You are on page 1of 73

BAB I

PENGANTAR PERANCANGAN MESIN

1.1. Pendahuluan

Keinginan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, mendorong manusia


melakukan kegiatan perancangan. Aktivitas ini senantiasa dilakukan manusia di mana saja
berada serta dorongan untuk mencipta produk yang lebih baik, membuat aktivitas
perancangan menjadi ‘hidup’ sepanjang zaman.

Pada zaman modern sekarang ini, sebagian besar produk merupakan benda yang
rumit atau kompleks dengan jumlah komponen yang banyak. Sehingga kegiatan
perancangan dan pembuatan sudah tidak bisa lagi dikerjakan hanya oleh satu orang saja.
Pembuatan produk juga tidak bisa dilakukan sebelum proses perancangan selesai.

Proses perancangan akan menghasilkan gambar rancangan produk (gambar kerja)


dan informasi lain yang diperlukan. Gambar kerja merupakan media yang sangat efektif
dalam fungsinya sebagai alat untuk menyampaikan informasi atau berkomunikasi antara
perancang dengan pembuatnya. Gambar kerja merupakan dasar atau titik awal untuk
pembuatan produk oleh pembuatnya. Jadi, tugas perancang adalah membuat gambar
rancangan produk, sedangkan pembuatnya mempunyai tanggung jawab untuk
merealisasikan gambar tersebut ke dalam bentuk fisiknya atau produk yang sebenarnya.
Kedua kegiatan tersebut saling terkait dan sering disebut dengan istilah design and
production (proses perancangan dan proses pembuatan produk).

Perancangan mesin menggunakan kemampuan intelektual untuk mengaplikasikan


pengetahuan ilmiah dan memastikan agar produknya sesuai dengan spesifikasi desain
produk yang telah ditentukan. Aktivitas perancangan tidak dapat dikatakan selesai sebelum
hasil akhir produk dapat dipergunakan dengan tingkat performa yang dapat diterima.

1.2 Definisi Perancangan Teknik


Perancangan mesin merupakan bagian dari perancangan teknik. Dalam Bahasa
Inggris, kata perancangan dikenal dengan istilah design, yang sekarang juga digunakan
dalam Bahasa Indonesia sebagai kata desain. Kata design berasal dari kata designo
(Bahasa Italia) yang artinya gambar. Kata ini diberi makna baru dalam Bahasa Inggris di
abad ke-17, yang dipergunakan untuk membentuk School of Design pada tahun 1837.

1
Kata desain digunakan oleh hampir semua bidang keilmuan untuk kegiatan yang
amat bervariasi. Pengertian desain juga mengalami pergeseran penafsiran dari waktu ke
waktu, sejalan dengan perkembangan dan kemajuan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan
teknologi. Di bidang keteknikan, pengertian desain mendapat tempat yang penting sebagai
bagian utama dalam pengembangan inovasi produk.

Berikut ini beberapa definisi perancangan (design), keteknikan (engineering), dan


perancangan teknik (engineering design) :

 Desain adalah wahana pembantu untuk melaksanakan inovasi pada berbagai kegiatan
industri dan bisnis (Nussbaum).

 Desain adalah suatu tindakan yang memberi jaminan inovasi produk di masa depan
(IDEO).

 Desain adalah pemecahan masalah dengan satu target yang jelas (Archer).

 Desain adalah pemecahan masalah yang menyuarakan budaya zamannya (IADI = Ikatan
Ahli Desain Indonesia).

 Desain adalah sketsa gagasan yang memuat konsep bentuk yang akan dikerjakan
(Webster Dictionary).

 Design is nothing but a series of activities to enumerate all the information necessary to
realize what is conceived in the designer’s mind (Hatamura).

 Design is the process of problem solving (Spotts-Shoup).

 Design is the formulation of a plan, a scheme, or a method to translate a need into a


satisfactorily functioning device that satisfies the original need (Michels-Wilson-
Deutschman).

 Design is establishes and defines solutions to and pertinent structures for problems not
solved before, or new solution to problems which have previously been solved in a
different way (Blumrich).

 To design is to formulate a plan for the satisfaction of a human need (Shigley-Mitchell).

 To design is to pull together something new or arrange existing things in a new way to
satisfy a recognized need of society (Dieter).

 Engineering is defined as that profession in which knowledge of the mathematical and


natural sciences gained by study, experience and practice is applied with judgment to
develop ways to utilize, economically, the materials, and forces of nature for the benefit of
mankind (The Accreditation Board for Engineering and Technology - ABET).

2
 Engineering design is the process of devising a system, component, or process to
desired need. It is decision making process (often iterative), in which the basic sciences
and mathematics and engineering sciences are applied to convert resources optimally to
meet stated objective. Among fundamental elements of the design process are the
establishment of objectives and criteria, synthesis, analysis, construction, testing, and
evaluation (ABET).

 Engineering design is the creation of plans for machines, structures, systems, or


processes to perform desired functions (Hall-Holowenko-Laughlin).

 Engineering design is the process of applying the various techniques and scientific
principles of the purpose of defining a device, a process, or a system in sufficient detail to
permit its realization (Norton).

 Engineering design is the use of scientific principle, technical information, and imagination
in the definition of mechanical structure, machine, or system to perform function with
maximum economy and efficiency (Fielden).

 Desain teknik adalah seluruh aktivitas untuk membangun dan mendefinisikan solusi bagi
masalah yang sebelumnya telah dipecahkan namun dengan cara yang berbeda (British
Institution of Engineering Designers).

1.3 Definisi Perancangan Mesin


Perancangan mesin (machine design) berkaitan erat dengan penciptaan atau
kreasi mesin-mesin yang bekerja secara aman, dapat diandalkan, dan berfungsi baik.
Berikut ini beberapa definisi perancangan mesin dan definisi mesin :
 Machine design is the art of planning or devising new or improved machines to
accomplish specific purpose. In general, a machine will consist of a combination of
several different mechanical elements properly designed and arranged to work together,
as a whole (Spotts, MF., dalam Design of Machine Elements).
 Machine design is defined as the use of scientific principles, technical information and
imagination in the description of a machine or mechanical system to perform specific
function with maximum economy and efficiency (Bhandari, VB., dalam Introduction to
Machine Design).
Definisi perancangan mesin mengandung beberapa hal penting yaitu :
 Seorang perancang menggunakan prinsip-prinsip ilmu dasar dan teknik seperti fisika,
matematika, statika dan dinamika, termodinamika dan perpindahan panas, getaran dan
mekanika fluida.

3
 Perancang memiliki informasi teknis tentang elemen dasar dari suatu mesin. Elemen
mesin tersebut diantaranya alat pengikat (fastening), rantai (chain), sabuk (belt drives),
roda gigi (gear drives), bantalan (bearing), seals dan gaskets, pegas (spring), poros
(shaft), pasak (keys), kopling (coupling/clutch), dan sebagainya. Mesin merupakan
kombinasi dari elemen-elemen dasar tersebut. Perancang mengetahui kelebihan dan
kekurangan elemen dasar dan kesesuaiannya dalam aplikasi perancangan.
 Perancang menggunakan keterampilan dan imajinasinya untuk menghasilkan suatu
konfigurasi, yang merupakan kombinasi dari elemen-elemen dasar tersebut. Kombinasi
ini adalah unik dan berbeda dalam situasi yang berbeda.
 Hasil akhir dari proses perancangan merupakan deskripsi mesin. Deskripsi berupa
gambar rakitan dan gambar detail.
 Perancangan mesin merupakan aktivitas untuk menciptakan mesin yang belum ada,
yang sepenuhnya untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Kebutuhan ini mungkin untuk
melakukan fungsi yang spesifik dengan nilai ekonomi maksimum dan efisien.
 Perancangan mesin merupakan aktivitas untuk menetapkan dan mendefinisikan solusi
yang berhubungan dengan problem yang tidak terpecahkan sebelumnya dan
menyediakan solusi baru untuk problem yang sebelumnya telah terpecahkan tetapi
dengan cara yang berbeda.
Sementara itu Random House Dictionary of The English Language mencatat
sebanyak 12 definisi tentang mesin, dua diantaranya adalah (Norton, RL., dalam Machine
Design, an Integrated Approach) :
a. An apparatus consisting of interrelated units.
b. A device that modifies force or motion.
Sebuah mesin juga didefinisikan sebagai “combination of rigid and resistant bodies
having definite motion and capable of performing some useful work” (Phelan R., dalam
Fundamentals of Mechanical Design, dan Bhandari, VB., dalam Introduction to Machine
Design).
Definisi mesin mengandung beberapa hal penting, yaitu :
 Sebuah mesin harus mampu melakukan beberapa pekerjaan yang berguna, jika tidak
maka tidak bisa disebut mesin. Sebagai contoh, sebuah mobil angkutan penumpang,
pompa mengangkat air dari sumur, dan mesin cuci membersihkan pakaian.
 Mesin terdiri dari sejumlah bagian yang tetap (fixed parts) dan bergerak (moving parts)
yang disebut dengan 'link'. Bagian yang bergerak dari mesin harus dikontrol dan
gerakannya dibatasi. Sebagai contoh, ketika pegangan jackscrew diputar melalui satu
putaran, beban akan naik sepanjang sumbu sekrup, setinggi sama dengan jarak bagi
(pitch) ulir pada ulir jalan tunggal (single start thread).

4
 Berbagai bagian mesin ditempatkan di antara sumber daya dan pekerjaan yang harus
dilakukan untuk tujuan beradaptasi satu sama lain. Sumber daya dapat berupa motor
listrik, mesin atau bahkan tenaga manual seperti dalam kasus mesin yang dioperasikan
tangan. Keluaran dari mesin yang beroperasi dapat berupa benda bubutan dalam kasus
mesin bubut atau blanking dalam kasus presstool.
 Sebuah mesin mengubah dan mentransfer energi. Sebuah mobil mengubah energi
kimia dari bahan bakar menjadi energi panas dan akhirnya menjadi energi mekanik.
Sebuah motor listrik mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Sebuah generator
pembangkit listrik hidrolik untuk mengubah energi potensial air menjadi energi listrik.
 Istilah-istilah seperti gerakan, tenaga (power), gaya, torsi, dan bekerja (work)
merupakan konsep utama dalam studi perancangan mesin.

Input Kinematic Output


(source of power) arrangement of link (useful work)

Gambar 1.1. Konsep Mesin

1.4 Design Engineer


Seorang perancang (design engineer) diharapkan mampu untuk menunjukkan
berbagai bakat, pengalaman, dan latar belakang, yang mencakup (Braham, J., dalam
Machine Design) :
 Kemampuan untuk bekerja dengan baik dalam tim.
 Kemampuan lebih besar untuk berkomunikasi dan 'menjual' ide secara lisan, elektronik,
ataupun di atas kertas, tidak hanya di antara sesama karyawan, tetapi juga kepada para
pemasok dan pelanggan.
 Pengalaman manufaktur yang lebih banyak atau setidaknya kemampuan untuk bekerja
dan berkomunikasi dengan orang-orang manufaktur.
 Fleksibilitas yang lebih besar, melakukan tugas yang lebih dan berbeda.
 Mempunyai latar belakang dan pengalaman dalam bidang perancangan dan manufaktur
berbasis komputer (CAD/CAM).
 Tingkat kreativitas yang lebih tinggi.
 Peningkatan dalam pemecahan masalah atau pengalaman proyek.
 Kesadaran akan kepedulian lingkungan dan pengetahuan hukum yang terkait.
 Kemampuan dalam merespon teknologi yang berubah dengan cepat.

5
Menurut Hurst, KS., (Engineering Design Principles), seorang perancang teknik
secara umum harus mampu menangani hal-hal berikut ini :

 Memberikan solusi perancangan dengan definisi ketentuan-ketentuan yang terbatas


dan pertimbangan banyak faktor.
 Membuat skema-skema perancangan, analisis, gambar fabrikasi, dan dokumentasi
dalam skala waktu proyek yang telah ditentukan.
 Menilai ketentuan perancangan komponen, sistem, perakitan, atau instalasi tertentu.
 Menghasilkan perancangan yang dapat meringankan biaya dan meningkatkan kualitas
fungsional produk, serta meningkatkan keuntungan dan reputasi perusahaan ke
pelanggan.
 Negosiasi dengan para vendor pabrikan mengenai aspek-aspek komponen yang dibeli
dan negosiasi dengan subkontraktor atau firma rekanan mengenai user-interface.
 Menilai pekerjaan pihak lain.
 Melakukan studi kelayakan untuk proyek-proyek mendatang.

Karakteristik kepribadian yang harus dimiliki oleh seorang perancang teknik adalah
(Hurst, K., dalam Engineering Design Principles) :

 Mampu mengidentifikasi masalah.


 Mampu menyederhanakan masalah.
 Memiliki pengetahuan teknik yang baik.
 Mampu menelaah tingkat kepentingan.
 Mempunyai kemampuan analitis.
 Mempunyai kemampuan penilaian yang baik.
 Tegas dalam mengambil keputusan.
 Mampu berkomunikasi.
 Ahli dalam bernegosiasi.
 Ahli dalam supervisi atau pengawasan.
 Mempunyai pikiran yang terbuka.
 Mempunyai tingkat kreativitas yang tinggi.
Perancangan mesin merupakan bagian dari perancangan teknik, mempunyai
karakteristik-karakteristik utama, yaitu :

 Antar disiplin ilmu.


 Sangat kompleks.
 Iteratif.

6
A

Gambar 1.2. Kompleksitas Perancangan Mesin

7
A

Gambar 1.3. Kompleksitas Perancangan Mesin Berkaitan Dengan Metode

1.4 Ruang Lingkup Perancangan Mesin

Pada organisasi pemecahan masalah (organization of problem solving),


perancangan mesin (Machine Design) menempati hirarki domain paling kecil atau paling
bawah seperti nampak pada Gambar 1.4. (Spotts, MF., dalam Design of Machine Elements).
Perancangan mekanik (Mechanical Design) dibagi menjadi 2 cabang, yakni :
a. Cabang energi (energy stem).
Perancangan pada bagian ini memfokuskan pada analisis material teknik terhadap
perpindahan panas (heat transfer), termodinamika (thermodynamics), dan pembakaran
(combustion). Contoh : perancangan heat exchangers, air compressors, dan internal
combustion engines.
8
b. Cabang struktur dan gerakan (structure and motion stem).
Perancangan pada cabang ini memfokuskan pada analisis material teknik terhadap
kekuatan bahan (strength of materials), mekanika benda padat (solid body mechanics),
kinematika (kinematics), dan dinamika (dynamics). Contoh : perancangan gear box, V-
belt drive system, dan carburetor linkage.

Jadi, perancangan mesin (Machine Design) merupakan bagian dari perancangan


mekanik (Mechanical Design) dan termasuk ke dalam kelompok perancangan struktur dan
gerakan (structure and motion stem).

Problem Solving

Design

Engineering
Design

Mechanical
Design

Machine
Design

Gambar 1.4. Hirarki Organisasi Problem Solving

9
1.5 Pandangan Dasar Dalam Perancangan Mesin

Keputusan mendasar yang harus diambil ketika suatu mesin apapun yang akan
dirancang adalah seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.6., yakni (Hatamura, Y., dalam
The Practice of Machine Design) :

 Function and mechanism : untuk merealisasikan satu persyaratan fungsional, akan


dijumpai lebih dari satu kemungkinan kombinasi mekanisme yang bisa dibuat. Dalam
mengeksplorasi mekanisme hendaknya tidak hanya tertuju pada pemakaian yang luas
untuk satu jenis mesin saja, tetapi juga pada kegunaan yang lainnya, yang seringkali
akan memberikan petunjuk yang sangat bagus.
 Flow of force : untuk memvisualisasikan bagaimana gaya-gaya yang ditransmisikan di
berbagai komponen mesin, dapat diumpamakan seperti air mengalir di dalam mesin,
seperti terlihat pada Gambar 1.5. Pada mesin yang sedang bekerja akan mencapai
keseimbangan statis, apabila aliran gaya yang terjadi adalah tertutup di dalam sistem
total mesin tersebut.
 Balance for gravity : garis gaya yang ditimbulkan oleh gravitasi bukan merupakan
aliran gaya yang tertutup, sehingga akan menimbulkan problem pada momen yang
terjadi. Untuk itu diperlukan estimasi berat dan pusat gravitasi (center of gravity) mesin,
sehingga posisi horizontal dari pusat gravitasi tidak melebihi posisi landasan (footing).
 Strength : komponen yang tidak penting akan mengakibatkan konstruksi menjadi lebih
“gemuk” yang dapat mengganggu kelancaran operasi mesin. Pada komponen yang
penting sebaiknya dibebani untuk kekuatan. Apabila garis gaya tertutup, gaya tekan
terjadi pada sisi yang berlawanan, sehingga gaya rentang akan terjadi, dan gaya geser
terjadi pada kedua sisi link. Dengan demikian material yang digunakan sebaiknya
mempunyai kekuatan yang cukup untuk menahan gaya-gaya tersebut, seperti terlihat
pada Gambar 1.5.
 Structural balance and beauty : ketika perancangan dinilai dari sisi estetika, dan tidak
melihat masalah keseimbangan dengan baik, maka sangat sering terjadi kasus material
yang tidak efisien dan mekanisme ataupun mesin cenderung keluar dari keseimbangan
ketika dibebani gaya inersia, mengalami kegagalan pada gaya luar yang kecil, atau
rentan terhadap konsentrasi tegangan, atau mengalami fatigue.

10
Gambar 1.5. Aliran Gaya pada Mesin

Balance
for gravity

Flow of
Strength
force

Machine
design

Mechanism Structural
satisfy balance
functions and
beauty

Gambar 1.6. Kondisi yang Harus Dipenuhi pada Perancangan Mesin

11
BAB II
PROSES PERANCANGAN

Merancang produk yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia


merupakan suatu bentuk problem yang memerlukan adanya pemecahan. Pemecahan
problem perancangan adalah solusi. Solusi desain yang baik dan optimal hanya dapat
dipastikan dengan mengikuti dan menaati proses desain formal. Tujuan merekomendasikan
pemakaian suatu proses perancangan formal adalah untuk mendukung perancang di dalam
menyediakan suatu kerangka kerja atau metodologi.

Suatu pendekatan yang sistematis memungkinkan dokumentasi yang jelas dan


logis atas perkembangan desain. Suatu proses perancangan yang terdefinisi dengan baik
akan sangat berguna dengan berbagai alasan berikut ini (Ulrich, KT., & Eppinger, SD.,
dalam Product Design and Development) :
a. Jaminan kualitas.
b. Koordinasi.
c. Perencanaan.
d. Manajemen.
e. Perbaikan.

Pada saat ini terdapat banyak metode merancang yang dikembangkan oleh para
perancang yang berpengalaman atau pakar desain. Pada prinsipnya, metode perancangan
yang banyak tersebut adalah sama, perbedaannya terletak pada nama dan detail kegiatan
dalam setiap fase atau tahapan perancangan.

Pada umumnya, tahapan perancangan meliputi :

a. Fase analisis masalah dan penyusunan spesifikasi.


b. Fase perancangan konsep produk.
c. Fase perancangan produk.
d. Fase penyusunan dokumen.

Tahapan-tahapan perancangan di atas bersifat iteratif (iterative), artinya hasil


setiap fase dijadikan umpan balik (feedback) bagi fase yang mendahuluinya.

Berikut ini beberapa contoh metode perancangan yang telah dibuat oleh para pakar
perancangan.

12
2.1 Proses Perancangan Model Shigley-Mitchell

ITERATION

Gambar 2.1. Proses Perancangan Shigley-Mitchell

Tahapan pada proses perancangan Model Shigley-Mitchell di atas dapat dijelaskan


seperti berikut ini (Shigley, JE., & Mitchell, LD., dalam Mechanical Engineering Design) :

 Identifikasi kebutuhan (Recognition of need)


Proses perancangan dimulai dengan diidentifikasikannya suatu kebutuhan akan suatu
produk oleh seseorang, yang menyadari adanya suatu problem yang akan terpecahkan
jika diciptakan produk baru atau modifikasi produk yang telah ada.
 Perumusan masalah (Definition of problem)
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah merumuskan masalah tentang produk
yang dibutuhkan, yang akan menghasilkan arahan perancangan. Sekaligus menentukan
spesifikasi produk yang akan dirancang, seperti prestasi kerja yang harus dicapai,
fungsi, dan lain-lain.

13
 Sintesis (Synthesis)
Tahap sintesis merupakan tahap pencarian macam atau bentuk produk yang dapat
memenuhi kebutuhan seperti yang telah didefinisikan di atas. Pada langkah ini dicoba
ditemukan sebanyak mungkin alternatif tentang konsep produk.
 Analisis (Analysis)
Beberapa alternatif konsep produk pada tahap sintesis kemudian dipilih untuk dianalisis
lebih lanjut. Analisis ini meliputi analisis gaya, tegangan, deformasi, getaran, dan lain-
lain.
 Evaluasi (Evaluation)
Hasil dari langkah analisis dan sintesis dievaluasi atau diukur terhadap spesifikasi yang
telah ditentukan. Pada langkah ini dapat timbul keperluan dibuatnya model atau
prototipe untuk maksud pengukuran kualitas, keandalan, dan beberapa kriteria lainnya.
 Presentasi (Presentation)
Langkah akhir dari proses perancangan adalah langkah presentasi, yakni kegiatan
menyusun dokumen hasil perancangan dalam bentuk gambar lengkap atau gambar
kerja (working drawing), daftar komponen, spesifikasi bahan, dan informasi lainnya untuk
keperluan proses pembuatan.

2.2 Proses Perancangan Model Archer


Proses perancangan yang dikembangkan oleh LB. Archer (Cross, N., dalam
Engineering Design Methods), dibagi ke dalam 3 tahapan atau fase perancangan, yakni :
a. Fase analisis (analytical phase).
b. Fase kreatif (creative phase).
c. Fase pelaksanaan (executive phase).
Dalam 3 fase perancangan tersebut, Archer mengidentifikasikan 6 jenis kegiatan,
seperti pada Gambar 2.2., yakni :
 Programming : menetapkan isu-isu penting, menyusun rencana kerja perancangan.
 Data Collection : mengumpulkan, mengklasifikasi, dan menyimpan data.
 Analysis : mengidentifikasi sub-problem, menyiapkan spesifikasi perancangan atau
kinerja (performance), mengkaji ulang program yang diajukan dan estimasi.
 Synthesis : menyiapkan garis besar proposal rancangan, pembuatan konsep rancangan.
 Development : mengembangkan prototipe rancangan, menyiapkan dan melaksanakan
studi validitas.
 Communication : mempersiapkan dokumentasi fabrikasi atau manufaktur.

14
PROGRAMMING

ANALYTICAL
PHASE
OBSERVATION DATA COLLECTION

ANALYSIS

CREATIVE
PHASE
SYNTHESIS
E EVALUATION

DEVELOPMENT
EXECUTIVE
PHASE
DESCRIPTION
COMMUNICATION

Gambar 2.2. Proses Perancangan Archer

2.3 Proses Perancangan Model French


Diagram pada proses perancangan yang dikembangkan oleh MJ. French (Cross, N.,
dalam Engineering Design Methods), ditunjukkan adanya gambar berbentuk persegi dan
berbentuk lingkaran. Bentuk persegi merepresentasikan kegiatan atau kemajuan kerja, dan
bentuk lingkaran merepresentasikan tingkat pencapaian atau hasil (output).
Proses perancangan dimulai dengan adanya kebutuhan (need) dan selanjutnya
kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah :
 Analysis of problem.
 Conceptual design.
 Embodiment of schemes.
 Detailing.

15
NEED

ANALYSIS OF PROBLEM

Statement
of
problem

CONCEPTUAL DESIGN FEEDBACK

Selected
schemes

EMBODIMENT OF SCHEMES

DETAILING

Working
drawing,
etc.

Gambar 2.3. Proses Perancangan French

16
2.4 Proses Perancangan Model Pahl-Beitz

Gambar 2.4. Proses Perancangan Pahl-Beitz

17
Cara merancang model Pahl-Beitz membagi proses perancangan menjadi 4 fase
perancangan, seperti nampak pada Gambar 2.4., yakni (Pahl, G. & Beitz, W., dalam
Engineering Design : A Systematic Approach) :
 Planning and task clarification (Perencanaan dan penjelasan tugas)
Pada fase ini dikumpulkan semua informasi tentang keinginan pengguna dan
persyaratan lain yang harus dipenuhi dan kendala-kendala yang merupakan batas-
batas produk. Fase ini menghasilkan spesifikasi teknis produk yang dituangkan dalam
suatu daftar persyaratan teknis.
 Conceptual design (Perancangan konsep)
Pada fase ini dibuat beberapa konsep produk yang dapat memenuhi persyaratan-
persyaratan dalam spesifikasi produk yang telah ditentukan pada fase sebelumnya.
Konsep-konsep produk tersebut selanjutnya dievaluasi berdasarkan beberapa kriteria,
seperti kriteria teknis, kriteria ekonomi, dan lain-lain.
 Embodiment design (Perancangan bentuk)
Fase perancangan bentuk mempunyai langkah lebih banyak dibandingkan dengan fase
sebelumnya. Pada fase ini, konsep produk diberi bentuk sedemikian rupa sehingga
memberikan gambaran produk yang hendak dibuat menjadi lebih jelas dan hasilnya
digunakan sebagai bentuk rancangan awal (preliminary layout). Preliminary layout ini
masih dikembangkan lagi menjadi rancangan yang lebih baik, dengan meniadakan
kekurangan dan kelemahan yang ada, berdasarkan kriteria yang lebih ketat. Hasil dari
perbaikan tersebut adalah bentuk rancangan yang definitif (definitive layout).
 Detail design (Perancangan detail)
Pada fase perancangan detail, berdasarkan bentuk rancangan yang telah ditetapkan
(definitive layout) dipersiapkan dokumen-dokumen untuk pembuatan produk, yakni
berupa gambar rancangan lengkap, spesifikasi produk untuk pembuatan dan daftar
material (bill of material).

2.5 Proses Perancangan Model Hatamura


Proses perancangan yang dikembangkan oleh orang Jepang bernama Yotaro
Hatamura, mempunyai 2 fase perancangan, seperti pada Gambar 2.5.(a), yakni (Hatamura,
Y., dalam The Practice of Machine Design) :
 Creative task, yang termasuk dalam fase ini adalah kegiatan-kegiatan Design planning,
Sketch drawing, dan Scheme drawing.
 Simple task, yang termasuk pada fase ini adalah kegiatan-kegiatan Part drawing dan
Assembly drawing.

18
(a)

(b)

Gambar 2.5. Proses Perancangan Hatamura

19
Tahapan-tahapan pada proses perancangan Hatamura, seperti terlihat pada
Gambar 2.5.(b), adalah :
 Design planning
Pada tahap ini, ditetapkan spesifikasi dasar (basic specification), jadwal penyelesaian
(time schedule), tenaga kerja yang dilibatkan (division of labour), dan anggaran yang
harus disediakan (budget).
 Sketch drawing
Pada tahap sketch drawing dilakukan pembuatan beberapa macam gambar sket yang
berbeda (different kinds of sketch drawing) sebagai alternatif konsep produk yang akan
dibuat. Gambar sket dibuat atas dasar pertimbangan-pertimbangan perancangan
seperti function, mechanism, driving method, power transmission, static strength,
dynamic characteristics, structural balance, dan sensing and control systems.
 Scheme drawing
Pada tahap ini banyak dilakukan investigasi dan diskusi tentang kemajuan dan
perbaikan-perbaikan rancangan. Keputusan yang diambil merupakan keputusan akhir
(final decision), yang didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan perancangan seperti
installation and operation of machine, available utilities, influence of the environment,
influence upon the environment, standard, law, rule. and regulation, manufacturer, part
to be purchased, dan available stock and idle units.
 Part drawing and assembly drawing
Pada tahap ini, disusun gambar kerja dan dokumen lainnya, yang digunakan sebagai
pedoman untuk pembuatan mesin atau produk.. Gambar kerja yang dibuat meliputi
gambar detail (part drawing) dan gambar rakitan (assembly drawing).

2.6. Proses Perancangan Model Pugh


Proses perancangan yang diperkenalkan oleh Stuart Pugh mempunyai tahapan
seperti terlihat pada Gambar 2.6., yakni (Hurst, KS., dalam Engineering Design Principles) :
 Specification : proses perancangan dimulai dengan adanya kebutuhan (market pull)
yang harus dipenuhi. Spesifikasi produk (Product Design Specification - PDS) disusun
secara lengkap dan detail, setelah dilakukan survei, eksplorasi masalah, dan
mendefisikan problem yang dihadapi.
 Conceptual design : pada tahap ini dirumuskan alternatif konsep-konsep dengan
merujuk spesifikasi dan standar yang ada. Konsep yang terpilih diharapkan mampu
memberikan solusi yang optimum dalam memenuhi spesifikasi, termasuk ketentuan-
ketentuan dari pelanggan.

20
Gambar 2.6. Proses Perancangan Pugh

21
 Detail design : investigasi lanjut dilakukan dengan menggunakan berbagai ilmu teknik
dan ilmu-ilmu lain yang relevan. Hasil final analisis ini kemudian dituangkan ke dalam
gambar kerja dan dokumen lain yang diperlukan untuk pembuatan produk.
 Fabrication : pada tahap ini, pembuatan produk bisa dimulai. Pada tahap ini juga bisa
dilakukan pembuatan prototipe terlebih dulu sebelum pembuatan produk secara massal
dilakukan. Produk yang sudah jadi siap untuk dipasarkan atau dijual.

2.7 Proses Perancangan Model Zeid

Diagram model Zeid mempunyai 2 proses utama, seperti ditunjukkan Gambar 2.7.
di bawah ini, yakni (Zeid, I., dalam CAD/CAM : Theory and Practice) :
 The design process : adalah proses perancangan yang mempunyai 2 fase
perancangan yaitu :
Synthesis
Analysis
 The manufacturing process : adalah proses pembuatan, yang dimulai dari
perencanaan proses (process planning) sampai ke pemasaran (marketing).
Dari diagram juga diperlihatkan proses-proses berbasiskan komputer, yakni The
CAD Process (Computer Aided Design) untuk proses perancangan dan The CAM Process
(Computer Aided Manufacturing) untuk proses pembuatan.

Gambar 2.7. Proses Perancangan Zeid

22
BAB III
PEMILIHAN KONSEP

Tahap pencarian bentuk produk yang dapat memenuhi kebutuhan dilakukan


setelah menganalisis masalah dan menyusun spesifikasi produk yang akan dibuat.
Spesifikasi produk dibuat dengan maksud untuk menjelaskan tentang hal-hal yang harus
dilakukan oleh sebuah produk dan menjadikannya sebagai referensi bagi langkah-langkah
perancangan berikutnya.
Target spesifikasi dapat diperbaharui setelah konsep produk dipilih, mengingat
pembuatan spesifikasi ini dilakukan sebelum tim perancang mengetahui batasan teknologi
produk. Spesifikasi produk terdiri atas metrik (pernyataan spesifikasi) dan nilai metrik
(satuan spesifikasi yang sesuai).
Konsep produk adalah sebuah gambaran atau perkiraan mengenai teknologi,
prinsip kerja, dan bentuk produk. Konsep produk merupakan gambaran singkat tentang
bagaimana suatu produk dapat memenuhi penggunanya. Konsep produk biasanya
diekspresikan dengan sketsa gambar tiga dimensi (3D) dan uraian atau keterangan gambar.
Pengumpulan sebanyak mungkin informasi suatu produk dari berbagai sumber dapat
menuntun tim perancang dalam menggali banyak konsep produk alternatif. Penyusunan
konsep produk yang baik akan memberikan keyakinan pada tim bahwa seluruh
kemungkinan telah digali.
Langkah-langkah penyusunan konsep produk (Ulrich, KT., & Eppinger, SD., dalam
Product Design and Development) :
a. Memperjelas masalah.
b. Pencarian secara eksternal.
c. Pencarian secara internal.
d. Menggali secara sistematis.
e. Merefleksikan pada hasil dan proses.

Pemilihan konsep produk yang dilakukan merupakan sebuah proses untuk menilai
konsep dengan memperhatikan kebutuhan pengguna dan kriteria lainnya, membandingkan
kekuatan (kelebihan) dan kelemahan (kekurangan) relatif antar konsep, dan memilih satu
konsep yang dianggap terbaik untuk penyelidikan, pengujian, dan pengembangan
selanjutnya.

23
Pada sebagian besar metode pemilihan konsep produk, langkah awal adalah
pemeringkatan kriteria dari urutan tingkat (prioritas) kepentingan relatifnya dan menentukan
bobot kriteria. Kriteria seleksi dipilih berdasarkan kebutuhan pengguna dan kebutuhan
perusahaan.

Sifat kriteria desain produk (design objectives) dapat dibedakan menjadi (Ira Wilson
& Marthann Wilson dalam From Idea to Working Mode’ yang dikutip oleh Dieter, GE., dalam
Engineering Design : A Materials and Processing Approach) :.
a. Musts : the set of requirements that must be met.
b. Wants : the requirements that are worth stating but are not hard and fast.

Seleksi konsep dilakukan berdasarkan metode yang dikembangkan oleh Stuart


Pugh, yang dinamakan decision-matrix method atau Pugh’s method (Cross, N., dalam
Engineering Design Methods, hal. 123-125; Hurst, KS, dalam Engineering Design Principles,
hal. 54-56; dan Ullman. DG., dalam The Mechanical Design Process, hal. 185-188).

3.1 Metode Binary Dominance Matrix


 Metode ini diawali dengan menyusun matriks untuk mengatur peringkat kriteria dari
urutan tingkat kepentingan relatifnya (binary dominance matrix) dan menentukan
peringkat bobot relatif setiap kriteria.
 Menyusun kembali urutan kriteria untuk menjamin bahwa kriteria yang memiliki bobot
lebih besar akan lebih dahulu dipertimbangkan. Hal ini penting dilakukan jika banyak
kriteria yang terlibat dan banyak keputusan yang harus diambil.
 Setiap konsep diberi nilai untuk mengetahui seberapa baik konsep-konsep tersebut
memenuhi setiap kriteria. Kemudian nilai ini dikalikan dengan faktor bobot (weight
factor) dan dijumlahkan, sehingga menghasilkan nilai total untuk setiap konsep
produk. Konsep produk yang mendapatkan nilai tertinggi merupakan konsep terpilih.

Tabel 3.1. Matriks Peringkat dan Bobot Kriteria, Cara 1


No Kriteria A B C D E Jumlah Bobot
A Fungsi - 1 1 0.5 0.5 3.0 0.30
B Pengoperasian 0 - 1 1 0 2.0 0.20
C Pengerjaan 0 0 - 1 0.5 1.5 0.15
D Konstruksi 0.5 0 0 - 1 1.5 0.15
E Biaya 0.5 1 0.5 0 - 2.0 0.20
Jumlah 10.0 1.00

24
Matriks peringkat dan bobot kriteria dapat ditampilkan seperti berikut ini:

Tabel 3.2. Matriks Peringkat dan Bobot Kriteria, Cara 2

No Kriteria Nilai Pembandingan Jumlah Bobot


A Fungsi 1 1 0.5 0.5 3.0 0.30
B Pengoperasian 0 1 1 0 2.0 0.20
C Pengerjaan 0 0 1 0.5 1.5 0.15
D Konstruksi 0.5 0 0 1 1.5 0.15
E Biaya 0.5 1 0.5 0 2.0 0.20
Jumlah 10.0 1.00

Tabel 3.3. Matriks Penilaian Konsep


Konsep 1 Konsep 2 Konsep 3
No Kriteria Bobot
Score Value Score Value Score Value

A Fungsi 0.30 8 2.40 9 2.70 8 2.40


B Pengoperasian 0.20 7 1.40 9 1.80 8 1.60
C Pengerjaan 0.15 6 0.90 7 1.05 7 1.05
D Konstruksi 0.15 7 1.05 9 1.35 6 0.90
E Biaya 0.20 7 1.40 9 1.80 6 1.20
Jumlah 7.15 8.70 7.15

Keterangan :
 Pemeringkatan kriteria dilakukan dengan membandingkan antar kriteria:
Nilai 1 : Kriteria satu lebih prioritas dibandingkan kriteria lainnya.
Nilai 0 : Kriteria satu kurang prioritas dibandingkan kriteria lainnya.
Nilai 0.5 : Kriteria satu sama prioritasnya dengan kriteria lainnya.
 Jumlah = n(n-1)/2, di mana n = banyaknya kriteria.
 Value = Bobot x Score
 Angka pada Score dipilih salah satu dari ketentuan : 11 Point Scale dan 5 Point Scale

25
Tabel 3.4. Skala 11 Batasan dan Skala 5 Batasan
11 Point 5 Point
Description Description
Scale Scale
0 totally useless solution
0 inadequate
1 very inadequate solution
2 weak solution
1 weak
3 poor solution
4 tolerable solution
5 satisfactory solution 2 satisfactory
6 good solution with a few drawbacks
7 good solution
3 good
8 very good solution
9 excellent solution
4 excellent
10 ideal solution

3.2 Metode Datum


 Menyusun sejumlah kriteria dan konsep yang akan diperbandingkan.
 Memilih sebuah konsep sebagai konsep datum atau konsep referensi atau konsep
patokan (benchmark), yang akan digunakan untuk membandingkan konsep-konsep
lain terhadap konsep datum ini.
 Konsep datum dapat berupa salah satu dari konsep yang sedang dipertimbangkan,
atau produk generasi sebelumnya, atau sebuah produk komersial yang tersedia.
 Besarnya bobot diperoleh dari hasil kompromi antara semua anggota tim
perancangan.

Keterangan :
Nilai + : Konsep yang dinilai lebih baik dibandingkan konsep datum.
Nilai S : Konsep yang dinilai sama dengan konsep datum.
Nilai - : Konsep yang dinilai lebih buruk dibandingkan konsep datum.
Nilai Akhir = ∑ (Bobot x Nilai)  Nilai + dan Nilai –

26
Tabel 3.5. Pemilihan Konsep Model Datum
Konsep
No Kriteria Bobot
A B C D
1 Fungsi 10 + S -
2 Pengoperasian 8 + - S D
3 Pengerjaan 7 S + S A
4 Konstruksi 7 + S + T
5 Biaya 5 S S + U
6 Ergonomi 6 - - S M
Jumlah + 3 1 2
Jumlah S 2 3 3
Jumlah - 1 2 1
Jumlah Total 2 -1 1
Nilai Akhir 19 -7 2

27
BAB IV
PERTIMBANGAN PERANCANGAN

Hasil akhir dari proses perancangan dan proses pembuatan adalah bentuk produk,
yang akan dinilai baik atau sukses, yang pada umumnya menggunakan 3 kriteria dasar :
a. Kelayakan dari segi fungsional.
b. Kelayakan dari segi ekonomi.
c. Penampilan yang menarik (estetika).
Pada perkembangan selanjutnya, tuntutan pengguna terhadap produk semakin
banyak dan ini juga menjadi bagian dari kriteria penilaian terhadap produk tersebut,
misalnya standar keamanan, kenyamanan, kesehatan, dan produk bersih lingkungan.
Dari sudut pandang perusahaan atau industri yang berorientasi laba, aktivitas
perancangan dan pembuatan produk dikatakan sukses, apabila suatu produk dapat
diproduksi dan dijual dengan menghasilkan laba. Ada 5 dimensi yang biasa digunakan untuk
menilai kinerja perancangan dan pembuatan produk, yakni (Ulrich, KT., & Eppinger, SD.,
dalam Product Design and Development) :
a. Kualitas produk.
b. Biaya produk.
c. Waktu pengembangan produk.
d. Biaya pengembangan.
e. Kapabilitas pengembangan.
Globalisasi pasar telah menghasilkan produk konsumen yang bervariasi dalam
desain dan manufaktur. Inti teknologi suatu produk secara umum sudah tidak lagi cukup
untuk menjamin sukses komersial. Kompetisi yang ketat tidak memungkinkan suatu
perusahaan untuk menikmati keuntungan kompetisi dari teknologinya sendiri. Perusahaan
harus makin meningkatkan desain industrinya (industrial design), yang akan menjadikan
suatu produk dapat memuaskan kebutuhan pengguna dan membedakan produk tersebut
dari para pesaingnya.
Dari sudut pandang perancangan, untuk mencapai semua kriteria dan dimensi
penilaian tersebut, harus dicarikan solusi yang terbaik untuk problem perancangan yang
dihadapi. Solusi yang terbaik akan menghasilkan desain yang optimum. Desain akhir yang
dihasilkan sangat tergantung dari sejumlah variabel atau faktor-faktor perancangan yang
telah dipertimbangkan oleh perancang. Pertimbangan perancangan (design consideration)
ini menghubungkan beberapa sifat atau karakteristik yang berpengaruh pada produk yang

28
akan dibuat dan biasanya sejumlah faktor harus dipertimbangkan berdasarkan kondisi atau
situasi perancangan tertentu.

4.1 Faktor-Faktor Pertimbangan Perancangan


Berikut ini sejumlah faktor yang sering menjadi bahan pertimbangan dalam
perancangan produk :
a. Strength. n. Safety of operation.
b. Type of load and stresses o. Number of products to be
caused by the load. manufactured.
c. Motion of the parts. p. Standard parts.
d. Thermal consideration. q. Cost.
e. Corrosion. r. Lubrication.
f. Wear. s. Maintenance.
g. Friction. t. Noise.
h. Weight. u. Assembling.
i. Shape. v. Environmental.
j. Size. w. Ergonomics.
k. Material. x. Aesthetics.
l. Realibility. y. Law.
m. Processing. z. Ethics of engineering.

4.2 Ergonomi
Ergonomi (ergonomics) berasal dari dua kata bahasa Yunani: ergon dan nomos, di
mana ergon berarti kerja (work), dan nomos berarti hukum alam, aturan, kaidah, atau prinsip
(natural laws). Pertama kali masuk pada leksikon modern ketika Wojciech Jastrzębowski
menggunakan kata ergonomi pada artikel tahun 1857 yang berjudul “Rys ergonomji czyli
nauki o pracy, opartej na prawdach poczerpniętych z Nauki Przyrody” (The Outline of
Ergonomics, i.e. Science of Work, Based on the Truths Taken from the Natural Science).
Beberapa definisi ergonomi dituliskan :
♠ Design factor, as for the workplace, intended to maximize productivity by minimizing
operator fatigue and discomfort (The American Heritage Dictionary of the English
Language).
♠ The study of the anatomical, physiological, and psychological aspects of human in
working environment. It is concerned with optimizing the efficiency, health, safety, and
comfort of the people at work, at home, and at play. This generally require the study of

29
system in which human, machine, and the environment interact, with the aim of fitting
the task to the humans (International Ergonomics Association - IEA)
♠ Ergonomi adalah ilmu atau kaidah yang mempelajari manusia sebagai komponen dari
suatu sistem kerja mencakup karakteristik fisik maupun nirfisik, keterbatasan manusia,
dan kemampuannya dalam rangka merancang suatu sistem yang efektif, aman, sehat,
nyaman, dan efisien (Sutalaksana).

Ergonomi berkaitan dengan cara-cara mendesain mesin, operasi, dan lingkungan


kerja, sehingga sesuai dengan kapasitas, kemampuan, dan keterbatasan manusia. Fokus
perhatian kajian ergonomi adalah mempertimbangkan faktor manusia yang diarahkan ke
dalam pencapaian sebuah perancangan suatu produk yang memenuhi persyaratan fitting
the task to the man (Granjean, E., dalam Fitting the Task to the Man), prosedur kerja, dan
lingkungan kerja yang aman, sehat, dan nyaman.
Ergonomi melibatkan banyak disiplin ilmu yang berkaitan dengan studi manusia
dan lingkungannya, yakni anthropometry, anatomy, biomechanics, mechanical engineering,
industrial engineering, industrial design, kinesiology, physiology and psychology.

Gambar 4.1. Pendekatan Ergonomi

30
Gambar 4.2. Pertimbangan Perancangan Fungsional

31
Gambar 4.3. Pertimbangan Perancangan Lainnya

32
4.3 Quality Function Deployment
Pada saat ini, konsumen atau pengguna (customer/user) ditempatkan sebagai
prioritas utama dalam pengembangan produk sebagai hasil perancangan, sehingga
pengguna merupakan salah satu faktor yang sangat penting yang harus dipertimbangkan
oleh tim perancang. Sedemikian pentingnya peran pengguna, tim perancang diharuskan
untuk bisa tampil sebagai calon pengguna, perancang, dan sekaligus sebagai hakim yang
berdiri secara netral.
Konsumen merupakan target yang menjadi sasaran dari perancangan dan
pengembangan produk, yang akan memanfaatkan, menggunakan, dan sekaligus akan
menentukan keberhasilan dari setiap produk yang dilempar ke pasar. Dengan semakin
terbukanya informasi produk kepada pasar dan semakin banyaknya jumlah kompetitor,
maka semakin besar pula tuntutan konsumen terhadap produk yang dihasilkan.
Kebutuhan-kebutuhan dasar konsumen harus diperhatikan secara seksama
dengan melakukan identifikasi terhadap kebutuhan konsumen tersebut melalui sejumlah
terobosan penting, sehingga konsumen akan merasa puas dengan produk yang dihasilkan
oleh industri atau perusahaan. Satu metode yang cukup dikenal yang digunakan di dalam
melakukan identifikasi kebutuhan pengguna secara komprehensif adalah penjabaran fungsi
kualitas (Quality Function Deployment = QFD).
Konsep QFD dikembangkan di Jepang oleh Dr. Yoji Akao pada tahun 1966 dan
diaplikasikan pertama kali pada tahun 1972 di perusahaan Mitshubishi Heavy Industries
untuk desain kapal tanker minyak. Pada tahun 1978, Dr. Yoji Akao dan Shigeru Mizuno
menyusun kembali konsep ini dan dipublikasikan. Konsep ini juga diadopsi oleh Toyota Ford
Motor Company dan dibawa ke Amerika Serikat pada tahun 1986.
QFD merupakan terjemahan dari Bahasa Jepang, yang terdiri atas sejumlah kata
huruf kanji, yaitu Hin Shitsu, Ki No, Ten Kai.

Gambar 4.4. QFD Dalam Bahasa Jepang

33
Berikut ini definisi Quality Function Deployment (QFD) :
 QFD is a method to transform user demands into design quality, to deploy the functions
forming quality, and to deploy methods for achieving the design quality into subsystems
and component parts, and ultimately to specific elements of the manufacturing process
(Dr. Yoji Akao).
 QFD is a system for translating consumer requirements into appropriate company
requirements at each stage from research and product development to engineering and
manufacturing to marketing/sales and distribution (Kaebernick, Farmer, Mozar).
 QFD is something like the strategic arrangement (deployment) throughout all aspects
of a product (functions) of appropriate characteristics (qualities) according to customer
demands (Nigel Cross).

Manfaat QFD adalah :


 Mengurangi dan mempercepat terjadinya perubahan.
 Mengurangi waktu pengembangan.
 Mengurangi masalah saat produksi dimulai.
 Mengurangi biaya produksi.
 Mengurangi permasalahan dasar.
 Meningkatkan kepuasan pelanggan.

Implementasi QFD terdiri atas 3 fase utama, yakni :


a. Tahap pengumpulan Suara Pelanggan (Voice of Customer – VOC).
b. Tahap penyusunan Rumah Kualitas (House of Quality – HOQ).
c. Tahap analisis dan interpretasi.

34
Gambar 4.5. Rumah Kualitas (House of Quality)

35
BAB V
ANALISIS KOMPONEN

Sebuah mesin terdiri atas beberapa bagian, elemen, atau komponen mesin
(machine elements). Sebuah komponen mesin mungkin terdiri atas beberapa bagian lagi,
misalnya komponen bantalan gelinding (rolling bearing), terdiri atas inner race, outer race,
cage, dan rolling element.
Elemen mesin dapat diklasifikasikan ke dalam 2 kelompok, yakni :
a. General purpose : bagian mesin yang sebagian besar digunakan oleh mesin, misalnya
poros, roda gigi, kopling, bantalan, pegas, dan kerangka mesin.
b. Special purpose : bagian mesin yang hanya digunakan pada aplikasi tertentu saja,
misalnya piston, katup, sudu, dan spindle.
Ada metode lain untuk mengklasifikasikan elemen mesin menjadi 3 grup, yaitu :
a. Normal load transmitter : misalnya bantalan gelinding.
b. Torque transmitter : misalnya roda gigi, rantai, dan sabuk.
c. Energy absorber : misalnya rem, peredam (damper).
Demikian pentingnya elemen mesin dalam membangun suatu fungsi sistem mesin
(assembly), maka diperlukan analisis yang mendalam (komprehensif) dan menyeluruh
(holistic) terhadap komponen mesin. Tujuan analisis adalah untuk menjamin bahwa
komponen mesin dapat mempertahankan fungsi dan kapasitas operasi selama dalam ‘masa
hidup’ (service life) mesin yang telah ditetapkan, dengan biaya pembuatan dan biaya
operasi yang minimum.
Perancangan elemen mesin merupakan langkah paling penting di dalam prosedur
perancangan sistem mesin. Untuk menjamin persyaratan dasar elemen mesin, perhitungan-
perhitungan harus dilakukan untuk memperoleh dimensi elemen mesin. Analisis komponen
dilakukan atas dasar fungsi elemen mesin itu sendiri dan keberadaannya di dalam sistem
mesin. Misalnya pada poros terpasang lebih dari satu komponen pemindah daya, maka
posisi dan peran komponen itu menentukan diagram benda bebas (free body diagram)
untuk gaya-gaya yang terjadi pada poros. Pada roda gigi, ada peran sebagai penggerak
(driver/pinion) dan sebagai yang digerakkan (driven/gear). Apabila terjadi kesalahan,
misalnya dalam menentukan arah gaya yang terjadi pada sistem maupun subsistem, maka
rentetan kesalahan akan terjadi pada komponen-komponen lainnya.

36
Gambar 5.1. Prosedur Dasar Perancangan Elemen Mesin

Analisis komponen yang dilakukan pada bab ini, mengambil contoh analisis pada
komponen roda gigi dan bantalan. Analisis ditekankan pada gaya yang terjadi pada
subsistem, karena pada posisi ini kesalahan awal sering terjadi. Analisis juga dilakukan
terhadap kekuatan komponen dari beberapa tinjauan.

37
5.1 Analisis Roda Gigi
Roda gigi (gear) merupakan komponen yang banyak digunakan pada sistem mesin.
Roda gigi mempunyai fitur seperti berikut ini :
a. They can transform a rotation at a fixed rate regardless of the rotation speed.
b. They can shift the direction and the position of the rotation axis and change the direction
of rotation.
c. They can transmit large power and varying load.
Gambar 5.2. menunjukkan isu perancangan yang saling berhubungan untuk
dipertimbangkan di dalam perancangan roda gigi.

Gambar 5.2. Pertimbangan Perancangan pada Roda Gigi

5.1.1 Analisis Gaya-Gaya Roda Gigi

Komponen gaya pada roda gigi (gear forces) merupakan uraian atau penjabaran
dari gaya normal roda gigi (Fn). Namun pada analisis gaya roda gigi, pertama kali yang
dapat ditentukan besarnya gaya adalah gaya tangensial (tangential force) pada roda gigi
penggerak (pinion). Analisis komponen gaya pada roda gigi yang digerakkan (gear)
mengikuti hasil dari perhitungan komponen gaya roda gigi penggerak (pinion). Komponen
gaya ini digunakan sebagai dasar perhitungan pada poros, bantalan, dan lain-lain.
38
A. Roda Gigi Lurus (Spur Gear)
Komponen gaya (type of force) pada roda gigi lurus terdiri atas:
 Gaya tangensial (tangential force).
 Gaya radial (radial force).

Gambar 5.3. Gaya-Gaya pada Roda Gigi Lurus

Arah gaya (direction of force) ditentukan oleh :


 Peran roda gigi sebagai :
 Penggerak (driver = pinion).
 Digerakkan (driven = gear).
 Arah putaran :
 Searah putaran jarum jam (clockwise = CW).
 Berlawanan arah putaran jarum jam (counter clockwise = CCW).
Arah gaya (direction of force) ditentukan oleh :
 Peran roda gigi sebagai :
 Penggerak (driver = pinion).
 Digerakkan (driven = gear).
 Arah putaran :
 Searah putaran jarum jam (clockwise = CW).
 Berlawanan arah putaran jarum jam (counter clockwise = CCW).
Arah gaya yang terjadi :
 Arah gaya tangensial pada pinion berlawanan dengan arah putaran pinion.
 Arah gaya tangensial pada gear searah dengan arah putaran gear.
 Arah gaya radial pinion dan gear menuju pusat (tegak lurus) poros.
39
Besaran komponen gaya (magnitude of force) dipengaruhi oleh :
 Sudut tekan (pressure angle = α).
Rumus :
 Ft = P/V  Ftp = Ftg
 Fr = Ft tan α  Frp = Frg

B. Roda Gigi Kerucut (Bevel Gear)

a. Roda Gigi Kerucut Lurus (Straight Bevel Gear)


Komponen gaya (type of force) pada roda gigi kerucut lurus terdiri atas:
 Gaya tangensial (tangential force).
 Gaya radial (radial force).
 Gaya aksial (thrust force).
Arah gaya (direction of force) ditentukan oleh :
 Peran roda gigi sebagai :
 Penggerak (driver = pinion).
 Digerakkan (driven = gear).
 Arah putaran :
 Searah putaran jarum jam (clockwise = CW).
 Berlawanan arah putaran jarum jam (counter clockwise = CCW).
Arah gaya yang terjadi :
 Arah gaya tangensial pada pinion berlawanan dengan arah putaran pinion.
 Arah gaya tangensial pada gear searah dengan arah putaran gear.
 Arah gaya radial pinion dan gear tegak lurus sumbu poros.
 Arah gaya aksial pinion dan gear sejajar dengan sumbu poros.
Besaran komponen gaya (magnitude of force) dipengaruhi oleh :
 Sudut tekan (pressure angle = α).
 Sudut kerucut jarak bagi (pitch cone angle = β).
Rumus :
 Ftp = P/V  Ftg = Ftp
 Frp = Ft tan α sin β  Fag = Frp
 Fap = Ft tan α cos β  Frg = Fap

40
Gambar 5.4. Gaya-Gaya pada Roda Gigi Kerucut Lurus

b. Roda Gigi Kerucut Spiral (Spiral Bevel Gear)


Komponen gaya (type of force) pada roda gigi kerucut spiral terdiri atas:
 Gaya tangensial (tangential force).
 Gaya radial (radial force).
 Gaya aksial (thrust force).
Arah gaya (direction of force) ditentukan oleh :
 Peran roda gigi sebagai :
 Penggerak (driver = pinion).
 Digerakkan (driven = gear).
 Arah putaran :
 Searah putaran jarum jam (clockwise = CW).
 Berlawanan arah putaran jarum jam (counter clockwise = CCW).
 Arah kemiringan spiral (hand of spiral) :
 Arah spiral ke kanan (right hand = RH).
 Arah spiral ke kiri (left hand = LH).
Pasangan roda gigi mempunyai arah kemiringan spiral yang berbeda :
 Pinion RH dan gear LH.
 Pinion LH dan gear RH.
Arah gaya yang terjadi :
 Arah gaya tangensial pada pinion berlawanan dengan arah putaran pinion.
 Arah gaya tangensial pada gear searah dengan arah putaran gear.
 Arah gaya radial pinion dan gear tegak lurus sumbu poros.
 Arah gaya aksial pinion dan gear sejajar dengan sumbu poros.

41
Gambar 5.5. Gaya-Gaya pada Roda Gigi Kerucut Spiral

42
Gambar 5.5. Gaya-Gaya pada Roda Gigi Kerucut Spiral (Lanjutan)

Besaran komponen gaya (magnitude of force) dipengaruhi oleh :


 Sudut tekan (pressure angle = α).
 Sudut kerucut jarak bagi (pitch cone angle = β).
 Sudut spiral (spiral angle = θ).
Rumus :
 Ftp = Ftg
 Frp = Fag
 Fap = Frg

C. Roda Gigi Miring (Helical Gear)

a. Roda Gigi Miring Poros Sejajar (Parallel-Shaft Helical Gear)


Komponen gaya (type of force) pada roda gigi miring poros sejajar terdiri atas:
 Gaya tangensial (tangential force).
 Gaya radial (radial force).
 Gaya aksial (thrust force).
Arah gaya (direction of force) ditentukan oleh :
 Peran roda gigi sebagai :
 Penggerak (driver = pinion).
 Digerakkan (driven = gear).
 Arah putaran :
 Searah putaran jarum jam (clockwise = CW).
 Berlawanan arah putaran jarum jam (counter clockwise = CCW).
43
 Arah kemiringan gigi (hand of teeth) :
 Arah kemiringan ke kanan (right hand = RH).
 Arah kemiringan ke kiri (left hand = LH).
Pasangan roda gigi mempunyai arah kemiringan gigi yang berbeda :
 Pinion RH dan gear LH.
 Pinion LH dan gear RH.

Gambar 5.6. Gaya-Gaya pada Roda Gigi Miring Poros Sejajar

Gambar 5.7. Pengaruh Arah Kemiringan, Arah Putaran, dan Peran Roda
Gigi Terhadap Gaya Aksial pada Roda Gigi Miring Poros Sejajar

44
Arah gaya yang terjadi :
 Arah gaya tangensial pada pinion berlawanan dengan arah putaran pinion.
 Arah gaya tangensial pada gear searah dengan arah putaran gear.
 Arah gaya radial pinion dan gear tegak lurus sumbu poros.
 Arah gaya aksial pinion dan gear sejajar dengan sumbu poros.
Besaran komponen gaya (magnitude of force) dipengaruhi oleh :
 Sudut tekan (pressure angle = α).
 Sudut kemiringan (helix angle = θ).
Rumus :
 Ftp = P/V  Ftg = Ftp
 Frp = Ft tan α  Frg = Frp
 Fap = Ft tan θ  Fag = Fap

b. Roda Gigi Miring Poros Bersilangan (Crossed-Axis Helical Gear)


Komponen gaya (type of force) pada roda gigi miring poros silang terdiri atas :
 Gaya tangensial (tangential force).
 Gaya radial (radial force).
 Gaya aksial (thrust force).
Arah gaya (direction of force) ditentukan oleh :
 Peran roda gigi sebagai :
 Penggerak (driver = pinion).
 Digerakkan (driven = gear).
 Arah putaran :
 Searah putaran jarum jam (clockwise = CW).
 Berlawanan arah putaran jarum jam (counter clockwise = CCW).
 Arah kemiringan gigi (hand of teeth) :
 Arah kemiringan ke kanan (right hand = RH).
 Arah kemiringan ke kiri (left hand = LH).
Pasangan roda gigi mempunyai arah kemiringan gigi yang sama :
 Pinion RH dan gear RH.
 Pinion LH dan gear LH.
Arah gaya yang terjadi :
 Arah gaya tangensial pada pinion berlawanan dengan arah putaran pinion.
 Arah gaya tangensial pada gear searah dengan arah putaran gear.

45
 Arah gaya radial pinion dan gear tegak lurus sumbu poros.
 Arah gaya aksial pinion dan gear sejajar dengan sumbu poros.
Besaran komponen gaya (magnitude of force) dipengaruhi oleh :
 Sudut tekan (pressure angle = α).
 Sudut kemiringan (helix angle = θ).
Rumus :
 Ftp = P/V  Ftp = Fag
 Frp =  Frp = Frg
 Fap =  Fap = Ftg

Gambar 5.8. Pengaruh Arah Kemiringan, Arah Putaran, dan Peran Roda
Gigi Terhadap Gaya Aksial pada Roda Gigi Miring Poros Bersilangan

D. Roda Gigi Cacing (Worm Gear)


Komponen gaya (type of force) pada roda gigi cacing terdiri atas:
 Gaya tangensial (tangential force).
 Gaya radial (radial force).
 Gaya aksial (thrust force).
Arah gaya (direction of force) ditentukan oleh :
 Arah putaran :
 Searah putaran jarum jam (clockwise = CW).
 Berlawanan arah putaran jarum jam (counter clockwise = CCW).
46
 Arah kemiringan gigi/ulir (hand of worm thread) :
 Arah kemiringan ke kanan (right hand = RH).
 Arah kemiringan ke kiri (left hand = LH).
 Posisi worm terhadap gear berada di sebelah :
 Atas atau kanan.
 Bawah atau kiri.
Pasangan roda gigi mempunyai arah kemiringan gigi yang berbeda :
 Worm RH dan gear LH.
 Worm LH dan gear RH.
Peran roda gigi tidak bisa ditukar karena akan mengunci diri (self-locking) :
 Roda gigi penggerak (worm) berbentuk ulir dengan jumlah ulir :
single z=1, double z=2, triple z=3, quadruple z=4.
 Roda gigi yang digerakkan (gear).
Arah gaya yang terjadi :
 Arah gaya tangensial pada pinion berlawanan dengan arah putaran pinion.
 Arah gaya tangensial pada gear searah dengan arah putaran gear.
 Arah gaya radial pinion dan gear tegak lurus sumbu poros.
 Arah gaya aksial pinion dan gear sejajar dengan sumbu poros.
Besaran komponen gaya (magnitude of force) dipengaruhi oleh :
 Sudut tekan normal (normal pressure angle = α).
 Sudut kemiringan (lead angle = β).
 Koefisien gesek (coefficient of friction = μ).
Rumus :
 Ftw = Fag  Frw = Frg
 Faw = Ftg

Fr =

47
Gambar 5.9. Gaya-Gaya pada Roda Gigi Cacing

Gambar 5.10. Gaya-Gaya pada Roda Gigi Cacing dengan Worm di Atas
yang Dipengaruhi oleh Arah Putaran dan Arah Kemiringan

48
Gambar 5.10. Gaya-Gaya pada Roda Gigi Cacing dengan Worm di Atas
yang Dipengaruhi oleh Arah Putaran dan Arah Kemiringan (Lanjutan)

Gambar 5.11. Pengaruh Arah Kemiringan, Arah Putaran, dan Posisi Roda
Gigi Terhadap Gaya Aksial pada Roda Gigi Cacing

49
5.1.2 Analisis Kekuatan Roda Gigi

Metoda yang paling dasar di dalam perhitungan (fundamental rating formulas) atau
analisis kekuatan roda gigi (strength analysis of gear teeth), ditekankan pada kekuatan gigi
terhadap :
a. Lenturan (bending strength = beam strength).
b. Tekanan permukaan (wear strength = surface durability = pitting resistance).
Banyak metoda yang digunakan dalam perhitungan kekuatan roda gigi, antara lain :
 AGMA (American Gear Manufacturers Association).
 ISO (International Standard Organization).
 JGMA (Japan Gear Manufacturers Association).
 DIN (Deutscher Industrie Normen).

A. Perhitungan Lenturan
Perhitungan lenturan dilakukan atas dasar anggapan bahwa beban penuh
dikenakan pada puncak gigi (tip of the tooth) dari satu gigi, demi alasan keamanan. Pada
kenyataannya, bila rasio kontak lebih dari satu, artinya gigi yang saling berkait lebih dari
satu, maka beban penuh tidak terbagi hanya pada satu gigi saja.
Bentuk penampang gigi yang akan dipakai sebagai dasar perhitungan kekuatan
lenturnya terlihat pada gambar di bawah. Dengan posisi seperti itu, gigi dapat dipandang
sebagai balok kantilever (cantilever beam) yang mempunyai kekuatan seragam.
Bila lebar gigi adalah b, gaya tangensial Ft, BC=k, dan AE=h, maka tegangan lentur yang
bekerja pada penampang b-k dapat ditulis :

Mb
σb =  Mb = Ft.h
Wb
𝟏
𝑰 𝟏𝟐
.𝒃.𝒌𝟑 𝒃.𝒌𝟐
Wb = 𝟏 = 𝟏 =
.𝒌 .𝒌 𝟔
𝟐 𝟐.

𝟔.𝑭𝒕.𝒉 𝝈𝒃.𝒃.𝒌𝟐
𝛔𝐛 =  Ft =
𝒃.𝒌𝟐 𝟔.𝒉

Segitiga AEC serupa dan sebangun dengan segitiga DEC, maka :


𝒙 𝒌/𝟐 𝒌𝟐
=  ℎ= maka :
𝒌/𝟐 𝒉 𝟒.𝒙

50
𝝈𝒃.𝒃.𝒌𝟐 𝝈𝒃.𝒃.𝟒𝒙
𝐅𝐭 = 𝒌𝟐
=
𝟔. 𝟔
𝟒𝒙

Gambar 5.12. Gaya dan Penampang Gigi

Kalikan harga Ft dengan jarak bagi lingkar (t) :

𝝈𝒃.𝒃.𝟒𝒙 𝒕 𝟐𝒙
𝐅𝐭 = . = 𝝈𝒃. 𝒃. 𝒕.
𝟔 𝒕 𝟑𝒕

Nilai x dan t merupakan sifat geometris, tergantung pada ukuran dan bentuk gigi, dan nilai
tersebut dinyatakan sebagai faktor : y=(2x)/(3t), maka :

Ft = σb.b.t.y

Harga y disebut faktor bentuk Lewis (Lewis form factor) atau faktor bentuk gigi
(tooth form factor), dan persamaan tersebut dinamakan Persamaan Lewis (Lewis
Equation), karena ditemukan oleh Wilfred Lewis pada tahun 1892 dalam paper-nya

51
“Investigation of the Strength of Gear Teeth”, Engineers’ Club of Philadelphia, USA,
October 1892.
Karena t = π.m (mm) atau t = π/DP (inci), maka :
Ft = σb.b.π.m.y atau Ft = σb.b.π/DP.y
Harga π.y = Y, maka :
Ft = σb.b.m.Y atau Ft = σb.b.Y/DP
Pada kenyataannya, beban yang terjadi tidak dibebankan hanya pada satu gigi
saja. Demikian pula beban terbesar juga tidak terjadi pada puncak gigi (tip of the tooth),
tetapi terjadi pada titik dekat bagian tengah gigi (near middle), seperti terlihat pada gambar.
Dengan memperhitungkan posisi beban, harga faktor bentuk Lewis akan menjadi berubah
pula. Perubahan ini akan berdampak pada pengurangan ukuran dan berat roda gigi, sebab
tegangan yang terjadi sebenarnya lebih kecil.
Harga faktor bentuk Lewis (y dan Y) untuk beban pada puncak gigi (load at tip) dan
beban pada titik dekat bagian tengah gigi (load near middle) dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Harga Faktor Lewis di bawah ini.
Tabel 5.1. Harga Faktor Lewis

52
Tabel 5.1. Harga Faktor Lewis (Lanjutan)

53
Persamaan Lewis perlu dikoreksi terhadap kecepatan keliling roda gigi. Semakin
tinggi kecepatannya, semakin besar pula variasi beban atau tumbukan yang terjadi. Koreksi
ini diekspresikan dalam bentuk faktor dinamis (dynamic factor) atau faktor kecepatan keliling
(velocity factor) dan Persamaan Lewis berubah menjadi :

Ft = σb.b.m.Y.vf  vf = velocity factor

Persamaan ini disebut dengan Persamaan Barth (Barth formula), hasil dari
eksperimen Carl G. Barth pada abad ke-19.
Harga vf berdasarkan satuan V = [m/dt] :
𝟑
 V = 7.5 [m/dt]  vf =
𝟑+𝑽
𝟒.𝟓
 V = 12.5 [m/dt]  vf =
𝟒.𝟓+𝑽
𝟔
 V = 20 [m/dt]  vf =
𝟔+𝑽
𝟎.𝟕𝟓
 V > 20 [m/dt]  vf =
𝟎.𝟕𝟓+√𝑽
𝟎.𝟕𝟓
 Non-metalic  vf = + 0.25
𝟏+𝑽

B. Perhitungan Tekanan Permukaan


Kerusakan gigi, disamping disebabkan oleh tegangan lentur, juga dapat diakibatkan
oleh kerusakan permukaan yang saling berkontak. Menurut Charles Lipson dalam buku
Wear Consideration in Design, Prentice Hall Inc., 1967 (Deutschman, A., dalam Machine
Design), kerusakan permukaan dari dua atau lebih benda yang saling berkontak, dalam hal
ini kontak antara gigi yang satu dengan gigi yang lainnya, dapat terjadi antara lain karena :
 Abrasive wear, yakni kerusakan yang disebabkan oleh hadirnya material luar yang
dapat menggores permukaan gigi.
 Scuffing (galling, scoring, seizing), yakni kerusakan yang disebabkan oleh lapisan
minyak pelumas yang ‘pecah’, sehingga terjadi kontak langsung antara metal dengan
metal dan mengakibatkan terjadinya sifat pengelasan (local welding), disusul dengan
sobeknya permukaan gigi pada tempat tersebut.

54
 Pitting, yakni kerusakan yang disebabkan oleh tekanan yang tinggi pada permukaan
gigi dan terjadi secara berulang-ulang atau terus-menerus, sehingga akan terjadi
fenomena lelah.

Gambar 5.13. Tekanan Permukaan pada Profil Gigi

Perhitungan tekanan permukaan pada gigi didasarkan pada Teori Hertz (Hertz
stress equation). Bila dua buah silinder saling berkontak, maka besarnya tegangan yang
terjadi menurut Hertz adalah :

𝟏 𝟏
𝑭[𝒓 + 𝒓 ]
σ=√ (𝟏−𝝁𝟐
𝟏 𝟐
(𝟏−𝝁𝟐
𝟏) )
𝝅𝑳[ 𝑬 + 𝑬 𝟐 ]
𝟏 𝟐

55
di mana : σ = tegangan permukaan.
r1 = jari-jari silinder kecil.
r2 = jari-jari silinder besar.
L = panjang kontak pada silinder.
μ = rasio Poisson.
E = modulus elastisitas.
F = gaya tekan.

Bila Teori Hertz di atas diaplikasikan pada perancangan roda gigi lurus, maka
persamaan tersebut menjadi :

𝟏 𝟏
𝑭𝒘[ 𝒓𝒑 + 𝒓𝒈 ]
σ=√ 𝒔𝒊𝒏𝜽
(𝟏−𝝁𝟐
𝒔𝒊𝒏𝜽
(𝟏−𝝁𝟐
𝒑) 𝒈)
𝝅𝒃[ + ]
𝑬𝒑 𝑬𝒈

Diasumsikan bahan roda gigi mempunyai nilai rasio Poisson yang sama μ=0.3,
maka persamaan itu dapat disederhanakan dan akhirnya akan menjadi :

Fw = dp.b.Q.K

di mana : Fw = gaya tekan.


dp = diameter lingkaran jarak bagi pinion.
dg = diameter lingkaran jarak bagi gear.
b = lebar gigi.
K = faktor beban keausan (wear load factor).
𝜎 2 .𝑠𝑖𝑛𝜃 1 1 2.𝑑𝑔
K= [ + ] dan Q=
1.4 𝐸𝑝 𝐸𝑔 𝑑𝑝+𝑑𝑔
𝐹𝑡
Fw = Fn =
𝑐𝑜𝑠𝜃
Ft = gaya tangensial.
θ = sudut tekan.

56
Persamaan ini disebut dengan Persamaan Buckingham (Buckingham wear
equation = Buckingham equation), ditemukan oleh Earl Buckingham dalam bukunya
“Analytical Mechanics of Gears”, McGraw-Hill Book Co., 1949. Harga K disebut juga
dengan faktor lelah tegangan (stress fatigue factor) atau faktor ketahanan permukaan
(surface durability factor) atau faktor tegangan beban ( load stress factor), besarnya dapat
dilihat pada Tabel 5.2. Wear Load Factor K and Surface Endurance Limit. Pada tabel ini
harga K dalam satuan [lb/inc²], dengan demikian harga Fw dalam satuan pound [lb], harga
dp dan b dalam satuan [inch].
Harga Q dapat diubah menjadi :

2.𝑑𝑔 2.𝑚.𝑧𝑔 2.𝑧𝑔


Q= = =
𝑑𝑝+𝑑𝑔 𝑚.𝑧𝑝+𝑚.𝑧𝑔 𝑧𝑝+𝑧𝑔

di mana : zp = jumlah gigi pinion.


zg = jumlah gigi gear.

Menurut Sularso (Elemen Mesin, hal. 244-245), perhitungan beban permukaan berdasarkan
persamaan Hertz, diturunkan menjadi :
𝟐.𝐳𝟐
Ft = fv.kH.b.do1.
𝒛𝟏 +𝒛𝟐
2
𝜎𝐻 .𝑠𝑖𝑛2𝛼0
kH =
1.4 𝐸
di mana : Ft = gaya tangensial [kg].
fv = faktor dinamis.
kH = faktor tegangan kontak [kg/mm2].
b = lebar gigi [mm].
do1 = diameter lingkaran jarak bagi pinion [mm].
z1 = jumlah gigi pinion.
z2 = jumlah gigi gear.
σH = tegangan tekan [kg/mm2].
E = modulus elastisitas bahan roda gigi [kg/mm2].
α0 = sudut tekan [º].
Harga kH dapat dilihat pada Tabel 5.3.

57
Tabel 5.2. Wear Load Factor K and Surface Endurance Limit

Tabel 5.3. Faktor Tegangan Kontak

58
5.2 Analisis Bantalan Gelinding

Bantalan merupakan komponen mesin yang banyak digunakan untuk menumpu


bagian mesin yang berputar. Bantalan berfungsi untuk mengurangi gesekan antara
permukaan benda, menyesuaikan posisi bagian mesin pasangannya, menahan gaya reaksi,
dan untuk menahan gerakan yang tidak diinginkan yang disebabkan oleh bagian mesin lain.
Bantalan merupakan komponen standar atau komponen yang dibeli, maka analisis bantalan
disesuaikan dengan analisis yang ada pada katalog produsen bantalan yang dipakai.

5.2.1 Pengantar Bantalan Gelinding


A. Klasifikasi Bantalan Gelinding
Pada bantalan gelinding (rolling bearing = antifriction bearing) terjadi gesekan
antara bagian yang berputar dengan bagian yang diam melalui elemen gelinding (rolling
element).
 Berdasarkan elemen gelinding (rolling element), bantalan dikelompokkan menjadi :
a. Bantalan bola (ball bearing)
b. Bantalan rol (roller bearing)
 Bantalan rol silinder (cylindrical roller bearing)
 Bantalan rol kerucut (taper roller bearing)
 Bantalan rol bulat (spherical roller bearing)
 Bantalan rol jarum (needle roller bearing)
 Berdasarkan beban yang bisa diterima (load-carrying ability), bantalan dibagi ke dalam :
a. Bantalan radial (radial bearing)
b. Bantalan aksial (thrust bearing)
c. Bantalan kombinasi (combined load bearing = radial and thrust load)

Gambar 5.14. Kemampuan Bantalan Terhadap Beban

59
Tabel 5.4. Klasifikasi Bantalan Gelinding

Jenis Beban Elemen Gelinding BOLA Elemen Gelinding ROL

a. Cylindrical roller bearing


Radial
b. Needle roller bearing

a. Thrust ball bearing a. Cylindrical roller thrust br.


Aksial
(single and double acting) b. Needle roller thrust bearing

a. Deep groove ball bearing


(single and double row) a. Taper roller bearing
b. Angular contact ball br. b. Spherical roller bearing
Kombinasi
(single and double row) c. Cylindrical roller bearing
c. Self-aligning ball bearing d. Spherical roller thrust br.
d. Four-point contact ball br.

Gambar 5.15. Nomenclature Bantalan Bola

60
Gambar 5.16. Nomenclature bantalan rol kerucut

B. Karakteristik Fungsi Jenis Bantalan


Bantalan gelinding mempunyai kemampuan-kemampuan terhadap menahan
beban, gesekan, putaran, dan kemampuan khusus lainnya, seperti defleksi (alignment).
Tabel 5.5. menunjukkan karakteristik fungsi atau kemampuan tersebut tergantung jenis
bantalan gelinding yang digunakan.
Tabel 5.5. Karakteristik Fungsi Bantalan

61
C. Nomor Seri Bantalan
Nomor seri atau nomor nominal bantalan gelinding (bearing number series) terdiri
dari :
 Nomor dasar (basic bearing number = core number).
 Lambang pelengkap (suffix number = supplementary designation).

Nomor dasar yang terdapat pada bantalan meliputi :


 Lambang jenis bantalan (bearing type).
Contoh :
6 = bantalan bola alur dalam baris tunggal.
N = bantalan rol silinder.
 Lambang ukuran bantalan (dimension series), merupakan lambang lebar dan lambang
diameter luar bantalan.
Contoh :
0,1,2,3 = seri lebar bantalan (width series).
0,1,2,3,4 = seri diameter luar (outside diameter series).

Gambar 5.17. Lambang Ukuran Bantalan

 Lambang diameter lubang (bearing bore = bore diameter).


 Diameter lubang di bawah 10 [mm], lambang yang tertera sama dengan diameter
lubangnya.
 Diameter lubang 10 – 20 [mm], lambang yang ada hanya 4 buah :
- 00 untuk lubang 10 [mm].
- 01 untuk lubang 12 [mm].
- 02 untuk lubang 15 [mm].
- 03 untuk lubang 17 [mm].

62
 Diameter lubang 20 – 500 [mm], dua angka pada lambang tersebut dikalikan dengan
angka 5, sehingga didapatkan ukuran diameter lubang yang sebenarnya, dalam
satuan [mm].
 Diameter lubang di atas 500 [mm], lambang yang tertera sama dengan diameter
lubangnya.

Lambang pelengkap dapat mencakup :


 Lambang sangkar (cage).
 Lambang sekat (seal).
 Lambang pelindung (shield).
 Lambang bentuk cincin (snap ring).
 Lambang pemasangan (mounting).
 Lambang kelonggaran (clearance).
 Lambang kelas toleransi (tolerance class).
Contoh : FAG 6305, FAG 62205, SKF 6310, SKF 62310

5.2.2 Pemilihan Bantalan


Metode paling dasar dalam pemilihan bantalan (selection of bearing) yang
digunakan, didasarkan pada kapasitas beban berkaitan dengan beban yang diterima
bantalan dan keperluan tentang umur bantalan.
Beberapa hal yang harus diketahui dalam pemilihan bantalan :
♠ Beban yang bekerja, untuk menentukan kemampuan bantalan terhadap :
- Besar beban : kapasitas nominal (basic load rating) C, Co.
- Arah beban : jenis bantalan (bearing type) aksial, radial, kombinasi.
♠ Diameter poros, untuk menentukan diameter dalam bantalan (d).
♠ Putaran poros, untuk menentukan kondisi kerja bantalan.
♠ Kondisi khusus, untuk menentukan jenis bantalan khusus.
Kondisi kerja bantalan dibedakan menjadi :
♠ Bantalan yang dinamis, yakni bantalan yang berputar sama dengan atau lebih dari 10
[rpm], atau ≥ 10 [rpm].
♠ Bantalan yang statis, yakni bantalan yang :
- tinggal diam, artinya tidak ada gerakan relatif antara cincin dalam, cincin luar, dan
elemen gelinding.
- berayun-ayun.
- berputar kurang dari 10 [rpm], atau < 10 [rpm].

63
Pada prakteknya, bantalan gelinding standar dipilih dari katalog bantalan yang
tersedia di pasaran, seperti FAG, SKF, Timken, RHP, NTN, Koyo, dan lain-lain. Pemilihan
bantalan pada tulisan ini hanya untuk kondisi kerja bantalan dinamis dan mengambil contoh
dari katalog FAG dan SKF.

Gambar 5.18. Pertimbangan Perancangan dan Pemilihan Bantalan

A. Pemilihan Bantalan Berdasarkan Katalog FAG


Bantalan dalam kondisi kerja dinamis, menggunakan persamaan :

𝑪
𝒇𝑳 = . 𝒇𝒏
𝑷

di mana :
fL = indeks dinamis (index of dynamic stressing).
C = kapasitas nominal dinamis spesifik ( basic dynamic load rating), [N].
P = beban ekivalen dinamis (equivalent dynamic load), [N].
fn = faktor kecepatan (speed factor).

64
Besarnya beban ekivalen dinamis P ditentukan :

𝑷 = 𝑿. 𝑭𝒓 + 𝒀. 𝑭𝒂
di mana :
Fr = beban radial (radial load), [N].
Fa = beban aksial (thrust load), [N].
X = faktor radial (radial factor).
Y = faktor aksial (thrust factor).

Tabel 5.6. Prioritas Dalam Pemilihan Jenis Bantalan

65
Faktor kecepatan fn dapat dinyatakan :
𝟏
𝟏 𝒑
𝟑𝟑
𝒇 𝒏 = ( 𝟑)
𝒏

di mana :
fn = faktor kecepatan (speed factor).
n = putaran bantalan (speed), [rpm].
p = pangkat untuk persamaan umur (life exponent).

Umur bantalan dalam jam dinyatakan :

𝑳𝒉 = 𝟓𝟎𝟎. 𝒇𝑳 𝒑
di mana :
Lh = umur bantalan dalam jam (nominal rating life in hour), [jam].
fL = indeks dinamis (index of dynamic stressing).
p = pangkat untuk persamaan umur (life exponent).

Besarnya pangkat untuk persamaan umur p tergantung elemen gelinding :


p = 3, untuk bantalan bola.
p = 10/3, untuk bantalan rol.

Harga fn dapat dilihat pada tabel di katalog FAG sebagai fungsi konversi terhadap
harga putaran bantalan n. Harga fL juga dapat dilihat dalam tabel di katalog FAG sebagai
fungsi konversi terhadap umur bantalan dalam jam dan fungsi aplikasi. Batasan harga pada
tabel fL fungsi aplikasi dapat digunakan sebagai dasar pemilihan bantalan yang digunakan,
apakah memenuhi syarat atau tidak memenuhi syarat, ditinjau dari beban yang ditumpu.

B. Pemilihan Bantalan Berdasarkan Katalog SKF


Bantalan dalam kondisi kerja dinamis, menggunakan persamaan :

𝟏𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎 𝑪 𝒑
𝑳𝟏𝟎𝒉 = .( )
𝟔𝟎.𝒏 𝑷

di mana :

66
L10h = umur nominal bantalan (basic rating life), [jam].
C = kapasitas nominal dinamis spesifik ( basic dynamic load rating), [N].
P = beban ekivalen dinamis (equivalent dynamic bearing load), [N].
n = kecepatan putaran (rotational speed), [rpm].
p = pangkat untuk persamaan umur (exponent for life equation).

Harga beban ekivalen dinamis P dinyatakan :


𝑷 = 𝑿. 𝑭𝒓 + 𝒀. 𝑭𝒂
di mana :
Fr = beban radial (actual radial bearing load).
Fa = beban aksial (actual axial bearing load).
X = faktor radial (radial load factor for the bearing).
Y = faktor aksial (axial load factor for the bearing).

5.2.3 Analisis Beban Bantalan


Beban bantalan (bearing load) merupakan salah satu data yang harus diketahui di
dalam memilih bantalan yang digunakan untuk suatu konstruksi mesin. Perhitungan beban
bantalan disesuaikan dengan katalog bantalan yang dikeluarkan oleh produsen bantalan.
Beban bantalan yang dianalisis meliputi :
a. Beban dinamis ekivalen (equivalent dynamic load).
b. Beban statis ekivalen (equivalent static load).
Rumus-rumus yang digunakan ditentukan oleh :
a. Jenis bantalan.
b. Jenis beban.
Berikut ini diambil contoh perhitungan beban bantalan untuk bantalan bola alur
dalam dan bantalan bola sudut kontak, berdasarkan katalog FAG dan SKF.

A. Bantalan Bola Alur Dalam


Bantalan bola alur dalam (deep groove ball bearing) sering juga disebut dengan
Conrad Bearing (USA). Bantalan ini menjadi pilihan pertama (prioritas) dalam tahap
pemilihan bantalan untuk suatu konstruksi mesin, lihat Tabel 5.6.
Bantalan bola alur dalam terdiri dari :
 Baris tunggal (single row).
 Baris ganda (double row).

67
a. Katalog FAG
Beban dinamis ekivalen (equivalent dynamic load) dinyatakan :

P = X.Fr + Y.Fa

𝒇𝒐.𝑭𝒂
= ⋯ −→ 𝒆 = ⋯  Harga fo lihat Gambar 5.19.
𝑪𝒐
𝑭𝒂
≤ 𝒆 −→ 𝑿 = 𝟏, 𝒀 = 𝟎
𝑭𝒓
𝑭𝒂
≥ 𝒆 −→ 𝑿 = ⋯ , 𝒀 = ⋯  Harga X,Y, lihat Tabel 5.7.
𝑭𝒓

Apabila bantalan mendapat beban radial (Fr) dan beban aksial (Fa), maka harga
kapasitas nominal dinamis spesifik C diambil terlebih dahulu untuk dicoba dihitung,
apakah memenuhi syarat atau tidak memenuhi syarat, diulang-ulang (trial and error
method) sampai didapatkan harga yang memenuhi syarat.

Gambar 5.19. Faktor fo untuk Deep Groove Ball Bearing

68
Tabel 5.7. Faktor Radial X dan Faktor Aksial Y (FAG)

b. Katalog SKF
Beban ekivalen dinamis (equivalent dynamic bearing load) dinyatakan :
P = Fr  Fa/Fr ≤ e
P = X.Fr + Y.Fa  Fa/Fr ≥ e  Harga X,Y lihat Tabel 5.8.

Tabel 5.8. Faktor Radial X dan Faktor Aksial Y (SKF)

69
B. Bantalan Bola Sudut Kontak
Bantalan bola sudut kontak (angular contact ball bearing) merupakan bantalan yang
dapat menerima beban radial dan beban aksial yang lebih besar.

a. Katalog FAG
Bantalan bola sudut kontak FAG terdiri atas :
a. Single row :
 Angular contact ball bearing : 40°.
 Spindle bearing : 15°, 25°.
b. Double row : 25°, 35°, 45°.

Model Pemasangan Single Row Angular Contact Ball Bearing


Pemasangan bantalan (mounting design) jenis baris tunggal dapat dilakukan dalam 2
cara yakni :
a. Single bearing (single mounting).
b. Double bearing (paired mounting=duplex mounting arrangement=universal design),
dapat dilakukan dengan cara :
 Tandem arrangement
 O arrangement
 X arrangement

Gambar 5.20. Pemasangan Bantalan Model Paired

70
Maksud pemasangan duplex (paired mounting) :
a. Rigidity (ketegaran), memberikan kinerja poros yang akurat (presisi).
b. Memperbesar kemampuan menerima beban aksial, tetapi hanya untuk arah
pembebanan aksial yang searah (in one direction).
c. Memberikan kemampuan menerima beban aksial dalam dua arah (in both direction)

Beban dinamis ekivalen untuk Angular Contact Ball Bearing 40°


 Single bearing
P = Fr  Fa/Fr ≤ 1.14
P = 0.35 Fr + 0.57 Fa  Fa/Fr > 1.14
 O or X arrangement bearing pairs
P = Fr + 0.55 Fa  Fa/Fr ≤ 1.14
P = 0.57 Fr + 0.93 Fa  Fa/Fr > 1.14

b. Katalog SKF
Bantalan bola sudut kontak SKF terdiri atas :
c. Single row : 15°, 25°, 40°.
d. Double row : 32°, 45°.

Model Pemasangan Single Row Angular Contact Ball Bearing


Pemasangan bantalan (mounting design) jenis baris tunggal dapat dilakukan dalam 2
cara yakni :
c. Single bearing (single mounting).
d. Double bearing (paired mounting), dapat dilakukan dengan cara :
 Tandem arrangement
(Tandem mounting = DT mounting = Duplex, Tandem mounting)
 Back-to-back arrangement
(Back-to-back mounting = DB mounting)
 Face-to-face arrangement
(Face-to-face mounting = DF mounting)

Konsekuensi Pemasangan Paired Mounting


 Tandem arrangement
Garis beban sejajar (in parallel).
Beban radial dan beban aksial terbagi rata.
71
Hanya dapat menerima beban aksial dalam satu arah (in one direction).
Bantalan ketiga dipasang berlawanan untuk mengantisipasi beban aksial
dalam arah berlawanan (in opposite direction).
 Back-to-back arrangement
Garis beban menyebar (diverge) terhadap sumbu bantalan.
Menerima beban aksial dalam dua arah (in both direction), tetapi hanya satu
bantalan yang menahan beban aksial dalam setiap arah (in each direction).
Memberikan konstruksi yang relatif kuat/kaku (relatively stiff arrangement).
 Face-to-face arrangement
Garis beban (load line) mengumpul (converge) terhadap sumbu bantalan
(bearing axis).
Menerima beban aksial dalam dua arah, tetapi hanya satu bantalan yang
menahan beban aksial dalam setiap arah.
Memberikan konstruksi yang tidak begitu kuat (not so stiff) dibanding model
back-to-back arrangement.

Gambar 5.21. Pemasangan Bantalan Model Duplex

Beban dinamis ekivalen untuk Angular Contact Ball Bearing 40°


 Bearing mounted as single bearing or paired in tandem
P = Fr  Fa/Fr ≤ 1.14
P = 0.35 Fr + 0.57 Fa  Fa/Fr > 1.14
 Bearing mounted in pairs back-to-back or face-to-face
P = Fr + 0.55 Fa  Fa/Fr ≤ 1.14
P = 0.57 Fr + 0.93 Fa  Fa/Fr > 1.14

72
BAB VI PROYEK PERANCANGAN

73

You might also like