You are on page 1of 9

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perairan Indonesia secara geografis terletak dikawasan tropis yang sangat kaya akan
berbagai jenis ikan meski kelimpahan dari jenis tersebut relative kecil dibandingkan dengan
kelimpahan ikan di daerah beriklim subtropics (Badrudin,2006). Kondisi perikanan laut di
Indonesia didominasi oleh perikanan rakyat yang menggunakan pantai sebagai daerah
penangkapannya. Hampir 90% produksi ikan Indonesia disumbangkan dari perikanan pantai,
yang secara umum merupakan perikanan skala kecil (Wiyono, 2010). Salah satu pertanyaan
yang sering muncul dalam pemanfaatan sumberdaya ikan adalah seberapa banyak ikan dapat
diambil tanpa mengganggu keberadaan stoknya, atau tepatnya, bagaimana agar panen
biomassa ikan dapat maksimal tanpa mengganggu prospek eksploitasi perikanan yang
bersangkutan di masa depan. Pertanyaan sederhana ini merupakan landasan semua analisis
produksi perikanan; kegagalan menjawabnya dapat berakibat buruk pada pengelolaan
perikanan masa depan (Georgina et al., 2004).

Dinamika stok ikan di suatu perairan laut bergantung kepada besarnya hasil
tangkapan (yield) setiap tahunnya. Pada sisi lain besarnya hasil tangkapan dipengaruhi
besarnya upaya penangkapan (effort). Di Indonesia besarnya upaya penangkapan setiap
tahun akan selalu berubah atau tidak tetap. Oleh karena itu,besarnya stok ikan di suatu
perairan bersifat dinamis. (Susilo,2009). Potensi lestari atau maximum sustainable yield
(MSY) sumberdaya ikan di perairan Indonesia diperkirakan mencapai 6,4 juta per ton tahun
. jumlah tangkapan yang diperbolehkan adalah 80% potensi lestari tersebut sekitar 5,12 juta
per tahun (Zulfikar,2012).

1.2 Tujuan
Mengetahui definisi dan tujuan pengkajian stok ikan dengan benar
II. PENGKAJIAN STOK
2.1 Definisi Stok
Stok adalah suatu kelompok organisme dari suatu spesies yang mempunyai
karakteristik (parameter stok ) yang sama dan menempati suatu daerah geografis tertentu
(Saputra,2007). Menurut Gavin et al., (1999), Stok adalah kelompok ikan cukup besar yang
pada hakikatnya melakukan reproduksi mandiri, dimana setiap anggota kelompok memiliki
sejarah hidup serta karakteristik yang sama. Sedangkan menurut Miro et al., (1997), stok
adalah kelompok organisme satu spesies, yang memiliki parameter stok yang sama dan
mendiami suatu area geografis tertentu. Menurut perjanjian internasional, stok ikan adalah
kelompok ikan yang dapat dengan bebas dieksploitasi dan dikelola. Pada prinsipnya, stok
adalah suatu populasi organisme yang dicadangkan untuk manusia. Sebuah stok ikan tuna,
misalnya, memiliki arti populasi ikan tuna yang akan dieksploitasi oleh manusia. Di dalam
sektor perikanan, suatu stok ikan dapat terdiri dari spesies-spesies ikan yang berbeda.
Contohnya, stok ikan pelagis di Laut Jawa dapat terdiri dari bermacam-macam spesies.
Secara teoritis beberapa faktor penyebab punahnya suatu sumber daya ikan adalah; 1).
Kelebihan tangkap, 2). Pencemaran, 3). Introduksi ikan-ikan pemangsa, dan 4). Pemotongan
jalur migrasi (Efizon, 2012). .

Pengetahuan mengenai populasi ikan merupakan bagian dasar dalam analisis stok
sumberdaya yang sangat penting dalam perencanaan pengelolaan sumberdaya perikanan.
Sebagaimana halnya populasi, stok ikan juga bersifat dinamis, artinya dapat berubah
sepanjang waktu, baik bertambah ataupun berkurang. Stok ikan dapat bertambah karena
adanya pertumbuhan dan rekruitmen, namun dapat berkurang karena adanya mortalitas alami
dan penangkapan oleh manusia (Cresidantto, 2010).

Gambar 1. Keseimbangan Dinamis Stok Ikan


(Sumber : www.academia.edu)
Contoh unit stok adalah ikan kod di Norwegia yang memijah di perairan Lofoten.
Kemudian, telur dan larvanya terbawa arus ke perairan Pulau Spitsbergen dan Laut Barents.
Pada saat umurnya mencapai 7 tahun, ikan kod ini akan kembali ke perairan Lofoten untuk
memijah. Ikan sidat yang berada di Eropa dan Amerika juga dapat dikatakan sebagai satu
unit stok.
Secara teoritis laju pertumbuhan setiap organisme sangat dipengaruhi oleh umur dan
kondisi lingkungannya; termasuk di dalamnya adalah faktor makanan. Jika kebutuhan
makanan tidak terpenuhi maka laju tumbuh organisme tersebut akan terhambat. Pertumbuhan
setiap organisme (termasuk ikan) pada cmumnya akan mulai lambat dengan bertambahnya
umur. Analisis pertumbuhan ikan laut dan organisme sejenisnya dapat dilakukan berdasarkan
ukuran panjang atau berat. Data panjang ikan atau krustasea (kekerangan) yang dihubungkan
dengan umur akan menunjukkan sebuah kurva yang cenderung kemiringannya (slope)
berkurang secara berlanjut dengan bertambahnya umur hingga mendekati garis asimtot
(Syam, 2006).
Seiring dengan berjalannya waktu, ilmu pengkajian stok ikan pun terus berkembang.
Hal ini menyebabkan data dan informasi yang berkaitan selalu diperbarui sehingga hasil
penangkapan dapat terus meningkat tanpa merusak lingkungan. Pengkajian stok secara
sistemik dan reguler dapat menyediakan peringatan dini terhadap penangkapan ikan yang
berlebihan (overfishing) dan mencegah timbulnya investasi berlebihan pada industri
penangkapan. Peluang meningkatnya hasil tangkapan adalah melalui perbaikan peraturan
pada stok dan program rehabilitasi pada stok yang telah dieksploitasi secara berlebihan
(Austin, 2011).

2.2. Definisi Pengkajian Stok


Konsep dasar dalam mendeskripsikan dinamika suatu sumberdaya perairan yang
dieksploitasi adalah stok (Cresidantto, 2010). Pola pengelolaan sumberdaya perikanan
umumnya berbeda untuk setiap negara walaupun negara-negara tersebut kemungkinan besar
menggunakan pendekatan yang sama. Hal ini sangat mungkin terjadi karena kondisi biologi
sumberdaya perikanan dan lingkungannya dapat berbeda-beda di setiap negara. Perbedaan
ini akan lebih nyata jika pengelolaan tersebut juga mempertimbangkan masalah-masalah
politik, tradisi, ekonomi dan teknologi (Mennofatri et al., 2007). Menurut Notowinarto et al.,
(2009) pengkajian stok adalah memberikan saran tentang pemanfaatan yang optimum
sumberdaya hayati perairan, pemanfaatan sumberdaya yang tidak rasional dan tidak
terkendali akan mengakibatkan menipisnya sediaan (stock), punahnya populasi ikan,
akumulasi modal yang berlebih, penurunan hasil tangkapan per satuan upaya (catch per unit
effort / CPUE). Namun secara singkat dapat didefinisikan, Pengkajian Stok merupakan
gambaran mengenai nilai dugaan besarnya biomassa ikan berdasarkan kelompok jenis ikan
dalam waktu tertentu menggunakan aplikasi ilmu statistika dan matematika sehingga
diperoleh status stok ikan secara kuantitatif untuk kepentingan pendugaan stok ikan dan
alternatif kebijakan kedepan (Austin, 2011).
Model pengkajian stok dapat dikelompokan menjadi 2 kelompok besar , yaitu (1)
model baku perikanan (standart fisheries model) dan (2) model baku perikanan meliputi
model produksi, model analitik, model stok dan penambahan baru (Saputra, 2007).
Pendugaan atau pengkajian potensi cadangan lestari dan potensi tangkapan lestari secara
biologi (Maximum Sustainable Yield, MSY) menggunakan Model Holistik dengan metode
Walter & Hilborn (1976) dan Schnut (1977) (Setyohadi, 2009).
Model holistik adalah model yang dirancang berdasarkan konsep bahwa populasi
/stok ikan merupakan sesuatu kesatuan ‘utuh’ tanpa mengikut-sertakan aspek-aspek lain yang
menunjang dinamika populasinya (Badrudin,2006 ). Parameter populasi hubungan panjang
dan bobot sangat penting dalam biologi perikanan, karena dapat memberikan informasi
tentang kondisi stok salah satu spesies ikan suatu daerah. Data biologi berupa hubungan
panjang dan bobot badan ikan melalui analisis historis parameter pertumbuhan akan
menghasilkan suatu pendugaan parameter populasi dan keluaran terakhir berupa tingkat
penangkapan optimum dan hasil tangkapan maksimum lestari (Abdul, 2015).
Model analitik dilakukan dengan mengikut-sertakan aspek-aspek dinamika populasi
yang mendukung perkembangan populasi tersebut, seperti laju pertumbuhan, laju kematian,
panjang maksimum, parameter hubungan panjang-berat (isometrik atau allometrik) dan laju
penangkapan (Badrudin, 2006). Model ini adalah yang paling ideal sampai saat ini, tetapi
juga adalah yang paling mahal dan membutuhkan waktu yang cukup lama, karena untuk
dapat memahami setiap komponen tersebut diperlukan penelitian-penelitian khusus yang
sangat banyak macam ragamnya, mulai dari aspek-aspek biologinya secara kualitatif sampai
dengan berbagai aplikasi modelmodel kuantitatif sebagai alat bantu studi. Bagi negara-
negara maju seperti Eropah Barat, pendekatan ini merupakan pilihan yang tepat melalui
kerjasama penelitian antar negara yang sama-sama memanfaatkan sumberdaya perikanan di
perairan yang sama disamping pendekatan lain sebagai pembanding

Perikanan komersial bukanlah suatu sistem statis yang dapat dimanipulasi dan diatur
keberadaannya sesuka hati melalui pengelolaan. Peranan pengakajian stok selalu berbeda
dalam fase dari perkembangan perikanan.

1. Pengkajian stok sangat penting dalam menetapkan sejumlah ekspektasi dasar dan batas-
batas bagi upaya pengembangan, serta dalam merancang berbagai program monitoring
untuk memperoleh estimasi sejumlah parameter penting dari populasi (population size and
structure), mortalitas total, mortalitas alami dan mortalitas penangkapan; pola dan laju
pertumbuhan individu maupun populasi (individual and population growth pattern and
growth rate) serta pola dan laju rekrutment.

2. Pengkajian stok dapat berperan penting dalam:


i) “fine tuning” sistem penangkapan untuk hasil tangkapan yang lebih besar;
ii) menyusun berbagai perencanaan untuk tujuan rehabilitasi manakala perkembangan awal
dari perikanan menghasilkan overfishing; dan
iii) mengembangkan strategi pengelolaan selama berlangsung transisi teknologi ke arah
penggunaan berbagai metode penangkapan yang lebih efisien.

3. Pengkajian stok dapat berperan penting dalam menetapkan sejumlah ekspektasi pada saat
awal dari perkembangan perikanan, misalnya:
i) tingkat tekanan penangkapan yang diijinkan (atau yang didorong, atau yang disubsidi)
sebagai sasaran awal perkembangan perikanan, dengan mempertimbangkan sejumlah
resiko, seperti investasi ekonomi yang berlebihan (economic overcapitalization) dan/atau
penangkapan berlebihan secara biologi (biological overfishing).
ii) menyediakanh beberapa estimasi awal secara kasar mengenai: distribusi, ukuran, dan
produktivitas stok.
iii) membentu menentukan berbagai keperluan utama monitoring yang akan
memungkinkan dilakukannya pengkajian yang lebih tepat dalam fase perkembangan
berikutnya.

4. Pengkajian stok diperlukan untuk meningkatkan informasi saat proses perkembangan


berlanjut
Peranan menentukan dari pengkaji stok yang dilaksanakan selama fase perkembangan
adalah menyediakan data dan informasi yang secara teratur diperbarui dan umpan balik
tentang parameter populasi dan estimasi potensi yang diperlukan dalam proses penentuan
pengeloaan.

Secara khusus, pengkajian stok secara sistematik dan bersifat reguler dapat menyediakan
peringatan dini yang bagus terhadap penangkapan yang berlebihan dan membantu
mencegah timbulnya investasi berlebihan yang sangat merugikan bagi industri
penangkapan.

Peluang untuk meningkatkan hasil tangkapan perikanan adalah melalui:


i) “fine tuning” peraturan terhadap stok yang sedang dieksploitasi secara penuh;
ii) program rehabilitasi/membangun kembali (rebuilding) untuk sejumlah stok yang telah
mengalami eksploitasi secara berlebihan (widodo, 2012)

III. Konsep Dasar Asumsi-Asumsi


3.1 Model-model asumsi
Persamaan pertumbuhan Von Bertalanffy 1938 adalah satu dari kebanyakan model
yang digunakan secara luas untuk menduga panjang atau berat ikan pada titik waktu
mendatang. Model ini menjelaskan perubahan panjang (Lt) sepanjang waktu sebagai suatu
fungsi dari panjang maksimum (L∞) dan koefisien pertumbuhan (K). Metode Ford Walford
dapat digunakan untuk menduga panjang maksimum (L∞) ikan dan koefisien pertumbuhan
(K) dari persamaan Von Bartalanffy L∞ yaitu nilai rata-rata panjang ikan yang sangat tua.
Koefisien pertumbuhan (K) didefinisikan sebagai parameter yang menyatakan kecepatan
kurva pertumbuhan dalam mencapai panjang asimtotiknya (L∞) dari pola pertumbuhan ikan.
Jadi semakin tinggi nilai koefisien pertumbuhan, maka ikan semakin cepat mencapai panjang
asimtotik dan beberapa spesies kebanyakan diantaranya berumur pendek. Sebaliknya ikan
yang memiliki nilai koefisien pertumbuhan rendah maka umurnya semakin tinggi karena
lama untuk mencapai nilai panjang asimtotiknya (Andansari, 2012).

Model asumsi isometric von Bertanlanffy adalah pertumbuhan, kematian,


penangkapan serta tingkat kematian (masing-masing pertumbuhan, laju kematian ditera
kedalam kurva eksponensial negative dan juga Von Bertanalnffy mempunyai asumsi seperti
:
1. Semua ikan yang masuk dalam kelompok tertentu, masuk kedalam lokasi penangkapan
ikan sehingga ikan menjadi mudah ditangkap atau mati pada umur yang sama
2. Perikanan diwaktu yang sama bisa menjadi seperti mata pisau, rekruitmen (tr), seleksi (tc),
dan dekrtuitmen (tmax). Asumsi-asumsi tersebut merupakan asumsi yang paling masuk
akal ikan dengan umur yang panjang, dimana biomasa masing-masing diatas tc ataupun
tr membentuk sebagian besar dari biomasa stok. ( Pauly, & Soriano, 1986)
Selanjutnya, Beverton dan Holt mempunyai asumsi bahwa :
3. Usaha penangkapan, awalnya diterapkan untuk keseluruhan area, tidak adanya adangan,
mungkin terkonsentrasi didaerah yang lebih kecil, meningkatkan tingkat kematian karena
penangkapan.
4. Usaha konstan untuk merubah suatu nilai
5. Model hasil per recruitment tidak memberikan gambaran yang lengkap dari dampak
penangkapan.(Guenette et al, 1998)
6. Asumsi alat tangkap
Contoh: Sotong yang ada di perairan pantai Kelurahan Sario Tumpaan mempunyai
peluang yang sama untuk tertangkap dengan pancing jigs beradium dan pancing jigs
berlampu walau jenis alat tangkapnya berbeda (Maryam et al., 2012)

Daftar pustaka
Andansari, P. A. (2012). Sistem Informasi Pengkajian Stok Ikan (Studi Kasus: Ikan Kurisi Nemipterus
japonicus, Bloch 1791 di Perairan Selat Sunda yang Didaratkan Di PPP Labuan, Pandeglang,
Banten).

Tinungki, G. M., Boer, M., Monintja, D. R., Widodo, J., & Fauzi, A. (2004). MODELSURSHING:
MODEL HYBRID ANTARA MODEL PRODUKSI SURPLUS DAN MODEL CUSHING
DALAM PENDUGAAN STOK IKAN (STUDI KASUS: PERIKANAN LEMURU DI SELAT
BALI). Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, 11(2), 135-138.

Winda Ruth, A.E (2011). KAJIAN STOK DAN ANALISIS KETIDAKPASTIAN IKAN
KUNIRAN (Upeneus sulphoreus Cuvier 1829) DENGAN MENGGUNAKAN
SIDIK FREKUENSI PANJANG YANG DIDARATKAN DI TPI CILINCING
JAKARTA. Institut Pertanian Bogor
Boer, M., Aziz, K.A. (2007). RANCANGAN PENGAMBILAN CONTOH UPAYA
TANGKAP DAN HASIL TANGKAP UNTUK PENGKAJIAN STOK IKAN.
Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia 14 (2), 67-71
Begg, G. A., & Waldman, J. R. (1999). An holistic approach to fish stock
identification. Fisheries research, 43(1), 35-44.
Masyahoro, A. (2015). MODEL PERTUMBUHAN IKAN BERONANG LINGKIS
(Siganus canaliculatus) HASIL TANGKAPAN SERO DI PERAIRAN
KEPULAUAN SELAYAR. AGRISAINS, 12(1).
Maryam, S., Katiandagho, E. M., & Paransa, I. J. (2012). Pengaruh perbedaan pancing jigs
beradium dan berlampu terhadap hasil tangkapan sotong di perairan pantai Sario
Tumpaan Kota Manado. Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap, 1(1).
Kraljević, M., & Dulčić, J. (1997). Age and growth of gilt-head sea bream (Sparus aurata L.)
in the Mirna Estuary, Northern Adriatic. Fisheries Research,31(3), 249-255.

Pauly, D. and M.L. Soriano.1986. Some pratical extensions to Beverton and Holt’s relative
yield-per-recruit model,p. 491-496. In:J.L. Maclean, L.B. Dizon and L.V. Hosillo
(eds.). The First Asian Fisheries Forum. Asian Fisheries Society,Manila.
Guénette, S., Lauck, T., & Clark, C. (1998). Marine reserves: from Beverton and Holt to the
present. Reviews in fish biology and fisheries, 8(3), 251-272.

Syam, A. R. (2006). Parameter Stok dan Laju Tingkat Eksploitasi Ikan Kawalinya (Selar
crumenopthalmus) di Perairan Maluku.

Widodo. Johanes. 2002. Pengantar Pengkajian Stok Ikan. Pusat Riset Perikanan Tangkap, BRKP-DKP

You might also like