You are on page 1of 8

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Provinsi Sulawesi Selatan adalah salah satu provinsi di indonesia
yang secara geografis merupakan daerah bebasis kelautan yang sangat
besar. Provinsi sulawesi selatan memiliki garis pantai sepanjang 1.937 Km
dan luas perairan laut 266.877 Km2. Itu dikarenakan Dari 24 kabupaten yang
terdapat di provinsi sulawesi selatan, 2/3 diantaranya adalah kabupaten yang
memiliki wilayah pesisir dan laut.
Wilayah pesisir merupakan pertemuan antara wilayah laut dan
wilayah darat, dimana daerah ini merupakan daerah interaksi antara
ekosistem darat dan ekosistem laut yang sangat dinamis dan saling
mempengaruhi, wilayah ini sangat intensif dimanfaatkan untuk kegiatan
manusia seperti: pusat pemerintahan, permukiman, industri, pelabuhan,
pertambakan, pertanian dan pariwisata.

Wilayah pesisir adalah daerah pertemuan antara darat dan laut, ke


arah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun
terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut,
angin laut dan perembesan air asin, sedangkan ke arah laut wilayah pesisir
mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami
yang terjadi di darat seperti sedimentasi danaliran air tawar, maupun yang
disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan
pencemaran (Carlos, 2011).

Keadaan Geografi wilayah Kabupaten Takalar terdiri dari pantai,


daratan dan perbukitan. Di bagian barat adalah daerah pantai dan dataran
rendah dengan kemiringan 0-3 derajat sedang ketinggian ruang bervariasi
antara 0–25 m, dengan batuan penyusun geomorfologi dataran didominasi
endapan alluvial, endapan rawa pantai, batu gamping, terumbu dan tufa
serta beberapa tempat batuan lelehan basal. Sebagian dari wilayah
Kabupaten Takalar merupakan daerah pesisir pantai, yaitu sepanjang 74 Km
meliputi Kecamatan Mangarabombang, Kecamatan Mappakasunggu,
Kecamatan SandraBone, Kecamatan Galesong Selatan, Kecamatan
Galesong Kota dan Kecamatan Galesong Utara. Kabupaten Takalar dilewati
oleh 4 buah sungai,yaitu Sungai Jeneberang, Sungai Jenetallasa, Sungai
Pamakkulu dan Sungai Jenemarrung. Pada keempat sungai tersebut telah
dibuat bendungan untuk irigasi sawah seluas 13.183 Ha. Salah satu kawasan
pesisir yang berada di Makassar adalah daerah Galesong Utara tepatnya di
desa Aeng Batu-Batu Dusun Karama (wikipedia).
Salah satu yang menjadi unsur terbentuknya permukiman adalah
alam yang dimana merupakan keadaan geologi, kondisi topografi, kondisi
tanah, hidrografi, flora dan fauna serta iklim. Salah satu alasan mengapa
manusia membuat bangunan adalah karena kondisi alam iklim tempat
manusia berada tidak selalu baik menunjang aktivitas yang dilakukannya.
Aktivitas manusia yang bervariasi memerlukan kondisi iklim sekitar
tertentu yang bervariasi pula. arsitektur tropis, sebagaimana arsitektur sub-
tropis, adalah karya arsitektur yang mencoba memecahkan problematik
iklim setempat.

Yang penting apakah rancangan tersebut sanggup mengatasi


problematik iklim tropis hujan deras, terik radiasi matahari, suhu udara yang
relatif tinggi, kelembapan yang tinggi (untuk tropis basah) ataupun
kecepatan angin yang relatif rendah sehingga manusia yang semula tidak
nyaman berada di alam terbuka, menjadi nyaman ketika berada di dalam
bangunan tropis itu. Bangunan dengan atap lebar mungkin hanya mampu
mencegah air hujan untuk tidak masuk bangunan, namun belum tentu
mampu menurunkan suhu udara yang tinggi dalam bangunan tanpa disertai
pemecahan rancangan lain yang tepat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana jenis vegetasi di dusun Karama
2. Bagaimana kondisi alam dusun Karama
C. Tujuan
Untuk mengetahui jenis vegetasi yang terdapat pada dusun Karama dan
mengetahui kondisi alam pada daerah tersebut.
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
A. Pengertian pesisir
Kay dan Alder (1999) “The band of dry land adjancent ocean
space (water dan submerged land) in wich terrestrial processes and land
uses directly affect oceanic processes and uses, and vice versa”.
Diartikan bahwa wilayah pesisir adalah wilayah yang merupakan tanda
atau batasan wilayah daratan dan wilayah perairan yang mana proses
kegiatan atau aktivitas bumi dan penggunaan lahan masih
mempengaruhi proses dan fungsi kelautan.

Menurut Suprihayono (2007) wilayah pesisir adalah wilayah


pertemuan antara daratan dan laut ke arah darat wilayah pesisir meliputi
bagian daratan, baik kering, maupun terendam air, yang masih
dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan
perembesan air asin. Sedangkan ke arah laut wilayah pesisir mencakup
bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses alami yang terjadi di
darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan
karena kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan
pencemaran.

Hal itu menunjukkan bahwa tidak ada garis batas yang nyata,
sehingga batas wilayah pesisir hanyalah garis khayal yang letaknya
ditentukan oleh situasi dan kondisi setempat. Definisi wilayah seperti
diatas memberikan suatu pengertian bahwa ekosistem perairan pesisir
merupakan ekosistem yang dinamis dan mempunyai kekayaan habitat
beragam, di darat maupun di laut serta saling berinteraksi.

Wilayah pesisir merupakan ekosistem yang mudah terkena


dampak kegiatan manusia. Umumnya kegiatan pembangunan secara
langsung maupun tidak langsung berdampak merugikan terhadap
ekosistem perairan pesisir (Dahuri, Rais, Ginting dan Sitepu, 1996).
Menurut Undang-Undang (UU) Nomor 27 tahun 2007, wilayah
pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang
dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut.

B. Arsitektur Tropis

Arsitektur Tropis adalah suatu konsep bangunan yang


mengadaptasi kondisi iklim tropis. Letak geografis Indonesia yang
berada di garis khatulistiwa membuat Indonesia memiliki dua iklim,
yakni kemarau dan penghujan. Pada musim kemarau suhu udara sangat
tinggi dan sinar matahari memancar sangat panas. Dalam kondisi ikim
yang panas inilah muncul ide untuk menyesuaikannya dengan arsitektur
bangunan gedung maupun rumah yang dapat memberikan kenyamanan
bagi penghuninya.

Bentuk arsitektur tropis, tidak mengacu pada bentuk yang


berdasarkan estetika, namun pada bentuk yang berdasarkan adaptasi/
penanganan iklim tropis. Meskipun demikian bentukan bangunan oleh
arsitek/desainer yang baik akan memberikan kualitas arsitektur yang
estetis, hal ini karena selain memperhatikan bagaimana menangani
iklim tropis, juga memperhatikan bagaimana kesan estetika eksterior
dan interior dari bangunan tersebut.

Bentuk secara makro sangat memperhatikan faktor panas dan


hujan, dimana untuk menangani hal tersebut maka arsitektur tropis yang
baik akan memperhatikan bagaimana bangunan tidak panas dan ketika
hujan tidak tampias, selain itu terdapat kualitas kenyamanan berkaitan
dengan suasana panas dan dingin yang ditimbulkan oleh hujan,
biasanya dibuat teras untuk memberikan perlindungan serta menikmati
iklim tropis yang bersahabat.

Bentuk secara mikro pada masing-masing elemen bangunan


seperti jendela dengan bentuk lebar, berjalusi, berkanopi, atau semacam
itu. Bentuk bangunan tropis dari kayu biasanya merupakan bangunan
panggung dengan lantai yang diangkat dengan harapan terhindar dari
banjir akibat hujan, memang merupakan kualitas rancangan yang sudah
berhasil sejak dulu.

Iklim tropis adalah iklim dimana panas merupakan masalah


yang dominan yang pada hampir keseluruhan waktu dalam satu tahun
bangunan “bertugas” mendinginkan pemakai, dari pada
menghangatkan dan suhu rata-rata pertahun tidak kurang dari 200C
(Koenigsberger. 1975:3).
Menurut Lippsmiere, iklim tropis Indonesia mempunyai
kelembaban relatif (RH) yang sangat tinggi (kadang-kadang mencapai
90%), curah hujan yang cukup banyak, dan rata-rata suhu tahunan
umumnya berkisar 230C dan dapat naik sampai 380C pada musim
“panas”. Pada iklim ini terjadi sedikit sekali perubahan “musim” dalam
satu tahun, satu-satunya tanda terjadi pergantian musim adalah banyak
atau sedikitnya hujan, dan terjadinya angin besar.
Karakteristik warm humid climate (iklim panas lembab) adalah
sebagai berikut (Lippsmiere. 1980:28) :
 Landscap, rain forest (hutan hujan) terdapat sepanjang pesisir
pantai dan dataran rendah daerah ekuator.
 Kondisi tanah, merupakan tanah merah atau coklat yang
tertutup rumput.
 Tumbuhan, zona ini tumbuhan sangat bervariasi dan lebat
sepanjang tahun.Tumbuhan tumbuh dengan cepat karena
pengaruh curah hujan yang tinggi dan suhu udara yang panas.
 Musim. Terjadi sedikit perbedaan musim. Pada bulan “panas”
kondisi panas dan lembab sampai basah. Pada belahan utara,
bulan “dingin” terjadi pada Desember-Januari, bulan”panas”
terjadi pada Mei sampai Agustus. Pada belahan selatan bulan
“dingin” terjadi pada April sampai Juli, bulan “panas” terjadi
pada Oktober sampai Februari.
 Kondisi langit, hampir sepanjang tahun keadaan langit berawan.
Lingkungan awan berkisar 60%-90%. Luminance (lumansi)
maksimal bisa mencapai 7000 cd/m2 sedangkan luminasi
minimal 850cd/m2.
 Radiasi dan panas matahari, pada daerah tropis radiasi matahari
dikategorikan tinggi. Sebagian dipantulkan dan sebagian
disebarkan oleh selimut awan,meskipun demikian sebagian
radiasi yang mencapai permukaan bumi mempunyai dampak
yang besar dalam mempengaruhi suhu udara.
 Temperatur udara, terjad fluktuasi perbedaan temperatur harian
dan tahunan.Rata-rata temperatur maksimum tahunan adalah
30,50C. temperatur rata-rata tahunan untuk malam hari adalah
250C tetapi umumnya berkisar antara 21-270C. sedangkan
selama siang hari berkisar 27-320c. kadang-kadang lebih dari
320C.
 Curah hujan sangat tinggi selama satu tahun, umumnya menjadi
sangat tinggi dalam beberapa tahun tertentu. Tinggi curah hujan
tahunan berkisar antara 2000-5000 mm, pada musim hujan
dapat bertambah. Sampai 500 mm dalam sebulan. Bahkan pada
saat badai bisa mencapai 100 mm per jam.
 Kelembaban, dikenal sebagai RH (Relative humidity),
umumnya rata-rata tingkat kelembaban adalah sekitar 75%,
tetapi kisaran kelembabannya adalah 55% sampai hampir
100%. Absolute humidity antara 25-30 mb.
 Pergerakan udara, umumnya kecepatan angin rendah, tetapi
angin kencang dapat terjadi selama musim hujan. Arah angin
biasanya hanya satu atau dua.
 Karakteristik khusus, tingginya kelembaban mempercepat
pertumbuhan alga dan lumut, bahan bangunan organik
membusuk dengan cepat dan banyaknya serangga. Evaporasi
tubuh terjadi dalam jumlah kecil karena tingginya kelembaban
dan kurangnya pergerakan udara (angin). Rata-rata badai adalah
120-140 kali dalam satu tahun.

Daerah dengan iklim tropis didunia terdiri 2 jenis, yaitu daerah


dengan iklim tropis kering, sebagai contoh adalah di negara-negara
Timur Tengah, Meksiko, dan sekitarnya, serta daerah dengan iklim
tropis lembab, yang terdapat pada sebagian besar negara-negara di Asia,
termasuk Indonesia, walaupun untuk beberapa daerah di Indonesia,
misalnya beberapa bagian pulau Nusa Tenggara mengarah pada kondisi
tropis kering.

C. Ciri-Ciri Arsitektur Tropis

You might also like