You are on page 1of 50

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sehat 2025 sebagai visi pembangunan kesehatan pemerintah Indonesia

dijabarkan dalam salah satu misinya adalah memandirikan masyarakat. Hal ini memerlukan

dukungan dari semua unsur yang ada, termasuk masyarakat sebagai objek dan subjek dari

pembangunan kesehatan itu sendiri. Selama lebih dari lima dekade Indonesia selalu

diharapkan dengan masalah kesehatan yang masih klasik yaitu masih tingginya kekurangan

kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan dan perilaku hidup sehat serta

menjaga lingkungan yang baik untuk mendukung kesehatan. Gaya hidup orang dewasa

sering menjadi penyebab penyakit kronik seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

kanker, cedera dan diabetes mellitus (Allender,Rector dan Warner, 2014).

Morbiditas dan mortalitas pada orang dewasa sangat bervariasi usia, jenis kelamin, ras,

dan etnis. Enam penyebab utama kematian yaitu Penyakit jantung (penyakit jantung koroner)

dan penyakit serebrovaskular (stroke) adalah penyebab kematian pertama dan ketiga pada

orang dewasa. Neoplasma ganas (kanker), kronis lebih rendah penyakit pernapasan, cedera

yang tidak disengaja, dan diabetes mellitus.

Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara global. Data

WHO menunjukkan bahwa dari 57 juta kematian yang terjadi di dunia pada tahun 2008,

sebanyak 36 juta atau hampir dua pertiganya disebabkan oleh Penyakit Tidak Menular. PTM

juga membunuh penduduk dengan usia yang lebih muda. Di negara-negara dengan tingkat

ekonomi rendah dan menengah, dari seluruh kematian yang terjadi pada orang-orang berusia

kurang dari 60 tahun, 29% disebabkan oleh PTM, sedangkan di negara-negara maju,

menyebabkan 13% kematian. Proporsi penyebab kematian PTM pada orang-orang berusia
1
kurang dari 70 tahun, penyakit cardiovascular merupakan penyebab terbesar (39%), diikuti

kanker (27%), sedangkan penyakit pernafasan kronis, penyakit pencernaan dan PTM yang

lain bersama-sama menyebabkan sekitar 30% kematian, serta 4% kematian disebabkan

diabetes (Suwanti,2017).

Menurut Badan Kesehatan Dunia WHO, kematian akibat Penyakit Tidak Menular (PTM)

diperkirakan akan terus meningkat di seluruh dunia, peningkatan terbesar akan terjadi di

negara-negara menengah dan miskin. Lebih dari dua pertiga (70%) dari populasi global akan

meninggal akibat penyakit tidak menular seperti kanker, penyakit jantung, stroke dan

diabetes. Dalam jumlah total, pada tahun 2030 diprediksi akan ada 52 juta jiwa kematian per

tahun karena penyakit tidak menular, naik 9 juta jiwa dari 38 juta jiwa pada saat ini.

Data WHO 2015 menunjukkan sekitar 1,13 miliar orang di dunia menderita hipertensi.

Artinya, 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis menderita hipertensi, hanya 36,8% di antaranya

yang minum obat.

Jumlah penderita hipertensi di dunia terus meningkat setiap tahunnya, diperkirakan pada

2025 akan ada 1,5 miliar orang yang terkena hipertensi. Diperkirakan juga setiap tahun ada

9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasi.

Secara global, regional dan Nasional pada tahun 2030 transisi epidemiologi dari penyakit

menular menjadi penyakit tidak menular semakin jelas. Diproyeksikan jumlah kesakitan

akibat penyakit tidak menular dan kecelakaan akan meningkat dan penyakit menular akan

menurun. PTM seperti kanker, jantung, DM dan paru obstruktif kronik, serta penyakit kronik

lainnya akan mengalami peningkatan yang signifikan pada tahun 2030. Sementara itu

penyakit menular seperti TBC, HIV/AIDS, Malaria, Diare dan penyakit infeksi lainnya

diprediksi akan mengalami penurunan pada tahun 2030. Peningkatan kejadian PTM

berhubungan dengan peningkatan faktor risiko akibat perubahan gaya hidup seiring dengan
2
perkembangan dunia yang makin modern, pertumbuhan populasi dan peningkatan usia

harapan hidup (Suwanti,2017).

Indonesia dalam beberapa dasawarsa terakhir menghadapi masalah Triple Burden

Diseases. Di satu sisi, penyakit menular masih menjadi masalah ditandai dengan masih

sering terjadi KLB beberapa penyakit menular tertentu , munculnya kembali beberapa

penyakit menular lama (Re-Emerging Diseases). Di sisi lain, PTM menunjukkan adanya

kecenderungan yang semakinmeningkat dari waktu ke waktu.

Data Statistik Kematian dari WHO menujukkan Indonesia, di Indonesia, angka kematian

laki –laki meningkat lebih tinggi dibandingkan perempuan pada kelompok usia 20 – 24

tahun. Hal ini cenderung konsisten hingga kelompok usia lebih dari 70 tahun. Beberapa

faktor resiko yang menempatkan laki – laki lebih beresiko daripada perempuan untuk sakit

atau meniggal antara lain perilaku beresiko, alcohol dan pnyalahgunaan zat, diet, kurangnya

sosialisasi dengan dunia luar serta kurang memperhatikan pemeriksaan kesehatan secara rutin

( Nies and Mc.Ewen, 2015).

Di Indonesia, berdasarkan dara Riskesdas 2013, prevalensi hipertensi di Indonesia

sebesar 25,8%, prevalensi tertinggi terjadi di Bangka Belitung (30,%) dan yang terendah di

Papua (16,8%). Sementara itu, data Survei Indikator Kesehatan Nasional (Sirkesnas) tahun

2016 menunjukkan peningkatan prevalensi hipertensi pada penduduk usia 18 tahun ke atas

sebesar 32,4%.

Riskesdas tahun 2018 merilis prevalensi Hipertensi berdasarkan diagnosis dokter,

diagnosis dokter atau minum obat, dan hasil pengukuran pada penduduk umur > 18 tahun

mengalami peningkatan dari tahun 2013 (25,8%) selanjutnya kemudian di tahun 2018 ini

mengalami peningkatan menjadi 34,1 %, jika kita melihat antara selama lima tahun ini

terjadi peningkatan yang signifikan dengan selisih


3
Prevalensi hipertensi berdasarkan diagnosis dokter atau minum obat antihipertensi pada

penduduk umur ≥ 18 menempatkan Propinsi Sulawesi Selatan berada di urutan ke 25

sedangkan pengukuran berdasarkan pada penduduk umur ≥ 18 tahun menurut provinsi

menempatkan Sulawesi Selatan berada pada urutan ke 14 dari 34 Propinsi yang ada di

Indonesia. Bila melihat hal tersebu Prevalensi Hipertensi di Sulawesi Selatan cukup tinggi

(Riskesdas 2018).

Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengurangi prevalensi PTM di

Indonesia, namun belum sepenuhnya mencapai derajat kesehatan yang optimal. Sebagai

seorang perawat, peran kita tidak hanya sebagai pemberi pengobatan ataupun perawatan di

rumah sakit, namun juga dapat berperan sebagai perawat komunitas yang berperan meliputi

pendidik, pengamat kesehatan, koordinator pelayanan kesehatan, peran pembaharu, role

model dan fasilitator kesehatan. Peran perawat komunitas dalam mengurangi PTM yaitu

dengan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat seoptimal mungkin melalui praktik

keperawatan komunitas, dilakukan melalui peningkatan kesehatan (Promotif), dan

pencegahan penyakit (preventif) di semua tingkat pencegahan (levels of prevention) tanpa

mengabaikan aspek kuratif dan rehabilitative (Kaakinen,2010).

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Menyusun rancangan pengkajian keperawatan komunitas pada aggregat dewasa

dengan masalah kesehatan resiko Hypertensi di Desa Toddo Toa Kecamatan Pallangga

Kab. Gowa berdasarkan model community as partner.

4
1.2.2 Tujuan Khusus

1.2.2.1 Menerapkan model community as partner sebagai framework pengkajian

keperawatan komunitas pada aggregate dewasa dengan masalah kesehatan

resiko hypertensi.

1.2.2.2 Menyusun instrument pengkajian pada aggregate dewasa dengan masalah

kesehatan resiko hypertensi berdasarkan model community as partner di Desa

Toddo Toa.

1.2.2.3 Memperoleh hasil pada aggregate Dewasa dengan masalah kesehatan

resiko Hypertensi dengan menggunakan model community as partner di Desa

Toddo Toa.

1.3. Ruang Lingkup Pengkajian

Pengkajian yang dilakukan pada aggregate dewasa dengan masalah kesehatan

hypertensi ditekankan pada mengidentifikasi masalah kesehatan berdasarkan model

community as partner. Pada model community as partner terdapat dua faktor utama yaitu

fokus pada komunitas sebagai mitra dan proses keperawatan (Anderson & Mc Farlan, 2004).

Pada pengkajian komunitas terdapat core dan 8 (delapan) subsistem dari masyarakat. Core

pada usia dewasa dengan masalah kesehatan hypertensi yang terdiri dari riwayat

terbentuknya aggregat, demografi, suku, nilai, dan kepercayaan. Sedangkan pada subsistem

terdapat lingkungan fisik, pelayanan kesehatan dan social, ekonomi, transportasi dan

keamanan, politik dan pemerintahan, komunikasi, pendidikan, dan rekreasi yang berkaitan

dengan aggregate anak dewasa dengan masalah kesehatan hypertensi.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Orang Dewasa sebagai Populasi Beresiko (Population at Risk)

2.1.1 Defenisi dan Batasan Orang Dewasa

Istilah Dewasa (adult) berasal dari bahasa latin yaitu adultus yang berarti telah

tumbuh menjadi kekuatan yang sempurna dan ukuran atau telah menjadi dewasa, orang

dewasa adalah individu yang menyelesaikan pertumbuhan fisiknya dan siap menerima

posisi dan jabatan di masyarakat (Hurlock, 2011). Menurut Allender Rector dan Warner

(2014) orang dewasa adalah orang yang telah berusia 18 tahun atau lebih terbagi dalam

dua masa yaitu dewasa muda atau young adult yang berumur antara 18 – 35 tahun dan

dewasa (adult) berumur anatara 35 – 65 tahun. Dewasa muda merupakan periode antara

usia 20 hingga 40 tahun, dan dewasa pertengahan antara usia 40 hingga 60 tahun (Polan

dan Taylor, 2007). Selain itu menurut Hurloc 2011, masa dewasa kemudian dibagi dalam

tiga periode, yaitu masa dewasa awal yang berumur dari 18 – 40 tahun, dewasa

pertengahan atau madya yang berumur antara 40- 60 tahun dan dewasa akhir atau usia

lanjut > 60 tahun.

Orang dewasa tumbuh dan berkembang sebagai pribadi yang memiliki kematangan

konsep menuju ke kemandirian. Kematang psikologi bagi orang dewasa sebagai pribadi

mampu untuk mengarahan diri sendiri dan mendorong keinginan untuk dipandang dan

diperlakukan secara baik oleh orang lain sebagai pribadi yang mengarhkan dirinya

sendiri, bukan diarahkan, dipaksa dan di manipulasi oleh orang lain. Apabila orang

dewasa mengahadapi situasi yang tidak menguntungkan untuk dirinya maka dia akan

merasa tertekan dan tida senang (Hurloc, 2011).

6
2.1.2 Karakteristik Orang Dewasa Sebagai Populasi beresiko

Populasi beresiko (Population at Risk) merupakan kumpulan orang – orang yang

dengan masalah kesehatan memiliki kemapuan untuk berkembang lebih buruk karena

adanya faktor resiko yang mepengaruhi (Allender dan Rector 2011). Orang dewasa

termasuk kedalam populasi beresiko karena memiliki masalah kesehatan yang dapat

berkembang akibat berbagai faktor resiko (Stanhope dan Lancaster, 2016). Karaktersitik

populasi beresiko meliputi biologi dan terkait usia (biologi and age- related risk) resiko

lingkungan (environmental risk) dan resiko perilaku atau gaya hidup (behavioral/lif style

risk).

2.1.2.1 Resiko Biologi dan resiko terkait usia

Pertumbuhan fisik pada masa dewasa mengalami perubahan baik penampilan,

kekuatan maupun kesehatan, kondisi ini mencapai puncaknya pada masa permulaan

dewasa hingga menurun pada masa dewasa awal sehingga lebih mudah terserang

penyakit. Dewasa awal merupakan masa produktif dan merupakan kondisi yang paling

pima sepanjang kehidupan manusia

2.1.2.2 Resiko Lingkungan (Environmental Risk)

Usia dewasa merupakan usia yang paling produktif, Stanhope dan Lancater 2016

mengatakan faktor yang paling menjadi resiko adalah lingkungan adalah resiko social

ekonomi. Potter dan Perry Stockert dan Hall mengatakan bahwa umumnya lingkungan

yang menjadi faktor resiko bagi orang dewasa adalah lingkungan pekerjaan yang

mengandung bahaya dan agen penyebab penyakit dan kanker.

2.1.2.3 Resiko Perilaku Gaya Hidup

Sebagian dari orang dewasa sangat mudah ntuk mempunyai masalah kesehatan,

olahraga teratur, mngkonsumsi makanan bergizi seimbang sangat di utamakan dalam


7
pemeliharaan kesehatan orang dewasa. Akan tetapi jika kita melihat kebanyakan orang

dewasa sering mengabaikan pentingnya pemeliharaan kesehatan mereka dengan

melakukan gaya hidup yang salah. Orang usia dewasa tidak percaya bahwa gaya hidup

masa remaja awal sangat menentukan kesehatan pada masa usia tua. Banyak oranh yang

berusia muda mengembangkan pola makan buruk, seperti tidak makan pagi,

mengandalkan cemilan sebagai sumber makanan sepanjang hari, makan makanan cepat

saji, perilaku merokok dan penggunakan minuman beralkohol, penggunaan zat –zat

terlarang, melalaikan latihan fisik, olah raga tidak teratur dan kadang tidur larut malam,

pola seperti ini merupakan faktor resiko untuk terjadinya penurunan kesehatan.

Kebiasaan makan yang kurang sehat dan aktivitas fisik yang kurang merupakan kondisi

yang dapat menyebakan masalah kesehatan (Stanhope dan Lancaster, 2016).

2.2 Konsep Hypertensi

2.2.1 Definisi

Hipertensi adalah tekanan darah tinggi abnormal dan diukur paling tidak pada 3

kesempatan yang berbeda (Corwin, 2009). Sedangkan menurut Wijaya dan Putri (2013)

hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah secara

abnormal dan terus menerus pada beberapa kali pemeriksaan tekanan darah yang

disebabkan suatu atau beberapa faktor resiko yang tidak berjalan sebagaimana mestinya

dalam mempertahankan tekanan darah secara normal. Hipertensi adalah meningkatnya

tekanan darah arteri yang persisten (Nurarif dan Kusuma, 2013).

8
2.2.2 Etiologi

Menurut Sagala (2009), hipertensi tergantung pada kecepatan denyut jantung,

volume sekuncup dan Total Peripheral Resistance(TPR).Peningkatan salah satu dari

ketiga variabel yang tidak dikompensasi dapat menyebabkan hipertensi.

Peningkatan TPR yang berlangsung lama dapat terjadi pada peningkatan

rangsangan saraf atau hormon pada arteriol, atau responsivitas yang berlebihan dari

arteriol terdapat rangsangan normal. Kedua hal tersebut akan menyebabkan

penyempitan pembuluh darah. Pada peningkatan TPR, jantung harus memompa secara

lebih kuat dan dengan demikian menghasilkan tekanan yang lebih besar, untuk

mendorong darah melintas pembuluh darah yang menyempit. Hal ini disebut

peningkatan dalam afterload jantung dan biasanya berkaitan dengan peningkatan

tekanan diastolik. Apabila peningkatan afterload berlangsung lama, maka ventrikel kiri

mungkin mulai mengalami hipertrofi (membesar). Hipertrofi menyebabkan kebutuhan

ventrikel akan oksigen semakin meningkat sehingga ventrikel harus mampu memompa

darah secara lebih keras lagi untuk memenuhi kebutuhan tesebut. Pada hipertrofi, serat-

serat otot jantung juga mulai tegang melebihi panjang normalnya yang pada akhirnya

menyebabkan penurunan kontraktilitas dan volume sekuncup (Hayens, 2003).

2.2.3 Patofisiologi hipertensi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di

pusat vasomotorpada medula di otak, dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf

simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula

spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor

dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke

ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
9
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan

dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah (Sagala, 2009).

Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon

pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat

sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal

tersebut bisa terjadi (Sagala, 2009).

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah

sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan

tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal mengsekresi epinefrin yang

menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya,

yang dapat memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang

mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin

merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,

suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh

korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,

menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung

mencetus keadaan hipertensi (Sagala, 2009).

2.2.4 Tanda dan Gejala Hipertensi

Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang

tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat

(kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil

(edema pada diskus optikus).

Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala sampai

bertahun-tahun. Gejala bila ada menunjukan adanya kerusakan vaskuler, dengan


10
manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah

bersangkutan. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia

(peningkatan urinasi pada malam hari) dan azetoma [peningkatan nitrogen urea darah

(Blood Urea Nitrogen) dan kreatinin]. Keterlibatan pembuluh darah otak dapat

menimbulkan strok atau serangan iskemiktransien yang bermanifestasi sebagai paralisis

sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan (Sagala, 2009).

Menurut Sagala (2009) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul

setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa : nyeri kepala saat terjaga, kadang-

kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah intrakranial,

penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi, ayunan langkah yang tidak

mantap karena kerusakan susunan saraf pusat, nokturia karena peningkatan aliran darah

ginjal dan filtrasi glomerolus, edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan

tekanan kapiler.Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing,

muka merah, sakit kepala, keluaran darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa

pegal dan lain-lain (Sagala, 2009).

2.2.5 Faktor-faktor Resiko Hipertensi

Usia, Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan

bertambahnya umur maka semakin tinggi mendapat resiko hipertensi. Insiden hipertensi

makin meningkat dengan meningkatnya usia. Ini sering disebabkan oleh perubahan

alamiah di dalam tubuh yang mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan hormon.

Hipertensi pada yang berusia kurang dari 35 tahun akan menaikkan insiden penyakit

arteri koroner dan kematian prematur (Yulianti, 2005).

Jenis Kelamin, Jenis kelamin juga sangat erat kaitanya terhadap terjadinya hipertensi

dimana pada masa muda dan paruh baya lebih tinggi penyakit hipertensi pada laki-laki
11
dan pada wanita lebih tinggi setelah umur 55 tahun, ketika seorang wanita mengalami

menopause. Laporan Sugiri di Jawa Tengah didapatkan angka prevalensi 6% dari pria

dan 11% pada wanita. Laporan dari Sumatra Barat menunjukan 18,6% pada pria dan

17,4% wanita. Daerah perkotaan Semarang didapatkan 7,5% pada pria dan 10,9% pada

wanita. Sedangkan di daerah perkotaan Jakarta didapatkan 14,6 pada pria dan 13,7%

pada wanita (Sagala, 2009).

Riwayat Keluarga, Riwayat keluarga juga merupakan masalah yang memicu masalah

terjadinya hipertensi. Hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan. Jika seorang

dari orang tua kita memiliki riwayat hipertensi maka sepanjang hidupnya memiliki

kemungkinan 25% terkena hipertensi (Sagala, 2009).

Garam Dapur, Garam dapur merupakan faktor yang sangat dalam patogenesis hipertensi.

Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa dengan asupan garam yang

minimal. Asupan garam kurang dari 3 gram tiap hari menyebabkan hipertensi yang

rendah jika asupan garam antara 5-15 gram perhari, prevalensi hipertensi meningkat

menjadi 15-20%. Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya hipertensi terjadai melalui

peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah (Basha, 2004 dalam

Sagala, 2009).

Garam mengandung 40% sodium dan 60% klorida. Orang-orang peka sodium lebih

mudah meningkat sodium, yang menimbulkan retensi cairan dan peningkatan tekanan

darah (Sagala, 2009). Garam berhubungan erat dengan terjadinya tekanan darah tinggi

gangguan pembuluh darah ini hampir tidak ditemui pada suku pedalaman yang asupan

garamnya rendah. Jika asupan garam kurang dari 3 gram sehari prevalensi hipertensi

presentasinya rendah, tetapi jika asupan garam 5-15 gram perhari, akan meningkat

prevalensinya 15-20% (Wiryowidagdo, 2004).


12
Mengkonsumsi garam lebih atau makan-makanan yang diasinkan dengan sendirinya

akan menaikan tekanan darah karena garam mempunyai sifat menahan air. Hindari

pemakaian garam yang berlebih atau makanan yang diasinkan. Hal ini tidak berarti

menghentikan pemakaian garam sama sekali dalan makanan. Sebaliknya jumlah garam

yang dikonsumsi batasi (Wijayakusuma, 2000 dalam Sagala, 2009).

Merokok, Merokok merupakan salah satu faktor yang dapat diubah, adapun hubungan

merokok dengan hipertensi adalah nikotin akan menyebabkan peningkatan tekanan darah

karena nikotin akan diserap pembuluh darah kecil dalam paru-paru dan diedarkan oleh

pembulu darah hingga ke otak, otak akan bereaksi terhadap nikotin dengan memberi

sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas efinefrin (Adrenalin). Hormon yang kuat ini

akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat

karena tekanan yang lebih tinggi. Selain itu, karbon monoksida dalam asap rokok

menggantikan oksigen dalam darah. Hal ini akan menagakibatkan tekanan darah karena

jantung dipaksa memompa untuk memasukkan oksigen yang cukup kedalam organ dan

jaringan tubuh (Sagala, 2009).

Aktivitas/Olahraga, Aktivitas sangat mempengaruhi terjadinya hipertensi, dimana

pada orang yang kurang aktvitas akan cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung

yang lebih tinggi sehingga otot jantung akan harus bekerja lebih keras pada tiap

kontraksi. Otot jantung semakin keras dan sering memompa maka makin besar tekanan

yang dibebankan pada arteri (Sagala, 2009).

Depresi/Stres, Depresi juga sangat erat merupakan masalah yang memicu terjadinya

hipertensi dimana hubungan antara depresi dengan hipertensi diduga melalui aktivitas

saraf simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara intermiten (tidak

menentu). Depresi yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menetap


13
tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti akan tetapi angka kejadian di masyarakat

perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan

dengan pengaruh depresi yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota

(Dunitz, 2001 dalam Sagala, 2009).

2.2.6 Komplikasi Hipertensi

2.2.6.1 Stroke

Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat embolus

yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi.Stroke dapat terjadi

pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi

dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya berkurang.

Arteri-arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah sehingga

meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma (Sagala, 2009). Gejala terkena

stroke adalah sakit kepala secara tiba-tiba, seperti, orang bingung, limbung atau

bertingkah laku seperti orang mabuk, salah satu bagian tubuh terasa lemah atau sulit

digerakan (misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa kaku, tidak dapat berbicara secara

jelas) serta tidak sadarkan diri secara mendadak (Santoso, 2006). Infark Miokard dapat

terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerosis tidak dapat menyuplai cukup oksigen

ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melalui

pembuluh darah tersebut.Karena hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka

kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia

jantung yang menyebabkan infark.Hipertropi ventrikel dapat juga menimbulkan

perubahan-perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi

disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko pembentukan bekuan (Sagala, 2009).

14
2.2.6.2 Gagal Ginjal

Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada

kapiler-kepiler ginjal, glomerolus.Rusaknya glomerolus, darah akan mengalir keunit-unit

fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan

kematian. Rusaknya membran glomerolus, protein akan keluar melalui urin sehingga

tekanan osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering dijumpai

pada hipertensi kronik (Sagala, 2009).

2.2.6.3 Gagal jantung

Gagal jantung atau ketidakmampuan jantung dalam memompa darah yang

kembalinya kejantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul di paru,kaki dan

jaringan lain sering disebut edema.Cairan didalam paru – paru menyebabkan sesak

napas,timbunan cairan ditungkai menyebabkan kaki bengkak atau sering dikatakan

edema (Sagala, 2009).

Ensefalopati dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang cepat).

Tekanan yang tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan

mendorong cairan ke dalam ruang intertisium diseluruh susunan saraf pusat. Neuron-

neuron disekitarnya kolap dan terjadi koma serta kematian (Sagala, 2009).

2.2.7 Tingkatan Hipertensi

Tabel 2.1. Klasifikasi Hipertensi menurut Joint National Committee 7

Tekanan darah sistolik Tekanan darah diastolic


Klasifikasi
(mmHg) (mmHg)

Normal <120 Dan < 80

Prehipertensi 120 -139 Atau 80 – 90

15
Hipertensi tingkat 1 140 -159 Atau 90 – 99

Hipertensi tingkat 2 >160 Atau > 100

2.2.8. Pengendalian Hipertensi

Pengendalian hipertensi pada umumnya dilakukan oleh keluarga dengan

memperhatikan pola hidup dan menjaga psikis dari anggota keluarga yang menderita

hipertensi.Pengaturan pola hidup sehat sangat penting pada klien hipertensi guna untuk

mengurangai efek buruk dari pada hipertensi.

Adapun cakupan pola hidup antara lain berhenti merokok, mengurangi kelebihan

berat badan, menghindari alkohol, modifikasi diet. Dan yang mencakup psikis antara lain

mengurangi stress, olahraga, dan istirahat (Sagala, 2009).

2.2.8.1 Berhenti merokok

Merokok sangat besar peranannya meningkatkan tekanan darah, hal ini disebabkan

oleh nikotin yag terdapat didalam rokok yang memicu hormon adrenalin yang

menyebabkan tekanan darah meningkat. Nikotin diserap oleh pembuluh-pembuluh darah

didalam paru dan diedarkan keseluruh aliran darah lainnya sehingga terjadi penyempitan

pembuluh darah. Hal ini menyebabkan kerja jantung semakin meningkat untuk memompa

darah keseluruh tubuh melalui pembuluh darah yang sempit.

Berhenti merokok tekanan darah akan turun secara perlahan, disamping itu jika masih

merokok maka obat yang dikonsumsi tidak akan bekerja secara optimal dan dengan

berhenti merokok efektifitas obat akan meningkat (Santoso, 2006).

2.2.8.2 Mengurangi kelebihan berat badan

Pengurangan berat badan juga menurunkan resiko diabetes, penyakit kardiovaskular,

dan kanker. Tubuh yang berat akan semakin tinggi tekanan darah, jika menerapkan pola

16
makan seimbang maka dapat mengurangi berat badan dan menurunkan tekanan darah

dengan cara yang terkontrol.

2.2.8.3 Menghindari alcohol

Alkohol dalam darah merangsang adrenalin dan hormon –hormon lain yang membuat

pembuluh darah menyempit atau menyebabkan penumpukan natrium dan air. Minum-

minuman yang beralkohol yang berlebih juga dapat menyebabkan kekurangan gizi yaitu

penurunan kadar kalsium dan mengurangi mengkonsumsi alkohol dapat menurunkan

tekanan sistolik 10 mmhg dan diastolik 7 mmhg.

2.2.8.4 Modifikasi diet

Modifikasi diet atau pengaturan diet sangat penting pada klien hipertensi, tujuan

utama dari pengaturan diet hipertensi adalah mengatur tentang makanan sehat yang dapat

mengontrol tekanan darah tinggi dan mengurangi penyakit kardiovaskuler. Ada empat

macam diet untuk menanggulangi atau minimal mempertahankan keadaan tekanan darah

yakni : diet rendah garam, diet rendah kolestrol, lemak terbatas serta tinggi serat, dan

rendah kalori bila kelebihan berat badan (Sagala, 2009).

Diet rendah garam diberikan kepada pasien dengan edema atau asites serta hipertensi.

Tujuan diet rendah garam adalah untuk menurunkan tekanan darah dan untuk mencegah

edema dan penyakit jantung (lemah jantung). Adapun yang disebut rendah garam bukan

hanya membatasi konsumsi garam dapur tetapi mengkonsumsi makanan rendah sodium

atau natrium (Na). Oleh karena itu yang sangat penting untuk diperhatikan dalam

melakukan diet rendah garam adalah komposisi makanan yang harus mengandung cukup

zat – zat gizi, baik kalori, protein, mineral maupun vitamin dan rendah sodium dan

natrium (Sagala, 2009).

17
Sumber sodium antara lain makanan yang mengandung soda kue, baking powder,

MSG (Mono Sodium Glutamat), pengawet makanan atau natrium benzoat (Biasanya

terdapat didalam saos, kecap, selai, jelly), makanan yang terbuat dari mentega serta obat

yang mengandung natrium (obat sakit kepala). Penderita hipertensi, biasakan penggunaan

obat dikonsultasikan dengan dokter terlebih dahulu (Hayens, 2003).

Diet rendah kolestrol dan lemak terbatas. Tiga bagian lemak didalam tubuh yaitu :

kolestrol, trigliserid, dan pospolipid. Tubuh memperoleh kolestrol dari makanan sehari –

hari dan dari hasil sintesis dalam hati. Kolestrol dapat berbahaya jika dikonsumsi lebih

banyak dari pada yang dibutuhkan oleh tubuh, peningkatan kolestrol dapat terjadi karena

terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung kolestrol tinggi dan tubuh

akan mengkonsumsi sekitar 25 – 50 % dari setiap makanan (Sagala, 2009).

Diet tinggi serat sangat penting pada penderita hipertensi, serat terdiri dari dua jenis

yaitu serat kasar (Crude Fiber) dan serat kasar banyak terdapat pada sayuran dan buah –

buahan, sedangkan serat makanan terdapat pada makanan karbohidrat yaitu : kentang,

beras, singkong dan kacang hijau. Serat kasar dapat berfungsi mencegah penyakit

tekanan darah tinggi karena serat kasar mampu mengikat kolestrol maupun asam empedu

dan selanjutnya membuang bersama kotoran. Keadaan ini dapat dicapai jika makanan

yang dikonsumsi mengandung serat kasar yang cukup tinggi (Mayo, 2005).

Diet rendah kalori dianjurkan bagi orang yang kelebihan berat badan. Kelebihan berat

badan atau obesitas akan berisiko tinggi terkena hipertensi. Demikian juga dengan orang

yang berusia 40 tahun mudah terkena hipertensi. Perencanaan diet, perlu diperhatikan hal

– hal berikut :

a) Asupan kalori dikurangi sekitar 25% dari kebutuhan energi atau 500 kalori untuk

penurunan 500 gram atau 0.5 kg berat badan per minggu.


18
b) Menu makanan harus seimbang dan memenuhi kebutuhan zat gizi.

c) Perlu dilakukan aktifitas olah raga ringan.

2.2.8.5 Manajemen stres/depresi

Stres/depresi tidak menyebabkan hipertensi yang menetap, tetapi depresi berat dapat

menyebabkan kenaikan tekanan darah yang bersifat sementara yang sangat tinggi.

Apabila periode depresi sering terjadi maka akan mengalami kerusakan pada pembuluh

darah, jantung dan ginjal sama halnya seperti yang menetap (Sagala, 2009).

2.2.8.6 Aktifitas olahraga

Manfaat olah raga yang sering di sebut olah raga isotonik seperti jalan kaki, jogging,

berenang dan bersepeda sangat mampu meredam hipertensi. Pada olah raga isotonik

mampu menyusutkan hormone noradrenalin dan hormon – hormon lain penyebab

naiknya tekanan darah. Hindari olah raga isometrik seperti angkat beban, karena justru

dapat menaikkan tekanan darah (Mayer, 1980 dalam Sagala, 2009).

Istirahat merupakan suatu kesempatan untuk memperoleh energi sel dalam tubuh,

istirahat dapat dilakukan dengan meluangkan waktu. Waktu istirahat itu perlu dilakukan

secara rutin diantara ketegangan jam bekerja sehari – hari. Istirahat juga bukan berarti

melakukan rekreasi yang melelahkan, tetapi yang dimaksudkan dengan istirahat adalah

usaha untuk mengembalikan stamina tubuh dan mengembalikan keseimbangan hormon

dan dalam tubuh (Sagala, 2009).

2.3. Pengkajian Komunitas Model Community As Partner

Model community as partner(Anderson & McFarlane, 2011)didasarkan pada model

yang dikembangkan oleh Neuman dengan menggunakan pendekatan manusia secara utuh

dalam melihat masalah pasien. Model community of client dikembangkan oleh Anderson dan
19
McFlarlane untuk menggambarkan definisi keperawatan kesehatan masyarakat sebagai

perpaduan antara kesehatan masyarakat dan keperawatan. Model tersebut dinamakan model

“community as partner” untuk menekankan filosofi dasar dari perawatan kesehatan

masyarakat.

Empat konseptual yang merupakan pusat keperawatan dapat memberikan sebuah

kerangka kerja bagi model community as partner yang didefinisikan sebagai berikut:

2.3.1 Individu

Individu dalam model community as partner adalah sebuah populasi atau sebuah

agregat. Setiap orang dalam sebuah komunitas yang didefinisikan (populasi total) atau

agregat dewasa mencerminkan individu.

2.3.2 Lingkungan

Lingkungan dapat diartikan sebagai komunitas seperti jaringan masyarakat dan

sekelilingnya. Hubungan antara masyarakat dalam komunitas dapat terjadi dimana

masyarakat tinggal, pekerjaan, suku bangsa dan ras, carahidup, serta faktor lain yang

umumnya dimiliki masyarakat.

2.3.3.Kesehatan

Kesehatan dalam model ini dilihat sebagai sumber bagi kehidupan sehari-hari, bukan

tujuan hidup. Kesehatan merupakan sebuah konsep positif yang menekankan pada

sumber sosial dan personal sebagai kemampuan fisik.

2.3.4.Keperawatan

Keperawatan, berdasarkan definisi tiga konsep yang lain, merupakan upaya pencegahan

(prevention). Keperawatan terdiri dari pencegahan primer yang bertujuan pada

menurunkan kemungkinan yang berhadapan dengan stressor atau memperkuat bentuk

pertahanan, pencegahan sekunder yang dilakukan setelah sebuah stressor memasuki


20
garis pertahanan dan menyebabkan sebuah reaksi serta tujuannya adalah pada deteksi

dini dalam mencegah kerusakan lebih lanjut, dan pencegahan tersier yang bertujuan

untuk meningkatkan dan mengembalikan status kesehatan.

Model community as partner memiliki dua faktor sentral yaitu berfokus pada

komunitas sebagai partner (mitra) yang digambarkan dalam roda assessment. Fokus sentral

tersebut berhubungan dengan masyarakat pada komunitas sebagai intinya dan menggunakan

pendekatan proses keperawatan. Model tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini:

21
Gambar 2.1. Model Community as Partner(Anderson & McFarlane, 2011).

Model community as partner digambarkan dalam gambaran yang jelas untuk

membantu pengguna model dalam memahami bagian-bagiannya yang akan menjadi

pedoman dalam praktik di komunitas. Anderson dan McFarlane (2011) mengatakan bahwa

dengan menggunakan model community as partner terdapat dua komponen utama yaitu roda

pengkajian komunitas dan proses keperawatan.

Roda pengkajian komunitas dalam community as partner (Anderson & McFarlane,

2011) terdiri dari dua bagian utama yaitu inti dan delapan subsistem yang mengelilingi inti

yang merupakan bagian dari pengkajian keperawatan, sedangkan proses keperawatan terdiri

dari beberapa tahap mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan

evaluasi. Inti roda pengkajian adalah individu yang membentuk suatu komunitas. Inti

meliputi demografi, nilai, keyakinan, dan sejarah penduduk setempat. Sebagai anggota

masyarakat, penduduk setempat dipengaruhi oleh delapan subsistem komunitas, dan

sebaliknya. Delapan subsistem ini terdiri atas lingkungan, pendidikan, keamanan dan

transportasi, politik dan pemerintahan, pelayanan kesehatan dan sosial, komunikasi,

ekonomi, dan rekreasi.

Garis tebal yang mengelilingi komunitas menggambarkan garis pertahanan yang

normal atau tingkat kesehatan komunitas yang telah dicapai selama ini. Garis normal

pertahanan dapat berupa karakteristik seperti nilai imunitas yang tinggi, angka mortalitas

infant yang rendah, atau tingkat penghasilan yang sedang. Garis pertahann normal juga

meliputi pola koping yang digunakan, kemampuan memecahkan masalah yang

mencerminkan kesehatan komunitas. Fleksibilitas garis pertahanan digambarkan sebagai

sebuah garis putus-putus di sekitar komunitas dan garis pertahanan normal, merupakan

daerah (zona) penyangga (buffer) yang menggambarkan sebuah tingkat kesehatan yang
22
dinamis yang dihasilkan dari respon sementara terhadap stressor. Respon sementara tersebut

mungkin menjadi gerakan lingkungan melawan sebuah stressor lingkungan atau sebuah

stressor sosial. Kedelapan subsistem tersebut dibagi dalam garis terputus untuk

mengingatkan bahwa subsistem tersebut saling mempengaruhi (Anderson & McFarlane,

2011).

Anderson & McFarlan (2011) model community as partner dapat digunakan sebagai

alat pengkajian terhadap masalah kesehatan di komunitas. Unsur-unsur yang dapat dikaji

berdasakan model community as partner adalah:

1. Core adalah inti dari komunitas teridiri dari

a. Riwayat terbentuknya komunitas. Data yang dapat dikumpulkan seperti riwayat

terbentuknya komunitas dari orang-orang tua, tetangga yang telah lama tinggal di

tempat tersebut, dan subdivisi terbaru yang ada di komunitas. Pertanyaan yang

dapat diajukan kepada anggota masyarakat seprti sudah berapa lama anda tinggal

disini? Apakah ada perubahan terhadap daerah tersebut? Siapakah orang yang

paling lama tinggal di daerah tersebut dan yang mengetahui sejarah daerah tersebut.

Data dapat diperoleh dari perpustakaan, sejarah masyarakat, dan wawancara dengan

sesepuh masyarakat pimpinan daerah.

b. Demografi. Data yang dapat dikumpulkan seperti komposisi penduduk dewasa,

orang yang tidak memiliki rumah tempat tinggal, orang yang tinggal sendidrian,

keluarga, karakter. Data dapat diperoleh dari sensus penduduk dan perumahan,

badan perencanaan lokal (kelurahan, kecamatan, kabupaten, provinsi), arsip, dinas

kesehatan, serta melalui observasi. Data yang terkumpul dapat berupa karakteristik

umur dan jenis kelamin, jenis dan tipe keluarga, status pernikahan, statistik vital

(kelahiran, kematian berdasarkan umur dan penyebab).


23
c. Suku. Data yang dapat dikumpulkan seperti ras dan suku bangsa yang ada,

homogenitas populasi yang ada, indikator kelompok etnik tertentu (misalnya

restoran, festival), dan tanda-tanda kelompok budaya yang ada. Data dapat

diperoleh melalui sensus penduduk, arsip, dan observasi.

d. Nilai dan Keyakinan. Data yang dapat diperoleh seperti tempat ibadah,

homogenitas masyarakat, penggunaan pekarangan rumah dan lahan kosong serta

kebun (misal ditanami rumput atau bunga), tanda-tanda kesenian, budaya warisan

leluluhur yang ada, dan peninggalan bersejarah yang ada. Data dapat diperoleh

melalui observasi langsung, wawancara, windshield survei.

2. Subsistem, terdiri dari;

a. Lingkungan fisik

Data lingkungan fisik dapat berupa keadaan masyarakat, kualitas udara, tumbuh-

tumbuhan, perumahan, pembatas wilayah, daerah penghijauan, binatang peliharaan,

anggota masyarakat, struktur yang dibuat masyarakat, keindahan alam, air, iklim,

peta wilayah, dan luas daerah. Data dapat diperoleh melalui sensus, wind shield

survei, dan arsip, serta dokumen di kelurahan

Sub sistem lingkungan fisik adalah terkait kondisi tempat tinggal orang dewasa,

kondisi sarana yang ada di sekitar lingkungan orang dewasa yang berhubungan

dengan risiko hipertensi termasuk dalam ketersediaan sumber-sumber pendukung

untuk orang dewasa. Demikian juga lingkungan social tempat orang dewasa

melakukan interaksi dan sumber makanan yang menyediakan makanan.

24
b. Pelayanan Kesehatan dan Sosial

Datanya dapat meliputi kejadian akut atau kronis di masyarakat, adanya posyandu,

Pelayanan makanan tambahan, klinik atau rumah sakit, pelayanan kesehatan pribadi

petugas kesehatan, pelayanan kesehatan masyarakat, fasilitas pelayanan social, dan

ketersediaan sumber intra dan ekstra komunitas yang dapat dimanfaatkan oleh

masyarakat. Data dapat diperoleh dari wawancara, windshield survei, badan

perencanaan daerah, laporan tahunan fasilitas kesehatan dan sosial, dan dinas

kesehatan. Data-data yang diperoleh dapat dikelompokkan berdasarkan pelayanan

kesehatan dan sosial yang ada.

Pelayanan kesehatan seperti fasilitas ekstra dan intra komunitas seperti rumah

sakit dan klinik, perawatan kesehatan di rumah, fasilitas perawatan lanjut,

pelayanan kesehatan masyarakat, pelayanan emergensi. Data untuk setiap fasilitas

dikumpulkan terkait dengan berbagai pelayanan (tarif, waktu, rencana pelayanan

baru, pelayanan yang dihentikan), sumber (tenaga, tempat, biaya, dan sistem

pencatatan), karakteristik pengguna (distribusi geografik, profil demografik, dan

transportasi), statistik (jumlah pengguna yang dilayani tiap hari, minggu, dan

bulan), kesesuaian, keterjangkauan, dan penerimaan fasilitas menurut pengguna

maupun pemberi pelayanan kesehatan. Pelayanan sosial seperti fasilitas ekstra dan

intra komunitas misalnya adanya kelompok konseling dan dukungan, pakaian,

makanan, tempat tinggal, dan kebutuhan khusus. Data untuk setiap fasilitas

dikumpulkan seperti pada pelayanan kesehatan.

25
c. Komunikasi

Meliputi adanya tempat khusus untuk berkumpulnya masyarakat, jenis

Koran,ketersedian TV atau radio, pelayanan pos dan alat komunikasi formal dan

informal yang ada di masyarakat. Adakah tempat orang dewasa berkumpul untuk

bertukar informasi, apakah orang dewasa memanfaat Koran, televise dan radio,

bagaimana bentuk komunikasi baik formal maupun informal yang di dapatkan

terkait hipertensi, darimana orang dewasa tersebut memperoleh informasi mengenai

hipertensi, apakah informasi tersebut benar atau tidak, apakah orang dewasa

mendengar apa yang disampaikan oleh tokoh masyarakat. Data dapat di peroleh

dengan menggunakan wawancara, survey, buku, telfon dan sensus.

d. Perekonomian

Perekonomian atau tingkat pendapatan keluarga dengan usia dewasa apakah

termasuk keluarga dengan pendapatan menengah keatas atau miskin. Apakah

tinggal dikawasan industry,pekerjaan orang dewasa, jumlah orang dewasa yang

menganggur, jenis pekerjaan, serta kebiasaan orang dewasa dalam mengubah pola

gaya hidup.

Ekonomi, meliputi keadaan komunitas (berkembang atau miskin), adanya pusat

industri, pertokoan, lapangan kerja, pusat perbelanjaan, badan pemeriksa makanan,

dan angka pengangguran. Data dapat diperoleh dari catatan sensus, departemen

perdagangan, departemen tenaga kerja, dan kantor serikat buruh setempat.

e. Keamanan dan transportasi

Data keamanan dapat diperoleh dari kantor perencanaan daerah, berupa

penggunaan air bersih yang dimanfaatkan oleh masyarakat, sanitasi lingkungan

bagaimana orang dewasa bepergian, jenis angkutan yang digunakan, pakah orang
26
dewasa nyaman terhadap transportasi yang ada, adakah pelayanan perlindungan

yang ada bagi orang dewasa, kekerasan rumah tangga, apakah orang dewasa merasa

aman tinggal di komunitasnya, sedangkan transportasi mencakup sarana dan

prasarana masyarakat melakukan perjalanan, jenis kendaraan pribadi dan umum,

jalur khusus pejalan kaki, bersepeda dan pengendara motor, jalur penyandang cacat,

yang digunakan oleh masyarakat. Data transportasi dapat diperoleh dari sensus,

dinas jalan raya, dan dinas transportasi serta kepolisian daerah

f. Politik dan Pemerintahan

Meliputi kegiatan politik di masyarakat (seperti poster, rapat atau pertemuan

politik), partai apa yang berpengaruh di masyarakat, pembentukan pemerintahan

daerah (melalui pemilihan atau calon tunggal), keterlibatan warga dalam pembuatan

keputusan di pemerintah daerah setempat. Subsistem politik dan pemerintahan

dengan kebijakan-kebijakan yang menyangkut pencegahan risiko hiertensi, seperti

kebijakan pemeriksaan teratur di Posbindu. Kebijakan dalam pemantauan setiap

bulan. Bagaimana keterlibatan orang Dewasa dalam politik local, adakah organisasi

orang dewasa di temat tersebut, apakah orang dewasa berperan dalam pengambilan

kebijakan terkait kesehata, apakah pemerintak mendukung terhadap kesehatan

orang dewasa. Data dapat diperoleh dari sensus, windshield survei, dan data

pemerintah daerah setempat.

g. Pendidikan

Mencakup ketersediaan sekolah, kondisi sekolah, perpustakaan, badan yang

mengurusi pendidikan di daerah tersebut terkait dengan fungsinya. Isu utama terkait

pendidikan didaerah tersebut, angka putus sekolah, ketersediaan kegiatan

ekstrakurikuler, pelayanan kesehatan sekolah dan perawatan kesehatan sekolah,


27
yang perlu dikaji juga adalah adakah sekolah untuk orang dewasa di temapt

tersebut, bagaimana kondisinya, adakah perpustakaan, apa isu utama pendidikan di

komunitas, berapa angka drop out siswa, bagaimana pelayann kesehatan disekolah

dan perawatannya.

h. Rekreasi, meliputi pusat bermain anak, bentuk rekreasi yang ada di masyarakat,

fasilitas rekreasi yang ada, dimana orang dewasa biasa bermain, tempat rekreasi

utama, siapa yang banyak menggunakan fasilitas tersebut, fasilitas apa yang ada di

tempat rekresi tersebut. Data dapat diperoleh dari sensus, wawancara, dan

windshield survei.

3. Persepsi

a. Warga masyarakat, meliputi bagaimana perasaan warga terhadap masalah

hipertensi, apakah warga dianggap sebagai kekuatan masyarakat, kesadaran warga

terhadap masalah masyarakat. Perlu dikaji persepsi orang dewasa terhadap kondisi

komunitas itu sendiri, apakah orang dewasa ada masalah, merasa ada ancaman,

masalah apa yang dirasakan, tanyakan pada beberapa warga untuk mendapatkan

gambaran umum kondisi orang dewasa dan persepsi orang dewasa adanya ancaman

atau stimulus baik dari dalam maupun dari luar komunitas, termasuk apakah itu

stressor biologis (HIV, -AIDS, penggunaan Obat Terlarang, Minuman Keras,

gangguan psikologis, mental, koping maladaptive, social, banyak pengangguran,

pusat hiburan, spiritual (minat terhadap kegiatan keagamaan kurang, kepedulian

terhadap tokoh agama, dan kulutural terhadap di berlakukannya mabuk mabukan

dan minum alcohol. Data dapat diperoleh dari wawancara dengan warga pada

berbagai kelompok lansia, remaja, buruh, pemuka agama dan masyarakat, dan

pemerintahan.
28
b. Persepsi perawat, meliputi kesehatan masyarakat setempat, kekuatan yang ada di

masyarakat, masalah aktual dan potensial yang dapat diidentifikasi. Apakah ada

ancaman orang dewasa di komunitas,Data dapat diperoleh dengan observasi dan

wawancara dengan warga masyarakat.

2.4 Teori Health Promotion Model (HPM) menurut Pender

2.4.1 Sejarah

Nola J. Pender berkomitmen pertama kali pada profesi keperawatan ketika berusia

7 tahun. Saat itu ia mengobservasi pemberian asuhan keperawatan pada bibinya yang

masuk rumah sakit. Keinginannya untuk memberikan perawatan kepada orang lain

dikembangkan melalui pengalaman dan pendidikan yang ia yakini sebagai profesi yang

menolong orang lain. Dr. Pender membuat terobosan baru pada ilmu pengetahuan

tentang promosi kesehatan melalui riset, pengajaran, presentasi dan tulisan sederhana

(Alligod,2014).

Pender dilahirkan pada tahun 1941 di Lansig, Michigan, satu-satunya anak dari

orang tuanya yang mendukung pendidikan untuk wanita. Keluarganya mendukung cita-

citanya menjadi RN yang kemudian ia memimpin sekolah keperawatan di RS Sub

Urban Barat di Oak Park, illnois. Dia mendapat gelar diploma pada tahun 1962 dan

bekerja pada unit bedah di RS Michigan. Pada tahun 1964, Pender melengkapi BSN

nya di Universitas State Michigan di East Lancincing dan ia meminta Helen Denhele-

asisten dekan – untuk membantu meluruskan programnya dan mensupport dan

memelihara pilihan-pilihannya untuk pendidikan yang lebih lanjut. Dia mendapatkan

gelar MA pada bidang pertumbuhan dan perkembangan dari Universitas Michigan pada

tahun 1965. Gelar Ph.D di bidang psikologi dan pendidikan pada tahun 1969 dari
29
Universitas North Western di Evanston, Illinois. Desertasi Dr Pender tentang perubahan

perkembangan dalam encoding proses memory jangka pendek pada anak. Pada awal

mendapatkan gelar Ph.D nya Dr Pender menyatakan tujuan asuhan keperawatan adalah

mengoptimalkan kesehatan individu.

Pernikahannya dengan Albert Pender – asisten professor pada bidang bisnis dan

ekonomi- telah menghasilkan sebuah tulisan tentang perawatan kesehatan dalam

ekonomi. Kelahiran saudara perempuannya memberi pengaruh yang besar pada

keinginannya untuk mempelajari lebih lanjut tentang optimalisasi kesehatan manusia.

Pada tahun 1975, Dr Pender mempublikasikan model konsepsual kesehatan preventif.

Dasar studinya adalah bagaimana individu membuat keputusan tentang perawatan

kesehatan mereka sendiri dalam konteks keperawatan. Artikel tersebut mengidentifikasi

factor-faktor yang ditemukan dalam pengambilan keputusan dan tindakan-tindakan

yang diperlukan individu dalam pencegahan penyakit. Pada tahun 1982, edisi pertama

promosi kesehatan dalam praktek keperawatan dipublikasikan dengan konsep promosi

optimal tentang kesehatan mendesak perlunya pencegahan penyakit. Model promosi

kesehatan pertama kali dimuat pada edisi ini dan mengalami revisi pada tahun 1987 di

edisi buku. Edisi III tahun 1996 memuat revisi terakhir tentang model promosi

kesehatan dan di presentasikan. Lima tahun studi dibiayai oleh institute kesehatan

nasional yang berhubungan dengan Universitas Illinois Northern di Dekalb oleh kolega

Pender, Susan Walker, Eid.D, Karen Sechrist, Ph.D, dan marylin Frank Stamburg,

Ed.D. Studi tersebut menguji validitas dari model promosi kesehatan. Sebagai

instrument , profil gaya hidup promosi kesehatan dikembangkan oleh team research

untuk mempelajari tingkah laku promosi kesehatan pada orang dewasa yang bekerja,

lansia, klien rehabilitasi jantung dan kanker yang dapat ambulasi. Hasil dari studi ini
30
dipublikasikan untuk mensupport model promosi kesehatan, Dimana Pender

mengatakan sebagai model evolusi (Alligood,2014).

Nola Pender memberikan kepemimpinan yang sangat penting dalam

pengembangan riset keperawatan di amerika serikat. Pekerjaannya mensupport riset

keperawatan nasional di institute kesehatan nasional adalah instrumen untuk

pembentukannya pada tahun 1981. Pender menjadi presiden Akademi dari tahun 1991

– 1993. Sebagai direktur pusat untuk riset keperawatan pada universitas Michigan pada

fakultas keperawatan sejak tahun 1990. Ia terlibat secara intensif untuk membangun

riset-riset keperawatan. Fokus riset adalah pada tingkah laku kesehatan pada anak-anak

dan remaja yang dimulai pada tahun 1991. Universitas Michign mewakili harapan Dr

Pender untuk kelanjutan studi dan pengaruh promosi kesehatan individu terhadap

pemahaman bagaimana perilaku mereka pertama kali direkam pada usia muda. Dr

Pender telah mempublikasikan berbagai artikel pada latihan-latihan, perubahan tingkah

laku dan latihan relaksasi sebagai aspek-aspek dari promosi kesehatan. Dia dikenali

sebagai ahli dan sering diminta sebagai pembicara dan konsultan pada topik ini.

2.4.2 Konsep Mayor

1). Prior Related Behavior

Secara langsung dan tidak langsung berpengaruh pada Likelihood of engaging in

health-promoting behaviors.

2). Personal Factors

Kategorinya, biologis, psikologis, dan sosiokultur. Faktor ini memprediksikan

pemberian perilaku dan dibentuk secara alami dalam target perilaku menjadi

pertimbangan.

3). Personal Biological Factors


31
Yang termasuk ke dalam faktor ini adalah variabel seperti umur, jenis kelamin,

Masa indek tubuh, status pubertas, status menopouse, kekuatan, keseimbangan.

4). Personal Psycological Factors

Yang termasuk kedalam faktor ini adalah harga diri, motivasi diri, kemampuan diri,

definisi kesehatan, pemahaman status kesehatan.

5). Personal Sociocultural Factors

Yang termasuk ke dalam faktor ini adalah ras, etnik, pendidikan, dan status

sosioekonomi.

6). Perceived Benefits of Action

Perceived Benefits of Action di antisipasikan sebagai hasil akhir positif yang akan

terjadi dari perilaku kesehatan.

7). Perceived Barriers to Action

Perceived Barriers to Action di antisipasikan,di imajinasikan atau blok nyata dan

ganti rugi individu sebagai usaha pemberi perilaku.

8). Perceived Self-Efficacy

Perceived Self-Efficacy adalah pendapat dari kemampuan individu untuk

mengorganisasikan dan menjalankan sebuah promosi perilaku kesehatan.

9). Activity-Related Affect

Activity-Related Affect di gambarkan sebagai perasaan subjektif positif atau

negatif yang terjadi sebelum, atau sejak mengikuti perilaku dasar yang

menstimulus diri dari perilaku dirinya sendiri.

10). Interpersonal Influences

Pengaruh ini adalah perilaku yang berfokus pada pengetahuan, keyakinan atau tata

krama dan lainnya. Pengaruh interpersonal termasuk norma, sosial suport, dan
32
modeling. Sumber utama dari pengaruh interpersonal ini adalah keluarga,

kelompok, dan pemberi pelayanan kesehatan.

11). Situational Influences

Situational Influences adalah persepsi dan pengetahuan individu tentang banyak

pemberi situasi atau bahasannya dapat memfasilitasi atau mengganggu perilaku.

Pengaruh situasi mungkin mempunyai pengaruh secara langsung maupun tidak

langsung dalam perilaku kesehatan.

12). Commitment to a plan of action

Komitmen ini menggambarkan konsep dari tujuan dan identifikasi dari strategi

perencanaan yang berperan penting dalam mengimplementasi perilaku kesehatan.

13). Immediate Competing Demans and Preferences

Competing Demans adalah alternatif perilaku individu yang mempunyai kontrol

lemah, karena ada kemungkinan yang terjadi di lingkungan seperti bekerja atau

kepekaan atau kepekaan keluarga.

Competing Preferences adalah alternatif perilaku yang melibatkan individu relatif

kontrol tinggi, seperti memilih ice cream atau apel untuk makanan ringan.

14). Health-Promoting Behavior

Health-Promoting Behavior adalah sebuah poin akhir atau hasil akhir dari aksi

yang secara langsung terhadap pencapaian hasil akhir kesehatan yang positif seperti

pencapaian yang optimal, pemenuhan kebutuhan individu, dan produktivitas hidup.

Contoh: memilih makanan sehat, manajemen stres, pertumbuhan spiritual, dan

membangun hubungan yang positif (Alligod,2014)

2.4.3 Model konseptual Pender

1). Health Promotion Model (HPM)


33
HPM (Gambar 1) mengintegrasikan beberapa gagasan. Pusat dari HPM adalah

sosial learning theory dari Albert Bandura (1977 dalam Alligood, 2000) yang

menyatakan pentingnya proses pengetahuan dalam merubah perilaku. Social

learning theory, sekarang diubah menjadi social cognitive theory yang mencakup

self beliefs: self-attribution, self evaluation, and self efficacy. Self efficacy

merupakan gagasan utama dalam HPM. HPM sama dalam pengertiannya dengan

Health belief model tetapi HPM tidak terbatas hanya dalam memaparkan tentang

perilaku pencegahan penyakit. HPM berbeda dari health belief model yang mana

HPM tidak memasukkan ketakutan dan ancaman sebagai sumber motivasi dalam

perilaku kesehatan. Tetapi, HPM mengembangkan cakupan perilaku untuk

meningkatkan kesehatan dan kemampuan untuk mengaplikasikannya sepanjang

hidup (Pender, 2015).

Cognitive-perceptual Modifying Factors Participation in

Health-Promoting Behavior

Importance of Health Demographic Characteristics

Perceived Control of Health Biological Characteristics

Perceived self-efficacy Interpersonal Influences

Likelihood of engaging in
Definition of Health Situational Factors
Health-Promoting Behaviors

Perceived Health Status Behavioral Factors


Cues to action
Perceived Benefits of
Health-promoting behaviors

Perceived barriers to health-


promoting behaviors

34
Gambar 1. Health Promoting Model

2). Revised Health Promotion Model

Rasional merevisi Health Promotion Model adalah dari adanya analisis studi

penelitian. Proses menyempurnakan HPM mengalami beberapa perubahan (Lihat

gambar 1). Pertama, Importance of health, perceived control of health and cues for

action dihapus dari model. Kedua, definition of health, perceived health status and

demographic and biological characteristics telah di masukkan dalam kategori

personal factors pada tahun 1966 dalam revisi HPM (Lihat gambar 2). Terakhir,

revisi HPM mengikuti tiga variabel baru dimana variabel tersebut membawa

pengaruh kepada individu untuk tertarik dalam perilaku promosi kesehatan yang

merupakan outcome dari HPM. (Pender, 2015) variabel tersebut antara lain, a).

Activity-related affect, b). Commitment to a plan of action, c). Immediate competing

demand and preferences (Lihat gambar 2)

35
Individual Behavior-Specific Behavioral

Characteristics Cognitions Outcome

And Experience And Affect

Perceived
Benefits
of action

Perceived barriers
to action
Prior Immediate competing
related
demans (low control)
behavior
and preferences (high
Perceived Self-
control)
efficacy

Activity-related
affect

Personal
Commitment Health-
factors: Interpersonal To a plan of promoting
biological, influences (family, action behavior
psychological, peers, providers),
sociocultural norms, support,
models

Situational
influences:
options, demand
characteristics,
aesthetics

36
2.4.4 Asumsi Dasar Health Promotion Model menurut Pender

1) Manusia mencoba menciptakan kondisi agar tetap hidup di mana mereka dapat

mengekspresikan keunikannya.

2) Manusia mempunyai kapasitas untuk merefleksikan kesadaran dirinya, termasuk

penilaian terhadap kemampuannya.

3) Manusia menilai perkembangan sebagai suatu nilai yang positif dan mencoba

mencapai keseimbangan antara perubahan dan stabilitas.

4) Setiap individu secara aktif berusaha mengatur perilakunya.

5) Individu merupakan makhluk biopsikososial yang kompleks, berinteraksi dengan

lingkungannya secara terus menerus, menjelmakan lingkungan yang diubah secara

terus menerus.

6) Profesional kesehatan merupakan bagian dari lingkungan interpersonal yang

berpengaruh terhadap manusia sepanjang hidupnya.

7) Pembentukan kembali konsep diri manusia dengan lingkungan adalah penting untuk

perubahan perilaku (Pender, 2015).

2.4.5 Aplikasi model teori Pender dalam Keperawatan

Nola J. Pender mengembangkan Health Promotion Model untuk

mendemontrasikan hubungan antara manusia dengan lingkungan fisik dan

interpersonalnya dalam berbagai dimensi. Model ini menggabungkan dua teori yaitu

teori Nilai Pengharapan dan Teori Pembelajaran Sosial dalam perspekstif keperawatan

manusia dilihat dari fungsi holistik. Konsep dalam teorinya dengan menekankan bahwa

sakit membutuhkan biaya yang mahal dan perilaku promosi kesehatan adalah

ekonomis. Pada beberapa bagian teorinya memiliki kesamaan pola pandang dengan

37
teori lain seperti memandang bahwa fokus dari perawatan adalah individu, keluarga,

kelompok maupun masyarakat (Alligood,2014)

Teori ini dikemukakan dengan menampilkan contoh-contoh yang berdasarkan

pengalaman pribadi dan hasil penelitian, sehingga dapat digeneralisasi dan konsep-

konsep yang dikemukakan dalam teori dapat diaplikasikan.

Teori Health Promotion Model dikembangkan berdasarkan atas riset kualitatif dan

kuantitatif, baik di Amerika maupun negara lain. Bahkan teori ini saat ini terlibat

dalam prakarsa kesehatan global dan telah diuji oleh para sarjana dari Jepang, China

dan Taiwan untuk mempromosikan gaya hidup secara kultural sesuai dengan negara

mereka. Selama perkembangan teori banyak studi yang behubungan dengan

pengaplikasian teori yang dapat dijadikan sebagai dasar riset.

Riset yang berhubungan dengan Health Promotion Model memberikan kontribusi

secara umum bagi pengembangan body of knowledge dari ilmu keperawatan.

Pergeseran paradigma dari kuratif – rehabilitatif ke arah promotif dan preventif. Pender

meyakini bahwa dengan mutu kepedulian terhadap promosi kesehatan akan

memperbaiki sistem kesehatan secara integral.

Peluang untuk melakukan praktek keperawatan dalam fokus promosi kesehatan

akan sangat terbuka. Bagi Pender adalah sesuatu yang sangat menggairahkan untuk

membawa praktek keperawatan untuk mengubah perilaku kuratif dan rehabilitatif ke

arah perilaku promotif dan rehabilitatif. Pender menekankan practical nurse dapat

memainkan suatu peran yang sangat penting dalam partnership antar ilmuan dan

konsumen serta praktisi untuk mengembangkan strategi kepedulian sesuai dengan

spesifikasi populasi. Health Promotion Model, menjadi sumber informasi penting dan

bermanfaat bagi setiap orang yang ingin mengetahui bahwa promosi kesehatan
38
seseorang sangat didukung oleh nilai yang diharapkan serta teori kognitif sosial yang

menekankan pada self direction, self regulation dan persepsi terhadap self efficacy.

Pengambilan keputusan, tindakan dan efficacy diri akan menentukan status kesehatan

seseorang (Pender, 2015).

Nola J. Pender telah belajar dari pengalaman pribadi dan hasil penelitiannya untuk

memunculkan teori ini. Teori ini sangat lengkap untuk melakukan kegiatan yang

berhubungan dengan tindakan promotif dan preventif. Namun, teori ini memiliki

kelemahan, teori ini tidak dapat dilakukan oleh seseorang dengan cacat mental dan cela

bawaan. Seseorang cacat mental kemungkinan tidak mampu memiliki harapan nilai dan

kognitif sosial. Demikian juga dengan seseorang yang sudah mendapat cacat bawaan

sejak lahir seperti malfungsi sel-sel yang berperan untuk daya tahan tubuh. Teori ini

juga sangat sulit diterapkan pada klien dengan ekonomi lemah dan tingkat pendidikan

yang rendah karena seseorang dengan sosial ekonomi rendah lebih termotivasi atau

cenderung untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dibandingkan dengan motivasi

meningkatkan status kesehatannya. Membutuhkan role model yang sempurna untuk

mempengaruhi masyarakat di sekitarnya. Tenaga kesehatan sendiri apakah telah

mengetahui teori ini dan kalau telah mengetahui apakah telah mengamalkannya

sehingga bisa mempengaruhi klien atau masyarakat. Selain itu, masyarakat masih lebih

mempercayai budayanya sendiri yang menjadi hambatan dalam mensosialisasikan dan

mengamalkan teori ini (Alligod, 2014).

2.5 Model Family Center Nursing

Keluarga merupakan sitem pendukung terhadap penderita hipertensi, dukungan keluarga

berupa dukungan sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit.
39
Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap

memberikan bantuan pertolongan jika diperlukan (Friedman & Bowden, 2010). Dukungan

social keluarga mengacu pada dukungan kelaurga sebagai sesuatu yang dapat di akses untuk

keluarga. Dukungan kelaurga dapat bersifat internal maupun eksternal (Friedman dan

Bowden 2010).

2.5.1 Fungsi keluarga meliputi fungsi afektif, reproduksi, sosialisasi, ekonomi, dan perawatan

dalam keluarga. Fungsi afektif keluarga menggambarkan saling menyayangi sebagai

respon kepada seluruh anggota keluarga terutama yang menderita hipertensi. Fungsi

reproduksi menggambarkan bahwa fungsi ini sampai saat sekarang ini merupakan fungsi

yang primer bagi keluarga, terganggunya fungsi ini apabila suami/isteri menderita

hipertensi tidak mampu memenuhi kebutuhan seksualnya hanya karena akibat efek

samping dari obat misalnya, fungsi sosialisasi mengambarkan bagaimana hubungan

keluarga dengan penderita hipertensi dan kemungkinan adanya konflik dengan penderita

hipertensi misalnya denga perilaku marah, fungsi ekonomi menggambarkan bahwa

keadaan ekonomi keluarga sangat menentukan terhadap biaya yang akan dikeluarkan

untuk penderita hipertensi, fungsi perawatan dalam kelarga merupakan fungsi yang

sangat memilki peranan dalam merawat anggota kelaurga dengan hipertensi, terutama

dalam pengendalian dan pengontrolan hipertensi dan kepatuhan minum obat, fungsi ini

sangat penting dalam pemulihan penderita hipertensi, melakukan aktivitas dan

berperilaku dengan pola gaya hidup yang sesuai (Anies dan Mc.Ewen, 2015).

40
2.5.2 Pengkajian Keluarga pada kelompok Dewasa dengan Hipertensi menggunakan teori

Friedman

2.5.2.1 Data Umum

Pengkajian data umum pada kasus hipertensi meliputi identitas data yaitu : nama

kepala keluarga, anggota keluarga, usia semua anggota keluarga, pekerjaan anggota

kelaurga. Dalam hal ini umur memiliki peran yang penting untuk terjadinya hipertensi.

2.5.2.2 Lingkungan

Lingkungan yang berpengaruh pada kejadian hipertensi yaitu terdiri dari :

lingkungan social, Komunikasi, lingkungan fisik, rumah tangga, penerangan, jarak dari

jalan raya.

2.5.2.3 Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga meliputi fungsi afektif, reproduksi, sosialisasi, ekonomi dan

perawatan dalam keluarga.

2.5.2.4 Struktur Keluarga

Struktur keluarga meliputi peran, nilai dan keyakinan, pola komunikasi dan

kekuatan keluarga

2.5.2.5 Status Kesehatan

Status kesehatan menunjukkan hasil pemeriksaan fisik terhadap masing –masing

anggota keluarga. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dapat diketahui bahwa didalam

keluarga tersebut terdapat keluarga yang menderita hipertensi seperti mengetahui

tekanan darah,sering pusing dll.

2.5.2.6 Stress dan Koping

Stress dan koping keluarga menunjukkan bagiamana keluarga berespon terhadap

masalah, terutama dalam menghadapi anggota keluarga yang menderita hipertensi.


41
Pengobatan secara berkelanjutan dan persepsi anggota keluarga terhadap hipertensi dan

mencegah faktor resiko.

42
2.6 Frame Work Model CAP,HPM dan FCN

PENGKAJIAN DIAGNOSA INTERVENSI IMPLEMENTASI

Community As Partner (CAP) : ANALISA DATA Perumusan Rencana Tindakan Melakukan rencana tindakan yang meliputi :
1. Core : Demografi,Statistik vital ( Jumlah Prevensi Primer
orang dewasa dengan resiko hipertensi : Keperawatan Pada Masalah Pendidikan kesehatan
Diagnose keperawatan
usia, sex,pendidikan,pekerjaan,riwayat Kesehatan Dewasa Dengan Memfasilitasi pembelajaran
actual, potensial dan
keturunan) etnis (suku dan gaya hidup), Hipertensi Meliputi : Pengajaran kelompok
nilai dan kepercayaan. resiko menurut NANDA Pengajaran prosedur/ tindakan
2. Subsistem : pelayanan kesehatan dan social 2018 - 2020 1. Pencegahan Primer Triase; telepon
(faskes dan fasilitas social yang ada bagi Manajemen kasus
2. Pencegahan Sekunder
orang dewasa dengan resiko hipertensi), Prevensi Sekunder
komunikasi, (Media dan cara), nilai dan 3. Pencegahan Tersier Manajemen perilaku
kepercayaan,transportasi Modifikasi perilaku
3. Persepsi tentang orang dewasa, komunitas Surveilance
dan perawat mengenai hipertensi Proteksi infeksi
(Anderson and Mc Farlan, 2011) Panduan system kesehatan
Fasilitasi kunjungan rumah.
Health Promotion Model Nola J Pender : Pengontrolan berkala
Self Efficacy : perilaku Sebelumnya yang Transportasi; antar fasilitas kesehatan .
terkait, Hambatan tindakan yang dirasakan, Manajemen lingkungan; komunitas
Proteksi resiko lingkungan.
Skrining kesehatan.
Family Center Nursing: Prevensi Tersier;
1. Fungsi ekonomi ( sumber ekonomi dan Dukungan terhadap caregiver
penghasilan Keluarga) Dukungan keluarga
2. Riwayat dan perkembangan (riwayat Mobilisasi keluarga
kesehatan orang dewasa dan keluarga, Konsultasi
riwayat kesehatan sebelumnya) Dokumentasi
3. Lingkungan: fisik, Psikologi,Sosial Pencatatan insidensi kasus
4. Fungsi perawatan Kesehatan : (mengenal, Rujukan
memutuskan,merawat, memodifikasi Konsultasi telepon
lingkungan dan pemanfaatan yankes) Tindak lanjut telepon
5. Stress dan Koping adaptasi yang digunakan Pengembangan kesehatan masyarakat
orang dewasa dan keluarga yg digunakan Pengembangan program
6. Tingkat kemandirian keluarga 36 Pemasaran sosial di masyarakat
(Friedman & Bowden, 2014).
BAB III

INSTRUMEN PENGKAJIAN

3.1.Instrumen Pengkajian

Pengumpulan data dalam pengkajian komunitas ini adalah menggunakan instrumen

berupa kuesioner. Kuesioner sebagai alat pengumpul data dalam penelitian ini berisikan

sejumlah item pertanyaan untuk mengukur variabel dalam inti komunitas dan 8 sub system

dari model community as partner pada populasi dewasa dengan masalah hipertensi di Desa

Toddo Toa Kecamatan Pallangga Kab.Gowa.

Instrumen yang digunakan dalam melakukan pengkajian pada populasi Dewasa dengan

masalah hipertensi dengan pengembangan dari model community as partner dan Health

Promotion Model (HPM) Pender. Intrumen ini terdiri dari variable core yaitu inti komunitas

yang meliputi sub variable riwayat atau sejarah komunitas, demografi, suku, nilai dan

kepercayaan dan 8 subsistem yang meliputi sub variable lingkungan fisik, pelayanan social

dan kesehatan, ekonomi, transportasi dan keamanan, politik dan pemerintahan, komunikasi,

pendidikan, dan rekreasi.

Sub variable inti komunitas dan sub variable 8 subsistem dalam model community as

partner ini akan dijabarkan kedalam sub-sub variable agar memudahkan dalam mengukur

setiap elemen yang ada di komunitas. Sub-sub variable tersebut berupa pertanyaan-

pertanyaan yang disusun dalam suatu angket/kuesioner. Angket yang telah disusun tersebut

diharapkan akan dapat mengukur setiap sub-sub variable dalam inti komunitas dan 8 sub

system dari model community as partner yang diaplikasikan dalam asuhan keperawatan

komunitas pada populasi usia Dewasa dengan Hipertensi dan penggunaan Health Promotion

Model (HPM Pender focus pada Self Efficacy dan Family Center Nursing.

37
3.2.Rencana Uji keabsahan Instrumen

Instrumen pengkajian yang telah disusun dalam suatu angket ini akan dilakukan suatu uji

keabsahan instrumen. Uji coba ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah angket yang

disebarkan dapat dipahami oleh responden atau tidak. Uji validitas dimaksudkan untuk

mengetahui apakah item mempunyai kemampuan mengukur apa yang akan diukur oleh

peneliti. Uji reliabilitas dimaksudkan apakah item-item tersebut konsisten untuk mengukur

apa yang hendak diukur (Sugiyono, 2014).

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur tersebut benar-benar

mengukur apa yang perlu diukur yaitu dengan melihat korelasi antara skor tiap butir dengan

skor total (Sugiyono, 2014). Dari hasil uji coba kemudian dilakukan validitas dan reliabilitas

secara konten. Jika item-item pertanyaan sudah valid dan reliabel serta mampu dipahami oleh

masyarakat maka maka item-item tersebut bisa dikatakan valid.

38
BAB IV

RENCANA PENGKAJIAN

4.1 Pengkajian

Jenis pengkajian yang digunakan adalah dengan rancangan deskriptif. Metode yang

digunakan adalah metode survey dengan pendekatan distribusi frekuensi yaitu mengamati

variable yang diteliti di suatu populasi pada suatu saat (Sabri dan Hastono, 2006).

4.2.Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan dari unit yang akan diteliti (Sabri & hastono, 2016) Pada

penelitian ini populasi adalah orang dewasa dengan resiko hipertensi di Desa Toddo Toa

Kec. Pallangnga Kab.Gowa. Sampel adalah sebagian dari populasi yang nilai atau

karakteristiknya dapat menduga karakteristik populasi (Sabri & Hastono, 2006). Pada

penelitian ini kritera inklusi sampel adalah keluarga yang mempunyai usia dewasa baik

dewasa awal maupun dewasa akhir di Desa Toddo Toa Kec. Pallangga Kab.Gowa.

Besar sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan formulasi perhitungan

Misalkan besarnya prevalensi masalah kesehatan reproduksi remaja adalah sebesar p %

dengan tingkat kepercayaan yang dikehendaki adalah 95% sehingga zα diperoleh 1,96 dan

ketetapan relatif yang diinginkan (d) sebesar 10%, sehingga diperoleh besar sampel sebanyak

n responden. Metode sampling yang diguankan dalam pengambilan sampel dalam penelitian

ini adalah random sampling.

39
4.3 Responden

Responden dalam pengkajian komunitas ini adalah semua warga di Desa Toddo Toa Kec.

Pallangga Kab.Gowa. Responden diutamakan adalah usia dewasa dengan hipertensi, dan

keluarga yang ada di masyarakat.

4.4 Metode

Metode pengkajian yang digunakan dalam mengali data-data yang terkait dengan

permasalahan kesehatan hipertensi pada orang dewasa di Desa Toddo Toa Kec. Pallangga

Kab.Gowa. ini adalah winsheld survey, literatur review, interview, dan survey.

4.5.Sumber Data

Sumber data yang digunakan untuk menganalisis permasalahan dalam pengkajian ini adalah:

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang didapatkan secara langsung di lapangan dengan

menggunakan alat bantu kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu oleh pengkaji.

Data dikumpulkan secara langsung dari berbagai pihak yang terkait dengan permasalahan

pada orang dewasa.

b.Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang didapatkan secara tidak langsung melalui Dinas

Kesehatan Kab.Gowa, Puskesmas Kampili, Kantor Desa, Puskesmas Pembantu (Pustu) dan

masyarakat yang terkait dengan permasalahan pada Usia Dewasa

4.6.Waktu

Pengkajian direncanakan akan dilakukan pada minggu kedua bulan terhitung mulai

tanggal 13 s/d 25 November tahun 2018 di Desa Toddo Toa Kec. Pallangga Kab.Gowa.

40
4.7.Sarana Pendukung

Sarana pendukung dalam kegiatan pengkajian pada populasi orang dewasa dengan

masalah resiko Hipertensi di Desa Toddo Toa Kec. Pallangga Kab.Gowa ini adalah:

1. Instrumen pengkajian sudah dipersiapkan dengan pengembangan dari model

community as partner, Helath Promotion Medel dan Family Center Nursing

2. Permasalahan Hipertensi pada usia Dewasa ini merupakan hal yang

sifatnya menantang untuk dilakukan.

3. Populasi orang dewasa yang cenderung beresiko diajak untuk berperilaku

kesehatan dan melakukan kegiatan yang sifatnya positif.

4.8.Rencana Analisis Data

Rencana analisis data pengkajian terdiri dari beberapa tahap yaitu; editing, coding,

processing, dan cleaning. Analisis data deskriptif dilakukan secara univariat,meliputi

persentase dewasa berdasarkan jenis kelamin, jenis pendidikan, agama, usia, dan jumlah

dewasa yang mengalami masalah Hipertensi.

Rencana analisis secara univariat terhadap orang Dewasa karena masalah Hipertensi,

jumlah penderita hipertensi , tingkat pengetahuan keluarga dan orang dewasa tentang

hipertensi, perilaku orang dewasa terhadap pencegahan hipertensi, kegiatan yang dilakukan

untuk mencegah hipertensi, perilaku perilaku yang mendorong meningkatnya hipertensi,

kodisi atau budaya yang mendorong terjadinya hipertensi. Data-data tersebut akan

dilakukan analisis sehingga dapat ditentukan rencana kebutuhan terhadap populasi orang

dewasa di Desa Toddo Toa Kec. Pallangga Kab.Gowa.

41
DAFTAR PUSTAKA

1. Alligood, M.R. & Tomey, A. M. (2016). Nursing Theorists and Their Work. 6th ed. Missouri

: Mosby.

2. Allender, J.A. & Spradley, B.W. (2005). Community health nursing: promoting and

protecting the public’s health. 6th ed. Philadelphia:

3. Lippincott Williams & Wilkins. Anderson, E.T., McFarlane, J. (2011). Community as

partner: theory and practice in nursing. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

4. Ervin, Naomi (2014), Advance Community Health Nursing Practice : popullation Focused

Care, New jersey : Prentice Hall.

5. Friedmen, M.M., Bowden, V.R. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Riset , Teori

dan Praktik edisi 5 (terjemahan). Jakarta : EGC.

6. Hitchcock, J.E. Schubert, P.E. & Thomas, S.A. (1999) Community health nursing: Caring in

action. Albany: Delmar Publisher

7. Kaakinen, Gedaly-Duff, Coehlo & Hanson (2010). Family health care nursing: Theory,

practice & Research. Philadelphia: FA Davis Company

8. Nies, M & Mc.Ewen, M. (2015). Community Public Health Nursing : promoting the health

of population 6 th edition.St .Louis Missouri : Mosby an imprint of Elsevier Inc.

9. Pender, N.J, Murdaugh C.L, & Parsons. (2014). Health promotion in nursing

Practice, 4th ed. New Jersey: Prentice Hall.

10. RISKESDAS. Riset Kesehatan Dasar. 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.

11. Riskesdas 2018 Kemeterian Kesehatan Republik Indonesia

42
12. Sagala, LMB.2010.Perawatan Penderita Hipertensi di Rumah oleh Keluarga Suku Batak

dan Suku Jawa di Kelurahan Lau Cimba Kabanjahe.Skripsi. Fakultas Keperawatan. Medan:

Universitas Sumatra Utara.

13. Stanhope and Lancaster J (2014). Foundation of Nursing in the Community :Community

Oriented practice 4 th St.Louis Missouri : Mosby an imprint of Elsevier Inc.

14. Sabri, L & Hastono, S.P.,(2016). Statistik kesehatan. Jakarta: PT Raja Grafindo

15. Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan Dewasa

Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika.

43

You might also like