You are on page 1of 12

GEOWISATA SEBAGAI MODEL PEMANFAATAN

KEKAYAAN GEOLOGI YANG BERWAWASAN


LINGKUNGAN

Hary Hermawan
STP AMPTA Yogyakarta
Email : haryhermawan8@gmail.com

ABSTRACK

This article tries to realize a solution how to make use of geology for eco-tourism and economic
activities at the site management level. The paradigm in the management of geowisata is how the
management of tourism is able to optimize the potential of nature (geology) to be added value for the
economic welfare of local communities, as well as able to minimize the potential of natural damage.
Therefore, this article attempts to recommend a geotourism management model. The management of
geo-tourism is in five main focuses, including: formulating the natural potential that can be used for
geotourism activities, formulating criteria of geo-tourism destinations, geo-tourism management,
formulating activities in geo-tourism activities, and finally on indicators of success or from geo-tourism
output.
Keywords: Geotourism, nature tourism, tourism geology

ABSTRAK

Artikel ini mencoba mewujudkan sebuah solusi bagaimana memanfaatkan kekayaan geologi beserta
berbagai dinamikanya untuk kegiatan wisata dan ekonomi yang berwawasan lingkungan pada tingkatan
manajemen tapak. Paradigma dalam pengelolaan geowisata adalah bagaimana pengelolaan pariwisata
mampu mengoptimalkan potensi alam (geologi) menjadi bernilai tambah bagi kesejahteraan ekonomi
masyarakat lokal, sekaligus mampu menekan seminimal mungkin potensi kerusakan alam. Oleh karena
itu, artikel ini mencoba merekomendasikan model pengelolaan geowisata. Pengeloaan geowisata berada
dalam lima fokus utama, yaitu : merumuskan potensi alam yang dapat digunakan untuk kegiatan
geowisata, merumuskan kriteria-kriteria destinasi geowisata, manajemen geowisata, merumuskan
aktifitas dalam kegiatan geowisata, dan terakhir mengenai indikator keberhasilan atau dari output
geowisata.
Kata kunci: Geowisata, pariwisata alam, geologi pariwisata

PENDAHULUAN memiliki kekayaan sumber daya alam yang


Letak Negara Indonesia secara geografis sangat besar, terutama kekayaan alam non
sangat istimewa. Pertama, Indonesia berada di hayatinya, berupa keanekaragaman fenomena
antara tiga lempang benua besar, yaitu lempeng geologi yang membentang dari Sabang sampai
pasifik, lempeng Eurasia, dan juga lempeng Merauke. Bentang alam yang pegununngan
Australia. Kedua, Indonesia berada di dalam yang sangat indah beserta segala bentukan khas
dua kawasan laut dangkal meliputi dangkalan geologinya yang unik merupakan segala bentuk
Sahul dan dangkalan Sunda. Ketiga, Wilayah potensi alam yang sudah dimiliki (Hermawan &
Negara Indonesia memiliki dua deretan Brahmanto, 2018).
pegunungan besar, yaitu pegunungan Tidak berlebihan jika Negara Indonesia
mediterania dan sirkum pasifik. Karena disebut sebagai negara megageodiversity
letaknya sangat strategis, membuat Indonesia (Hendratno, 2004), mengingat besarnya

Inarxiv : https://osf.io/preprints/inarxiv/p5euf
kekayaan geologi seperti yang telah disebutkan dengan pola pengembangan pariwisata masal,
diatas. Akan tetapi, kenyataan menunjukan yaitu pariwisata yang berusaha mendatangkan
bahwa kekayaan geologi tersebut belum wisatawan sebanyak-banyaknya. Karena tinggi
mampu tergarap secara optimal hingga saat ini, rendahnya daya dukung lingkungan akan
mayoritas masih dieksploitasi untuk kegiatan sangat tergantung pada topografi medan dan
pertambangan serta sebagai bahan baku bertumpu pada tata geologinya.
pendukung dalam industri manufaktur. Seperti telah disinggung diatas, bahwa
Pengembangan infrastuktur fisik, industri, dan budaya manusia bersumber pada hukum alam
pengembangan urban area di pusat kota, semua dan bermuara pada kinerja binaanya yang
ini sangat ditunjang oleh bahan galian yang keseluruhanya tidak lepas dari pengaruh sifat
merupakan sumber daya geologi dari berbagai dan gejala alam yang ada di bumi. Oleh karena
daerah. Dampaknya, tidak sedikit dari kegiatan itu, disiplin ilmu pengetahuan geologi sebagai
industri tersebut justru menimbulkan berbagai sumber daya kepariwisataan perlu sekali
efek negatif berupa penurunan bahkan digunakan untuk menghasilkan daya tarik
kerusakan fungsi ekologis (tata alam) di daerah- wisata alam geologi yang berkelanjutan. Daya
daerah bekas pertambangan geologi. tarik wisata berkelanjutan dapat tercipta dengan
Pariwisata diajukan sebagai alternatif pengelolaan yang bijak yang sesuai dengan
solusi pemanfaatan potensi geologi secara daya dukung lingkunganya yang dapat digali
ekonomis yang sedikit berbeda dari menurut pendekatan ilmu geologi dengan
pemanfaatan aset-aset geologi sebelumnya, manajemen pengelolaan pariwisata yang baik.
sebagai bahan tambang dan industri Geowisata mencoba dihadirkan sebagai
manufaktur. Kegiatan kepariwisataan memang sebuah solusi bagaimana memanfaatkan
banyak terkait dengan alam, terutama yang kekayaan geologi beserta berbagai
berkaitan dengan pengembangan atraksi wisata. dinamikanya untuk kegiatan wisata dan
Semuanya erat hubunganya dengan masalah ekonomi yang berwawasan lingkungan. Artikel
lingkungan yang alami yang tidak terlepas dari mencoba untuk ini mengkaji bagaimana
nuansa geologi, khususnya juga terkait dengan mengelola potensi geologi menjadi daya tarik
daya dukung lingkungan. wisata alam pada tingkatan manajemen tapak
Daya dukung lingkungan tersebut erat yang ideal serta berkelanjutan, melalui kajian
kaitanya juga dengan ekosistem, dan keduanya literatur. Paradigma baru yang hendak
merupakan satu jaringan sistem yang saling dibangun adalah “Bagaimana pengelolaan
terkait (interdependensi) dengan hukum alam, geowisata mampu mengoptimalkan potensi
membentuk tempat manusia bermukim serta alam menjadi bernilai tambah bagi
membentuk suatu tata alam tempat manusia kesejahteraan ekonomi masyarakat lokal,
bermasyarakat. Dalam masyarakat inilah, sekaligus mampu menekan seminimal mungkin
manusia mampu mengambangkan kehidupan potensi kerusakan alam?”
sosial, ekonomi, dan budaya. Dengan dukungan
sosial ekonomi yang mantap, maka budaya KAJIAN LITERATUR
manusia dapat menciptakan berbagai macam Konsep Ilmu Geologi
tata binaan yang mau tidak mau mengacu matra Geologi merupakan ilmu pengetahuan
ruang, waktu, dan ilmu pengetahuan termasuk yang berfokus untuk memperlajari materi
juga teknologi (Ahman Sya, 2012). penyusun kerak bumi, proses berlangsungnya
Berdasarkan konsep diatas, maka segala (sebelum, selama dan setelah) pembentukanya
bentuk destinasi wisata, baik alam, budaya beserta segala bentuk mahluk hidup yang
maupun minat khusus pada hakikatnya pernah ada atau hidup di sekitarnya (Ahman
merupakan pariwisata ekologi (alam). Sya, 2012).
Sementara itu, ekologi merupakan panduan Sedangkan menurut Purbohadiwijoyo
ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan (1967), geologi dapat diartikan sebagai ilmu
sosial, dengan disiplin ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan bumi, meneliti
geologi yang paling kuat pengaruhnya (Ahman sejarahnya dengan kehidupan yang ada,
Sya, 2012). susunan keraknya, bangun dalamnya, berbagai
Akan tetapi, perlu menjadi catatan bahwa gaya yang bekerja padanya, dan evolusi yang
tidak semua daya tarik wisata alam cocok dialaminya.

Inarxiv : https://osf.io/preprints/inarxiv/p5euf
Pada saat ini, ilmu geologi modern terbagi bumi serta proses-proses yang menyebabkan
menjadi dua bagian yang saling berhubungan bentuk dan geometri tersebut; (5)
erat yaitu dinamic geology dan historycal Geomorfologi, adalah ilmu tentang bentuk
geology. Keduanya bahkan dianggap sebagai bentang alam dan proses-proses yang
dua macam ilmu yang berbeda/ terpisah. mempengaruhinya. Ilmu ini dapat membantu
Dinamic Geology atau Physical Geology, yaitu menentukan struktur geologi dan jenis batuan
ilmu geologi yang mempelajari sebab-sebab yang berkembang pada suatu daerah; (6)
atau proses-proses yang berhubungan dengan Stratigrafi, sebagai ilmu yang memperlajari
perubahan bumi atau dinamika urut-urutan perlapisan batuan, serta proses-
bumi. Sedangkan Historycal Geology, yaitu proses sepanjang sejarah pembentukan
ilmu geologi yang mempelajari perubahan- perlapisan batuan tersebut; (7) Geologi
perubahan pada lapisan-lapisan bumi Terapan, yaitu penerapan ilmu geologi untuk
khususnya kerak bumi dari masa ke masa, dan kepentingan manusia pada bidang tertentu,
hubungan antara perkembangan dunia organik misalnya : geologi pertambangan, geologi
dengan lapisan kulit (kerak) bumi. batubara, geologi minyak dan juga geologi
Beberapa peneliti menekankan bahwa pariwisata atau lebih sering disingkat geowisata
ilmu geologi yang dipelajari memiliki objek (Ahman Sya, 2012; Hermawan & Brahmanto,
dari permukaan bumi ke bawah, sedangkan 2018).
bumi kita ini seutuhnya memiliki lapisan- Konsep Ilmu Pariwisata
lapisan, antara lain: (1) Lithosfer, objek kajian Istilah pariwisata berasal dari bahasa sang
geologi berupa lapisan-lapisan batuan yang sekerta yang terdiri dari 2 kata yaitu “pari’
menyusun bumi; (2) Hidrosfer, objek kajian berarti keliling atau bersama dan kata “wisata”
geologi yang meliputi lapisan air; (3) Biosfer yang berarti perjalanan (I. Pitana, 2009).
objek kajian geologi pada lapisan tempat hidup Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun
organisme; (4) Atmosfer objek kajian geologi 2009 Tentang Kepariwisataan, yang dimaksud
berupa lapisan udara (Ahman Sya, 2012). dengan pariwisata adalah berbagai macam
Ilmu geologi mempunyai ruang lingkup kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai
yang luas, didalamnya terdapat kajian-kajian fasilitas serta layanan yang disediakan oleh
yang kemudian berkembang menjadi ilmu yang masyarakat, pengusaha, pemerintah dan
berdiri sendiri, walaupun pada praktek pemerintah daerah.
sebenarnya tidak dapat dipisahkan dan saling Destinasi adalah tempat yang dikunjungi
menunjang satu sama lainnya, diantaranya : (1) dengan waktu yang signifikan selama
Mineralogi, adalah ilmu yang mempelajari perjalanan wisata seseorang dibandingkan
tentang mineral, cara mendeskripsi suatu dengan tempat lain yang dilalui selama
mineral secara megaskopis (melalui sifat perjalanan, misalnya daerah transit (Pitana,
fisiknya, seperti belahan, goresan, kilap dll) dan 2009).
menentukan nama mineral dari hasil deskripsi Dalam kajian sosiologi pariwisata, minat
tersebut; (2) Petrologi, adalah ilmu tentang wisatawan berkunjung disuatu destinasi alam
batuan yang meliputi asal mula kejadiannya salah satunya ditentukan faktor-faktor
(proses terbentuknya batuan tersebut), dan ektrinsik, yaitu faktor-faktor luar yang melekat
menjelaskan pula tentang lingkungan pada destinasi wisata alam (I. G. Pitana & Putu,
pembentukannya, serta penyebarannya baik di 2009). Salah satu faktor ektrinsik tersebut
permukaan maupun di dalam bumi; (3) adalah atraksi, atau sering disebut daya tarik
Paleontologi, merupakan ilmu tentang segala wisata.
aspek kehidupan jaman dahulu, yaitu berupa Menurut Pendit (2002), daya tarik wisata
fosil (baik makro maupun mikro) yang didefinisikan sebagai segala sesuatu yang
ditemukan dalam batuan. Paleontologi dapat menarik dan bernilai untuk dikunjungi dan
digunakan untuk membantu dalam menentukan dilihat. Kemudian secara lebih spesifik, daya
umur relatif dan lingkungan pengendapan serta tarik wisata alam dijelaskan sebagai segala
menjelaskan perubahan-perubahan geologi sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan,
sepanjang sejarah bumi; (4) Geologi Struktur, keaslian, dan nilai yang berupa
Adalah ilmu tentang bentuk dan geometri keanekaragaman kekayaan alam yang menjadi
batuan sebagai kesatuan penyusun kulit (kerak) sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan

Inarxiv : https://osf.io/preprints/inarxiv/p5euf
(Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 dan “sosiologi pariwisata” karya I Gusti Pitana
Tentang Kepariwisataan, 2009). terbitan tahun 2009; serta buku-buku dan
Penelitian terdahulu mentebutkan bahwa laporan-laporan hasil penelitian yang masih
tarik wisata terbukti menjadi salah satu faktor memiliki relevansi dengan fokus pembahasan.
utama yang wajib diperhitungkan dalam
perencanaan destinasi wisata, karena akan PEMBAHASAN
sangat menentukan kepuasan wisatawaan Geowisata merupakan bentuk kegiatan
dalam berkunjung ke destinasi wisata (Naidoo pariwisata minat khusus yang fokus utamanya
dkk., 2011; Adom dkk., 2012; Basiya & Rozak, pada kenampakan geologis permukaan bumi
2012; Stevianus, 2014; Darsono, 2015; dan maupun yang terkandung didalamnya dalam
Hermawan, 2017) rangka mendorong pemahaman akan
Geowisata lingkungan hidup, alam dan budaya, lebih
Tom Hose merupakan ilmuan yang lanjut sebagai bentuk apresiasi, dan kegiatan
pertama aktif memperkenalkan istilah konservasi, serta memiliki kepedulian terhadap
geowisata (geotourism) di Geological Society kelestarian kearifan lokal.
pada 1996 suatu makalah berjudul Kegiatan geowisata menawarkan konsep
“Geotourism, or can tourists become casual wisata alam yang menonjolkan keindahan,
rock hounds: Geology on your doorstep” keunikan, kelangkaan, serta keajaiban suatu
(Dirgantara, 2012). fenomena alam yang berkaitan erat dengan
Istilah geowisata di Indonesia gejala-gejala geologi yang dijabarkan dalam
diperkenalkan dalam seminar Nasional tentang bahasa populer atau sederhana (Kusumahbrata,
geowisata, pada tahun 1990 sebagai kegiatan 1999 dalam Hidayat, 2002).
pariwisata yang memanfaatkan seluruh aspek Fenomena geologi pada dasarnya sangat
geologi dengan ruang lingkup mengenai unsur beragam, masing-masing memiliki nilai,
abiotik seperti bentang alam, batuan, mineral, eksotisme, dan keunikan tersendiri, yang cocok
fosil, tanah, air dan proses, termasuk dikelola sebagai daya tarik wisata. Diantara
didalamnya sejarah geologi. fenomena geologis tersebut diantaranya : (1)
Geowisata (geotourism) merupakan Struktur geologi, struktur geologi merupakan
pariwisata minat khusus dengan memanfaatkan bangunan alam nonhayati baik di bawah
seluruh potensi sumber daya alam, sehingga maupun diatas permukaan bumi yang dibangun
diperlukan peningkatan pengayaan wawasan oleh tenaga yang bekerja di dalam dan diatas
dan pemahaman proses fenomena fisik alam permukaan bumi. Tenaga yang berkerja di
(Nainggolan, 2016b). bawah permukaan bumi disebut endogen,
Jadi secara sederhana dapat disimpulkan sedang yang bekerja diatas permukaan bumi
bahwa geowisata merupakan bentuk kegiatan disebut eksogen. Pegunungan Himalaya
pariwisata minat khusus yang fokus utamanya merupakan contoh keindahan struktur geologi
pada kenampakan geologis permukaan bumi mancanegara yang populer sebagai daya tarik
maupun yang terkandung didalamnya dalam wisata geologi, serta menjadi lokasi pendakian
rangka mendorong pemahaman akan yang cukup menantang bagi para pecinta alam.
lingkungan hidup, alam dan budaya, lebih
lanjut sebagai bentuk apresiasi, dan kegiatan
konservasi, serta memiliki kepedulian terhadap
kelestarian kearifan lokal.

METODE PENELITIAN
Metode literature review dipilih guna
mengkaji tema “geowisata sebagai model
pemanfaatan kekayaan geologi yang
berwawasan lingkungan.” Sumber pustaka
utama yang dipilih sebagai referensi,
diantaranya : (1) Buku berjudul “geologi
pariwiata” karya Ahman Sya terbitan tahun
2012; (2) Buku berjudul “pengantar pariwisata”

Inarxiv : https://osf.io/preprints/inarxiv/p5euf
Pegunungan Himalaya sebagai Contoh Keindahan Struktur
Geologi Mancanegara yang Populer, sumber: www.google.co.id,
diakses 18 November 2017

Indonesia juga memiliki kekayaan struktur


geologi yang cukup melimpah dan tidak kalah
eksotis, misalnya: Danau Toba, Danau
Karimutu, Gunung Tangkuban Perahu dan lain
sebagainya.
(2) Stratifigrafi, stratifigrafi merupakan lapisan
batuan degan segala macam jenis batuan,
struktur, sifat dan gejala yang ditimbulkan
berdasarkan gambaran perlapisanya (Ahman
Sya, 2012). Stratifigrafi terkadang menjadi Topografi pada Pegunungan Kars, sumber: www.google.co.id,
fenomena geologi yang sangat menarik dan diakses 18 November 2017
unik. Jawa barat, memiliki salah satu bentuk
stratifigrafi yang populer sebagai daya tarik (4) Kandungan mineral di dalam perut bumi
wisata, yaitu Green Canyon di Pangandaran. juga mampu menjadi daya tarik geowisata yang
bernilai edukatif dan sangat menarik untuk
dipelajari, baik namanya, sejarah dan proses
terbentunya, sifat dan unsur-unsur kimianya,
beserta kegunaanya dalam kehidupan manusia
sehari-hari.
Pariwisata pada dasarnya terjadi karena
adanya kecenderungan manusia untuk mencari
hal dan lingkungan baru, atau sering disebut
sebagai ritual inversi dalam ilmu sosiologi (I.
G. Pitana & Putu, 2009). Perbedaan unsur alam,
budaya masyarakat, dan unsur binaan di setiap
belahan bumi merupakan hal yang mampu
merangsang seseorang atau sekelompok orang
untuk mewisatainya (Darsoprajitno, 2002).
Keindahan Daya Tarik Stratifigrafi di Green Canyon Oleh karena itu, wisatawan atau calon
Pangandaran, Jawa Barat, sumber: www.google.co.id, diakses 18
November 2017 wisatawan akan cenderung mencari tempat-
tempat baru yang indah, unik, serta berbeda dari
(3) Topografi merupakan bentukan dari tempat biasanya mereka hidup untuk
bentang alam. Secara ilmu geologi, topografi sementara. Ilustrasinya sebagai berikut :
dibentuk oleh tenaga endogen dan eksogen dan “Orang kota memiliki kecenderungan
oleh karena itu topografi selalu berubah, untuk senang berwisata ke desa yang memiliki
contohnya : kubah magma berubah akibat lingkungan tenang dan asri, juga untuk melihat
letusan beru gunung berapi, sungai membentuk bentang alam yang unik dan indah, misalnya
alur baru akibat banjir, gelombang laut wisata pendakian ke Gunung Merapi, melihat
merubah garis pantai, gempa menimbulkan bentang alam Kawasan Kars Pegunungan
gerakan tanah dan beberapa lainya. Topo grafi seribu dan tempat-tempat berbasis geologi
pada pegunungan karst menjadi salah satu yang menarik lainya.”
contoh fenomena geologis yang dapat dikelola Walaupun ada kemungkinan berlaku
menjadi daya tarik wisata. sebaliknya, misanya : “Orang-orang yang
selamanya hidupnya di desa terkadang
berkeinginan untuk berwisata di kota, melihat
kemegahan gedung-gedung atau keramaian
mall.”
Kaitanya dengan geologi adalah,
fenomena inversi telah didukung kenyataan
bahwa Indonesia memiliki potensi alam yang

Inarxiv : https://osf.io/preprints/inarxiv/p5euf
luar biasa beserta segala bentuk fenomena ke pusat data, selanjutnya data ditampilkan
geologinya. Kesesuaian kedua faktor diatas dipintu masuk objek wisata sehingga
menjadi pendorong untuk pengembangan pengunjung atau pengelola wisata bisa waspada
pariwisata geologi atau geowisata. Selain itu, dalam berwisata dengan melihat informasi yang
perkembangan geowisata juga didukung oleh ditampilkan alat tersebut; (2) Daya tarik wisata
meningkatnya permintaan wisata oleh alam hendaknya memiliki aspek
wisatawan yang memiliki minat khusus. keanekaragaman, destinasi wisata geologi yang
Wisatawan minat khusus biasanya baik setidaknya banyak memiliki alternatif
adalah wisatawan-wisatawan yang menyukai daya tarik baik flora maupun fauna yang dapat
destinasi wisata yang tidak umum, serta dinikmati wisatawan. Hal ini akan menjadi nilai
menyukai aktifitas wisata yang menantang atau unggul destinasi karena pengembangan
tidak biasa (Hermawan, 2017), dalam bahasa aktifitas wisata dilokasi dapat dikembangkan
keilmuanya sering disebut wisatawan drifter (I. lebih leluasa dan lebih beragam. Dengan begitu,
G. Pitana & Putu, 2009). Wisatawan jenis ini diharapkan wisatawan tidak jenuh dan mampu
tidak akan puas berkunjung ke destinasi wisata menambah lama tinggal; (3) Ada nilai
alam hanya untuk melihat-lihat panorama alam keindahan dan keunikan, atraksi alam
saja, atau sekedar berfoto selfi, sebagaimana terbentuk karena proses fenomena alam serta
pola mayoritas kunjungan wisatawan saat hanya terjadi pada saat tertentu maka tidak ada
berwisata saat ini. Destinasi wisata yang dipilih kemiripan antara suatu kawasan dengan
mereka adalah destinasi yang mampu kawasan wisata lain, sehingga atraksi alam
memuaskan hasrat mereka untuk berpetualang, memiliki keunikan tersendiri dibandingkan
serta destinasi yang mampu menambah dengan atraksi budaya dan atraksi buatan,
pengkayaan diri berupa pengalaman dan terlebih karena atraksi alam hanya dapat
wawasan baru. dinikmati secara utuh di ekosistemnya; (4)
Alam geologi di Indonesia sangat cocok Adanya potensi petualangan lintas alam, motif
untuk dikembangkan menjadi daya tarik wisatawan selain menikmati wisata alam dapat
pariwisata geologi. Oleh karena itu, dibutuhkan juga untuk melakukan penelitian, pendidikan,
rumusan-rumusan dalam pengelolaan dan konservasi alam terdapat minat khusus
geowisata yang dapat diimplementasikan yang bersifat petualangan, sehingga perlu
secara di bergai daerah. Akan tetapi, berbagai adanya kawasan yang benar-benar masih
literatur mengenai pengembangan geowisata alami, tanpa adanya atraksi yang bersifat
masih jarang ditemukan di Indonesia. artificial atau buatan yang justru mengganggu
Artikel ini merekomendasikan pedoman aktifitas mereka; (5) Tersedianya ekosistem
dalam penentuan kriteria daya tarik geowisata yang alami. Suatu atraksi alam hendaknya tetap
dengan mengadaptasi dari kriteria daya tarik menyediakan kawasan dengan ekosistem yang
wisata alam yang telah ada sebelumnya. masih alami. Ekosistem yang alami berarti
Kriteria daya tarik alam setidaknya mencakup sebuah ekosistem alam yang berjalan alami,
hal-hal berikut : (1) Adanya aspek informasi, bukan hasil sebuah rekayasa buatan manusia
kualitas informasi merupakan faktor utama atau artificial.
yang dibutuhkan bagi wisatawan, karena pada Kriteria daya tarik wisata yang diajukan
dasarnya motif utamanya adalah mencari diatas seringkali telah dimiliki kawasan geologi
sesuatu hal yang baru sebagai upaya yang memiliki status sebagai geopark Nasional.
pengkayaan diri. Bagi wisatawan dengan motif Karena, sebuah geopark tentu sudah melewati
petualangan aspek infrmasi juga menjadi syarat tahap-tahap asesment, atau penilaian dengan
mutlak bagi penyelenggaraan wisata alam, standarisasi ketat dari berbagai organisasi yang
karena mereka selalu membutuhkan informasi berwenang termasuk UNESCO. Geopark
tentang gejala alam untuk mengntisipasi merupakan wilayah kawasan lindung berskala
timbulnya bahaya. Aspek informasi juga nasional yang mengandung sejumlah situs
berhubungan dengan faktor keselamatan, warisan geologi penting, yang memiliki daya
contohnya dalam pemsangan alat transmiter tarik keindahan dan kelangkaan tertentu, yang
yang dipasang di daerah Dieng Jawa Tengah. dapat dikembangkan sebagai bagian dari
Melalui alat transmiter tersebut, suhu gas pada konsep integrasi konservasi, pendidikan dan
kawah Dieng dapat ditransmisikan oleh radio

Inarxiv : https://osf.io/preprints/inarxiv/p5euf
pengembangan ekonomi lokal (UNESCO, digadang-gadang menjadi pilar pembangunan
2006). ekonomi nasional; (4) Aspek pendidikan.
Untuk dapat bergabung dalam wadah Sebuah geopark harus menyediakan dan
Global Geopark Nerwork (GGN), UNESCO mendukung peralatan dan kegiatan untuk
menetapkan beberpa kriteria yang sebelumnya pengembangan ilmu pengetahuan, terutama
harus dipenuhi, diantaranya : (1) Ukuran pengetahuan geo-science dan konsep
parameter daerah. Ukuran parameter daerah perlindungan kepada publik. Beberapa
yang akan dijadikan geopark harus memiliki infrastruktur dasar, seperti pusat informassi,
batas yang jelas, luas permukaan cukup besar museum, serta pengembangan rute gropark
untuk mencakup aktivitas pengembangan penting untuk mendukung pendikikan publik;
budaya dan ekonomi. Selain itu, kawasan yang (5) Aspek konservasi lingkungan. Selain
diajukan sebagai geopark harus memiliki situs sebagai kawasan lindung, geopark adalah
warisan geologi yang penting dan berskala sarana pembangunan sosio-ekonomi lokal.
internasional, memiliki kelangkaan, nilai Pengelola kawasan geopark bertanggung jawab
ilmiah dan keindahan. Termasuk adanya untuk memastikan perlindungan warisan
integrasi dengan kearifan tata budaya geologi telah dilaksanakan sesuai dengan nilai-
masyarakat lokal sekitar; (2) Adanya nilai tradisi lokal dan sesuai ketentuan yang
manajemen pengelolaan. Prasarat geopark berlaku. Pencagaran fenomena geologi yang
termasuk adanya badan manajemen dan sebuah memiliki nilai historis sangat diperlukan dalam
rencana pembangunan yang komprehensif; (3) pengelolaan geopark.
Pembangunan ekonomi. Salah satu tujuan Kedua kriteria, daya tarik wisata alam
strategis dari pembentukan geopark adalah dan kriteria geopark dapat diambil jalan
merangsang kegiatan ekonomi dan tengahnya sebagai kriteria daya tarik geowisata.
mempromosikan pembangunan berkelanjutan. Sehingga kriteria daya tarik geowisata diajukan
Seperti halnya tujuan pariwisata yang selalu seperti tabel berikut :

Tabel 1. Perumusan kriteria geowisata


Kriteria daya tarik wisata alam Kriteria geopark Geowisata
Aspek informasi Aspek pendidikan (geo-science) Adanya aspek informasi dan
pengkayaan ilmu pengetahuan
kegeologian (geo-science)
Keanekaragaman daya tarik Ukuran parameter daerah Adanya keanekaragaman daya
tarik dalam satu kawasan
Keindahan, keaslian dan keunikan Ukuran parameter daerah : Keindahan, keaslian, nilai ilmiah,
alam memiliki kelangkaan, nilai ilmiah dan keunikan alam
dan keindahan
Potensi petualangan - Petualangan berbasis alam geologi
Ekosistem yang alami Aspek konservasi lingkungan Adanya ekosistem yang alami dan
dijaga melalui kegiatan/
menajemen wisata berbasis
konservasi
- Adanya manajemen pengelolaan Adanya manajemen pengelolaan
- Pembangunan ekonomi Pembangunan ekonomi
berkelanjutan berkelanjutan

Melihat tabel diatas, dapat disimpulkan pada secara umum juga kekurangan dari kriteria
bahwa pada prinsipnya kriteria daya tarik geopark.
wisata alam dengan keriteria geopark telah Selain itu, dalam operasional kegiatan
memiliki kemiripan satu sama lain, hanya saja geowisata dapat mengadaptasi pola wisata
masih terdapat satu dua aspek yang tidak minat khusus. Pada prinsipnya, pariwisata
dimiliki satu sama lain. Oleh karena itu, minat khusus adalah pariwisata yang
perumusan kriteria geowisata melengkapi mempunyai kaitan dengan petualangan
kekurangan dari kriteria daya tarik wisata alam (adventure) serta unsur pengkayaan wisatawan
berupa pengetahuan dan pengalaman baru.

Inarxiv : https://osf.io/preprints/inarxiv/p5euf
Unsur-unsur wisata minat khusus yang Wisata geologi (geowisata) dapat
diajukan oleh Fandeli dalam Sudana (2013) dijadikan media bagi sosialisasi ilmu
sebagai berikut : (1) Learning, pariwisata pengetahuan alam, pendidikan lingkungan,
menekankan pada unsur belajar sebagai daya serta pelestarian alam yang pada akhirnya
tarik utamanyanya. Dalam kasus geowisata, diharapkan akan terwujud pembangunan
yang dipelajari dapat berupa bentang alam pariwisata geologi yang berkelanjutan.Prinsip-
geologi : baik struktur geologinya, stratifigrafi, prinsip yang harus diperhatikan dalam
topografinya, jenis batuanya, kandunngan perencanaan, pengembangan dan pengelolaan
mineralnya dan lain sebagainya. Wisatawan geowisata yang harus menjadi pedoman
juga dapat diajak untuk mempelajari porses- manajemen sebagai berikut.
proses terbentuknya fenomena geologi diatas, Prinsip pertama, objek geologi yang
serta mempelajari keterkaitanya dengan pola dijadikan sebagai daya tarik geowisata benar-
kehidupan masyarakat dan sebagainya; (2) benar merupakan bentukkan hasil proses
Enriching, pariwisata yang memasukkan geologi. Geowisata membutuhkan bentang
peluang terjadinya pengkayaan pengetahuan alam yang asli dan alami, bukan alam buatan
antara wisatawan dengan masyarakat. Wisata di hasil rekayasa manusia atau artifisial. Keaslian
kawasan geopark, tidak selamanya berinteraksi dalam daya tarik berbasis alam telah disinggung
dengan benda mati (alam non hayati), akan dalam kriteria daya tarik wisata alam yang telah
tetapi interaksi dengan masyarakat lokal sekitar disampaikan sebelumnya. Bahwa kriteria daya
juga cukup penting, sehingga mampu tarik wisata alam haruslah memiliki nilai
memberikan pengalaman yang lebih bernilai keaslian (originalitas dan otentisitas). Aspek
bagi wisatawan; (3) Rewarding, pariwisata fisik yang dijadikan daya tarik wisata tersebut
yang memasukkan unsur pemberian dapat berupa kondisi geologis, jenis-jenis
penghargaan. Idealnya dalam kegiatan batuan beserta kandungan mineral didalamnya,
geowisata, aktifitas tour yang ditawarkan atau hal lain yang masih berhubungan dengan
adalah paket wisata yang mampu geologi.
menumbuhkan kesadaran (awareness) bagi Prinsip kedua, pengelolaan geowisata
wisatawan serta tuan rumah wsiata untuk lebih harus suistanable, artinya pengembangan dan
mencintai alam, menjaga kelestarianya, serta pengelolaan geowisata haruslah berkelanjutan
kepedulian untuk mendukung konservasi agar kelestariannya dapat terjaga. Tidak hanya
sumber daya alam langka dalam kasus dalam pariwisata, dalam bisnis manapun
fenomena geologi tertentu; (4) Adventuring, kelangsungan jangka panjang merupakan
pariwisata yang dirancang dan dikemas pertimbangan utama dalam pengeloalaanya.
sehingga terbentuk wisata petualangan. Konsep pembangunan jangka panjang yang
Kekeliruan yang umum dalam dimaksud adalah pembangunan yang
perencanaan destinasi alam konvensional berkelanjutan. Pembangunan yang
adalah menambah berbagai kemudahan bagi berkelanjutan adalah pembangunan untuk
wisatawan dengan membangun fasilitas wisata memenuhi kebutuhan hidup saat ini tanpa
disana-sini pada saat destinasi wisata mulai merusak atau menurunkan kemampuan
laku. Hal itu belum tentu benar, fakta generasi mendatang dalam memenuhi
menujukan bahwa wisatawan petualang justru kebutuhan hidupnya (World Commission on
tidak terlalu peduli terhadap sarana wisata saat Environmenoutal and Development, 1987 dan
berkunjung ke destinasi wisata alam, melainkan Komisi PBB untuk Pembangunan
pengalaman dari sajian daya tarik yang cukup Berkelanjutan 1999). Rumusan yang lebih
menantang menjadi alasan utama mereka untuk spesifik dalam pariwisata berkelanjutan adalah
berwisata (Hermawan, 2017). Dalam hal ini, memenuhi kebutuhan wisata saat ini sekaligus
pembagunan sarana memang penting, akan melindungi dan meningkatkan peluang
tetapi disesuaikan dengan kebutuhan pokok pemenuhan kebutuhan pariwisata masa depan,
wisatawan. Apakah diperlukan? atau dengan sekaligus terjaga kelangsungan alam, adil bagi
berbagai kemudahan (sarana wisata) justru ekonomi dan sosial budaya masyarakat. Prinsip
menghilangkan aspek petualangan yang dicari ini dipertimbangkan dalam manajerial untuk
wisatawan. mengelola semua sumber daya sedemikian
rupa, sehingga ekonomi, sosial, dan kebutuhan

Inarxiv : https://osf.io/preprints/inarxiv/p5euf
estetika dapat terpenuhi dengan tetap menjaga yang dapan dinikmati seperti : pertumbuhan
nilai-nilai kearifan budaya, perlindungan ekonomi, kemajuan nilai sosial-budaya,
ekologis penting, keragaman unsur biologi peningkatan kualitas lingkungan atau lainnya
serta sistem pendukung kehidupan lainya (Hermawan, 2016; Hermawan, 2016a).
(Insula dalam Berno & Bricker, 2001). Dengan geowisata diharapkan proses
Prinsip ketiga, upaya menjadikan pembangunan di daerah wisata tersebut
geowisata sebagai kegiatan pariwisata minat semakin meningkat. Salah satu model tata
khusus dengan memanfaatkan seluruh potensi pengelolaan yang cocok untuk geowisata
sumber daya alam, sehingga diperlukan dengan mengadopsi pariwisata berbasis
peningkatan pengayaan wawasan dan kerakyatan/ masyarakat, atau dikenal dengan
pemahaman proses fenomena fisik alam. Community Based Tourism (CBT). Dalam
Contoh objek geowisata adalah gunung berapi, CBT, pariwisata diinisiasi bersama masyarakat
danau, air panas, pantai,sungai, dan lain- lokal, dikembangkan oleh masyarakat lokal,
lain.yang di dalamnya tentu saja memiliki dan benefit dari pariwisata diharapkan dapat
aspek dalam bidang pendidikan sebagai dinikmati masyarakat lokal sendiri (“Kyrgyz
pengetahuan geodiversity keragaman warisan Community Based Tourism,” n.d., diakses
bumi yang perlu dilestarikan (Nainggolan, tanggal 15 Agustus 2016); (ASEAN
2016a). Community Based Tourism Standart 2016).
Destinasi geowisata sebaiknya Prinsip kelima adalah Tourist
dilengkapi dengan sistem informasi yang jelas satisfaction. Mewujudkan kepuasan wisatawan
dan mudah dipahami. Dengan sistem informasi berarti pengelolaan geowisata dapat
yang baik, misalnya tentang sejarah memberikan kepuasan lahir dan batin bagi
terbentuknya bentukkan geologi, diharapkan wisatawan yang mengunjunginya. Kepuasan
wisatawan paham akan proses proses alam yang wisatawan dapat diperoleh dengan tata kelola
terjadi. Dengan adanya informasi, masyarakat wisata yang bagus, setidaknya mampu
juga diharapkan sadar untuk tidak merusak menyajikan daya tarik wisata yang indah, unik,
keindahan lingkungan di sekitar geowisata. asli dan bernilai edukasi disertai dengan sarana
Education Tour merupakan bentuk prasarana pendukung yang tepat guna dan
pengemasan tour yang cocok dengan didukung pelayanan prima (Hermawan, 2017).
geowisata. Education Tour merupakan suatu Peningkatan keselamatan juga dianggap
perjalanan wisata yang dimaksudkan untuk sebagai upaya yang sangat tepat dalam
memberikan gambaran, studi perbandingan menjamin kepuasan wisatawan terhadap
ataupun pengetahuan mengenai bidang destinasi wisata.
pendidikan atau ilmu yang dikunjunginya. Untuk mendukung keselamatan
Education tour ini dilakukan untuk wisatawan dapat dilakukan dengan upaya
mengembangkan wawasan dan ilmu minimalisasi risiko bahaya dan kecelakaan
pengetahuan bagi para pelakunya. Pelaku yang dengan mengadaptasi anjuran dalam
melakukan perjalanan wisata pendidikan guidelines for safe recreational water (2003).
biasanya tidak terlalu mementingkan Pencegahan resiko kecelakaan dapat dilakukan
kemewahan yang berlebihan dalam melakukan dengan peningkatan keselamatan. Peningkatan
kegiatan perjalanan. Namun menuntut keselamatan tersebut dapat diintervensi dengan
pengkayaan diri yang lebih, berupa ilmu lima pendekatan yaitu : (1) Pekerjaan/
pengetahuan dan pengalaman baru. perekayasaan (engineering); (2) Memperkuat
Prinsip keempat adalah locally beneficial (enforment); (3) Pendidikan (education); (4)
(bermanfaat secara lokal). Yang bermakna Tindakan untuk memberanikan
bahwa keberadaan geowisata diharapkan (encouragement); dan (5) Kesiapan bahaya
mampu memberikan manfaat bagi masyarakat/ (emergency preparadness).
komunitas yang berada di sekitarnya. Manfaat
tersebut dapat berupa kontribusi dampak positif

Jika digambarkan, maka rumusan model pengelolaan geowisata yang diajukan sebagai berikut :

Inarxiv : https://osf.io/preprints/inarxiv/p5euf
Manajemen Geowisata :

Struktur 1.Pengembangan atraksi geowisata & Konservasi lingkungan;


Geologi 2.Pembangunan pariwisata berkelanjutan & keterlibatan
masyarakat; 3. Safety manajement; 4.service excelent disertai
sarana prasarana pendukung yang tepat guna
Syarat destinasi

Stratifigrafi 1.Adanya aspek informasi dan


pengkayaan ilmu pengetahuan
Aktifitas Geowisata :
kegeologian (geo-science);
2.Adanya keanekaragaman daya
tarik dalam satu kawasan; 1.Pembelajaran kegeologian sebagai daya tarik utama;
3.Keindahan, keaslian, nilai 2.Pengkayaan pengetahuan (wisatawan-masyarakat);
ilmiah, dan keunikan alam 3.Penghargaan dan pelestarian alam; 4.Petualangan lintas alam
Topografi (geologi); 4.Peluang untuk
petualangan alam; 5.Adanya
ekosistem yang alami dan dijaga
melalui kegiatan/ menajemen
wisata berbasis konservasi

Batuan &
kandungan Output
mineral
Peningkatan pengetahuan dan Kepuasan wisatawan, Kelestarian
lingkungan, Kesejahteraan ekonomi masyarakat lokal, Pariwisata
yang berkelanjutan

Bagan diatas menunjukan bahwa, pengeloaan Aktifitas Geowisata yang dapat dikembangkan
geowisata berada dalam lima fokus utama, di destinasi meliputi : (1) Pembelajaran
yaitu merumuskan potensi alam yang dapat kegeologian; (2) Kegiatan yang mampu
digunakan untuk kegiatan geowisata (bisa memberi pengkayaan pengetahuan (wisatawan-
memakai kawasan yang berstatus geopark), masyarakat) khususnya terkait dengan aspek
merumuskan kriteria-kriteria destinasi kegeologian yang menjadi daya tarik wisata (3)
geowisata, manajemen geowisata, merumuskan Kegiatan penghargaan dan pelestarian atau
aktifitas dalam kegiatan geowisata, dan terakhir konservasi alam (4) Petualangan lintas alam.
mengenai indikator keberhasilan atau dari Hal ini harus diriringi dengan pengelolaan oleh
output geowisata. manajemen profesional dalam hal (1)
Potensi atau fenomena geologi yang Pengembangan atraksi geowisata & Konservasi
dapat dijadikan daya tarik wisata meliputi : (1) lingkungan; (2) Pembangunan pariwisata
struktur geologi; (2) stratifigrafi; (3) topografi, berkelanjutan & keterlibatan masyarakat; (3)
(4) termasuk juga batuan, fosil, dan material Safety manajement; (4) Service excelent
yang terkandung didalamnya. disertai sarana prasarana pendukung
Keempat fenomena diatas hendaknya
Aktifitas geowisata diharapkan dapat
memenuhi kriteria-kriteria untuk
memberi output manfaat yang meliputi : (1)
dikembangkan sebagai destinasi geowisata.
Manfaat pada kelestarian alam, dan fenomena
Kriteria destinasi geowisata sebagai berikut :
geologi yang menjadi daya tarik wisata; (2)
(1) Adanya aspek informasi dan pengkayaan
Tercapainya kepuasan wisatawan melalui
ilmu pengetahuan kegeologian (geo-science);
pengalaman bewisata dan pengkayaan
(2) Adanya keanekaragaman daya tarik dalam
pengetahuan yang didapat selama berwisata;
satu kawasan; (3) Keindahan, keaslian, nilai
(3) Peningkatan kesejahteraan ekonomi
ilmiah, dan keunikan alam (geologi); (4)
masyarakat; (4) Terwujudnya pengelolaan
Peluang untuk petualangan alam; (5) Adanya
pariwisata yang berkelanjutan.
ekosistem yang alami dan dijaga melalui
kegiatan/ menajemen wisata berbasis
konservasi PENUTUP
Geowisata mencoba dihadirkan sebagai
sebuah solusi bagaimana memanfaatkan

Inarxiv : https://osf.io/preprints/inarxiv/p5euf
kekayaan geologi beserta berbagai profesional dalam hal (1) Pengembangan
dinamikanya untuk kegiatan wisata dan atraksi geowisata & Konservasi lingkungan; (2)
ekonomi yang berwawasan lingkungan. Pembangunan pariwisata berkelanjutan &
Paradigma dalam pengelolaan geowisata keterlibatan masyarakat; (3) Safety
adalah bagaimana pengelolaan pariwisata manajement; (4) service excelent disertai
mampu mengoptimalkan potensi alam sarana prasarana pendukung
(geologi) menjadi bernilai tambah bagi
Aktifitas geowisata diharapkan dapat
kesejahteraan ekonomi masyarakat lokal,
memberi output manfaat yang meliputi : (1)
sekaligus mampu menekan seminimal mungkin
potensi kerusakan alam. Manfaat pada kelestarian alam, dan fenomena
Oleh karena itu, artikel ini mencoba geologi yang menjadi daya tarik wisata; (2)
merekomendasikan model pengelolaan Tercapainya kepuasan wisatawan melalui
geowisata. Pengeloaan geowisata berada dalam pengalaman bewisata dan pengkayaan
lima fokus utama, yaitu merumuskan potensi pengetahuan yang didapat selama berwisata;
alam yang dapat digunakan untuk kegiatan (3) Peningkatan kesejahteraan ekonomi
geowisata (bisa memakai kawasan yang masyarakat; (4) Terwujudnya pengelolaan
berstatus geopark), merumuskan kriteria- pariwisata yang berkelanjutan.
kriteria destinasi geowisata, manajemen
geowisata, merumuskan aktifitas dalam DAFTAR PUSTAKA
kegiatan geowisata, dan terakhir mengenai Adom, Y. A., Jussem, B., Pudun, J., & Azizan,
indikator keberhasilan atau dari output Y. (2012). Factors that Influence
geowisata. Visitor’s Satisfaction Toward Kuching
Potensi atau fenomena geologi yang Waterfront. Journal for the Advancement
dapat dijadikan daya tarik wisata meliputi : (1) of Scient & Art, 45.
struktur geologi; (2) stratifigrafi; (3) topografi, Ahman Sya, M. (2012). Geologi Pariwisata.
(4) termasuk juga batuan, fosil, dan material Bandung: Universitas BSI Press.
yang terkandung didalamnya. ASEAN Community Based Tourism Standart.
Keempat fenomena diatas hendaknya (2016). Jakarta: ASEAN Secretariat.
memenuhi kriteria-kriteria untuk Retrieved from public@asean.org
dikembangkan sebagai destinasi geowisata. Basiya, R., & Rozak, H. A. (2012). Kualitas
Kriteria destinasi geowisata sebagai berikut : Daya Tarik Wisata, Kepuasan dan Niat
(1) Adanya aspek informasi dan pengkayaan Kunjungan Kembali Wisatawan
Mancanegara di Jawa Tengah. Jurnal
ilmu pengetahuan kegeologian (geo-science);
Ilmiah Dinamika Kepariwisataan, 11(2).
(2) Adanya keanekaragaman daya tarik dalam Berno, T., & Bricker, K. (2001). Sustainable
satu kawasan; (3) Keindahan, keaslian, nilai Tourism Development: The Long Road
ilmiah, dan keunikan alam (geologi); (4) from Theory to Practice. International
Peluang untuk petualangan alam; (5) Adanya Journal of Economic Development, 3(3),
ekosistem yang alami dan dijaga melalui 1–18.
kegiatan/ menajemen wisata berbasis Darsono, R. (2015). Pengaruh Kualitas Daya
konservasi Tarik Wisata terhadap Tingkat Kepuasan
Aktifitas Geowisata yang dapat Wisatawan, Studi Kasus di Waduk
dikembangkan di destinasi meliputi : (1) Jatiluhur-Kabupaten Purwakarta.
Pembelajaran kegeologian; (2) Kegiatan yang JURNAL NASIONAL PARIWISATA,
mampu memberi pengkayaan pengetahuan 5(1), 14–22.
Darsoprajitno, S. (2002). Ekologi Pariwisata.
(wisatawan-masyarakat) khususnya terkait
Bandung: Penerbit Angkasa.
dengan aspek kegeologian yang menjadi daya
Dirgantara, A. R. (2012). Peran Interpreter
tarik wisata (3) Kegiatan penghargaan dan dalam Kegiatan Geowisata: Studi Kasus
pelestarian atau konservasi alam (4) Gunung Tangkuban Perahu. Retrieved
Petualangan lintas alam. Hal ini harus diriringi from www.academia.edu
dengan pengelolaan oleh manajemen Guidelines for Safe Recreational Water.

Inarxiv : https://osf.io/preprints/inarxiv/p5euf
Volume 1, Coastal and Fresh Waters. Pendit, N. S. (2002). Ilmu Pariwisata. Jakarta:
(2003). Risk Management (Vol. 1). P.T Pradnya Paramita.
Hendratno, A. (2004). Peluang Pemanfaatan Pitana, I. (2009). Pengantar Ilmu Pariwisata.
Data Geologi dan Sumberdaya Mineral Yogyakarta: andi.
dalam Pembangunan Wilayah. In Pitana, I. G., & Putu, G. (2009). Sosiologi
Seminar Geologi Nuklir dan Sumberdaya Pariwisata. Yogyakarta: Andi.
Tambang. Jakarta: Pusat Pengembangan Purbohadiwijoyo, M. M. (1967).
Bahan Galian dan Geologi Nuklir- Hydrogeology of Strato-volcanoes: A
BATAN. Retrieved from Geomorphic Approach. In Memoires IAH
http://www.iaea.org/inis/collection/NCL Congress 1965 (pp. 293–298).
CollectionStore/_Public/39/123/3912307 Seminar Nasional Tentang Geowisata. (1990).
6.pdf In Seminar Nasional Tentang Geowisata.
Hermawan, H. (2016a). Dampak Pusat Penelitian dan Pengembangan
Pengembangan Desa Wisata Geologi (P3G) : Departemen Energi dan
Nglanggeran Terhadap Ekonomi Mineral Republik Indonesia.
Masyarakat Lokal. Jurnal Pariwisata, Stevianus, S. (2014). Pengaruh Atraksi Wisata,
3(2), 105–117. Fasilitas Dan Kualitas Pelayanan
Hermawan, H. (2016b). Dampak Terhadap Kepuasan Pengunjung Di
Pengembangan Desa Wisata Taman Margasatwa Ragunan Jakarta.
Nglanggeran Terhadap Sosial Budaya Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, 19(3).
Masyarakat Lokal. In Seminar Nasional Sudana, I. P. (2013). Strategi Pengembangan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Desa Wisata Ekologis Di Desa
Komputer Nusa Mandiri Pertama Tahun Belimbing, Kecamatan Pupuan
2016 (Vol. 1, pp. 426–435). SNIPTEK Kabupaten Tabanan. Analisis Pariwisata,
Nusa Mandiri. 13(1), 11–31.
Hermawan, H. (2017). Pengaruh Daya Tarik Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009
Wisata, Keselamatan dan Sarana Wisata Tentang Kepariwisataan, Sekretariat
Terhadap Kepuasan serta Dampaknya Negara. Jakarta § (2009). Indonesia.
terhadap Loyalitas Wisatawan : Studi UNESCO. (2006). Guidelines and Criteria for
Community Based Tourism di Gunung National Geoparks seeking UNESCO’s
Api Purba Nglanggeran. Wahana assistance to join the Global Geoparks
Informasi Pariwisata : Media Wisata, Network (GGN).
15(1), 562–577. World Commission on Environmenoutal and
Hermawan, H., & Brahmanto, E. (2018). Development. (1987) (Our Common).
GEOWISATA : Perencanaan Pariwisata Oxford University Press.
Berbasis Konservasi. Jawa Tengah: Jawa
Tengah: Penerbit NEM. PROFIL PENULIS
Hidayat, N. (2002). Analisis Pengelolaan Hary Hermawan, lahir di Sleman pada
Kawasan Eksokarst Gunungkidul tanggal 30 September 1990. Saat ini penulis
sebagai Kawasan Geowisata. Institut bekerja sebagai dosen di Sekolah Tinggi
Pertanian Bogor. Pariwisata AMPTA Yogyakarta. Penulis juga
Kyrgyz Community Based Tourism. (2017). aktif dalam kegiatan penelitian dengan bidang
Retrieved from www.cbtkyrgyztan.kg keahlian manajemen pariwisata, karya lain
Naidoo, P., Ramseook-Munhurrun, P., & yang pernah diterbitkan penulis adalah buku
Seegoolam, P. (2011). An Assessment of yang berjudul “Geowisata : Perencanaan
Visitor Satisfaction with Nature-Based Pariwisata Berbasis Konservasi” dan
Tourism Attractions. “Pengantar Manajemen Hospitality.”
Nainggolan, R. (2016a). Informasi Geologi
Lingkungan Berbasis Partisipasi
Masyarakat debagai Kawasan Geowisata
Danau Toba di Kabupaten Samosir.
Jurnal Penelitian Pendidikan Sosial Dan
Humaniora, 1(1), 22–28.

Inarxiv : https://osf.io/preprints/inarxiv/p5euf

You might also like