You are on page 1of 6

APRESIASI SENI

SARI DEWI ZALUKHU


07123033

A. Apresiasi seni tradisi Batak

Seni tradisi batak sangatlah menarik banyak perhatian banyak kalangan masyarakat
baik dalam negeri, maupun luar negeri (wisatawan). Banyak etnik batak yang
bermukim di pulau sumatera utara ini, salah satunya adalah etnik batak toba. Etnik
batak toba mendiami wilayah yang relatif luas, mulai dari daerah sekitar tepian danau
toba sampai pulau samosir. Danau toba sendiri adalah penampungan air segar yang
terbesar di Asia Tenggara, membentang 1.100 km dan 450 M pada titik terdalam.
Rumah adat batak toba berdasarkan fungsinya dapat dibedakan ke dalam rumah yang
digunakan. Umtuk tempat tinggal disebut ruma dan rumah yang digunakan sebagai
penyimpanan disebut sopo tipe khas rumah batak toba adalah bentuk atapnya yang
melengkung dan pada ujung atap sebelah depan kadang-kadang dilekatkan kerbau
sehingga rumah itu menyerupai kerbau. Tangga pada setiap rumah mempunyai
filosofi tersendiri, jika tangga di bawah merupakan rumah raja artinya sebelum masuk
ke dalam, kita harus menunduk untuk menaiki tangga tersebut artinya kita menghargai
tuan rumahnya.
1. Ambarita
Ambarita adalah salah satu nama tempat yang ada dalam pulau samosir, ambarita
merupakan salah satu desa kuno masyarakat batak, terletak di kecamatan
simanindo. Wilayah ini ditandai dengan bentuk rumah bolon dan sopo yang
dikenal dengan bahasa sehari hari kita adalah lumbung padi yang terlihat tampak
kuno hingga kini masih berdiri tegak.
Di pulau samosir itu juga terdapat sebuah cerita legenda yang menggambarkan
sisi lain tradisi batak pada masa lalu yang menjadi daya tarik untuk kita dengar.
Konon, menurut cerita masyarakat setempat ketika agama luar belum masuk, di
tempat ini sering terjadi praktek kanibalisme dalam penerapan sangsi hukum adat.
Sebagai bukti jejaknya sampai hari ini kita bisa melihat dua buah rangkaian kursu
batu berumur ratusan tahun yang disusun melingkar dengan cekungan mirik di
bawah pohon hariara. Pohon hariara adalah pohon yang disucikan atau
dikeramatkan oleh masyarakat batak dan lazim ditanam di tiap huta. Dan kedua
rangkaian batu tersebut disebut sebagai batu persidangan. Konon merupakan
cerita, di kursi batu melingkar itulah persidangan para tetua kampung yang
dipimpin oleh raja siallagan berlangsung pada saat menggelar persidangan untuk
si pelanggar hukum adat (pemerkosaan, penculikan dan musuh) yang menggangu
kampung dan tertangkap. Jika divonis bersalah maka ia akan menjalankan
hukuman mati pada hari yang telah di tentukan sesuai dengan kalender batak.
Cerita tentang batu persidangan di Ambarita ini akan kita jumpai pada saat kita
melakukan perjalanan wisata di pulau samosir. Disana kita akan dipamdu oleh
wisata lokal di tempat tersebut dengan gaya bercerita khas masyarakat batak.
Pada batu persidangan itu, eksekusi yang dilakukan diatas batu persidangan
tersebut si terhukum akan di tidurkan secara terlentang diatas cekung, dimana
kepalanya tergantung dengan tidak menggunakan alas apapun. Lalu seorang
algojo akan berdiri di samping dan mengayunkan pedang, dan terpotonglah kepala
si terhukum tersebut.
Setelah proses eksekusi selesai dilakukan, jantung dan hatinya di ambil dan
darahnya di teteskan ke dalam kuali besar, lalu semuanya dimasak dan di
hidangkan kepada seluruh penduduk desa.
Setelah masuknya unsur agama kristen di masyarakat batak, hukuman perlahan
menghilang, dan bahkan berhenti total. Dan masyarakat di sekeliling itupun bisa
hidup normal dalam melakukan segala aktifitasnnya berjalan sesuai dengan aturan
agama dan pemerintahan.
B. Tomok
Tomok adalah sebuah desa tradisional, dikenal sebagai pintu gerbang dan pengenalan
samosir. Disini adalah sarkofagus batu besar kepala suku sidabutar di ukir dari satu
blok batu. Bagian depannya dimukir dengan wajah singa makhluk mitos, bagian
kerbau, bagian gajah, pada tutup berbentuk pelana adalah patung kecil seorang wanita
membawa mangkuk, diyakini istri kedua yang mati. Di tomo ini kami diperkenalkan
dengan sigale-gale. Dulu sigale-gale adalah anak tunggal seorang raja rahat yang
memiliki wajah tampan dan satu satunya penerus keturunan. Anak raja tersebut,
manggale, meninggal di medan perang. Kematian sigale-gale inilah yang
menyebabkan raja rahat mengalami gangguan jiwa. Penasihat kerajaan lalu
mencarikan tabib diseluruh negeri. Seorang tabib mengatakan bahwa raja sakit karna
rindu. Dan untuk mengobatinya sang tabib mengusulkan kepada penasehat kerajaan
agar memahat sebuah kayu menyerupai wajah anaknya sigale gale. Dalam upacara
itu, sang tabib memanggil roh sigale-gale dan dimasukkan ke dalam kayu yang sudah
dipahat tersebut, kemudia boneka sigale gale itu manortor dengan iringan musik btak
toba, yaitu gondang mula-mula, gondang somba, dan gondang mangaliat.
Dalam bahasa batak, sigale-gale berarti lemah gemulai. Saat ini, sigale gale telah
menjadi salah satu identitas dalam pariwisata provinsi sumatera utara.
Setelah berkunjung mengelilingi tomok saatnya membli souvenir untuk ole ole
dibawa pulang. Disana ada ratusan kios berdiri, begitu juga dengan barang-barang
yang dijual, ada baju, ulos,patung, gelang dan masih banyak lagi.
C. Tradisi modren/prapat
Tradisi modren di Prapat sangatlah menarik untuk di ketahuai. Mulai dari musik, dan
tari di daerah itu sangatlah menarik, konon alat musik yang digunakan di batak toba
adaalah pangora,gordang,sarune bolon,garantung,taganing,hapetan. Tetapi
sekararang alat musik tersebut udah ditambahkan dengan alat alat musik yang modren
seperi kibot.
Sejumlah alat musik juga menjadi bagian dalam pelaksanna upacara ritual dan
upacara adat dalam kebudayaan orang orang batak toba. Dua jenis amsambel musik,
gondang sebangunan dan gondang hasapi merupakan alat trasisional yang paling
sering dimainkan. Menurut etnik Batak Toba, kedua alat musik tersebut merupakan
milik Mulajadi Nabolon, sehingga harus dimainkan untuk menyampaikan
permohonan kepada sang dewa. Tetapi pada zaman sekarang, musik tersebut
digunakan dalam acara acara batak, seperti pernikahan, dan bahkan digunakan sebagai
hiburan untuk masyarakat dengan di padukan pada alat alat musik yang sudah ada
pada zaman sekarang.
Sedangkan seni tari menjadi salah satu kesenian yang paling menonjol dalam
kebudayaan masyarakat batak toba. Manortor (menari, dalam bahasa batak toba)
merupakan lambang bentuk syukur kepada Munjadi Nabolon, dewa pencipta semesta
dan rasa hormat kepada hula-hula dalam monsep keluargaan mereka. Oleh karena itu,
Tari ini biasanya dilakukan dalam upacara ritual, ataupun dalam upacra adat, seperti
acara pernikahan. Begitu juga dengan tari pada zaman sekarang, tari bisa dilakukan
dalam adat pernikahan untuk hiburan, dan penyambutan tamu, dan bahkan untuk
pertunjukkan tanpa memperhatikan filosofi pada zaman dahulu itu.

B. Celoteh Perjalanan Apresiasi Seni


Perjalanan anak sendratasik bp 17 ke toba prapat sangatlah menyenangkan. Kami
berangkat hari rabu tanggal 18 april 2018, kami berangkat jam 02;00 lewat. Kami
berangkat dari gor UNP padang dengan transpotasi bus UNP, dalam perjalanan,
sangatlah seru karna di atas bus dosen dosen yang ikut sangat asyik dan tidak
monoton sehingga kami bisa menikmati perjalanan kami dengan sangat senang, di
atas bus kami bernyanyi ria karna diatas itu, ada musik yang membuat kami bisa
berjoget sepuasnya tanpa ada larangan oleh pak dosen kami. Dosen apresiasi kami
adalah Pak WIM, bapak itu sangat asyik sekali, pak Tulus juga ikut, pak nando, mak
dang sebagai fotografer kami disana, di atas bus kerja kami kebanyakan hanya tidur
aja, kalau hari udah menuju malam kami tidur semuanya, kami juga ada istrahat di
jalan untuk makan, pertama kami istrahat di bukit tinggi untuk makan, setelah itu
kami melanjutkan perjalanan kami. Hingga pas besoknya sekitar jam 02;00 kami
sampai lah di toba prapat tersebut, wah disana sangat sejuk sekali, dingin,tidak ada
banyak polisi seperti disana. Kami nyampai dan nginap disebuah hotel, namanya
HOTEL BUDI MULYA. Disanalah kami menginap,dan pertma kali saya melihat
indahnya danau toba itu setelah kami sampai, kami dibagi kamar disana, satu kamar
ada 4 orang, kami menuju ke kamar kami masing masing, tapi setelah kami sampai di
kamar kami, bukan istrahat yang kami lakukan tetapi kami asyik bermain bahkan
kami berenang di air yang dinginnya seperti es, kami tak mengenal lelahnya kami
diperjalanan, kami hanya mau menikmati suasana yang sangat sejuk itu. Malamnya
kami breafing untuk perjalanan kami ke ambarita dan tomok besok, setelah selesai
breafing, malamnya kami bukannya tidur malah asyik ngobrol bahkan pergi jalan
jalan ke pasar terdekat di hotel sana. Sampailah besoknya pagi pagi sekali kami
disuruh sarapan sebelum pergi ke ambarita, setelah selesai ssarapan kami ke Ambarita
naik sebuah kapal melewati danau toba,nah pas kami diatas kapal kami foto fotolah
diatas kapal sambil menikmati indahnya danau toba itu, bahkan kurasa kalau ada yang
jatuh di bawah danau itu merka tidak peduli sangking asyiknya kami foto foto.
Sampainya di ambarita kami menari dan mendengarkan penjelasan tetantang budaya
batak disana.
Kami berbelanja disana, harganya murah murah sekali, tapi orang sana kasar sekali
kalau ngomong. Masa barang jika tidak dibeli kita di maki. Menakutkan sedikit orang
oran g disana, disana kami beli baju, gelang,dan banyak lagi yang kami beli disana.
Setelah selesai berbelanja disana, kami naik kapal lagi menuju ke tomok, disana
sangat dingin ditambah suasana hujan, wah dingin sekali. Tapi kami tidak peduli
dengan dinginnya suasana disana. Sampainya di tomok kami masih menari nari
sigale-gale, berbelanja dan foto foto pastinya. Sesudah itu kami pulang ke hotel
sekitar jam 05;00 sore, kami sangat lelah sampai kami semuanya tertidur, tapi
malamnya aku sangat terkesan, akhirnya disana aku bosa makan BPK, makanan yang
tidak ada dipadang, aku salut dengan teman teman aku yang muslim, karna mereka
mau menemani aku malam-malam untuk makan itu, mereka setia mengantar aku.
Persaudaraan yang aku rasakan disana sangatlah kuat, walaupun ada sebagian kecil
orang orang yang tidak asyik utuk diajak ngobrol, tapi tidak masalah mereka malah
terasingkan sendiri. Malam nya lagi di hotel kami berjoget ria, karna kami
diperkenalkan dengan musik khas batak, dan diajari tarian adat pernikahan di batak,
rasanya kami tidak bisa duduk lagi, karna sebentar kami joget terus, kami bernyanyi
sampai kami capek seklai.tibalah besoknya kami harus balik ke padang lagi,
sebenarnya kami sedih juga waktu kami sedikit sekali, rasanya pengen berlama lama
disana, tapi mau tak mau kami harus pulang, akhirnya kami pulang dan sampai di
padang pagi minggu dengan selamat.

D. Kesimpulan
Banyak hal yang kami dapat di toba prapart tersebut. Ilmu, dan yang paling besar
yang kami dapatkan adalah pengalaman. Disana kami mengerti bahwa budaya di
indonesia sangatlah banyak dan berbeda, setiap kesenian sangatlah menarik dan
mempunyai keunikan tersendiri, mulai dari pakain,tarian dan musik, patut kita
mengapresiasi setiap budaya tersebut, karna itualah kekayaan terbesar di negara kita.
Budaya harus dilihat dan di apresiasi, karn indonesia ini punyak banyak budaya yang
sangat menari sehingga membuat kaya negri kita ini.

You might also like