Professional Documents
Culture Documents
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh :
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari HPLC.
2. Untuk mengetahui jenis- jenis dari HPLC.
3. Untuk mengetahui komponen dari HPLC.
4. Untuk mengetahui prinsip kerja dari HPLC.
5. Untuk mengetahui preparasi sampel pada HPLC.
6. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari HPLC.
7. Untuk mengetahui kegunaan HPLC dalam kehidupan sehari-hari.
8. Untuk mengetahui kualifikasi pada HPLC.
9. Untuk mengetahui cara perawatan pada HPLC.
10. Untuk mengetahui contoh aplikasi pada HPLC.
BAB II
PEMBAHASAN
Kromatografi cair kinerja tinggi merupakan suatu metode pemisahan canggih dalam
analisis farmasi yang dapat digunakan sebagai uji identitas, uji kemurnian dan penetapan
kadar. Titik beratnya adalah untuk analisis senyawa-senyawa yang tidak mudah menguap
dan tidak stabil pada suhu tinggi, yang tidak bisa dianalisis dengan metode KG. Banyak
senyawa yang dapat dianalisis dengan KCKT mulai dari senyawa ion anorganik sampai
senyawa organik makromolekul. Untuk analisis dan pemisahan obat/bahan obat campuran
rasemis optis aktif dikembangkan suatu fase pemisahan kiral yang mampu menetukan
rasemis dan isomer aktif.
2.2. Jenis- Jenis HPLC
Pemisahan dengan HPLC dapat dilakukan dengan fase normal (jika fase diamnya
lebih polar dibanding dengan fase geraknya) atau fase terbalik (jika fase diamnya kurang
non polar dibanding dengan fase geraknya). Berdasarkan pada kedua pemisahan ini, sering
kali HPLC dikelompokkan menjadi HPLC fase normal dan HPLC fase terbalik. Selain
klasifikasi di atas, HPLC juga dapat dikelompokkan berdasarkan pada sifat fase diam dan
atau berdasarkan pada mekanisme sorpsi solut, dengan jenis-jenis HPLC sebagai berikut:
1. Kromatografi Adsorbsi
Prinsip kromatografi adsorpsi telah diketahui sebagaimana dalam
kromatografi kolom dan kromatografi lapis tipis. Pemisahan kromatografi
adsorbsi biasanya menggunakan fase normal dengan menggunakan fase diam
silika gel dan alumina, meskipun demikian sekitar 90% kromatografi ini memakai
silika sebagai fase diamnya. Pada silika dan alumina terdapat gugus hidroksi yang
akan berinteraksi dengan solut. Gugus silanol pada silika mempunyai reaktifitas
yang berbeda, karenanya solut dapat terikat secara kuat sehingga dapat
menyebabkan puncak yang berekor.
2. Kromatografi fase terikat (Kromatografi Partisi)
Kebanyakan fase diam kromatografi ini adalah silika yang dimodifikasi
secara kimiawi atau fase terikat. Sejauh ini yang digunakan untuk memodifikasi
silika adalah hidrokarbon-hidrokarbon non-polar seperti dengan oktadesilsilana,
oktasilana, atau dengan fenil. Fase diam yang paling populer digunakan adalah
oktadesilsilan (ODS atau C18) dan kebanyakan pemisahannya adalah fase
terbalik.
Sebagai fase gerak adalah campuran metanol atau asetonitril dengan air atau
dengan larutan bufer. Untuk solut yang bersifat asam lemah atau basa lemah,
peranan pH sangat krusial karena kalau pH fase gerak tidak diatur maka solut
akan mengalami ionisasi atau protonasi. Terbentuknya spesies yang terionisasi ini
menyebabkan ikatannya dengan fase diam menjadi lebih lemah dibanding jika
solut dalam bentuk spesies yang tidak terionisasi karenanya spesies yang
mengalami ionisasi akan terelusi lebih cepat.
3. Kromatografi penukar ion
HPLC penukar ion menggunakan fase diam yang dapat menukar kation atau
anion dengan suatu fase gerak. Ada banyak penukar ion yang beredar di pasaran,
meskipun demikian yang paling luas penggunaannya adalah polistiren resin.
Kebanyakan pemisahan kromatografi ion dilakukan dengan menggunakan media
air karena sifat ionisasinya. Dalam beberapa hal digunakan pelarut campuran
misalnya air-alkohol dan juga pelarut organik. Kromatografi penukar ion dengan
fase gerak air, retensi puncak dipengaruhi oleh kadar garam total atau kekuatan
ionik serta oleh pH fase gerak. Kenaikan kadar garam dalam fase gerak
menurunkan retensi solut. Hal ini disebabkan oleh penurunan kemampuan ion
sampel bersaing dengan ion fase gerak untuk gugus penukar ion pada resin.
4. Kromatografi Pasangan ion
Kromatografi pasangan ion juga dapat digunakan untuk pemisahan sampel-
sampel ionik dan mengatasi masalah-masalah yang melekat pada metode
penukaran ion. Sampel ionik ditutup dengan ion yang mempunyai muatan yang
berlawanan.
5. Kromatografi Eksklusi Ukuran
Kromatografi ini disebut juga dengan kromatografi permiasi gel dan dapat
digunakan untuk memisahkan atau menganalisis senyawa dengan berat molekul >
2000 dalton. Fase diam yang digunakan dapat berupa silika atau polimer yang
bersifat porus sehingga solut dapat melewati porus (lewat diantara partikel), atau
berdifusi lewat fase diam. Molekul solut yang mempunyai BM yang jauh lebih
besar, akan terelusi terlebih dahulu, kemudian molekul-molekul yang ukuran
medium, dan terakhir adalah molekul yang jauh lebih kecil. Hal ini disebabkan
solut dengan BM yang besar tidak melewati porus, akan tetapi lewat diantara
partikel fase diam. Dengan demikian, dalam pemisahan dengan eksklusi ukuran
ini tidak terjadi interaksi kimia antara solut dan fase diam seperti tipe
kromatografi yang lain.
6. Kromatografi Afinitas
Dalam kasus ini, pemisahan terjadi karena interaksi-interaksi biokimiawi
yang sangat spesifik. Fase diam mengandung gugus-gugus molekul yang hanya
dapat menyerap sampel jika ada kondisi-kondisi yang terkait dengan muatan dan
sterik tertentu pada sampel yang sesuai (sebagaimana dalam interaksi antara
antigen dan antibodi). Kromatografi jenis ini dapat digunakan untuk mengisolasi
protein (enzim) dari campuran yang sangat kompleks.
1. Pompa (Pump)
Ada dua tipe pompa yang digunakan, yaitu pompa kinerja konstan (constant
pressure) dan pompa pemindahan konstan (constant displacement). Pemindahan konstan
dapat dibagi menjadi dua, yaitu: pompa reciprocating dan pompa syringe. Pompa
reciprocating menghasilkan suatu aliran yang berdenyut teratur (pulsating), oleh karena
itu membutuhkan peredam pulsa atau peredam elektronik untuk, menghasilkan garis
dasar (base line) detector yang stabil, bila detektor sensitif terhadapan aliran.
Keuntungan utamanya ialah ukuran reservoir tidak terbatas. Pompa syringe memberikan
aliran yang tidak berdenyut, tetapi reservoirnya terbatas.
2. Detektor
Suatu detektor dibutuhkan untuk mendeteksi adanya komponen sampel di dalam
kolom (analisis kualitatif) dan menghitung kadamya (analisis kuantitatif). Detektor yang
baikM memiliki sensitifitas yang tinggi, gangguan (noise) yang rendah, kisar respons
linier yang luas, dan memberi respons untuk semua tipe senyawa. Suatu kepekaan yang
rendah terhadap aliran dan fluktuasi temperatur sangat diinginkan, tetapi tidak selalu
dapat diperoleh.
3. Injektor
Injektor merupakan tempat untuk memasukkkan sempel ke kolom. Waktu yang
dibutuhkan oleh senyawa untuk bergerak melalui kolom menuju detektor disebut sebagai
waktu retensi. Waktu retensi diukur berdasarkan waktu dimana sampel diinjeksikan
sampai sampel menunjukkan ketinggian puncak yang maksimum dari senyawa itu.
Senyawa-senyawa yang berbeda memiliki waktu retensi yang berbeda. Untuk beberapa
senyawa, waktu retensi akan sangat bervariasi dan bergantung pada:
tekanan yang digunakan (karena itu akan berpengaruh pada laju alir dari pelarut)
kondisi dari fase diam (tidak hanya terbuat dari material apa, tetapi juga pada ukuran
partikel)
komposisi yang tepat dari pelarut
temperatur pada kolom
4. Elusi Gradien
Elusi Gradien didefinisikan sebagai penambahan kekuatan fasa gerak selama
analisis kromatografi berlangsung. Efek dari Elusi Gradien adalah mempersingkat
waktu retensi dari senyawa-senyawa yang tertahan kuat pada kolom. Dasar-dasar elusi
gradien dijelaskan oleh Snyder.
5. Kolom
Berbeda dengan kolom kromatografi klasik, kolom KCKT dapat digunakan
kembali (reusable). Banyak analisis yang bisa dilakukan dengan kolom yang sama
sebelum dari jenis sampel yang diinjeksi, kebersihan dari solven dan jenis solven yang
digunakan. Kolom diisi dengan partikel padatan yang berukuran kecil dilapisi secara
kimia oleh suatu cairan yang berfungsi sebagai fasa diam. Komponen-komponen
sample dibawa oleh cairan fasa gerak yang dialirkan dengan bantuan tekanan tinggi
melewati kolom fasa diam. Komponen-komponen dipisahkan berdasarkan partisi antara
fasa diam dan fasa gerak yang satu sama lain tidak bercampur.
Efisiensi kolom salah satunya sangat tegantung dari besarnya partikel fase
stasioner. Oleh karena itu bila ukuran fase stasioner lebih kecil, maka tinggi plat teoritik
akan berkurang, sehingga jumlah plat teoritik akan bertambah, yang meningkatkan
efisiensi kolom. Dengan kolom yang pendek dan efisiensi, pemisahan akan berjalan
dengan cepat. Terdapat banyak analisis yang dikerjakan pada suhu kamar, suhu kolom
sering dapat diatur dengan konstan dengan memakai cara pemanasan. Sering
dibutuhkan suhu kolom yang lebih tinggi dari suhu kamar untuk mengatasi masalah
daya larut solute yang dianalisis dan viskositas fase gerak yang agak tinggi
6. Pengolahan Data (Data Handling)
Hasil dari pemisahan kromatografi biasanya ditampilkan dalam bentuk
kromatogram pada rekorder.waktu retensi dan volume retensi dapat diketahui atau
dihitung. Ini bisa digunakanuntuk mengidentifikasi secara kualitatif suatu komponen,
bila kondisi kerja dapat dikontrol. Lebar puncak dan tinggi puncak sebanding atau
proporsional dengan konsentrasi dan dapat digunakan untuk memperoleh hasil secara
kuantitatif.
Metode HPLC dapat digunakan untuk analisa kuantitatif dan sekaligus kualitatif.
Untuk analisa kualitatif dengan membandingkan kromatogram sampel dengan
kromatogram baku pembanding berdasarkan waktu retensinya (Retention Time/RT).
PEAK YANG MEMPUNYAI RT yang sama dengan standard umumnya adalah sebagai
peak milik analat. Selain melihat RT, hal lain yang perlu dilihat adalah spektrum 3D dari
signal kromatogram. Zat yang sama akan mempunyai spektrum 3D yang sama juga.
Sehingga jika spektrum 3D antara dua zat berbeda, maka kedua zat tersebut juga dipastikan
adalah zat yang berlainan, meskipun memiliki RT yang sama.
Keterangan :
A = Peak area = Luas puncak
C = Konsentrasi
X = sampel
P = pembanding Atau jika ingin mendapatkan data yang lebih valid dapat pula ditentukan
dengan menggunakan kurva kalibrasi larutan standar.
Melalui analisa kuantitatif dapat diketahui kadar komponen yang dianalisis dalam
sampel. Yang berperan dalam proses separasi pada sistem HPLC adalah kolom. Ada kolom
yang digunakan untuk beberapa jenis analisa, misalnya kolom C18 yang dapat digunakan
untuk analisa carotenoid, protein, lovastatin, dans ebagainya. Namun ada juga kolom yang
khusus dibuat untuk tujuan anlisa tertentu, seperti kolom Zorbax carbohydrat (Agilent)
yang khusus digunakan untuk analisa karbohidrat (mono-, di-, polisakarida). Keberhasilan
proses separasi sangat dipengaruhi oleh pemilihan jenis kolom dan juga fasa mobil.
Setelah komponen dalam sampel berhasil dipisahkan, tahap selanjutnya adalah
proses identifikasi. Hasil analisa HPLC diperoleh dalam bentuk signal kromatogram.
Dalam kromatogram akan terdapat peak-peak yang menggambarkan banyaknya jenis
komponen dalam sampel.
Sampel yang mengandung banyak komponen didalamnya akan mempunyai
kromatogram dengan banyak peak. Bahkan tak jarang antar peak saling bertumpuk
(overlap). Hal ini akan menyulitkan dalam identifikasi dan perhitungan konsentrasi. Oleh
karena itu biasanya untuk sampel jenis ini dilakukan tahapan preparasi sampel yang lebih
rumit agar sampel yang siap diinjeksikan ke HPLC sudah cukup bersih dari impuritis.
Sampel farmasi biasanya jauh lebih mudah karena sedikit mengandung komponen selain
zat aktif. Sampel ini umumnya hanya melalui proses pelarutan saja.
Faktor yang dapat mempengaruhi kerja HPLC dalam penetapan kadar suatu
senyawa dalam media adalah pH fase gerak, suhu kolom, volume asetonitril, dan fase
aqueous di fase gerak. Penjagaan pH fase gerak diperlukan untuk mengoptimalkan
pemisahan dengan senyawa lain, biasanya pH fase gerak dijaga stabilitasnya
menggunakan buffer.
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Komponen utama dari HPLC yaitu, pompa, injector, elusi gradient, kolom, detector,
pengolahan data.
2. Prinsip dasar HPLC (High Performance Liquid Chromatografi) adalah pemisahan
senyawa-senyawa berdasarkan kepolaran, dimana terdapat fase mobile (gerak) dan fase
stasioner (diam). HPLC sering digunakan antara lain untuk menetapkan kadar senyawa
aktif pada obat, produk hasil samping proses sintesis, atau produk- produk degradasi
dalam sediaan farmasi. Contohnya adalah menganalisis parasetamol dan kafein dalam
suatu campuran.
3. HPLC sebagai suatu metode pemisahan memiliki beberapa keuntungan yaitu
menghasilkan pemisahan yang sangat cepat, dapat memisahkan zat-zat yang tidak
mudah menguap ataupun tak tahan panas, banyak pilihan fasa geraknya, mudah untuk
mendapatkan kembali cuplikan, karena detector pada KCKT tidak merusak komponen
zat yang dianalisis, dan dapat dirangkai dengan instrumen lain untuk meningkatkan
efisiensi pemisahan. Sedangkan kekurangannya adalah larutan harus dicari fase
diamnya terlebih dahulu, hanya bisa digunakan untuk asam organic, harus mengetahui
kombinasi yang optimum antara pelarut, analit, dan gradient elusi, harganya mahal
sehingga penggunaannya dalam lingkup penelitian yang terbatas
3.2. Saran
Penulis berharap kromatografi gas yang telah disajikan dalam bab isi dapat dijadikan
referensi ataupun tambahan wawasan bagi pembaca sehingga dapat membedakannya dan
dapat menerapkannya secara tepat dengan tujuan memajukan pendidikan di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, M., dan Suherman 1995. Analisis Instrumental. Airlangga University Press : Surabaya
Ahmad, M., dan Suherman. 1991. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Airlangga University Press
: Surabaya
Bahti. 1998. Teknik Pemisahan Kimia dan Fisika. Universitas Padjajaran : Bandung
Bassett, J., R.C. Denney, G.H. Jeffery, dan J. Mendham. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif
Anorganik. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta.
Day, R.A dan Underwood, A.L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga : Jakarta
Putra,Effendy D. L. 2004. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Dalam Bidang Farmasi. Jurusan
Farmasi Fakultas Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara
Rakhmawati, Dian Maya. 2016. Optimasi dan Validasi Metode Penetapan Kadar Siprofloksasin
Dalam Media Mueller Hinton Broth Menggunakan HPLC. Semarang: UMS
JAWAB: gradien ialah kekuatan fasa gerak. Jadi kombinasi yang tepat ialah antara fase
gerak dan fase diamnya, dimana salah satu diantara keduanya harus lebih polar atau
sebaliknya. Hal ini akan menyebabkan elusi gradien meningkat.
Kenapa memakai asetonitril untuk mencuci kolom? Bisa diganti atau tidak?
JAWAB: karena asetonitril termasuk pelarut aprotik yang memiliki ikatan dipol besar,
dan dapat melarutkan senyawa organik yang tidak dapat disosiasi oleh pelarut air.
Penggunaan asetonitril dapat diganti dengan pelarut lain yaitu menggunakan pelarut inert
yang tidak mudah menguap, misalnya metanol, metanol-air, dan air suling.
3. Zuyyina H. (039)
JAWAB: aplikasi kromatografi pertukaran ion biasanya berupa pemisahan ion-ion renik
dalam sampel, misalnya untuk tujuan pemurnian air minum.dalam bidang penelitian
kimia dan biokimia, kromatografi pertukaran ion sering dilakukan untuk pemisahan asam
amino atau enzim-enzim.
Bagaimana aplikasi HPLC dalam masalah-masalah biokimia? Zat yang dapat dianalisis
menggunakan HPLC apa saja?
JAWAB: aplikasi HPLC dalam biokimia ialah bisa digunakan untuk analisis vitamin C,
pendugaan kandungan senyawa bioaktif atau senyawa penciri beberapa tanaman obat,
dan lain sebagainya. Sampel yang dapat dianalisis yaitu berbagai senyawa organik,
anorganik, dan biologis.
5. Linihayatin A. (027)
JAWAB:
Yang dimaksud stabil secara kimia ialah pH di fase gerak harus stabil, hal ini
dikarenakan untuk optimasi HPLC tersebut.
Tekanan dibuat diatas tekanan udara dengan tujuan agar kecepatan mengalir fasa
gerak dalam kolom dapat berjalan dengan cepat serta agar senyawa dapat
dipisahkan dan mampu terbaca pada detector dan membentuk kromatogram.
Diawagaskan ialah kata lain dari didigest, yaitu pemisahan sampel dari pengotor-
pengotornya.
MENAMBAHKAN: