You are on page 1of 23

Presentasi Kasus

ABNORMAL LABOR

Distosia Kelainan Letak Janin : Letak Sungsang

Oleh :

Fuka Priesley 1410311116


A Harits Tampubolon 1740312605

Pembimbing :

dr. Hudila Rifa Karmia , Sp.OG

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG
2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus yang berjudul

“Abnormal Ginekologi”. Laporan Kasus ini ditujukan sebagai salah satu syarat

untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik di bagian Obstetri dan Ginekologi.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Hudila Rifa Karmia,,

Sp.OGsebagai pembimbing yang telah membantu dalam penulisan laporan kasus

ini. Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih banyak kekurangan, oleh

karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang membaca

demi kesempurnaan laporan kasus ini. Penulis juga berharap laporan kasus ini

dapat memberikan dan meningkatkan pengetahuan serta pemahaman tentang

“Abnormal Labor” terutama bagi penulis sendiri dan bagi rekan-rekan sejawat

lainnya.

Padang, Juli 2018

Penulis

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persalinan normal suatu keadaan fisiologis, normal dapat berlangsung

sendiri tanpa intervensi penolong. Kelancaran persalinan tergantung 3 faktor ”P”

utama yaitu kekuatan ibu (power), keadaan jalan lahir (passage) dan keadaan janin

(passanger). Faktor lainnya adalah psikologi ibu (respon ibu ), penolong saat

bersalin, dan posisi ibu saat persalinan.

Dengan adanya keseimbangan atau kesesuaian antara faktor-faktor "P"

tersebut, persalinan normal diharapkan dapat berlangsung. Bila ada gangguan

pada satu atau lebih faktor “P” ini, dapat terjadi kesulitan atau gangguan pada

jalannya persalinan.

Kelambatan atau kesulitan persalinan ini disebut distosia. Salah satu

penyebab dari distosia karena adalah kelainan janin. Distosia berpengaruh buruk

bagi ibu maupun janin. Pengenalan dini dan penanganan tepat akan menentukan

prognosis ibu dan janin.

1.2 Rumusan Masalah

Laporan kasus ini membahas mengenai definisi, epidemiologi, etiologi,

patogenesis, gejala klinis, diagnosis, diagnosis banding, penatalaksanaan dan

prognosis abnormalitas labor : janin letak sungsang

3
1.3 Tujuan Penulisan

Penulisan laporan kasus ini bertujuan untuk menambah pengetahuan penulis

tentang abnormalitas labor : janin letak sungsang

1.4 Metode Penulisan

Metode yang dipakai adalah tinjauan kepustakaan dengan merujuk kepada

beberapa literatur berupa buku teks, jurnal dan makalah ilmiah.

4
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Persalinan dan Persalinan Abnormal

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat

hidup, dari dalam uterus melalui vagina atau jalan lain ke dunia luar. Persalinan

normal atau spontan adalah bayi lahir melalui vagina dengan letak belakang

kepala atau ubun-ubun kecil, tanpa memakai alat atau pertolongan istimewa, serta

tidak melukai ibu maupun bayi (kecuali episiotomi), berlangsung dalam waktu

kurang dari 24 jam.1

Persalinan ditentukan oleh 3 faktor utama diantaranya: 2

1. Power (His)

His adalah gelombang kontraksi ritmis otot polos dinding uterus yang

dimulai dari daerah fundus uteri di mana tuba falopii memasuki dinding

uterus, awal gelombang tersebut didapat dari ‘pacemaker’ yang terdapat di

dinding uterus daerah tersebut. Resultante efek gaya kontraksi tersebut

dalam keadaan normal mengarah ke daerah lokus minoris yaitu daerah

kanalis servikalis (jalan laihir) yang membuka, untuk mendorong isi uterus

ke luar.

Terjadinya his, akibat :

1. kerja hormon oksitosin

2. regangan dinding uterus oleh isi konsepsi

3. rangsangan terhadap pleksus saraf Frankenhauser yang tertekan massa

konsepsi.

5
His yang baik dan ideal meliputi :

1. kontraksi simultan simetris di seluruh uterus

2. kekuatan terbesar (dominasi) di daerah fundus

3. terdapat periode relaksasi di antara dua periode kontraksi.

4. terdapat retraksi otot-otot korpus uteri setiap sesudah his

Tabel 1.Sifat His Pada Fase Persalinan

Fase Persalinan Frekuensi Amplitudo Lama

Kala I Awal (laten) 1x/10 menit 40 mmHg 20-30 detik

Lanjut (aktif) 2-4x/10 menit 60 mmHg 60-90 detik

Kala II 3-4x/10 menit 60 mmHg 60 mmHg

Kala III Berkurang 60-80mmHg 60-80 mmHg

2. Passage (Keadaan Jalan Lahir)

Dari kelima tipe panggul wanita, tipe ginekoid merupakan tipe yang paling

mudah dalam persalinan, dimana diameter sagital posterior pintu atas

panggul hanya sedikit lebih pendek dari diameter sagitalanteriornya.

3. Passanger (Keadaan Janin)

Keadaan janin meliputi letak, presentasi, ukuran, berat janin, serta ada atau

tidaknya kelainan anatomi mayor.

Dengan adanya keseimbangan berbagai faktor tersebut, persalinan normal

diharapkan dapat berlangsung. Apabila terjadi gangguan pada salah satu atau lebih

dari faktor “P” tersebut maka akan mengakibatkan kesulitan atau keterlambatan

dalam persalinan yang disebut persalinan abnormal (distosia).

6
Distosia dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu :

1. Distosia kelainan tenaga

 Hypotonic uteric contraction

 Hypertonic uteric contraction

 Incoordinate uteric contraction

2. Distosia kelainan letak dan bentuk janin

3. Distosia kelainan tulang panggul

2.2 Letak Sungsang

2.2.1 Definisi letak sungsang

Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang

dengan kepala berada di fundus uteri dan bokong, kaki atau keduanya berada di

bagian bawah kavum uteri. Insiden letak sungsang berkisar antara 3-4% dari

kehamilan tunggal aterm (>37 minggu) yang mana presentasi bokong adalah yang

paling sering dijumpai. Pada kehamilan <28 minggu presentasi bokong ditemukan

pada 25-30% dan sebagian besar akan berubah menjadi presentasi kepala setelah

usia kehamilan 34 minggu.

2.2.2 Faktor Resiko Letak Sungsang

Faktor resiko letak sungsang :

 Prematuritas, karena presentasi bokong relative sering terjadi sebelum usia

gestasi 34 minggu

 Abnormalitas struktur uterus, misalnya akibat distorsi rongga uterus oleh

septum atau jaringan fibroid.

7
 Polihidraminon. Distensi rongga uterus yang berlebihan sehingga dapat

menyebabkan presentasi bokong.

 Plasenta Previa, plasenta menutupi jalan lahir yang dapat mengurangi

ruang pada bagian bawah uterus.

 Multiparitas. Pernah melahirkan anak sebelumnya sehingga membuat

uterus lebih elastis dan janin dapat mengubah posisinya.

 Mioma uteri

 Kehamilan multiple. Kehamilan kembar membatasi ruang yang tersedia

untuk perputaran janin. Sehingga salah satu janin atau lebih memiliki

presentasi bokong.

 Anomali janin (annensefali, hidrosefalus). Pada hidrosefalus terjadi

pengkatan ukuran kepala janin sehingga cenderung terakomodasi kearah

fundus.

 Riwayat presentasi bokong sebelumnya

 Bobot janin relative rendah sehingga bebas bergerak.

2.2.3 Klasifikasi Letak Sungsang

Berikut ini adalah klasifikasi dari letak sungsang :

1. Letak bokong murni (Frank breech), yaitu bokong saja menjadi bagian

ternawah janin, sedangkan kaki lurus ke atas.

8
Gambar 1. Letak bokong murni

2. Letak bokong kaki (Complete breech), yaitu apabila disamping bokong

teraba kedua kaki atau satu kaki saja

Gambar 2. Letak bokong kaki

3. Letak lutut presentasi lutut

Gambar 3. Letak lutut presentasi lutut

9
4. Letak kaki presentasi kaki (Inomplete breech presentation)

Gambar 4. Letak kaki, presentasi kaki

2.2.4 Patofisiologi

Letak janin di dalam uterus bergantung pada adaptasi janin di dalam

uterus. Pada kehamilan <32 minggu cairan amnion relatif lebih banyak sehingga

membuat janin dapat bebas bergerak dan dapat menempatkan diri menjadi

presentasi kepala, letak sungsang atau letak lintang. Pada trimester akhir

perkembangan janin cepat dan jumlah cairan amnion berkurang sehingga karena

bokong dan kedua tungkai yang terlipat lebih besar dari kepala akan menempati

fundus sebagai tempat yang lebih luas dan kepala akan menempati segmen bawah

uterus yaitu bagian yang lebih sempit. Kejadian fisiologis tersebut dapat tidak

terjadi apabila ibu atau janin memiliki faktor resiko sungsang.

2.3.5 Diagnosis

Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan perabdominal pada palpasi di

bagian bawah teraba bagian yang kurang keras dan kurang bundar, sementara di

fundus teraba bagian yang keras, bundar dan melenting. Denyut jantung janin

terdengar di atas pusat. Pemeriksaan USG atau rontgen dapat mengetahui letak

10
yang sebenarnya pada pemeriksaan pervaginam teraba bagian lunak anus juga

akan teraba bagian sakrum.

Diagnosis letak sungsang pada umumnya tidak sulit. Pasa pemeriksaan

luar, di bagian bawah uterus tidak dapat diraba bagian keras dan bulat, yakni

kepala, dan kepala teraba di fundus uteri. Kadang-kadang bokong janin teraba

bulat dan dapat memberi kesan seolah-olah kepala, tetapi bokong tidak dapat

digerakkan semudah kepala. Seringkali wanita tersebut menyatakan bahwa

kehamilannya terasa lain daripada yang terdahulu, karena terasa penuh di bagian

atas dan gerakan terasa lebih banyak di bagian bawah. Denyut jantung janin pada

umumnya ditemukan setinggi atau sedikit lebih tinggi daripada umbilicus.

Apabila diagnosis letak sungsang dengan pemeriksaan luar tidak dapat

dibuat, karena misalnya dinding perut tebal, uterus mudah berkontraksi atau

banyaknya air ketuban, maka diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan

dalam. Apabila masih ada keragu-raguan, harus dipertimbangkan untuk

melakukan pemeriksaan ultrasonografik. Setelah ketuban pecah, dapat diraba

lebih jelas adanya bokong yang ditandai dengan adanya sacrum, kedua tuber ossis

iskii, dan anus. Bila dapat diraba kaki, maka harus dibedakan dengan tangan. Pada

kaki terdapat tumit, sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari yang letaknya tidak

sejajar dengan jari-jari lain dan panjang jari kurang lebih sama dengan panjang

telapak tangan.

2.3.6 Penanganan Letak Sungsang

 Letak Sungsang pada Masa Kehamilan

Tujuannya yaitu mencegah presentasi bokong pada saat persalinan.

Terdapat tiga cara yang digunakan untuk mengubah presentasi bokong

11
menjadi presentasi kepala (1). Versi luar, (2). Moksibusi dan atau

akuputur, (3). Posisi dada lutut pada ibu.

Versi luar adalah prosedur yang digunakan dengan menggunakan

tekanan atau manufer tertentu pada perut ibu untuk mengubah presentasi

kepala. Bukti tentang manfaat dan keamanan tindakan versi luar dinilai

sudah cukup memadai, sehingga tindakan ini dapat dilakukan jika

menemukan kehamilan >34 minggu dengan letak sungsang.

Gambar 5. Tindakan Versi Luar

Komplikasi yang dapat terjadi setelah melakukan tindakan versi

luar adalah bradikardi janin yang bersifat sementara, solusio plasenta,

komplikasi pada tali pusat, perdarahan, ketuban pecah dini. Tindakan ini

kontra indikasi untuk semua kontraindikasi pada persalinan pervaginam

dan kontra indikasi relatif pada ketuban pecah dini, oligohidramion,

perdarahan uterus yang yidak diketahui sebabnya atau dalam kala I fase

aktif.

Umur kehamilan untuk melakukan tindakan ini tidak diketahui

pasti. Akan tetapi semakin tua umur kehamilan maka tingkat keberhasilan

12
lebih kecil. Apabila melakukan versi luar pada usia kehamilan <34 minggu

terdapat kemungkinan janin akan kembali pada posisi sungsang.

Langkah melakukan versi luar adalah pertama, inform consent dan

lakukan di tempat yang bisa melakukan bedah sesar emergensi. Mula-mula

keluarkan bokong dari rongga pelvis dengan menutar ke lateral minimal

90o, dengan maneuver ini kepala akan bergerak 900 kearah berlawanan

arah dengan bokong. Kemudian lakukan maneuver bersamaan pada kepala

dan bokong untuk mengarahkan kepala ke kaudal dan bokong ke cranial.

Satu sesi tindakan versi luar maksimal dua kali upaya versi luar.

 Persalinan pada Presentasi Bokong

Indikasi persalinan pervaginam pada letak sungsang :

o Keinginan ibu

o Direncanakan sc, tetapi terjadi proses persalinan yang cepat

o Fanyankes tidak bisa melakukan sc

o Presentasi bokong tidak terdiagnosis sampai kala II

o Kelahiran janin kedua pada kehamilan multiple

Kontraindikasi persalinan pervaginam pada letak sungsang :

o Terdapat kontra indikasi untuk persalinan pervaginam pada ibu atau

janin

o Presentasi kaki dan variannya

o Hiperekstensi pada kepala janin

o BB >3600 gram

o Tidak ada petugas yang berpengalaman

13
BAB 3

LAPORAN KASUS

Nama : Ny. Wilmawati

Umur : 33 tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Situjuang Gadang Jorong Kociak, Payakumbuh

No MR : 09.48.12

Pasien kiriman dari puskesmas dengan diagnosis G2P1A0H1 parturien aterm kala

II + letak sungsang

ANAMNESIS

KELUHAN UTAMA

Nyeri pinggang yang menjalar ke ari-ari sejak ±8 jam SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang :

- Nyeri pinggang menjalar yang semakin meningkat sejak ± 8 jam SMRS.

- Keluar lendir campur darah dari kemaluan sejak ± 8 jam SMRS

- Keluar air-air yang banyak dari kemaluan tidak ada

- Keluar darah yang banyak dari kemaluan tidak ada

- HPHT : lupa TP : sukar ditentukan

- Gerak anak dirasakan sejak 4 bulan yang lalu

- Riw. Hamil Muda : mual (+), muntah (-), perdarahan (-)

14
- Riw. Hamil Tua : mual (-), muntah (-), perdarahan (-)

- Prenatal Care : awal pemeriksaan ke bidan pada kehamilan bulan ke-6,

terakhir kontrol pada kehamilan usia 7 bulan dengan kesan baik

- Riw. Menstruasi : menarche 14 th, siklus teratur 1 x 28 hari, lamanya 5–7 hari,

2-3 kali

ganti duk per hari, nyeri haid (-).

Riwayat Penyakit Dahulu:

- Tidak pernah menderita penyakit jantung, hati, ginjal, paru, diabetes mellitus

dan hipertensi

Riwayat Penyakit Keluarga:

Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit keturunan, penyakit menular

dan penyakit kejiwaan.

Riwayat Perkawinan: 1 x tahun 2010

Riwayat Kehamilan/ Abortus/ Persalinan : 2/0/1

1. 2011/aterm/persalinan normal/bidan/perempuan/BL: 2000 gram, PL 45 cm

2. Sekarang

Riwayat Immunisasi: Tidak ada

Riwayat Kontrasepsi: Tidak ada

PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis:

Keadaan umum : Sedang

Kesadaran : Komposmentis kooperatif

Tekanan darah : 110/70 mmHg

15
Nadi : 80 x/menit

Nafas : 20 x/menit

BB sebelum hamil : 45 kg

BB setelah hamil : 56 kg

Tinggi badan : 155 cm

Gizi : Sedang

Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Leher : Tiroid tidak membesar, JVP 5 -2 cm H2O

Thorax : Paru : I : Simetris kiri = kanan

P : Fremitus kiri = kanan

Pk : Sonor

A : Vesikuler, Rh (-), Wh (-)

Jantung : I : Iktus tak terlihat

P : Iktus teraba 1 jari lateral, LMCS RIC VII

Pk: Batas jantung : kiri 1 jari lateral LMCS RIC VII,

Kanan LSD, Atas RIC II

A : S1=S2, regular, mur-mur (-), gallop (-)

Ekstremitas : Edema -/- , refleks fisiologis +/+, refleks patologis -/-

Status Obstrikus:

Muka : Kloasma gravidarum (+)

Mammae : Membesar, areola dan papilla hiperpigmentasi, kolostrum (+)

16
Abdomen :

Inspeksi : Membuncit sesuai usia kehamilan aterm, linea mediana

hiperpigmentasi, striae

gravidarum (+), sikatrik (-).

Palpasi : Fundus uteri teraba 3 jari di bawah proc. xypoideus

L1 : Teraba masa bulat keras melenting

L2 : Teraba massa dengan tahanan terbesar di sebelah kiri dan

bagian-

bagian kecil di sebelah kanan.

L3 : Teraba masa bulat noduler kenyal dan terfiksir

L4 : divergen

TFU : 29 cm

TBA : 2790 gr

HIS : 3-4x/30’’/kuat

Perkusi : Timpani

Auskultasi : Bising usus (+) normal

BJA : 120-126 bpm

Genitalia:

Inspeksi : Vulva dan urethra tenang

VT : Ø sudah lengkap, ketuban (-), sisa jernih, tampak kaki

menumbung

17
DIAGNOSIS

G2P1A0H1 Parturien Aterm kala II + letak sungsang presentasi kaki

TERAPI/TINDAKAN

 Kontrol KU, VS, DJJ

 Rencana Persalinan Pervaginam

18
BAB IV
PEMBAHASAN

Telah dilaporkan suatu kasus wanita 30 tahun yang kemudian didiagnosa

dengan diagnosa G2P1A0H1 parturient aterm + letak sungsang G2P1A0H1

Parturien Aterm kala II + letak sungsang presentasi kaki

Usia kehamilan yang aterm pada kasus ini tidak bisa dinilai dari HPHT.

Melalui pemeriksaan tinggi fundus uteri 29 cm serta taksiran berat anak 2790 gr.

Letak sungsang pada kasus ini ditentukan dari hasil pemeriksaan Leopold,

auskultasi denyut jantung janin di atas umbilikus serta pemeriksaan dalam. Pada

pemeriksaaan Leopold I ditemukan teraba masa bulat, keras dan melenting pada

bagian teratas fundus uteri yang mengesankan kepala janin. Leopold III juga

menunjukkan teraba masa besar, lunak, noduler pada bagian bawah fundus uteri

yang mengesankan bokong janin. Pada pemeriksaan dalam Ø sudah lengkap,

ketuban (-), sisa jernih, tampak kaki menumbung.

Pasien diberikan antibiotik injeksi. Berdasarkan kepustakaan hal ini sudah

tepat sebagai profilaksis terjadinya infeksi. Selanjutnya pasien direncanakan untuk

persalinan pervaginam secara manual aid dengan manuver Louvset. Manual aid

(partial breech axtraction; assisted breech delivery) adalah janin dilahirkan

sebagian dengan tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian lagi dengan tenaga

penolong. Di Negara Amerika sebagian besar ahli kebidanan cenderung untuk

melahirkan letak sungsang secara manual aid, karena mereka menganggap bahwa

sejak tali pusat lahir adalah fase yang sangat berbahaya bagi janin, karena pada

saat itulah kepala masuk ke dalam pintu atas panggul, dan kemungkinan besar tali

pusat terjepit diantara kepala janin dan pintu atas panggul. Keuntungan manuver

19
Louvset sebagai teknik yang dipergunakan dalam menolong persalinan sungsang

pada kasus ini antara lain teknik ini merupakan teknik yang sederhana dan jarang

gagal, dapat dilakukan pada segala macam letak sungsang tanpa memperhatikan

posisi lengan serta meminimalisir bahaya infeksi karena tangan penolong tidak

masuk ke dalam jalan lahir. Zatucni dan Andros memberikan panduan untuk

menentukan jenis persalinan pada letak sungsang. Pada kasus ini didapatkan skor

5, artinya boleh dilahirkan pervaginam.

ALARM memberikan panduan persalinan untuk letak sungsang yaitu

bukan footlink breech, taksiran berat anak antara 2500-3600 gram serta tidak

adanya hiperekstensi kepala. Kasus ini dapat memenuhi 2 dari 3 kriteria yang

diberikan ALARM, dimana jenis sungsang bukan footlink, dan taksiran berat anak

2511 gram. Adanya hiperekstensi kepala pada kasus ini belum dapat disingkirkan,

karena untuk menentukan adanya hiperekstensi kepala memerlukan pemeriksaan


(1,12)
USG atau Rontgen . Jenis A (2006) melaporkan tingginya resiko cedera

servikal akibat hiperekstensi kepala selama proses persalinan sungsang. Westgren,

dkk dalam penelitiannya, dari 445 kasus letak sungsang, 33 dengan hiperekstensi

kepala dalam derajat yang berbeda. Dari 33 kasus ini 26 lahir pervaginam dan 7

dengan SC. Setelah follow-up selama 2-4 tahun lima bayi dengan hiperekstensi

kepala yang lahir pervaginam (22%) mempunyai sekuele neurologis yang

berhubungan dengan cedera spinal, supraspinal dan cerebelum, sementara semua

bayi yang lahir dengan SC, normal. Sehingga ia menganjurkan pemeriksaan

roentgen abdominal untuk semua kasus sungsang. Caterini, dkk serta Ballas, dkk

menganjurkan hal yang sama karena terjadinya aftercoming head akibat

hiperekstensi kepala adalah hal yang serius. Oleh karena itu sebelum memutuskan

20
persalinan pervaginam sebaiknya dilakukan dulu pemeriksaan Roentgen

abdominal. Pemeriksaan penunjang diagnosis berupa ultrasonografi (USG)

sebenarnya bisa membantu terapi lebih dini, tetapi hal ini tidak dilakukan karena

alasan ekonomi.

Faktor predisposisi dari letak sungsang adalah prematuritas, abnormalitas

uterus (malformasi, fibroid), abnormalitas janin (malformasi CNS, massa pada

leher, aneploid), overdistensi uterus (kehamilan ganda, polihidramnion), multipara

dengan berkurangnya kekuatan otot uterus, dan obstruksi pelvis (plasenta previa,

myoma, tumor pelvis lain). Fianu dan Vacclanova (1978) mendapatkan dengan

pemeriksaan USG bahwa prevalensi letak sungsang tinggi pada implantasi

plasenta pada cornu-fundal. Abnormalitas uterus sebagai penyebab sungsang pada

kasus ini mungkin dapat kita singkirkan mengingat riwayat kelahiran sebelumnya

tidak pernah sungsang. Abnormalitas janin, overdistensi uterus serta obstruksi

pelvis juga tidak ditemukan. Keadaan yang mungkin memberikan kontribusi

adalah karena multipara. Implantasi plasenta pada cornu-fundal sebagai

predisposisi sungsang kasus ini tidak bisa ditegakkan karena tidak dilakukan

manual plasenta. Schiara menyatakan bahwa 50% kasus sungsang tidak

ditemukan faktor penyebabnya.

21
BAB 5

KESIMPULAN

1. Distosia merupakan persalinan yang sulit, tidak ada kemajuan dalam persalinan

atau merupakan persalinan yang membawa satu akibat buruk bagi janin

maupun ibu.

2. Distosia terjadi karena beberapa faktor, yaitu :

a. Kelainan Power

b. Kelainan Passage

c. Kelainan Passanger

3. Penanganan distosia tergantung dari jenis distosianya, dapat dilakukan

manuver obsteterik tambahan agar dapat dilahirkan secara pervaginam atau

melakukan persalinan perabdominam.

22
DAFTAR PUSTAKA
.
Corwin, Elizabeth J. 2009. Sistem Reproduksi. Dalam : Buku Saku Patofisiologi.
Jakarta :EGC, 784-785.
Cuningham F G, Norman F, Kenneth J, Larry C, John C, Katharine D, et al.
Abnormal Labor. In. Williams Obstetrics 23rd Edition. Thw Mc Graw-Hill
Companies, New York. 2010
Cuningham F G, Norman F, Kenneth J, Larry C, John C, Katharine D, et al..
Williams Obstetrics 22nd Edition. Thw Mc Graw-Hill Companies, New
York. 2005
DeCherney,Alan. 2007. Current Diagnosis & Treatment Obstetrics &
Gynecology,Ed 10. McGraw-Hill Companies.

Muchtar R. Bentuk dan Kelainan Panggul. Dalam. Sinopsis obstetri. Penerbit


Buku Kedokteran EGC, Jakarta: 2002: 315-330.
Schiara J, et al. 1997. Breech Presentation. Gynecology and Obstetric 6th edition,
Lippincot-Raven Publisher, Chicago.

Setjalilakusuma L. 2000. Induksi Persalinan, dalam Ilmu Bedah Kebidanan,


Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta.

Winkjosastro, Hanifa, 2006. “Ilmu kebidanan” Yayasan Bina Pustaka


SarwonoPrawirohardjo: Jakarta

23

You might also like