You are on page 1of 13

PERKEMBANGAN EMBRIO AYAM (Gallus gallus domesticus)

Fransisca Puspitasari/170342615530

Email : fransiscapuspitasari@gmail.com

Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Malang

Jl. Semarang No. 5 Malang

Tujuan

1. Mengamati tahap perkembangan embrio dari salah satu hewan vertebrata yaitu
ayam (Gallus gallus domesticus).
2. Mempelajari tahap pembentukan organ pada berbagai umur embrio ayam.
3. Mengetahui masa-masa pengeraman ayam melalui inkubasi.

Pendahuluan

Menurut Soeminto (2000), tipe telur ayam adalah telolechital, tetapi karena yolknya
yang sangat banyak, maka dinamakan megalechital. Tipe pembelahan pada telur ayam
atau bangsa burung disebut meroblastik diskoidal karena bagian yang membelah
berbentuk seperti cawan. Deutoplasma banyak sekali, membentuk lapisan yang mengisi
hampir semua telur, sedangkan inti dan sedikit sitoplasma yang menempati hanya daerah
puncak kutub animal. Selaput pelindung telur ada tiga macam, yaitu selaput primer, selaput
sekunder dan selaput tersier. Telur ayam mempunyai panjang ±12 cm dan lebar 4cm.
Sitoplasma bersama inti membentuk germinal distus di puncak kutub animal. Yolk berlapis-
lapis terdiri dari yolk putih dan yolk kuning. Perbedaan warna ini terjadi karena yolk kuning
mengandung karotenoid yang berwarna kuning, juga terdapat granula dan globula yang
ada didalamnya. Yolk putih tidak mengandung material karotenoid, granula dan gobulanya
lebih kecil dan tidak seragam. Telur ayam terdiri dari tiga lapisan, yaitu :

1. Bungkus telur primer, yaitu membrana vitelin yang dihasilkan oleh ooplasma.
2. Bungkus telur sekunder, yaitu bungkus telur yang disusun oleh ovarium yang terdiri
dari sel-sel folikel yang disebut korona radiata dan zona pelusida.
3. Bungkus telur tersier, yaitu bungkus telur yang dihasilkan dari sekresi kelenjar-
kelenjar pada dinding saluran genitalia betina (oviductus dan uterus).

Bungkus telur tersier ada tiga macam, yaitu albumen yang dibentuk oleh oviductus,
membran testae atau selaput cangkang yang dibentuk oleh uterus, dan cangkang dari Ca
yang dibentuk oleh uterus. Perbedaan telur aves dengan telur pisces, reptil, dan amphibi

1
berdasarkan struktur dan komposisinya dapat berupa keberadaan yolk. Kelas pisces, reptil
dan amfibi melakukan fertilisasi secara eksternal, sedangkan aves secara internal. Oleh
karena itu, telur kelas pisces, reptil, dan amfibi dapat menyerap bahan makanan dari
lingkungan luar, sedangkan untuk telur aves yang dilapisi cangkang yang kuat, memerlukan
suplai makanan untuk embrionya nanti berupa yolk yang sangat banyak.

Perkembangan embrio pada ayam (termasuk kelas Aves) seperti halnya pada
Pisces, Amphibi, Reptil dan Mamalia juga berlangsung setahap demi setahap dan
membutuhkan waktu tertentu. Perkembangan tersebut dimulai dengan pembentukan sel
kelamin jantan dan betina, kemudian dilanjutkan dengan proses pembuahan (berfusinya
gamet) yang diikuti dengan cleavage (pembelahan segmentasi) yang meliputi morula,
blastula dan gastrula serta pembentukan organ (organogenesis) hingga berkembang
menjadi individu yang identik dengan induknya. Pola dasar perkembangan embrio Aves
hampir sama dengan embrio katak, yaitu melalui tahapan pembelahan; blastula, gastrula,
neurula, dan orgaogenesis. Pembelahan aves merupakan pembelahan meroblastik, artinya
pembelahan hanya berlangsung di keping lembaga saja. Dari hasil pembelahan diperoleh
blastoderm sebanyak 3-4 lapisan sel. Blastula ayam memiliki epiblast, hipoblast, dan
blastosol. Epiblast bagian tengah yang lebih terang disebut area pellusida, bagian tepi yang
lebih gelap disebut daerah opaka. Hipoblast merupakan bakal lapisan ekstra embrio. Fase
gastrula ayam ditandai dengan adanya penebalan di daerah posterior blastoderm di area
pellusida, penebalan ini kemudian memanjang ke arah anterior sehingga membentuk parit
dengan pematangan yang disebut daerah primitive. Fase Neurula mirip dengan embrio
katak yaitu melalui tahapan keping neural, lipatan neural, dan bumbung neural.
Organogenesis merupakan proses lanjutan setelah terbentuk neurula, proses ini meliputi
pembentukan bakal organ dari lapisan ektoderm, mesoderm, dan endoderm.
Perkembangan embrio ayam pada berbagai umur inkubasi merupakan media yang jelas
untuk memperlihatkan organogenesis. (Adnan, 2008).

Pada ayam dan berbagai jenis aves lainnya, sel telur sebenarnya hanya terdiri atas
kuning telur dan di sisi satunya lagi sebuah daerah sitoplasma tipis dan sebuah nukleus.
Fertilisasi terjadi dalam sebuah oviduk, dan albumin serta cangkang disekresikan sebagai
lapisan tambahan oleh kelenjar-kelenjar khusus saat telur bergerak menuruni oviduk,
tahapan-tahapan blastula dan gastrula terjadi saat telur masih berada dalam oviduk.
Blastodisk selapis sel yang berasal dari nukleus dan sitoplasma telur yang difertilisasi,
mengalami delaminasi hingga menghasilkan sebuah cakram berlapis dua yang mengelilingi
blastosol (Fried,2002). Awal perkembangan embrio ayam menunjukkan bahwa
splanknopleura dan somatopleura meluap keluar dari tubuh embrio hingga di atas yolk.
Daerah luar tubuh embrio dinamakan daerah ekstra embrio. Mula-mula tubuh embrio tidak

2
mempunyai batas sehingga lapisan-lapisan ekstra embrio dan intra embrio saling
berkelanjutan. Dengan terbentuknya tubuh embrio, secara berurutan terbentuk lipatan-
lipatan tubuh sehingga tubuh embriohampir terpisah dari yolk. Adanya lipatan-lipatan tubuh,
maka batas antara daerah intra dan ekstra embrio menjadi semakin jelas. Daerah kepala
embrio mengalami pelipatan yang disebut dengan lipatan kepala dan meisahkan antara
bagian intra dan ekstra embrio. Lipatan kepala membentuk sub sephal. Pada bagian lateral
tubuh juga terbentuk lipatan tubuh lateral dan memisahkan bagian ekstra dan intra embrio.
Bagian posterior mengalami pelipatan dan dukenal dengan nama lipatan ekor membentuk
kantung sub kaudal. Lipatan-lipatan tersebut embentuk dinding saluran percernaan
primitive. Bagian tengah usus tengah yang menghadap yolk tetap terbuka dan pada daerah
ini, dinding kantung yolk berhubungan dengan dinding usus pada kantung yolk. Walaupun
kantung yolk berhubungan dengan usus melalui tangkai yolk, namun makanan tidak diambil
embrio melalui tangkai yolk (Adnan, 2008).

Berdasarkan jumlah lapisan embrional, hewan dikelompokkan menjadi:

1. Hewan diploblastik : Memilki 2 lapisan embrional, ectoderm dan endoderm.


2. Hewan triploblastik : Memilki tiga lapisan embrional yakni:
a) Triploblastik aselomata : tak memilki rongga tubuh
b) Triploblastik pseudoselomata : memilki rongga tubuh yang semu.
c) Triploblastik selomata : memiliki rongga tubuh yang sesungguhnya, yaitu
basil pelipatan mesoderm.

Pada perkembangan embrio ayam, embrio dibantu kantung oleh kuning telur,
amnion, dan alantois. Kantung kuning yang telur dindingnya dapat menghasilkan enzim.
Enzim ini mengubah isi kuning telur sehingga mudah diserap embrio. Amnion berfungsi
sebagai bantal, sedangkan alantois berfungsi pembawa sebagai ke oksigen embrio,
menyerap zat asam dari embrio, mengambil yang sisa-sisa pencernaan yang terdapat
dalam ginjal dan menyimpannya dalam alantois, serta membantu alantois, serta membantu
mencerna albumen (Riecka, 2013). Bagian dari kuning telur yaitu kantung chorion, dimana
membran ekstra embrio yang paling luar dan yang berbatasan dengan cangkang atau
jaringan induk, merupakan tempat pertukaran antara emrio dan lingkungan disekitarnya
adalah chorion atau serosa. Kantung allantois, dimana kantung ini merupakan suatu
kantung yang terbentuk sebagai hasil evaginasi bagian ventral usus belakang pada tahap
awal perkembangan. Fungsi kantung ini sebagai tempat penampungan dan penyimpanan
urine dan sebagai organ pertukaran gas antara embrio dengan lingkungan luarnya. Lapisan
penyusun kantung allantois sama dengan kantung yolk, yaitu splanknopleura yang terdiri
atas endoderm di dalam dan mesoderm splank di luar. Kantung amnion, kantung ini adalah

3
suatu membran tipis yang berasal dari somatoplura berbentuk suatu kantung yang
menyelubungi embrio yang berisi cairan. Dimana kantung ini berfungsi sebagai pelindung
embrio terhadap kekeringan, penawar goncangan, pengaturan suhu intrauterus, dan anti
adhesi (Adnan, 2010).

Blastulasi pada ayam termasuk blastula yang berbentuk pipih atau cakram (diskoblastik)
yang mempunyai bagian-bagian sebagai berikut: periblas hipoblas dan juga sentoblas.
Gastrulasi pada ayam merupaan proses dari pembentukan stria primitif yang terdiri dari alur
dan pematang primitif berupa garis dilinea mediana, Stria primitif berbentuk sempurna pada
inkubasi telur 18 jam (Sugiyanto, 1996).

Metode Pengamatan

Praktikum Embriologi Ayam dilaksanakan pada hari kamis, 9 November 2018 pada
pukul 13.00-16.00 WIB. Bertempat di Laboratorium SPH II Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang. Mengambil telur ayam kampung sebanyak
2 butir yang baru dibeli dan menyiapkan alat-alat bedah (gunting,pinset,scalpel), cawan
petri, plastik dan alkohol untuk mensterilkan alat-alat bedah dan cawan petri yang akan
dipakai. Kami tidak menggunakan cawan petri, sebagai gantinya kami menggunakan gelas
kaca sebanyak 2 buah gelas yang sudah di sterilkan. Diusahakan semua alat steril
sehingga telur yang akan diteliti tidak terkontaminasi apapun. Kemudian dipecahkan 2 telur
ayam kampung secara bertahap dan perlahan menggunakan scalpel. Kami menggunakan
2 percobaan, yang pertama membuka sedikit cangkang dan meletakkan telur beserta
cangkangnya kedalam gelas pertama, dan yang kedua meletakkan telur tidak dengan
cangkangnya ke dalam gelas kaca. Setelah dipecahkan segera gelas ditutup dengan plastik
yang sudah steril oleh alkohol. Kemudian dimasukkan dan diletakkan ke dalam inkubator
dengan suhu hangat yakni 38°C. Dilihat dan diamati perkembangannya setiap hari, hari
pertama hingga 21 hari kemudian dicatat.

4
Hasil Pengamatan

Gambar Keterangan Deskripsi


Bentuk awal embrio pada
hari pertama belum terlihat
Hari ke-1 dengan jelas, sel benih
berkembang menjadi bentuk
seperti cincin dengan bagian
tepinya gelap, sedangkan
bagian tengahnya agak
terang dan bagian tengah ini
adalah sel benih betina yang
sudah dibuahi sebagai
makanan zygot blastoderm.
Hari ke 2 Discus germinalis terlihat
yolk dibagian atas permukaan
Lempengan embrio yolk. Mulai terjadi
(discus germinalis) perkembangan
Zona pellucida

Hari ke 2 Sama dengan tanpa


cangkang, Discus germanalis
Cangkang terlihat

Hari ke 3 Perkembangan berlanjut


pembuluh darah mulai
Pembuluh darah terlihat

5
Hari ke 4 Embrio ayam berumur 4 hari
Jantung terbentu dan embrio belum terlalu
berdetak. berkembang dan masih telur
Pembuluh darah, masih dominan berisi yolk
tunas kepala, (kuning telur). Embrio masih
membran vitelus dikelilingi oleh sistem
(calon organ dalam) peredaran darah. Nampak
mulai terbentuk aktivitas dari jantung. Antara
kepala dengan badan sudah
dapat dibedakan. Serta
simpul syaraf sudah
terbentuk. Sedangkan
rongga amnion belum
terbentuk.
Namun embrio gagal pada
tahap ini
Hari ke 5 Perkembangan tidak normal
Embrio gagal embrio ayam in vitro 5 hari.
Posisi embrio mulai terlihat,
perkembangan otak tidak
normal, jantung tidak normal
dan tunas sayap dan kaki
berada di kanan dan kiri
badan atau embrio dalam
keadaan posisi telungkup,
sehingga embrio mati.
Sumber : Dok. Pribadi

Pembahasan

Berdasarkan hasil praktikum pengamatan embrio ayam diperoleh hasil bahwa embrio
ayam gagal pada hari ke 5. Di hari pertama telur terlihat segar, bentuk awal embrio belum
terlihat dengan jelas, sel benih berkembang menjadi bentuk seperti cincin dengan bagian
tepinya gelap, sedangkan bagian tengahnya agak terang dan bagian tengah ini adalah sel
benih betina yang sudah dibuahi sebagai makanan zygot blastoderm. Pada hari kedua yolk
masih terlihat segar yakni discus germinalis terlihat dibagian atas permukaan yolk. Mulai
terjadi perkembangan. Pada hari ketiga, terjadi perkembangan berlanjut pembuluh darah
mulai terlihat. Pada hari keempat, embrio ayam berumur 4 hari embrio belum terlalu

6
berkembang dan masih telur masih dominan berisi yolk (kuning telur). Embrio masih
dikelilingi oleh sistem peredaran darah. Nampak aktivitas dari jantung. Antara kepala
dengan badan sudah dapat dibedakan. Serta simpul syaraf sudah terbentuk. Sedangkan
rongga amnion belum terbentuk. Namun embrio gagal pada tahap ini. Pada hari kelima,
terjadi perkembangan tidak normal pada embrio ayam in vitro 5 hari. Posisi embrio mulai
terlihat, perkembangan otak tidak normal, jantung tidak normal dan tunas sayap dan kaki
berada di kanan dan kiri badan atau embrio dalam keadaan posisi telungkup, sehingga
embrio mati. Perkembangan embrio dengan usia inkubasi 24 jam, 48 jam dan 72 jam
seharusnya terdapat banyak struktur yang berkembang dari yang sebelumnya menjadi
lebih kompleks. Tetapi embrio dalam praktikum ini pada hari kelima berhenti berkembang
dan akhirnya gagal dan mati.
Dalam praktikum ini tidak sesuai dengan pernyataan Nelson (1953) yang menyatakan
bahwa semakin lama umur inkubasi embrio, organ-organnya semakin kompleks.
Menurut Riswantiyah (1999), kejadian penting dalam perkembangan embrio ayam
sampai organogenesis adalah sebagai berikut :

Periode Kejadian yang penting

Sebelum peneluran Terjadi pembuahan, pembelahan, dan


pertumbuhan embrio

Antara peneluran dan penetasan Embrio tak berkembang

Selama Penetasan

Hari pertama

18 jam Tanda-tanda perkembangan embrio sudah


mulai dapat diketahui

Terbentuk tractus alimentarus


19 jam
Terbentuk columna vetebralis
20 jam
Mulai pembentukan system saraf
21 jam
Mulai pembentukan kepala
22 jam
Terbentuk pembuluh darah pada vitelina
23 jam
Mulai pembentukan mata
24 jam

7
Hari kedua

25 jam Mulai pembentukan jantung

35 jam Mulai pembentukan telinga

42 jam Jantung mulai berdenyut

Hari ketiga

50 jam Mulai pembentukan amnion

55 jam Mulai pembentukan hidung

60 jam Pembentukan sayap

70 jam Pembentukan Allantois

Hari keempat pembentukan lidah

Hari kelima pembentukan organ reproduksi dan


diferensiasi alat kelamin

Hari keenam pembentukan paruh

Hari kedelapan pembentukan bulu

Hari kesepuluh bulu mengeras

Hari ke-13 munculnya sisik dan cakar

Hari ke-14 embrio mendapatkan tempat yang cocok


untuk breaking shell

Hari ke-16 sisik, cakar, dan paruh menjadi keras dan


menanduk

Hari ke-17 paruh menjauhi sel udara

Hari ke-19 kantung yolk mulai masuk ke dalam rongga


tubuh

Hari ke-20 kantung yolk semakin terhisap ke dalam ronga


tubuh, embrio membesar dan memadati

8
seluruh permukaan di dalam telur kecuali sel
udara
Hari ke-21 Telur ayam menetas

Urutan alur pembelahan segmentasi pada ayam sama dengan pada amphioxus
maupun katak. Alur pertama yaitu meridional, kedua meridional tegak lurus pembelahan
pertama, ketiga latitudinal, keempat meridional, dan kelima latitudinal. Setelah pembelahan
kelima selesai, embrio tersusun dari 32 blastomer dan dicapai stadium morula. Blastulasi
ayam sama dengan blastulasi pada telur ikan, yaitu dengan terbentuknya rongga
segmentasi di antara sel-sel blastomer di permukaan dengan yolk yang ada di bawahnya.
Atap blastosol terdiri dari sel-sel blastomer hasil segmentasi sebelumnya, dengan lantai
permukaan yolk dan pada bagian lateralnya terdapat zona penghubung yang terdiri dari
blastomer yang berlekatan di bawahnya. Tahap selanjutnya, yaitu gastrulasi, terjadi melalui
epiboli sel-sel permukaan, involusi dan delaminasi (Soeminto, 2000).

Embrio ayam yang telah diinkubasi selama 24 jam dapat dibedakan antara daerah
intra embrional dengan daerah ekstra embrional. Daerah ekstra embrional terdiri dari area
pelusida dan area opaka. Daerah kepala mengalami perkembangan agak cepat, namun
karena adanya daerah batas pertumbuhan (zone of over growth), terjadi lipatan kepala
(head fold), mula-mula ke ventral lalu daerah kepala agak terangkat dan melipat ke
posterior. Hal ini diikuti oleh lipatan entoderm, terbentuklah kantung buntu sebelah anterior
yang membuka ke arah kunir, disebut anterior intestinal portal. Kantung buntu disebelah
anterior adalah fore gut (usus depan), sedangkan ke sebelah posterior endoderm masih
lurus sampai ke primitive streak. Celah di sebelah ventral kepala akibat terjadinya lipatan
kepala disebut subcephalic pocket. Lapisan tepi yang membatyasi fore gut disebut margin
of intestinal portal (Kastowo, 1982).

Batas antara zona area opaca luar dan dalam disusun oleh mesoderma yang telah
tumbuh ke arah perifer. Zona distal disebut area opaca vitelinus karena vitelus ada di
bawahnya. Zona proksimal sebagai tempat arah pertumbuhan mesoderma disebut area
opaca vaskulosa karena dari mesoderma daerah ini timbul pembuluh-pembuluh darah
kantung vitelus (Soeminto, 2000).
Organ-organ yang terbentuk pada umur 48 jam yaitu otak dan sumsum
tulang belakang. Selanjutnya ketiga bagian otak mengalami deferensiasi, prosensefalon
menjadi telensefalon dan diensefalon. Vesikula optik menyempit dan memanjang kemudian
terbentuk tangkai optik yang tumbuh ke arah lateral menuju ke ekloderma luar dan

9
menginduksi primordial lensa pada ektoderm yang merupakan suatu penebalan ekstra
(Djuanda, 1981).

Perkembangan neurulasi embrio ayam 48 jam, otak dan susum tulang belakang
merupakan yang paling terlihat dari semua organ. Bagian-bagian otak mengalami
diferensiasi, prosensefalon menjadi transefalon dan diansifalon. Vesikula optik menyempit
dan memanjang , membentuk tangkai optic yang tumbuh ke arah lateral dan menginduksi
primordial lensa pada ectoderm . Vesikula optic berinvaginasi membentuk cawan optic, di
hadapan mulut cawan terjadi kantong lensa kelak berdiferensiasi menjadi lensa (Balinsky,
1970).

Sistem pembuluh darah embrio ayam 48 jam, penebalan-penebalan mesoderma


splankhnis membentuk jantung yang mula-mula berupa suatu bumbung , terletak di bawah
rhombensefalon. Bagian anterior menjadi akar-akar aorta ventral dan bagian posterior
berhubungan dengan vena omfalomesentrika yang berasal dari yolk. Sinus venosusdan
atrium dibentuk dari vena omfalomesentrika yang bersatu. Fleksura jantung menonjol ke
kanan menjadi ventrikel. Sistem peredaran darah embrio dapat dibedakan menjadi sistem
peredaran darah ekstra embrional yang dibangun oleh sirkulasi vitelina pada kantong yolk
dan sirkulasi alantois (Syahrum, 1994).
Embrio ayam yang telah diinkubasi selama 72 jam memiliki ± 35 pasang somit. Embrio
mengalami pelekukan servikal, sehingga daerah rhombencephalon berada di sebelah
dorsal dan telencephalon mendekati perkembangan jantung. Lipatan kepala makin
berkembang ke arah posterior, sebaliknya dengan amniotic tail fold (berkembang ke arah
anterior), dan lateral body fold semakin menutup. Mata terletak lebih ke arah kaudal dari
pada otosis. Derivat neural crest berupa pasangan ganglion saraf-saraf kranial di daerah
ventro-lareral rhombencephalon berkembang. Daerah setinggi AIP, terjadi penebalan
mesoderm yang akan berkembang menjadi upper limb bud atau wing bud, merupakan
primordia sayap. Sedangkan di daerah kauda dibentuk lower bud yaitu primordia kaki
(Yatim, 1982).

Penetasan pada jam ke-72 pada kedua sisi embrio ayam terbentuk dua bubung yang
menandakan pembentukan kaki. Perkembangan selanjutnya membentuk tunas kaki yang
jelas, kemudian berangsur-angsur diferensiasi dari bagian-bagian kaki belakang dan
depan, tulang rawan, tulang, dan otot. Penempatan yang tepat dari tunas kaki, diferensiasi
beberapa sel tunas kaki menjadi tulang rawan, dan sel lain menjadi otot, pembentukan
tunas kaki depan menjadi sayap dan tunas kaki belakang menjadi kaki, dan pencerminan
perkembangan semua struktur ini di bagian tubuh yang berlawanan, semuanya terpusat
pada regulasi morfogenesis dan diferensiasi dalam perkembangan embrio (Yatim, 1982).

10
Sumbu embrio ayam dibentuk sejak gastrulasi dalam dua tahap berurutan: pertama,
stria primitiva terinduksi dan dapat dikenali sebagai sel yang mengental pada kutub
posterior embrio. Sel ini bergerak ke tengah selama gastrulasi untuk membentuk struktur
yang seperti batang yang memanjang kira-kira tiga sampai lima dari panjang embrio. Fase
kedua, selama stria primitiva mundur di dalam daerah posterior, cikal bakal mesendodermal
meningkat melewati daerah stria primitiva yang bagian dalamnya terdapat blastocoel
menjadi lapisan mesodermal dan endodermal embrionik (Guilem et al., 2008). Pembelahan
meiosis pada tahap molekul di embrio ayam. Organ sel germinal ayam di tempat ekstra
gonal dan pindah jadi gonad melalui pembuluh darah. Mereka menyelesaikan gonad di hari
ke-6 sampai 21 hari periode inkubasi, dengan populasi sel yang lebih (Smith et al, 2008).

Ketika tahap perkembangan gastrula, embrio mengalami regionalisasi dan


morfogenesis menentukan pola perkembangan tubuh. Mekanisme pada proses awal
perkembangan ini tidak terlihat begitu jelas. Hal ini bergantung pada interaksi induktif antara
jaringan pada tahap awal gastrula, pada hewan vertebrata tahapan awal regionaliasai dari
lapisan embrio ialah pada tahap gastrula dan derivatnya, termasuk axis mesendoderm dan
prechordal plate (Davis et al. ,2008).

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan embrio ayam adalah suhu,


keberhasilan gastrulasi dan kondisi lungkungan. Semakin tinggi suhu maka semakin cepat
proses perkembangan embrio ayam berlangsung. Namun, perkembangan emrio ayam juga
memiliki suhu optimal inkubasi. Apabila suhu terlalu tinggi maka akan merusak embrio
tersebut. Keberhasilan pada gastrulasi menentukan keberhasilan perkembangan embrio
selanjutnya karena gastrulasi merupakan proses yang paling menentukan dalam
perkembangan embrio. Kondisi lingkungan yang buruk mengganggu perkembangan
embrio ayam (Patten, 1958).
Dalam praktikum ini terjadi kegagalan perkembangan embrio dapat disebabkan oleh
terjadi kesalahan dalam praktikum seperti kurang sterilnya alat-alat yang dipakai,
memposisikan blastoderm yang salah, tidak sesuai memposisikan blastoderm dengan yolk,
dan kondisi suhu inkubator yang tidak stabil dan tidak steril Hal ini dapat menyebabkan
embrio gagal.
Kesimpulan

1. Tahapan perkembangan embrio telur ayam terdiri dari morula, blastulasi dan
gastrulasi.
2. Telur merupakan suatu tempat penimbunan zat gizi yang diperlukan untuk
perkembangan suatu embrio hingga menetas. Embriologi dari ayam adalah
perkembangan ayam di dalam telur.

11
3. Telur terdiri dari enam bagian yaitu: kerabang telur atau kulit luar (shell), selaput
kerabang, putih telur (albumin), kuning telur (yolk), tali kuning telur (chalaza) dan
sel benih (germ plasm).
4. Organ yang dapat terlihat dalam stadium 24 jam inkubasi adalah: area embrional,
area pellusida, area opaka vaskulosa, area ovaka vitelin, lipatan neural, usus
depan, somit dan daerah primitive, proamnion, notokor dan keping darah.
5. Embrio yang telah berumur 48 jam telah terlihat rhombensefalon, mesensefalon,
cawan optic, prosensefalon, ventrikel aorta, somit dan bumbung neural. Pada
inkubasi 48 jam telur yang telah diinkubasi maka kepala embrio mengalami
pelekukan (chepalic flexure) sehingga mesenchepalon tampak di sebelah dorsal
dan prosenchepalon dan rhombenchepalon tampak sejajar.
6. Pada inkubasi 72 jam embrio ayam, embrio mengalami pelekukan servikal,
sehingga daerah rhombesenfalon berada di sebelah dorsal dan telensephalon
mendekati perkembangan jantung. Lipatan kepala makin berkembang ke arah
posterior.

Daftar Rujukan

Adnan. 2008. Perkembangan Hewan. Penerbit UNM: Makasar

Adnan. 2010. Perkembangan Hewan. Makassar : Jurusan Biologi FMIPA UNM


Makassar.

Balinsky, B.I. 1970. An Introduction to Embryology. W.B. Saunder Company, London.

Djuhanda, T. 1981. Embriologi Perbandingan. Armico, Bandung.

Davis, S., S. Miura, C. Hill, Y. Mishina dan J. Klingensmith. 2007. BMP receptor IAuired is
Required in The Mammalian Embryo for Endodermal Morphogenesis and
Ectodermal Patterning. 270 : 47-63. URL : http://www.elsevier.com. Diakses tanggal
13 November 2011.

Fried, G. 2002. Biologi Edisi 2. Erlangga: Jakarta

Guilem, Jose G, David B.Chessin, Jinru Shia, Arief Suriawinata, Elyn Riedel, Harvey
G.Moore, Bruce D. Minsky, W. Douglas Wong. 2008. A Prospektive Pathologic
Analysis Using Whole - Mount Section of Rectal Cancer Following Preoperative
Combined Modality Therapy Implications for Sphincter Preservation. Original Article
Annals of Surgery, Vol. 245. No. 1 .

Kastowo, H. 1982. Zoologi Umum. Penerbit Alumni, Bandung.

12
Nelson, O. R. 1953. Comparative Embryology of The Vertebrates. The Blankston Co. Inc,
New York.

Patten, B.M. 1971. Foundations of Embriology. Mc Graw-Hill Inc., New Delhi.

Riecka. 2013. Embrio Ayam. Bandung; UNB Press

Riswantiyah. 1999. Dasar Ternak Unggas Laboratorium: Produksi Ternak Unggas.


Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.

Soeminto, 2000. Embriologi Vertebrata. Fakultas Biologi UNSOED, Purwokerto.

Sugiyanto. 1996. Perkembangan Hewan. Penerbit UGM: Yogyakarta.

Smith, Craig A., Kelly N Roeszler, Josephine Bowles, Peter Koopman, and Andrew H
Sinclair. 2008. Onset of meiosis in the chicken embryo; evidence of a role for retinoic
acid. BMC Developmental Biology. Melbourne.

Syahrum, M. H, et al. 1994. Reproduksi dan Embriologi: Dari Satu Sel Menjadi Organisme.
Fakultas Kedokteran UI, Jakarta.
Yatim, W. 1983. Embryologi. Tarsito, Bandung.

13

You might also like