You are on page 1of 53

1.

Setelah mengikuti praktikum ini kita bisa mendapatkan pengetahuan tentang apa itu
parasite, bagaimana parasite dapat menyebabkan penyakit, mekanisme infektif parasite,
penanganan parasite secara medis baik non medis, jenis-jenis parasite yang bersifat
pathogen, dan membiasakan hidup sehat sehingga terhindar dari infeksi parasite.
2. Hospes definitive : inang tempat reproduksi seksual parasit terjadi atau di mana bentuk
parasit yang paling berkembang.Ketika bentuk yang paling matang tidak jelas, tuan rumah
definitif adalah tuan rumah mamalia.
Hospes sementara : yaitu hospes yang bergantian dengan host definitif dan di mana tahap
larva atau aseksual parasit ditemukan. Beberapa parasit membutuhkan dua inang perantara
untuk menyelesaikan siklus hidup mereka.
Hospes reservoir : Sebuah host yang menyimpan parasit dan berfungsi sebagai sumber
infeksi penting untuk inang yang rentan lainnya.
Vektor : Vektor adalah mahluk hidup biasanya berupa serangga yang dapat menularkan
parasite dari satu penderita ke penderita lain.
Macam-macam Vektor :
a.) Vektor Mekanik : Mahluk hidup yang mengeluarkan parasit melalui permukaan tubuhnya.
b.) Vektor Biologis : Vector yang mengeluarkan penyakit dimana sebelumnya bibit penyakit
atau parasit masuk kedalam tubuh vektor mengalami perubahan bentuk atau menagalami
perkembangbiakkan.
3. Parasit Obligat(Permanen) : Parasit yang tidak bisa hidup tanpa inang/hospesnya.
menjadi parasit, contohnya micronema dan beberapa ameba.
Parasit Temporer(Intermitten) : Parasit yang sebagian masa hidupnya hidup bebas, sewaktu-
waktu akan menjadi parasit, contohnya strongyloides stercoralis.
Parasitemia : merupakan keadaan dimana parasite sudah menyebar kedalam sirkulasi
sistemik/saluran peredaran darah
Parasitisme : simbiosis adalah menggambarkan hubungan antara dua organisme di mana
satu mendapat manfaat, dan yang lainnya dirugikan. Parasit adalah organisme yang
menguntungkan dari hubungan, sementara tuan rumah yang dirugikan oleh hubungan
4. Bisa dengan menyentuh parasite tersebut dengan menggunkan batang pengaduk, jika
parasite tersebut bergerak dengan berbeda posisi atau bentuk dari sebelumnya, maka
parasite tersebut dinyatakan masih hidup, jika parasite tersebut disentuh tetapi tidak
menunjukan perubahan gerak atau bentuk, maka parasite tersebut sudah mati, atau
mengalami flaccid atau kejang.
5. Faktor yang mempengaruhi :

6. Penularan infeksi parasit


7. Penggolongan protozoa

8. Klasifikasi cacing
9. Transmisi neuromuskular → berkaitan dengan syaraf, otot, neurotransmitter “palsu”
yang berguna untuk pergerakan (kontraksi/relaksasi) dan kemampuan cacing untuk
menempel.
Transmisi neuromuskular memiliki lima mekanisme kerja, yaitu sebagai agonis
asetilkolin, inhibitor kolinesterase, peningkat arus ion kalsium, agonis GABA (gamma
aminobutyric acid), dan pengatur saluran ion klorida, yang kemudian akan
menyebabkan terjadinya flaccid paralysis atau spastic paralysis.
Contoh : pirantel, piperazin, befenium
Produksi energi → bekerja menghentikan suplai glukosa yang digunakan oleh cacing
parasit sebagai sumber makanan dengan mempengaruhi keterlibatan enzim dan
substrat.
Contoh : mebendazol, niklosamid
10.

Cacing yang aktif (hidup)


terlihat dari aktivitasnya
yang selalu bergerak
mencari rongga,
kepalanya akan di atas
untuk mencapai rongga.
Sedangkan pada cacing
yang mati akan
terlihat perbedaan pada
tubuhnya. Cacing akan
menjadi tidak aktif, terlihat
perubahan
pada pergerakan dan
tubuhnya. Tubuhnya
dapat saja mengalami
kaku atau lemas.
Artinya cacing mengalami
paralisis (dapat berupa
spastik atau flasid). Bila
cacing diusik
dengan batang
pengaduk (setelah
diletakkan di larutan
obat) dan tidak
mengalami
pergerakan, maka harus
diperiksa secara lebih
lanjut dengan
memasukkan cacing ke air
panas 50
0
C. Jika cacing tidak
mengalami perubahan
maka cacing dapat
dipastikan cacing
mati.
Cacing yang aktif (hidup)
terlihat dari aktivitasnya
yang selalu bergerak
mencari rongga,
kepalanya akan di atas
untuk mencapai rongga.
Sedangkan pada cacing
yang mati akan
terlihat perbedaan pada
tubuhnya. Cacing akan
menjadi tidak aktif, terlihat
perubahan
pada pergerakan dan
tubuhnya. Tubuhnya
dapat saja mengalami
kaku atau lemas.
Artinya cacing mengalami
paralisis (dapat berupa
spastik atau flasid). Bila
cacing diusik
dengan batang
pengaduk (setelah
diletakkan di larutan
obat) dan tidak
mengalami
pergerakan, maka harus
diperiksa secara lebih
lanjut dengan
memasukkan cacing ke air
panas 50
0
C. Jika cacing tidak
mengalami perubahan
maka cacing dapat
dipastikan cacing
mati.
yang berbeda-beda.
Transmisi infeksi parasit
dapat juga terjadi
melalui beberapa
mekanisme lain yaitu :
a. secara transplasenta
atau dari ibu ke fetusnya,
misalnya Toxoplasma
gondii.
b. transmisi melalui
hubungan kelamin,
misalnya Trichomonas
vaginalis.
7. Berikan karakteristik
protozoa dan
penggolongannya!
8. Bagaimana
penggolongan/klasifikasi
cacing? Jelaskan
karakteristika
masing-masing golongan
tersebut secara umum?
9. Mekanisme kerja anti
cacing:
 Kerja mempengaruhi
transmisi
neurotransmitter agonis
asetilkolin, inhibitor
kolinesterase,
meningkatkan influks
ion kalsium 
depaolarisasi  kontraksi
otot
cacing  kelumpuhan
spastik paralisis
Sebagai agonis GABA,
Kerja pada saluran ion
klorida  hiperpolarisasi 
relaksasi
otot cacing  kelumpuhan
flacid paralisis
 Kerja pada produksi
energi
Meliputi enzim dan
substrat yang terlibat di
dalamnya
10. Prinsip–prinsip dasar
untuk menanggulangi
infeksi parasit:
 Farmakologi, kemoterapi
 sedapat mungkin
berdasarkan hasil
diagnosis yang tepat,
sehingga dapat dicapai
tepat terapi, tepat
sasaran, tepat waktu dll
 Mengetahui lokasi
parasit/ stadium biologi
Setiap parasit memiliki
satdium hidup dalam
tubuh yang berbeda-beda,
penanganan
yang berbeda juga
diperlukan untuk setiap
stadium hidup tersebut.
Belum ada obat
antiparasit yang dapat
memberantas parasit pada
senua stadium
 Mengetahui bagaimana
ara penularan parasit
Dapat dilakuakan
tindakan penanggulangan
yang tepat untuk meegah
tersebarnya
infeksi parasit dari
satu orang ke yang
lainnya. Mencegah lebih
baik daripada
mengobati
 Dampak dari infeksi
yang ditimbulkan pada
kondisi fisiologis tubuh
(manifestasi klinis)
Efek yang ditimbulkan
yang sekiranya
menimbulakan kondisi
yang tidak
menguntungkan untuk
tubuh juaga harus
ditangani, miaslkan pada
penggunaan obat
sulfonamida yang
menimbulkan defisiensi
asam folat,perlu
ditambahkan suplemen
calcium folinat untuk
mencegah efek tersebut
 Kombinasi obat
Berdasarkan terapi yang
tepat untuk setiap stadium
biologis parasit
 Perlu tidaknya
pengulangan terapi
Disesuaikan dengan jenis
stadium hidup parasit
yang menginfeksi
 Pengobatan tunggal
atau massal
Terkadang penularan
parasit dari satu individu
ke individu lainnya dapat
berlangsung
dengan sangat cepat dan
mudah, sehingga perlunya
dilakuakan pengobatan
massal.
Pada kasus enterobiasis
(infeksi cacing kremi),
jika salah satu anggota
keluarga
terdiagnosis terinfeksi,
maka pengobatan
dilakukan untuk seluruh
anggota keluarga
karena penularan yang
sangat mudah dari telur
yang infektif
 Kondisi penderita, anak,
dewasa, geriatri,
kehamilan menyusui
Setiap kondisi tersebut
tentunya memerlukan
penanganan yang
berbeda-beda.misal
pada wanita hamil atau
menyusui, perlu
diperhatikan obat-obatan
yang sekiranya
berdampat negatif bagi
kondisi kehamilan, janin,
dan transfer melalui air
susu ibu ke
bayi. Sedangkan pada
kondisi orang tua umunya
berkaitan dengan
penurunan fungsi
fisiologis tubuh, seperti
insufisiensi ginjal, hal ini
sangat perlu diperhatikan
mengingat
umumnya obat
diekskresikan melalui
ginjal, kondisi yang
tidak normal membuat
peningkatan efek samping
terhadap ginjal
(neurotoksik) dan
sebagainya
yang berbeda-beda.
Transmisi infeksi parasit
dapat juga terjadi
melalui beberapa
mekanisme lain yaitu :
a. secara transplasenta
atau dari ibu ke fetusnya,
misalnya Toxoplasma
gondii.
b. transmisi melalui
hubungan kelamin,
misalnya Trichomonas
vaginalis.
7. Berikan karakteristik
protozoa dan
penggolongannya!
8. Bagaimana
penggolongan/klasifikasi
cacing? Jelaskan
karakteristika
masing-masing golongan
tersebut secara umum?
9. Mekanisme kerja anti
cacing:
 Kerja mempengaruhi
transmisi
neurotransmitter agonis
asetilkolin, inhibitor
kolinesterase,
meningkatkan influks
ion kalsium 
depaolarisasi  kontraksi
otot
cacing  kelumpuhan
spastik paralisis
Sebagai agonis GABA,
Kerja pada saluran ion
klorida  hiperpolarisasi 
relaksasi
otot cacing  kelumpuhan
flacid paralisis
 Kerja pada produksi
energi
Meliputi enzim dan
substrat yang terlibat di
dalamnya
10. Prinsip–prinsip dasar
untuk menanggulangi
infeksi parasit:
 Farmakologi, kemoterapi
 sedapat mungkin
berdasarkan hasil
diagnosis yang tepat,
sehingga dapat dicapai
tepat terapi, tepat
sasaran, tepat waktu dll
 Mengetahui lokasi
parasit/ stadium biologi
Setiap parasit memiliki
satdium hidup dalam
tubuh yang berbeda-beda,
penanganan
yang berbeda juga
diperlukan untuk setiap
stadium hidup tersebut.
Belum ada obat
antiparasit yang dapat
memberantas parasit pada
senua stadium
 Mengetahui bagaimana
ara penularan parasit
Dapat dilakuakan
tindakan penanggulangan
yang tepat untuk meegah
tersebarnya
infeksi parasit dari
satu orang ke yang
lainnya. Mencegah lebih
baik daripada
mengobati
 Dampak dari infeksi
yang ditimbulkan pada
kondisi fisiologis tubuh
(manifestasi klinis)
Efek yang ditimbulkan
yang sekiranya
menimbulakan kondisi
yang tidak
menguntungkan untuk
tubuh juaga harus
ditangani, miaslkan pada
penggunaan obat
sulfonamida yang
menimbulkan defisiensi
asam folat,perlu
ditambahkan suplemen
calcium folinat untuk
mencegah efek tersebut
 Kombinasi obat
Berdasarkan terapi yang
tepat untuk setiap stadium
biologis parasit
 Perlu tidaknya
pengulangan terapi
Disesuaikan dengan jenis
stadium hidup parasit
yang menginfeksi
 Pengobatan tunggal
atau massal
Terkadang penularan
parasit dari satu individu
ke individu lainnya dapat
berlangsung
dengan sangat cepat dan
mudah, sehingga perlunya
dilakuakan pengobatan
massal.
Pada kasus enterobiasis
(infeksi cacing kremi),
jika salah satu anggota
keluarga
terdiagnosis terinfeksi,
maka pengobatan
dilakukan untuk seluruh
anggota keluarga
karena penularan yang
sangat mudah dari telur
yang infektif
 Kondisi penderita, anak,
dewasa, geriatri,
kehamilan menyusui
Setiap kondisi tersebut
tentunya memerlukan
penanganan yang
berbeda-beda.misal
pada wanita hamil atau
menyusui, perlu
diperhatikan obat-obatan
yang sekiranya
berdampat negatif bagi
kondisi kehamilan, janin,
dan transfer melalui air
susu ibu ke
bayi. Sedangkan pada
kondisi orang tua umunya
berkaitan dengan
penurunan fungsi
fisiologis tubuh, seperti
insufisiensi ginjal, hal ini
sangat perlu diperhatikan
mengingat
umumnya obat
diekskresikan melalui
ginjal, kondisi yang
tidak normal membuat
peningkatan efek samping
terhadap ginjal
(neurotoksik) dan
sebagainya
yang berbeda-beda.
Transmisi infeksi parasit
dapat juga terjadi
melalui beberapa
mekanisme lain yaitu :
a. secara transplasenta
atau dari ibu ke fetusnya,
misalnya Toxoplasma
gondii.
b. transmisi melalui
hubungan kelamin,
misalnya Trichomonas
vaginalis.
7. Berikan karakteristik
protozoa dan
penggolongannya!
8. Bagaimana
penggolongan/klasifikasi
cacing? Jelaskan
karakteristika
masing-masing golongan
tersebut secara umum?
9. Mekanisme kerja anti
cacing:
 Kerja mempengaruhi
transmisi
neurotransmitter agonis
asetilkolin, inhibitor
kolinesterase,
meningkatkan influks
ion kalsium 
depaolarisasi  kontraksi
otot
cacing  kelumpuhan
spastik paralisis
Sebagai agonis GABA,
Kerja pada saluran ion
klorida  hiperpolarisasi 
relaksasi
otot cacing  kelumpuhan
flacid paralisis
 Kerja pada produksi
energi
Meliputi enzim dan
substrat yang terlibat di
dalamnya
10. Prinsip–prinsip dasar
untuk menanggulangi
infeksi parasit:
 Farmakologi, kemoterapi
 sedapat mungkin
berdasarkan hasil
diagnosis yang tepat,
sehingga dapat dicapai
tepat terapi, tepat
sasaran, tepat waktu dll
 Mengetahui lokasi
parasit/ stadium biologi
Setiap parasit memiliki
satdium hidup dalam
tubuh yang berbeda-beda,
penanganan
yang berbeda juga
diperlukan untuk setiap
stadium hidup tersebut.
Belum ada obat
antiparasit yang dapat
memberantas parasit pada
senua stadium
 Mengetahui bagaimana
ara penularan parasit
Dapat dilakuakan
tindakan penanggulangan
yang tepat untuk meegah
tersebarnya
infeksi parasit dari
satu orang ke yang
lainnya. Mencegah lebih
baik daripada
mengobati
 Dampak dari infeksi
yang ditimbulkan pada
kondisi fisiologis tubuh
(manifestasi klinis)
Efek yang ditimbulkan
yang sekiranya
menimbulakan kondisi
yang tidak
menguntungkan untuk
tubuh juaga harus
ditangani, miaslkan pada
penggunaan obat
sulfonamida yang
menimbulkan defisiensi
asam folat,perlu
ditambahkan suplemen
calcium folinat untuk
mencegah efek tersebut
 Kombinasi obat
Berdasarkan terapi yang
tepat untuk setiap stadium
biologis parasit
 Perlu tidaknya
pengulangan terapi
Disesuaikan dengan jenis
stadium hidup parasit
yang menginfeksi
 Pengobatan tunggal
atau massal
Terkadang penularan
parasit dari satu individu
ke individu lainnya dapat
berlangsung
dengan sangat cepat dan
mudah, sehingga perlunya
dilakuakan pengobatan
massal.
Pada kasus enterobiasis
(infeksi cacing kremi),
jika salah satu anggota
keluarga
terdiagnosis terinfeksi,
maka pengobatan
dilakukan untuk seluruh
anggota keluarga
karena penularan yang
sangat mudah dari telur
yang infektif
 Kondisi penderita, anak,
dewasa, geriatri,
kehamilan menyusui
Setiap kondisi tersebut
tentunya memerlukan
penanganan yang
berbeda-beda.misal
pada wanita hamil atau
menyusui, perlu
diperhatikan obat-obatan
yang sekiranya
berdampat negatif bagi
kondisi kehamilan, janin,
dan transfer melalui air
susu ibu ke
bayi. Sedangkan pada
kondisi orang tua umunya
berkaitan dengan
penurunan fungsi
fisiologis tubuh, seperti
insufisiensi ginjal, hal ini
sangat perlu diperhatikan
mengingat
umumnya obat
diekskresikan melalui
ginjal, kondisi yang
tidak normal membuat
peningkatan efek samping
terhadap ginjal
(neurotoksik) dan
sebagainya
yang berbeda-beda.
Transmisi infeksi parasit
dapat juga terjadi
melalui beberapa
mekanisme lain yaitu :
a. secara transplasenta
atau dari ibu ke fetusnya,
misalnya Toxoplasma
gondii.
b. transmisi melalui
hubungan kelamin,
misalnya Trichomonas
vaginalis.
7. Berikan karakteristik
protozoa dan
penggolongannya!
8. Bagaimana
penggolongan/klasifikasi
cacing? Jelaskan
karakteristika
masing-masing golongan
tersebut secara umum?
9. Mekanisme kerja anti
cacing:
 Kerja mempengaruhi
transmisi
neurotransmitter agonis
asetilkolin, inhibitor
kolinesterase,
meningkatkan influks
ion kalsium 
depaolarisasi  kontraksi
otot
cacing  kelumpuhan
spastik paralisis
Sebagai agonis GABA,
Kerja pada saluran ion
klorida  hiperpolarisasi 
relaksasi
otot cacing  kelumpuhan
flacid paralisis
 Kerja pada produksi
energi
Meliputi enzim dan
substrat yang terlibat di
dalamnya
10. Prinsip–prinsip dasar
untuk menanggulangi
infeksi parasit:
 Farmakologi, kemoterapi
 sedapat mungkin
berdasarkan hasil
diagnosis yang tepat,
sehingga dapat dicapai
tepat terapi, tepat
sasaran, tepat waktu dll
 Mengetahui lokasi
parasit/ stadium biologi
Setiap parasit memiliki
satdium hidup dalam
tubuh yang berbeda-beda,
penanganan
yang berbeda juga
diperlukan untuk setiap
stadium hidup tersebut.
Belum ada obat
antiparasit yang dapat
memberantas parasit pada
senua stadium
 Mengetahui bagaimana
ara penularan parasit
Dapat dilakuakan
tindakan penanggulangan
yang tepat untuk meegah
tersebarnya
infeksi parasit dari
satu orang ke yang
lainnya. Mencegah lebih
baik daripada
mengobati
 Dampak dari infeksi
yang ditimbulkan pada
kondisi fisiologis tubuh
(manifestasi klinis)
Efek yang ditimbulkan
yang sekiranya
menimbulakan kondisi
yang tidak
menguntungkan untuk
tubuh juaga harus
ditangani, miaslkan pada
penggunaan obat
sulfonamida yang
menimbulkan defisiensi
asam folat,perlu
ditambahkan suplemen
calcium folinat untuk
mencegah efek tersebut
 Kombinasi obat
Berdasarkan terapi yang
tepat untuk setiap stadium
biologis parasit
 Perlu tidaknya
pengulangan terapi
Disesuaikan dengan jenis
stadium hidup parasit
yang menginfeksi
 Pengobatan tunggal
atau massal
Terkadang penularan
parasit dari satu individu
ke individu lainnya dapat
berlangsung
dengan sangat cepat dan
mudah, sehingga perlunya
dilakuakan pengobatan
massal.
Pada kasus enterobiasis
(infeksi cacing kremi),
jika salah satu anggota
keluarga
terdiagnosis terinfeksi,
maka pengobatan
dilakukan untuk seluruh
anggota keluarga
karena penularan yang
sangat mudah dari telur
yang infektif
 Kondisi penderita, anak,
dewasa, geriatri,
kehamilan menyusui
Setiap kondisi tersebut
tentunya memerlukan
penanganan yang
berbeda-beda.misal
pada wanita hamil atau
menyusui, perlu
diperhatikan obat-obatan
yang sekiranya
berdampat negatif bagi
kondisi kehamilan, janin,
dan transfer melalui air
susu ibu ke
bayi. Sedangkan pada
kondisi orang tua umunya
berkaitan dengan
penurunan fungsi
fisiologis tubuh, seperti
insufisiensi ginjal, hal ini
sangat perlu diperhatikan
mengingat
umumnya obat
diekskresikan melalui
ginjal, kondisi yang
tidak normal membuat
peningkatan efek samping
terhadap ginjal
(neurotoksik) dan
sebagainya
yang berbeda-beda.
Transmisi infeksi parasit
dapat juga terjadi
melalui beberapa
mekanisme lain yaitu :
a. secara transplasenta
atau dari ibu ke fetusnya,
misalnya Toxoplasma
gondii.
b. transmisi melalui
hubungan kelamin,
misalnya Trichomonas
vaginalis.
7. Berikan karakteristik
protozoa dan
penggolongannya!
8. Bagaimana
penggolongan/klasifikasi
cacing? Jelaskan
karakteristika
masing-masing golongan
tersebut secara umum?
9. Mekanisme kerja anti
cacing:
 Kerja mempengaruhi
transmisi
neurotransmitter agonis
asetilkolin, inhibitor
kolinesterase,
meningkatkan influks
ion kalsium 
depaolarisasi  kontraksi
otot
cacing  kelumpuhan
spastik paralisis
Sebagai agonis GABA,
Kerja pada saluran ion
klorida  hiperpolarisasi 
relaksasi
otot cacing  kelumpuhan
flacid paralisis
 Kerja pada produksi
energi
Meliputi enzim dan
substrat yang terlibat di
dalamnya
10. Prinsip–prinsip dasar
untuk menanggulangi
infeksi parasit:
 Farmakologi, kemoterapi
 sedapat mungkin
berdasarkan hasil
diagnosis yang tepat,
sehingga dapat dicapai
tepat terapi, tepat
sasaran, tepat waktu dll
 Mengetahui lokasi
parasit/ stadium biologi
Setiap parasit memiliki
satdium hidup dalam
tubuh yang berbeda-beda,
penanganan
yang berbeda juga
diperlukan untuk setiap
stadium hidup tersebut.
Belum ada obat
antiparasit yang dapat
memberantas parasit pada
senua stadium
 Mengetahui bagaimana
ara penularan parasit
Dapat dilakuakan
tindakan penanggulangan
yang tepat untuk meegah
tersebarnya
infeksi parasit dari
satu orang ke yang
lainnya. Mencegah lebih
baik daripada
mengobati
 Dampak dari infeksi
yang ditimbulkan pada
kondisi fisiologis tubuh
(manifestasi klinis)
Efek yang ditimbulkan
yang sekiranya
menimbulakan kondisi
yang tidak
menguntungkan untuk
tubuh juaga harus
ditangani, miaslkan pada
penggunaan obat
sulfonamida yang
menimbulkan defisiensi
asam folat,perlu
ditambahkan suplemen
calcium folinat untuk
mencegah efek tersebut
 Kombinasi obat
Berdasarkan terapi yang
tepat untuk setiap stadium
biologis parasit
 Perlu tidaknya
pengulangan terapi
Disesuaikan dengan jenis
stadium hidup parasit
yang menginfeksi
 Pengobatan tunggal
atau massal
Terkadang penularan
parasit dari satu individu
ke individu lainnya dapat
berlangsung
dengan sangat cepat dan
mudah, sehingga perlunya
dilakuakan pengobatan
massal.
Pada kasus enterobiasis
(infeksi cacing kremi),
jika salah satu anggota
keluarga
terdiagnosis terinfeksi,
maka pengobatan
dilakukan untuk seluruh
anggota keluarga
karena penularan yang
sangat mudah dari telur
yang infektif
 Kondisi penderita, anak,
dewasa, geriatri,
kehamilan menyusui
Setiap kondisi tersebut
tentunya memerlukan
penanganan yang
berbeda-beda.misal
pada wanita hamil atau
menyusui, perlu
diperhatikan obat-obatan
yang sekiranya
berdampat negatif bagi
kondisi kehamilan, janin,
dan transfer melalui air
susu ibu ke
bayi. Sedangkan pada
kondisi orang tua umunya
berkaitan dengan
penurunan fungsi
fisiologis tubuh, seperti
insufisiensi ginjal, hal ini
sangat perlu diperhatikan
mengingat
umumnya obat
diekskresikan melalui
ginjal, kondisi yang
tidak normal membuat
peningkatan efek samping
terhadap ginjal
(neurotoksik) dan sebag

You might also like