You are on page 1of 10

PENGARUH GIBERELIN TERHADAP PERPANJANGAN

BATANG

Oleh :
Himma Naqiya B1A015112
Finna Fernanda H. B1A015122
Azizah Nur Fatimah B1A015127
Dwi Iva Fitriana B1A015132
Khalil Ibrahim Sani B1A015134
Rombongan : IV
Kelompok :4
Asisten : Novi Wahyu Prihandini

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN II

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2017
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fitohormon merupakan senyawa organik bukan nutrisi yang aktif dalam


jumlah kecil yang disintesis pada bagian tertentu dalam tanaman dan
ditranslokasikan ke bagian tertentu sebagai tanggapan biologi, kimia, maupun
fisik. Fitohormon berperan sebagai pengatur pertumbuhan, perkembangan,dan
pergerakan pada tanaman. Fitohormon dalam tanaman disebut dengan Zat
Pengatur Pertumbuhan (ZPT) (Gardner et al., 1991).
Zat Pengatur Tumbuh dalam tanaman ada lima, antara lain auksin,
sitokinin, giberelin, etilen, dan asam absisat. namun dari kelima hormon ini yang
digunakan hanya empat hormon yang berbengaruh terhadap diferensiasi sel-sel
pada tanaman. Hormon-hormon ini juga dapat mengubah ekspresi gen, dengan
mempengaruhi aktivitas enzim yang ada, atau dengan mengubah sifat membran.
Giberelin merupakan senyawa organik yang berperan penting dalam proses
perkecambahan, karena dapat mengaktifkan reaksi enzimatik di dalam benih.
Giberelin juga terkandung di dalam bahan alami seperti air kelapa dalam jumlah
yang sangat sedikit (Dewi, 2008).
Selain mengakhiri dormansi biji dan memicu perkecambahan, giberelin
memiliki fungsi fisiologis lain bagi tumbuhan. Giberelin dapat mempengaruhi
peristiwa pembungaan terutama bagi tumbuhan yang di daerah empat musim.
Hormon ini mampu menginduksi tumbuhan untuk berbunga pada musim dingin
atau lebih awal dimana peristiwanya dinamakan vernalisasi. Sebagai contoh
tanaman yang dipengaruhi pertumbuhannya oleh hormon giberelin yaitu tanaman
kedelai. Kedelai mengalami proses pertumbuhan dimana pertumbuhan kedelai
dibagi menjadi dua macam yaitu pertumbuhan vegetatif dan generatif.
Pertumbuhan vegetatif dan generatif memiliki ciri yang berbeda, dimana
pertumbuhan vegetatif lebih ke arah tinggi dan jumlah organ yang ada pada
tanaman contohnya daun dan cabang sedangkan pertumbuhan generatif ke arah
pembentukan biji maupun buah (Gardner et al., 1991). Peran dosis relatif rendah
dalam pertumbuhan tanaman, tetapi untuk meningkatkan kualitas buah
memerlukan dosis tertentu dan penambahan larutan pupuk NPK anorganik atau
penggunaan giberelin dapat meningkatkan pertumbuhan dan kualitas buah.
(Budiastuti et al., 2012).
Giberelin sering disingkat dengan GA dan merupakan anggota kelompok
asam karboksilat tetrasiklin yang diteruskan secara alami, sebagian besar
memiliki kerangka karbon C20 atau C19. Saat ini 136 GA yang berbeda telah
diidentifikasi dari tanaman, jamur, atau bakteri. Beberapa GA memiliki aktivitas
pada tanaman tingkat tinggi dan sejumlah kecil GA sebagai regulator endogen
dari pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Hedden, 2017).

B. Tujuan

Tujuan praktikum pengaruh giberelin terhadap perpanjangan batang adalah


untuk mengetahui konsentrasi giberelin yang efektif dalam merangsang
pertumbuhan tanaman khususnya terhadap perpanjangan batang.
II. TELAAH PUSTAKA

Giberelin adalah hormon pertumbuhan yang mampu merangsang pertumbuhan


seluruh bagian tanaman secara sinergis baik dari bagian batang, akar, maupun daun.
Giberelin ini merupakan salah satu hormon tumbuh yang ditemukan orang Jepang
tahun 1930 dari senyawa aktif jamur Gibberella fujikuroi. giberelin ditemukan
bersamaan dengan IAA. Hormon ini biasanya diberikan untuk tanaman yang kerdil
agar pertumbuhannya normal. Hormon giberelin dibantu melakukan tugasnya oleh
hormon auksin (Parnata, 2004).
Mekanisme giberelin dalam pertumbuhan tanaman seperti halnya auksin yaitu
mengendorkan dinding sel, tetapi tidak mengasamkan dinding sel, yang memfasilitasi
penetrasi ekspansi ke dalam dinding sel untuk bekerja sama dalam meningkatkan
perpanjangan sel. Saat fase tumbuhan menjadi fase generatif, terjadi ledakan giberelin
yang menginduksi internodus (ruas) menjadi memanjang dengan cepat sehingga
kuncup bunga menjadi tinggi dan berkembang pada ujung batang (Dewi 2008).
Tanaman tomat (Solanum lycopersicum) merupakan tanaman semusim, yang
berarti umur tanaman ini hanya untuk satu kali periode panen. Artinya tanaman tomat
akan mati setelah bereproduksi. Tanaman tomat berbentuk perdu atau semak dengan
panjangnya mencapai 2 meter. Tanaman tomat memiliki batang berwarna hijau dan
berbentuk persegi empat sampai bulat. Permukaan batang tomat ditumbuhi rambut-
rambut halus, diantara rambut-rambut tersebuut biasanya terdapat rambut kelenjar
(Ps, 2008). Di Amerika awalnya orang-orang menganggap tomat adalah cendawan
beracun, sehingga mereka takut untuk memakannya. Pada tahun 1820, tomat mulai
dianggap sebagai makanan lezat dan menjadi kegemaran banyak orang. Sebenarnya
buah tomat mempunyai sifat racun karena buah tomat mengandung lycopersicin,
tetapi kadar racunnya rendah dan akan hilang dengan sendirinya apabila buah telah
tua dan matang (Turgiyono, 2007). Tanaman tomat membutuhkan sinar matahari
yang cukup minimum 10-12 jam per hari. Curah hujan yang baik untuk tanaman
tomat adalah 750-1250 mm per tahun. Suhu yang baik untuk perkecambahan benih
tomat berkisar 25-30o C pada malam hari dan 18-20o C pada siang hari (Agromedia,
2007).
III. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat yang digunakan dalam praktikum pengaruh giberelin terhadap


perpanjangan batang antara lain tabung reaksi, gelas piala, batang pengaduk,
timbangan analitik, gelas ukur, sprayer, dan alat tulis.
Bahan yang digunakan dalam praktikum pengaruh giberelin terhadap
perpanjangan batang yaitu bibit Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum), zat
pengatur tumbuh giberelin (konsentrasi 0 ppm, 20 ppm, 40 ppm, dan 60 ppm),
dan akuades.

B. Metode

Metode yang digunakan dalam praktikum pengaruh giberelin terhadap


perpanjangan batang, yaitu :
1. Bibit tomat ditanam pada tempat yang telah disediakan.
2. Larutan zat pengatur tumbuh giberelin dibuat dengan konsentrasi 0 ppm, 20
ppm, 40 ppm, dan 60 ppm.
3. Dipilih empat tanaman tomat yang telah ditanam. Tinggi tanaman awal
diukur sebagai T0.
4. Larutan giberelin diberikan dengan konsentrasi yang telah ditentukan dengan
menyemprot 10 kali. Selama 2 minggu diamati dengan waktu pemberian
setiap 3 hari sekali. Tinggi tanaman diukur setiap minggunya.
5. Data tiap minggu dimasukkan ke dalam tabel pengamatan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 4.1.1. ANNOVA Pertambahan Tinggi Tanaman Tomat Rombongan IV

Sumber F tabel
Keragaman Db JK KT Fhit 0,05 0,01
Perlakuan 3 78,1135 26,03783 0,946048 ns 3,24 5,29
Galat 16 440,364 27,52275
Total 19 518,4775

GRAFIK PERTAMBAHAN TINGGI TANAMAN Solanum


lycopersicum
20
Rata-Rata Penambahan Tinggi

15
DATA PERTAMBAHAN
10 TINGGI TANAMAN
Tanaman

5
Linear (DATA
0 PERTAMBAHAN TINGGI
TANAMAN)
0 ppm 20 ppm 40 ppm 60 ppm
Konsentrasi giberelin

Grafik 4.1.1. Pertambahan Tinggi Tanaman Tomat Rombongan IV

Gambar 4.1.1. Gambar 4.1.2.


Pengamatan Minggu ke-0 Pengamatan Minggu ke-1
Gambar 4.1.1. Gambar 4.1.1.
Pengamatan Minggu ke-0 Pengamatan Minggu ke-0

Gambar 4.1.3. Pengamatan Minggu ke-2


B. Pembahasan

Berdasarkan Hasil percobaan yang telah dilakukan pada pemeberian


hormon giberelin pada tanaman tomat diperoleh hasil F hitung yang diperoleh
adalah 0,95 sedangkan F tabel (0,05) adalah 3,24 dan F tabel (0,01) 5,24 untuk
pengukuran pertambahan tinggi. Data ini menunjukkan hasil tidak signifikan
karena F hitung < F tabel. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pemberian
giberelin tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Hasil tersebut tidak
sesuai dengan pernyataan Abidin (1990), giberelin berperanan dalam
mendukung perpanjangan sel, aktivitas kambium. Prawiranata et al. (1981)
mengatakan, GA3 dapat memacu pertumbuhan batang, meningkatkan
pembesaran dan perbanyakan sel pada tanaman, sehingga tanaman dapat
mencapai tinggi yang maksimal.
Berdasarkan grafik pertambahan tinggi tanaman dapat dilihat jika rata-rata
pertumbuhan tinggi tanaman terbesar adalah tanaman dengan perlakuan
giberelin 60 ppm dibandingkan dengan konsentrasi lain. Pemberian giberelin
untuk meningkatkan pertambahan panjang tinggi tanaman perlu dengan
pemberian dosis yang tepat. Menurut Sundahri et al. (2016), konsentrasi
giberelin efektif yang efektif dalam mempengaruhi tinggi tanaman tomat adalah
100 ppm (GA3) yang dapat meningkatkan tinggi tanaman sebesar 42%
dibandingkan dengan kontrol. Pemberian giberelin dengan konsentrasi 75 ppm
hanya menambah tinggi tanaman sebesar 10%, dan 50 ppm hanya terjadi
penambahan sebesar 4%. Menurut Wilkins (1989), hormon giberelin bekerja
pada gen sehingga membutuhkan konsentrasi yang tepat pada tanaman.
Fungsi dari hormon giberelin yaitu antara lain:
1. Mengatasi Genetic Dwarfism (Kekerdilan Akibat Mutasi)
Genetic Dwarfism adalah suatu gejal kekerdilan yang disebabkan oleh
adanya mutasi. Pemberian giberelin dapat merangsang pertumbuhan tanaman
yang kerdil menjadi normal. Hasil penelitin menunjukan pemberian giberellic
acid pada tanaman kacang menyebabkan tanaman yang kerdil menjadi tinggi.
2. Membuat Buah Tanpa Biji
Pemberian giberelin dapat bermanfaat dalam proses parthenocarpy dan
fruit set. Pemberian giberelin dapat bermanfaat pada proses rekayasa untuk
memperoleh buah tanpa biji. Pemberian giberelin juga bermanfaat pada
pertambahan jumlah tandan buah (fruit set) dan meningkatkan hasil
buah.pemberian giberelin juga dapat memberi pengaruh buah yang telah
dipanen tidak cepat busuk dan tahan lama.
3. Mempercepat Proses Pertumbuhan
Pemberian giberelin paa fase perkecambahan sangat menguntungkan.
Giberelin dapat membantu proses enzimatik untuk mengubah pati menjadi
gula yang selanjutnya ditranslokasikan ke emrio. Giberelin dapat pula
meningkatkan aktivitas kambium dan perkembangan xilem sehingga aktivitas
pertumbuhan dapat berjalan dengan lancar dan cepat. Pemberian giberelin
pada tanaman kacang-kacangan dapat mempercepat perambatan, sedangkan
pada tanaman semangka, menimun air, dan mentimun dapat menambah
perpanjangan batang yang cepat.
4. Mempercepat Proses Pembungaan
Geberelin berfungsi mempercepat proses pembungaan. Giberelin dapat
memenuhi kebutuhan bunga beberapa jenis tanaman pada musin dingin ketika
fotosintesis kurang dan memacu tanaman agar berbunga lebih awal.
5. Meningkatkan Produktivitas
Perkebunan anggur di Amerika Serikat telah menggunakan giberelin untuk
meningkatkan kerenyahan dan ukuran anggur. Di Hawai giberelin digunakan
untuk meningkatkan produksi tebu dan gula. Pemberian giberelin pada tanaman
anggur dapat menyebabkan buah anggur tahan terhadap infeksi cendawan
(Parnata, 2004).
Menurut Ashari (1997), kerja giberelin dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu:
1. Konsentrasi giberelin, konsentrasi giberelin tinggi (sampai 1000 ppm) dapat
menghambat pembentukan akar. Sedangkan giberelin pada konsentrasi
rendah mendorong pertumbuhan akar adventif seperti pada batang kacang
kapri, dan mempercepat pembelahan serta pertumbuhan sel hingga tanaman
cepat menjadi tinggi.
2. Faktor lama perendaman, di dalam larutan gibberelin berkaitan dengan
pemberian kesempatan kepada larutan giberelin untuk melakukan imbibisi
kedalam biji yang akan berpengaruh terhadap perkecambahan biji.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka kesimpulan yang dapat diambil


bahwa untuk merangsang pertumbuhan tanaman dengan giberelin diperlukan
konsentrasi yang tepat. konsentrasi giberelin yang efektif untuk merangsang
pertumbuhan tanaman adalah 100 ppm (GA3).

B. Saran

Sebaiknya konsentrasi yang digunakan tepat sehingga hasil yang diperoleh akan
lebih baik. Sebaiknya penyiraman dilakukan dengan teratur agar tanaman tidak
mengalami kekeringan.
DAFTAR REFERENSI

Abidin, Z. 1990. Dasar-Dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh.


Bandung: Angkasa.

Ashari, S. 1997. Pengantar Biologi Reproduksi Tanaman. Jakarta: PT. RinekaCipta.

Budiastuti, S., Djoko P., Trijono D. S., Suharto P. R., Linayanti D. & Yosef V. P.
2012. The Enhancement of Melon Fruit Quality by Application of The
Fertilizer and Gibberellins. Journal of Agricultural Science and Technology,
2(1): 455-460.

Dewi, I. R. 2008. Peranan dan Fungsi Fitohormon bagi Pertumbuhan Tanaman.


Fakultas Pertanian. Bandung: Universitas Padjajaran.

Gardner, F.P., Pearce R.B, & Mitchell, R. L. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.
Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI Press).

Hedden, P. 2017. Gibberellins. Enclycopedia of Applied Plant Sciences. 1: 411-420.

Parnata, A. Pupuk Organik Cair: Aplikasi dan Manfaatnya. Jakarta: Agromedia.


Prawiranata, W.S. Harran dan P. Tjondronegoro. 1981. Dasar-Dasar Fisiologi
Tumbuhan II. Bogor: Fakultas Pertanian IPB.

Redaksi Agromedia. 2007. Panduan Lengkap Budi Daya Tomat. Jakarta: Agromedia.

Sundahri, Hardiyanti, Ning Tyas1, & Setiyono. 2016. Efektivitas Pemberian


Giberelin terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tomat. Agritrop Jurnal Ilmu-
Ilmu Pertanian. 14(1): 42-47.

Tim Penulis Ps. 2008. Tomat: Pembudidayaan Secara Komersil. Jakarta: Penebar
Swadaya.

Turgiyono, H. 2007. Bertanam Tomat. Jakarta: Penebar Swadaya.

Willkins, M.B. 1989. Fisiologi Tanaman. Jakarta: Bumi Aksara.

You might also like