You are on page 1of 13

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hama adalah hewan atau organisme yang aktivitasnya dapat menurunkan


dan merusak kualitas juga kuantitas produk pertanian. Hama berdasarkan tempat
penyerangannya dibagi menjadi 2 jenis yaitu hama lapang dan hama gudang/hama
pasca panen. Hama lapang adalah hama yang menyerang produk pertanian pada
saat masih di lapang. Hama gudang adalah hama yang merusak produk pertanian
saat berada di gudang atau pada masa penyimpanan. Hama pasca panen
merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan
produksi. Hasil panen yang disimpan khususnya biji-bijian setiap saat dapat
diserang oleh berbagai hama gudang yang dapat merugikan. Hama gudang hidup
dalam ruang lingkup yang terbatas, yakni hidup dalam bahan-bahan simpanan di
gudang. Umumnya hama gudang yang sering dijumpai adalah dari ordo
Coleoptera (bangsa kumbang), seperti Tribolium sp., Sitophilus oryzae,
Callocobruchus chinensis, Sitophilus zaemays, Necrobia rufipes, Callosobruchus
maculatus dan lain-lain.
Hama gudang dapat dikategorikan ke dalam hama utama (primary pest)
yaitu hama yang mampu makan keseluruhan biji yang sehat dan menyebabkan
kerusakan. Kumbang bubuk Sitophilus spp. masuk ke dalam kategori ini. Selain
itu, dikenal hama sekunder yaitu hama yang menyerang danbertahan pada biji
yang telah rusak, misalnya Tribolium sp.
Hama gudang mempunyai sifat yang khusus yang berlainan dengan hama-
hama yang menyerang dilapangan, hal ini sangat berkaitan dengan ruang lingkup
hidupnya yang terbatas yang tentunya memberikan pengaruh faktor luar yang
terbatas pula. Walaupun hama gudang (produk dalam simpanan) ini hidupnya
dalam ruang lingkup yang terbatas, karena ternyata tidak sedikit pula Janis dan
spesiesnya, yang masing-masing memiliki sifat sendiri, klasifikasi atau
penggolongan hama yang menyerang produk dalam gudang untuk lebih
mengenalnya dan lebih mudah mempelajarinya telah dilakukan oleh para ahli
taxonomi (Rentikol, 2007).
Yang dimaksud dengan klasifikasi atau penggolongan ialah pengaturan
individu dalam kelompok, penyusunan kelompok dalam suatu sistem, data
individu dan kelompok menentukan hama itu dalam sistem tersebut. Letak hama
hama dalam sistem sudah memperlihatkan sifatnya. Umumnya hama gudang yang
sering dijumpai adalah dari golongan Coleoptera, misalnyaTribolium castaneum,
Sitophilus oryzae, Callocobruchus sp. , dll (Boror, 2009).
2

Produk pasca penen merupakan bagian tanaman yang dipanen dengan


berbagai tujuan terutama untuk memberikan nilai tambah dan keuntungan bagi
petani maupun konsumen. Produk dalam simpanan ini tidak terlepas dari masalah
organisme pengganggu tumbuhan terutama dari golongan serangga hama. Hama
yang menyerang komoditas simpanan (hama gudang) mempunyai sifat khusus
yang berlainan dengan hama yang menyerang tanaman ketika di lapang.
Menyerang produk yang baru saja dipanen melainkan juga produk industri hasil
pertanian. Produk tanaman yangdisimpan dalam gudang yang sering terserang
hama tidak hanya terbatas Hama yang terdapat dalam gudang tidak hanya pada
produk bebijian saja melainkan produk yang berupa dedaunan (teh, kumis kucing,
dan lain sebagainya) dan kekayuan atau kulit kayu misalnya kayumanis, kulit
kina, dan lainnya (Wagianto, 2008).

1.2 Tujuan
Untuk
3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Hama Gudang

1. Warehouse pest is an organism which can cause shrinkage of the


qualitative and quantitative food stored (Hama gudang merupakan
organisme yang dapat menyebabkan penyusutan kualitatif dan kuantitatif
dari bahan pangan yang disimpan) (Borror, 1992).
2. Storage pests, namely disruptive or destructive pests in storage warehouse
(Hama Gudang, yaitu hama yang mengganggu atau merusak di dalam
gudang penyimpanan).
3. Warehouse pest insects generally attack the place of storage products
(warehouse). Warehouse pests potentially cause yield loss during storage
products (Hama gudang pada umumnya serangga yang menyerang produk
ditempat penyimpanan (gudang).
Hama gudang berpotensi menyebabkan kehilangan hasil selama produk
dalam penyimpanan)

2.2 S i t o p h i l u s o r y z a e

Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class :Insecta
Ordo : Coleoptera
Sub ordo : Polyphage
Family : Curculionidae
Sub Family : Rhyncoporinae
Genus : Sitophilus
Spesies : Sitophilus oryzae L.

2.2.1 Morfologi
Family curculionidae mudah dikenal dengan adanya moncong atau rostum
pada bagian mulut. Pada sitopilus oryzae betina disamping untuk menggerek biji
pada waktu makan, rostum juga berfungsi untuk membuat lubang tempat
meletakan telur (Imms, 1960). Seperti halnya anggota Curculionidae lainnya,
Sitophilus oryzae mempunyai lapisan kitin yang cukup keras. Sifat khas pada
Sitophilus oryzae yaitu bila mendapat gangguan, kumbang ini akan pura-pura
mati dengan melipatkan atau menarik tungkainya dan tidak bergerak.

2.2.2 Daur Hidup


4

S. oryzae ditemukan diberbagai negara di seluruh dunia terutama beriklim


panas. Betina sebelum meletakkan telur terlebih dahulu membuat lubang dalam
butiran beras maupun biji- bijian kemudian lubang ditutup dengan cairan pekat
(gelatinoum). Stadium telur berlangsung sekitar 7 hari, telur berwarna putih dan
panjangnya kira-kira 0,5 mm. Larva hidup dalam biji beras dengan memakan isi
biji. Fase larva merupakan fase yang merusak biji. Larva mengalami 3-4 instar
selama 18 hari, berwarna putih dan panjang tubuh berkisar 4-5 mm. Larva instar
akhir biasanya akan membentuk kokon dan tetap berada dalam bahan makanan
atau butiran beras. Pupa dapat berubah warna tergantung pada umur pupa, dari
coklat kemerah-merahan menjadi kehitaman dan bagian kepala berwarna hitam.
Panjang pupa biasanya 2,5 mm dan masa pupa berlangsung 6 hari. Setelah
menjadi pupa kemudian kumbang muda keluar dari beras. Kumbang dewasa
makan beras sebelah luar sehingga tampak berlubang-lubang. Imago dapat
bertelur 300-400 butir telur selama hidupnya 4-5 bulan. Ukuran tubuh 3,3 mm,
berwarna gelap kecoklatan dengan moncong panjang dari bagian kepala. Untuk
mengadakan perkawinan imago betina bergerak di sekitar bahan makanan dengan
membebaskan seks feromon untuk menarik perhatian imago jantan. Imago jantan
memiliki moncong yang pendek, dengan gerakan lebih lambat daripada betina.
Dewasa mengebor ke dalam biji berkulit beras dengan moncongnya yang panjang
untuk meletakkan telur-telur ke dalam biji tersebut. Waktu yang diperlukan dari
telur sampai dewasa pada kondisi yang optimum adalah 30-40 hari.

2.2.3 Pengendalian

Menurut Natawigena (1985) pengendalian serangga hama gudang


kumbang beras (Sitophilus oryzae L.) di gudang-gudang beras biasanya
menggunakan teknik fumigasi, yaitu zat atau campuran zat yang menghasilkan
gas, uap, bau, asap untuk mengendalikan serangga. Penggunaan fumigan di dalam
pengendalian serangga hama terhadap komoditi di gudang membutuhkan rancang
bangun gudang yang khusus dan peralatan yang khusus serta biaya yang mahal
namun, disisi lain juga menimbulkan dampak bagi kesehatan manusia. Salah satu
alternatif pengendalian hama gudang (Sitophilus oryzae L.) adalah dengan
penggunaan bioinsektisida sebagai senyawa-senyawa yang merubah perilaku
makan seperti senyawa penolak (repelen) yaitu senyawa yang menolak atau
mengusir serangga karena mengeluarkan bau yang tidak disukai oleh serangga
(Jumar, 2000). Satu di antara tumbuhan yang dapat digunakan sebagai sumber
senyawa yang bersifat repelen yaitu daun Nimba (Azadirachta indica A. Juss.)

2.3 C a l l o s o b r u c h u s M a c u l a t u s

Filum : Arthropoda
5

Kelas : Insecta
Ordo : Coleoptera
family : Brunchidae
Genus : Callosobruchus
Spesies : Callosobruchus maculates

Morfologi Hama ini merupakan hama gudang yang menyerang hasil panen
dalam gudang. Tarsi tampaknya 4-4-4, tapi sesungguhnya 5-5-5. Tubuh oval,
bagian belakang lebar, warna hitam atau coklat dengan bintik-bintik. Dari atas
kepala tersembunyi elytra pendek tidak sampai ujung abdomen. (Kalshoven,
1981)
Daur Hidup Serangga ini merupakan family dengan jumlah yang relatif
sedikit. sepanjang hidupnya larva berada dalam biji-bijian, dewasa sebagian
ditemukan dibunga-bunga. Imago aktif pada siang hari, daur hidupnya sekitar 21
sampai 30 hari pada kondisi suhu dan kelembaban masing-masing 30oC dan 80-
85% (Kalshoven 1981)

Pengendalian Gejala serangan hama ini adalah biji dirusak berlubang-


lubang, hancur sampai 90%. Pengendalian: dengan membersihkan dan
memusnahkan sisa-sisa tanaman tempat persembunyian hama. Benih kacang
panjang diberi perlakuan minyak jagung 10 cc/kg biji. Perkembangan hama
selama periode simpan dapat dicegah dengan menggunakan protektan sintetik,
namun dampak negatifnya lebih besar. Salah satu usaha untuk mengatasi hal
tersebut adalah penggunaan protektan nabati berupa minyak cengkeh. Minyak
cengkeh mengandung bahan aktif eugenol 70-85% yang mempunyai aromatik
tinggi dan tahan lama (Guenther 1990).
6

BAB III METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Wawancara Hama Penyakit Tanaman dilaksanakan pada hari Jum’at, 26
oktober 2018 di Desa Lupoyo Kecamatan Telaga

BAB IV PEMBAHASAN
7

4.1 Hasil Wawancara

Nama Petani : Sunu Lasoma


Umur : 57
Nama Gudang : Pengilingan padi (Agman)
Desa : Lupoyo, Kecamatan Telaga, Kabupaten Gorontalo

Perontokan padi langsung diangkut menggunakan mobil atau gerobak ke gudang


penyimpanan kemudian langsung dikeringkan dan waktu penjemuran dilakukan selama 2 hari.
kemudian penjemuran di pindahkan dalam gudang penyimpanan selama 2 hari, Setelah itu
dilakukan penggilingan, pengemasan dan penyimpanan. Hama yang menyerang di gudang
penyimpanan yaitu hama Kumbang Beras dan tikus , kumbang beras menyerang selama 2
bulan setelah penggilingan dan tikus menyerang setelah selesai penggilingan di gudang
penyimpanan beras.

4.2 Hama Sitophilus Oryzae


4.2.1 Klasifikasi dan Morfologi

Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class :Insecta
Ordo : Coleoptera
Sub ordo : Polyphage
Family : Curculionidae
Sub Family : Rhyncoporinae
Genus : Sitophilus
Spesies : Sitophilus oryzae L.
Famili curculionidae mudah dikenal dengan adanya moncong atau rostum
pada bagian mulut. Pada sitopilus oryzae betina disamping untuk menggerek biji
pada waktu makan, rostum juga berfungsi untuk membuat lubang tempat
meletakan telur. Seperti halnya anggota Curculionidae lainnya, Sitophilus oryzae
mempunyai lapisan kitin yang cukup keras. Sifat khas pada Sitophilus oryzae
yaitu bila mendapat gangguan, kumbang ini akan pura-pura mati dengan
melipatkan atau menarik tungkainya dan tidak bergerak.

4.2.2 Gejala Serangan di Gudang


Akibat dari serangan hama ini, butir beras menjadi berlubang kecil-kecil,
tetapi karena ada beberapa lubang pada satu butir, akan menjadikan butiran beras
yang terserang menjadi mudah pecah dan remuk seperti tepung. Kualitas beras
8

akan rusak sama sekali akibat serangan hama ini yang bercampur dengan air liur
hama.

4.2.3 Pengendalian
Menurut Natawigena (1985) pengendalian serangga hama gudang
kumbang beras (Sitophilus oryzae L.) di gudang-gudang beras biasanya
menggunakan teknik fumigasi, yaitu zat atau campuran zat yang menghasilkan
gas, uap, bau, asap untuk mengendalikan serangga. Penggunaan fumigan di dalam
pengendalian serangga hama terhadap komoditi di gudang membutuhkan rancang
bangun gudang yang khusus dan peralatan yang khusus serta biaya yang mahal
namun, disisi lain juga menimbulkan dampak bagi kesehatan manusia. Salah satu
alternatif pengendalian hama gudang (Sitophilus oryzae L.) adalah dengan
penggunaan bioinsektisida sebagai senyawa-senyawa yang merubah perilaku
makan seperti senyawa penolak (repelen) yaitu senyawa yang menolak atau
mengusir serangga karena mengeluarkan bau yang tidak disukai oleh serangga.
Satu di antara tumbuhan yang dapat digunakan sebagai sumber senyawa yang
bersifat repelen yaitu daun Nimba (Azadirachta indica A. Juss.)

4.3 Hama Tikus


Tikus adalah satwa liar yang seringkali berasosiasi dengan kehidupan manusia. Isolasi
tikus dengan manusia seringkali bersifat parasitisme, tikus mendapatkan
keuntungansedangkan manusia sebaliknya. Tikus sering menimbulkan gangguan
bagi manusia dibidang : kesehatan : pertanian : peternakan : rumah tangga.
Pergertian tikus adalah binatang menyesui kecil, Termasuk dalam famili Muridae
dari ordo rodentia yang mempunyai sifat pemakan segala.

4.3.1 Morfologi Tikus


Dengan morfologi dapat diketahui dari tikus :
a. Bentuk
b. Warna Bulu
c. Ukuran - ukuran tertentu dari bagian tubuh
d. Bagian tertentu dari tengkorak - membedakan tikus, jenisnyaBagian yang
diukur :
e. Panjang kepala dan badan : dari ujung moncong sampai kepada anus,
disingkat H dan B (Head dan Body)
f. Panjang ekor : dari anus sampai pada ujung ekor dinyatakan dalam mm
atau 9 ukuran kepala dan badan, panjang ekor disingkat dengan T (Tail)
g. Panjang telapak kaki belakang mulai dari ujung tumit sampai
pada ujung kuku(cakar) disingkat dengan HF (Hind Foot)
9

h. Panjang telinga yaitu dari tabik (legokan) pada dasar telinga sampai ke
ujung dauntelinga, disingkat dengan E (Ear)
i. Panjang tengkorak tikus, dimulai dari ujung tonjolan belakang
kepala sampai kepada ujung tulang hidung, disingkat dengan SK (Skull).

4.3.2 Taksonomi Tikus


Kindom : Animalia
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Mamalia
Sub kelas : Theria
Infra kelas : Eutheria
Ordo : Rodentia
Sub Ordo :Myomorpha
Family : Muridae
Sub Family :Murinae
Genus : Rattus
Spesies : Ratusratus Tiomanicus
Suatu spesies tikus dari familia Muridae. Hewan ini ditemukan di
Semenanjung Melayu, Kalimantan, Palawan, Sumatera, Jawa, dan pulau-pulau
kecil di sekitarnya. Hewan ini memiliki panjang sekitar 14 – 19 cm dengan
panjang ekor 12 – 18 cm. Beratnya berkisar antara 80 sampai 130 gr. Kulitnya
berwarna coklat pada bagian atas, putih atau agak abu-abu pada bagian ventral,
dan gelap pada bagian ekor. Tikus pohon terutama aktif pada malam hari dan
hidup di daerah hutan pesisir, hutan bakau, atau padang rumput, tikus pohon
biasanya menbuang sarangnya seperti sarang burung. Di beberapa daerah,
misalnya di Sulawesi, tikus pohon dijadikan bahan makanan oleh penduduk.

4.3.3 Gejala Serangan di Gudang

Gejala serangan tikus di tempat penyimpanan diketahui dengan ditemu-kannya


lubang atau bolong-bolong pada tempat atau sarana penyimpanan (karung, peti, dan lain-
lain), dan di sekitar lubang tersebut biasanya berserakan kulit gabah atau serpihan hasil
tanaman sisa makan.

4.3.4 Cara Pengendalian Hama Tikus


1. Sanitasi Lingkungan.
2. Fisik dan Mekanis.
- Gropyokan.
10

- Pembongkaran liang.
- Perangkap bubu.
- Perangkap bambu.
3. Mengatur waktu tanam.
4. Konservasi dan Pemanfaatan Musuh Alami.
5. Penerapan Pengaturan
6. Penggunaan Bahan kimiawi
11

BAB V PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Hama gudang adalah serangga hama yang menyerang tempat-tempat
penyimpanan hasil-hasil panen. Umumnya hama gudang yang sering dijumpai
adalah dari golongan Coleoptera.
2. Hama tikus merupakan hama tanaman yang sangat merugikan petani karena
tikus menyerang tanaman padi mulai dari masa persemaian sampai penyimpanan,
memiliki kemampuan reproduksi tinggi, daya adaptasi yang baik serta menyerang
semua bagian padi. Hama tikus dikendalikan dengan PHT yang meliputi sanitasi
lingkungan, pengendalian fisik mekanis, pengaturan waktu tanam, konservasi dan
pemanfaatan musuh alami, penerapan pengaturan, serta pemanfaatkan bahan
kimiawi.
3. Pengendalian hama gudang secara umum yaitu dengan menjemur melakukan
serta fumigasi terhadap bahan pangan yang akan di simpan dalam gudang.
12

DAFTAR PUSTAKA

Borror, D.J., Triplehorn, C.A., and Johnson, N.F. 1992. Pengenalan Pelajaran
Serangga. Edisi Keenam. Diterjemahkan oleh: Partosoedjono, S. dan
Brotowidjoyo, M.D. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Borror, 2009. Kumbang Bubuk Sitophilus zeamais Motsch. (Coleoptera:


Curculionidae) dan Strategi pengendaliannya. Litbang Pertanian 23(4).
Natawigena (1985). Pestisida dan Kegunaannya. Penerbit Armico, Bandung. Hlm
72
Rentikol, 2008. Pengaruh Kadar Air Tembakau Terhadap Perkembangan
Lasioderma serricorne F (Coleoptera; Anobiidae) di
Laboratorium.Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatra Utara.
Medan.
Wagianto. A.G. 1991. Hama-hama Tanaman dalam Gudang. Jakarta: Bumi
Aksara Ikhtiar,
13

LAMPIRAN

You might also like