You are on page 1of 14

Bab I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Setiap individu mempunyai keunikan masing-masing, serta mempunyai


kemampuan dan karakteristiknya masing-masing. Walupun begitu, setiap peserta didik
wajib mendapatkan pendidikan yang layak. Tak terkecuali bagi anak dengan hambatan
penglihatan. Anak dengan hambatan penglihatan membutuhkan media khusus dalam
pembelajaranya. Biasanya media yang digunakan lebih konkret, sehingga anak mampu
mengilustrasikannya.

Dalam pelaksanaan observasi ke SLB A dan SLB Centre di Kota Payakumbuh


ini, kami mengetahui bagaimana system pembelajaran yang di berlakukan bagi anak
dengan hambatan penglihatan, bagaimana cara guru mengembangkan kemampuan
intelegensi dan bakat yang dimiliki anak serta menyokong minat yang dimilikinya.
Dalam makalah ini akan dibahas lebih mendalam mengenai anak dengan hambatan
penglihatan, serta media pembelajaran yang digunakan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan anak yang mengalami hambatan penglihatan ?
2. Bagaimana pengklasifikasian anak yang mengalami hambatan penglihatan ?
3. Media pembelajaran apa saja yang tersedia di Sekolah tersebut ?

C. Tujuan Observasi
1. Untuk mengetahui bagaimana sistem pembelajaran yang ditetapkan sekolah
tersebut.
2. Mengetahui Media apa saja yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran bagi
anak dengan hambatan penglihatan.

1
Bab II

Kajian Teoritis

A. Pengertian anak dengan hambatan penglihatan


Anak dengan hambatan penglihatan adalah anak yang mengalami gangguan daya
penglihatannya, berupa kebutaan menyeluruh atau sebagian, dan walaupun telah diberi
pertolongan dengan alat-alat bantu khusus, ereka masih tetap memerlukan pelayanan
pendidikan khusus.
Bila ditinjau dari sudut pendidikan anak dengan hambatan penglihatan adalah anak yang
mengalami hambatan daya penglihatannya, berupa kebutaan menyeluruh atau sebagian,
walaupun telah diberi dengan alat bantu khusus, mereka masih tidak mampu
memanfaatkan media pendidikan yang dirancang untuk anak –anak awas pada umunya,
saehingga mereka membutuhkan pelayanan pendidikan khusus. Dengan demikian orang
buta mungkin amsih memiliki sisa ketajaman penglihatan yang disebut dengan low
vision, dan jika seseorang benar-benar tidak memiliki sisa ketajaman penglihatan maka
orang tersebut dinamakan dengan buta total.
Anak-anak dengan hambatan penglihatan ini diketahui dlam kondisi:
1. Ketajaman penglihatannya kurang dari ketajaman yang dimilki orang awas
2. Terjadi kekeruhan pada lensa mata atau terdapat cairan tertentu
3. Posisi mata sulit dikendalikan saraf otak
4. Terjadi kerusakan saraf otak yang berhubungan dengan penglihatan

Dari kondisi diatas, pada umunya yang digunakan sebagai patokan apakah seorang anak
termasuk tunanetra atau tidak ialah berdasarkan pada tingkat ketajaman pengihatannya.

B. Media pembelajaran bagi anak dengan hambatan penglihatan


a. Kasifikasi media pembelajaran bagi anak buta total
Anak buta total adalah mereka yang mengalami hambatan penglihatan yang paling
berat. Mereka tidak memilki persepsi visual, sehinnng untuk memahami segala
sesuatunya mereka menggantungkan kepada indra-indra lain terutama indra
pendengaran, perabaan dan penciuman.

2
Oleh karena itu media pembelajaran bagi anak buta total dpat diklasifikasikan sebagai
berikut:
a) Media berbasis manusia, termasuk didalamny guru, instruktur, dan kelompok
b) Media berbasis cetak, termasuk didalam kategor ini buku-buku Braille dan
lembaran-lembaran lepas Braille.
c) Media berbasis tactual, termasuk didlamnya buku Braille, bagan timbul, grafik
timbul, denah, peta timbul, miniature, dan benda tiruan.
d) Media berbasis audio, termasuk disini rekamann suara dengan kaset, rekaman
dengan CD/piringan, radio, tape dll.
e) Media berbasis computer
f) Media yang berbasis benda asli dan lingkungan
b. Klasifikasi media pembelajaran bagi anak low vision
a) Media berbasis manusia
Diantaranya yaitu guru, instruktur, tutor, main peran dan kegiatan kelompok.
Guru dan tutor memiliki peran sebagai mediator dalam proses penbelajaran
siswa, media ini merupakan media utama yang sangat dibutuhkan oleh anak
low visison.
b) Media berbasis cetak
Yang termasuk media ini adalah buku penuntun, buku latihan , alat bantu
kerja dan lembaran lepas.
Anak low vision dapat memanfaatkan media berbasis cetak, namun harus ada
upaya tambahan untuk dapat dipahami dengan sisa penglihatan. Sseperti
ukuran yang harus diperbesar atau anak menggunkan kaca pembesar.
c) Media berbasis visual
Yang termasuk dalam kategori ini secara umum buku, alat bantu kerja, bagan,
grafik, peta dan gambar. Sama halnya dengan media berbasis cetak media
berbasis visual ini dapat dipakai untuk anak low vision
d) Media berbasis komputrer
Media ini telah dikembangkan untuk nak dengan hambatan penglihatan.
Dewasa ini telah ada hard-ware dan soft-ware kkomputer khusus dapat
diakses oleh orang yang mengalami hambatan penglihatan. Soft ware yang

3
tealh digunkan yaitu JAWS for window merupakan program screen reader
atau pembaca dapat menginterpretasikan apa yang ada dialam layar menjadi
output dalam bentuk suara.
C. Orientasi dan mobilitas
1. Pengertian
 Orientasi
Orientasi merupakan proses pengunaan indra-indra yang masih berfungsi untuk
menetapkan posisi diri dan hubungannya dengan objek-objek ynag ad di
lingkungannya.
Kemampuan orientasi seseorang berhubungan erat dengan kesiapan mental dan
fisiknya. Tingkat kemampuan mental seorang tunanetra akan berakibat pada
proses kognitifnya.
 Mobilitas
Mobilitas adalah kemaapuan, kesiapan, dan mudahnya bergerak dan berpindah
dalam suatu lingkungan. Karena mobilitas merupakan gerak dan perpindahan
fisik, maka kesiapan fisik sangat menetukan keterampilan anak dengan hambatan
penglihatan dalam mobilitas.
2. Proses kognitif dalam orientasi
 Persepsi
 Analisi
 Seleksi
 Perencanaan, dan
 Pelaksanaan
3. Komponen khusus orientasi
1. Landmark (ciri medan)
2. Clue (petunjuk)
3. Indoor Numbering System (system penomoran di dalam ruangan)
4. Outdoor Numbering System (system Penomoran luar ruangan)
5. Measurement (pengukuran)
6. Compass directions (arah-arah mata angin)
7. Self familiarization ( pengakraban diri)

4
Bab III
Hasil Observasi

A. Pelaksanaan Observasi

1. Observasi I

Tempat : Tunanaetra ( YPPLB – A ), Kabupaten Lima Puluh Kota

Waktu : 10.30-11.30

2. Observasi II
Tempat : SLB Negeri Centre ( Payakumbuh )
Waktu : 12.00 – 13.00

B. Sejarah Yayasan Pembinaan pendidikan Luar Biasa- A

Yayasan Pembinaan Pendidikan Luar Biasa – A Kabupaten Lima Puluh Kota berdiri
sejak tahun 1976. Staff pengajar di SLB ini berjumlah tiga belas orang yang terdiri dari lima
orang pegawai negeri sipil dan selebihnya adalah guru honor. SLB Centre ini mempunyai
sepuluh lokal yang terdiri dari enam lokal Sekolah Dasar. Penyampaian pelajaran sama seperti
biasanya, mata pelajaran yang dipelajari oleh anak dengan gangguan penglihatan sama seperti
anak- anak yang sekolah di sekolah umum, namun khusus untuk pelajaran menggambar diganti
menjadi mata pelajaran orientasi dan mobilitas.

5
Berikut ini adalah salah satu identitas murid dari SLB A yang kami wawancarai :
Nama : Beni Arianto
Kelas : 2 SMP
Asal : Padang Tarok
Hobi : Mendengarkan Musik

Lampiran di atas merupakan identitas salah satu murid yang kami wawancarai. Anak
tersebut akrab dipanggil Beni oleh teman-temanyan. Beni berumur 20 tahun dan berasal dari
Padang Taro. Saat kami wawancarai ternyata Beni mempunyai hobi yaitu mendengarkan musik
dan khususnya lagu D’masiv. Mata pelajaran yang disenangi oleh Beni adalah Braille. Kegiatan
yang dilakukan di asrama oleh Beni adalah Mencuci. Dalam keseharianya, Beni tidak
menggunakan tongkat. Hal ini dikarenakan ia sudah terbiasa dengan lingkunganya. Namun ,
pada awal masuk Beni dalam mobilitasnya menggunakan tongkat karena pada saat itu belum
mengenal lingkunganya.

6
Kami melakukan wawancara kedua dengan ibu Asram di YPPLB – A. Berikut data
identitasnya :

Nama : Ibu Sukrina


Asal : Payakumbuh

Ibu Sukrina adalah ibu asrama dari YPPLB – A. ia sudah empat tahun bekerja di YPPLB
– A ini. Saat kami wawancarai kegiatan yang biasa dilakukan oleh para murid adalah :
Makan bersama pada pukul 07.00 pagi
Makan siang pada pulul 13.00 siang
Makan malam pada pukull 08.00.

Jumlah murid di sekolah ini adalah empat puluh orang. Di asrama ini para siswa
melakukan kegiatan piket pada siang harinya. Kegiatan piket tersebut dilakukan di asrama dan
membersihkan ruang makan. Para murid diajarkan untuk disiplin, hal ini terlihat dari adanya
daftar piket yang ditetapkan oleh pihak asrama.

7
Informasi menarik yang kami dapatkan dari Ibu Sukrina adalah bahwa ada salah seorang
murid yang bernama Asmana. Ia dibuang oleh orang tuanya. Setiap selesai makan ia langsung
mengeluarkan kotoran. Hal ini sangat memprihatinkan. Berikut lampiran Asmana :

Kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan setiap minggu. Berikut salah satu lampiran


kegiatan yang dilaksanakan pada tiap minggunya.

Pada gambar di atas terlihat aktivitas anak sedang mengikuti kegiatan ekskul.
Kegiatan ini adalah ekskul keterampilan merajut tali. Ternyata kemampuan mereka sama dengan
anak awas lalinya, walaupun dengan hambatan penglihatan yang mereka alami, namun mereka
tetap dapat merajut benang dengan baik.

8
Kegiatan ekstrakurikuler lainya adalah membaca puisi. Berikut data siswa yang
mengikuti ekskul puisi.
Nama : Nur Hasanah
Kelas : 1 SMP

Nur hasanah merupakan siswa kelas satu Smp YPPLB-A yang sedang mengikuti
keterampilan membaca puisi. Nur hasanah mampu mengarang puisi. Dan ini ada beberap judul
puisi yang di karang olehnya :
1. Negeriku Indonesia
2. Tetaplah Indonesiaku
3. Kampungku Kecilku
4. Liontin Harapanku
5. Racun Narkoba
6. Meraih Sebuah Prestasi

Dari data di atas dapat kita simpulkan bahwa keterbatasan tidak menghalangi seseorang
untuk melakukan apa yang ia inginkan. Nur hasanah walaupun dengan keterbatasanya untuk
melihat, namun ia mampu menciptakan puisi yang indah dan keterampilan membacanya pun
sama baiknya dengan anak awas lainya.

9
Dari gambar tampak siswa sedang asik bermain catur. Pada saat awal melihatnya kami
kebingungan bagaimana caranya siswa ini bisa bermain catur. Ternyata pada papan catur di beri
lobang untuk meletakkan anak catur.

ini merupakan Al-Qur’an Braille. Penulisanya menggunakan huruf braille.

10
C. Sejarah SLB Negeri Centre Payakumbuh

SlB Centre ini didirikan pada tahun 2003. Luas area SLB ini adalh 1 hektar.
Jumlah tenaga pendidik dan non kependidikan adalah :

Non PNS : 14 orang

PNS : 7 orang

Dua orang guru yang mengalami gangguan penglihatan. Klasifikasi jumlah murid di Sekolah ini
adalah :

TK : 9 orang

SD : 23 orang

SMP : 9 orang.

Program layanan kegiatan sekolah ini adalah sebagai berikut :


1. Sekolah

Di sekolah ini murid yang mendominasi adalah tunagrahita, tunanetra berjumlah 1


orang, tunadaksa 1 orang, dan tunarungu berjumlah 5 orang.

2. Program buku braille

Program ini dilaksanakan untuk memberi bantuan atau dukungan kepada anak tunanetra
di sekolah ini dan sekolah lain. Produksi buku braille dikerjakan oleh guru di sekolah ini.

3. Pengembangan program pendidikan inklusif dengan peran sebagai pusat sumber.

Sekolah ini merupakan pencetus pertama dari program inklusif lalu di ikuti oleh sekolah
lainya.

11
Fungsi guru di sekolah ini sangat banyak , diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Sebagai guru di SLB

2. Sebagai guru pembimbing khusus ( GPK )

3. Sebagai guru kelas

4. Sebagai guru pemroduksi braille

Kegiatan sekolah :

 Pembelajaran

Ekstrakurikuler yang terdiri dari kegiatan kerohanian dan olahraga.

a) Akademik

Kegiatan ekskul yang menonjol di sekolah ini adalah “Tata Boga, ternak
puyuh, busana, batako dan keramik serta car wash. Kegiatan ini diprioritaskan
bagi anak yang memiliki kemauan masing-masing. Anak laki-laki lebih banyak
meminati kegiatan kegmemasak atau tata boga. Pada kegiatan beternak puyuh,
para siswa dibagi atas beberapa tugas piket dan kelompok. Kegiatan yang
dilakukan adalah memberi makan dan minum, serta mendistribusikan hasil
ternak mereka. Tujuanya dari kegiatan ini adalah agara mereka belajar dan dari
jasa mereka dapat dihargai oleh orang lain atas jasa yang diberikan. Setiap
mereka bekerja akan diberi upah. Selain itu para siswa belajar kebersihan.
 Pengembang program inklusif
a. Sebagai pendamping sekolah reguler dalam melaksanakan layanan inklusif.
b. Pelatihan bagi orang tua, guru sekolah reguler dan SLB
c. Memberi layanan GPK
d. Sosialisasi pendidikan inklusif

12
 Sarana pendukung sekolah
 Workshop
 Ruang kelas
 Perpustakaan ( buku awas dan buku braille )

 Pembiayaan
 Pemko Payakumbuh APBD
 Birektorat PPK – LK APBN

SLB Centre sudah bendikunjungi oleh kementrian pendidikan Pakistan


pada tahun 2008 yang dihadiri oleh 31 negara dan 5 benua.

13
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil observasi tersebut dapat kita keyahui bahwa SLB A merupakan salah satu
sekolah luar biasa yang dikhususkan bagi anak yang mengalami gangguan penglihatan.
Sedangkan SLB Centre merupakan suatu lembaga sekolah luar biasa yang menampung murid
penyandang disability lainnya. Seperti anak dengan hambatan penglihatan, anak dengan
intelektual di bawah ratr-rata, anak dengan gangguan pendengaran dan autis.

Pada kedua sekolah tersebut terdapat sarana dan prasarana yang sanngat memadai bagi
kelansungan pembelajaran bagi anak yang mengalami hambatan penglihatan. Seperti halnya
pada SLB Centre terdapat media yang sangat memadai basi anak yang menglami hambatan
penglihatan, seperti adanya computer yang dapat mencetak huruf Braille, sehingga
mempermudah guru dan murid dalam penentuan bahan yang akan diajarkan dan di pelajari.

Dalam pelaksanaannya, disamping mengajarkan pelajaran umum juga terdapat berbagai kegiatan
tambahan yang dapat meningkatkan semangat siswa dalam mengapresiasikan berabagai bakat,
minat dan kreativitas yang mereka miliki. Bahkan ada anak yang meraih prestasi dari penyaluran
bakat yang dimilkinya.

14

You might also like