebutuhan oksigen, penyekat beta. (diuretic) atau pengaruh fungsi
tirah baring, kelemahan, jantung.
2. Catat respons kardiopulmonal terhadap 2. Penurunan/ketidakmampuan
14
imobilitas, dan gaya hidup aktivitas, catat takikardi, diritmia, miokardium untuk meningkatkan
monoton dispnea berkeringat dan pucat volume sekuncup selama aktivitas dpat
menyebabkan peningkatan segera
frekuensi jantung dan kebutuhan
oksigen juga peningkatan kelelahan
dan kelemahan.
3. Evaluasi peningkatan intoleran aktivitas 3. Dapat menunjukkan peningkatan
dekompensasi jantung daripada
kelebihan aktivitas.
4. Implementasi program rehabilitasi 4. Peningkatan bertahap pada aktivitas
jantung/aktivitas (kolaborasi) menghindari kerja jantung/konsumsi
oksigen berlebihan. Penguatan dan
perbaikan fungsi jantung dibawah
stress, bila fungsi jantung tidak dapat
membaik kembali,
Kelebihan Volume 1. Pantau pengeluaran urine, catat jumlah 1. Pengeluaran urine mungkin sedikit dan
Cairan/hipervolemia dan warna saat dimana diuresis terjadi. pekat karena penurunan perfusi ginjal.
berhubungan dengan Posisi terlentang membantu diuresis
gangguan mekanisme reguasi, sehingga pengeluaran urine dapat
kelebihan asupan cairan, ditingkatkan selama tirah baring.
2. Pantau/hitung keseimbangan pemaukan 2. Terapi diuretic dapat disebabkan oleh
kelebihan asupan natrium,
dan pengeluaran selama 24 jam kehilangan cairan tiba-tiba/berlebihan
gangguan aliran balik vena, (hipovolemia) meskipun edema/asites
efek agen farmakologis (mis masih ada
kortikosteroid, 3. Pertahakan duduk atau tirah baring 3. Posisi tersebut meningkatkan filtrasi
chlorpropamide) dengan posisi semifowler selama fase ginjal dan menurunkan produksi ADH
akut. sehingga meningkatkan diuresis.
4. Pantau TD dan CVP (bila ada) 4. Hipertensi dan peningkatan CVP
menunjukkan kelebihan cairan dan
dapat menunjukkan terjadinya
peningkatan kongesti paru, gagal
15
jantung.
5. Kaji bising usus. Catat keluhan 5. Kongesti visceral (terjadi pada GJK
anoreksia, mual, distensi abdomen dan lanjut) dapat mengganggu fungsi
konstipasi. gaster/intestinal.
6. Pemberian obat sesuai indikasi 6. perlu memberikan diet yang dapat
(kolaborasi) dan Konsul dengan ahli diterima klien yang memenuhi
diet. Rasional : kebutuhan kalori dalam pembatasan
natrium.
Ansietas berhubungan dengan 1. Observasi adanya tanda verbal dan non 1. Pasien mungkin tidak mengungkapkan
krisis situasional, kebutuhan verbal ansietas, serta temani pasien saat kekhawatiran secara langsung tetapi kata-
tidak terpenuhi, ancaman ansietas kata atau tindakan dapat menyampaikan
terhadap konsep diri, ancaman rasa ansietas.
terhadap kematian, 2. Orientasikan pasien atau keluarganya 2. Prediktabilitas dan informasi dapat
tentang prosedur rutin, serta aktivitas yang mengurangi ansietas pasien.
kekhawatiran mengalami
diperkirakan
kegagalan, dan kurang 3. Berikan waktu istirahat dan tidur tanpa 3. Menyimpan energy dan meningkatkan
terpapar informasi. terganggu, serta lingkungan yang tenang . koping adaptif
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain 4. Mendorong relaksasidan istirahat, serta
dalam pemberian obat anti-ansietas atau mengurangi ansietas.
hipnotik sesuai indikasi.
16
DAFTAR PUSTAKA
17