You are on page 1of 23

KARAKTERISASI BAKTERI ENTERON

Nama : Sekar Tyas Pertiwi


NIM : B1A016080
Kelompok :6
Rombongan : II
Asisten : Rai Alvin Fazrian

LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO

2018
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Karakterisasi merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk


mengobservasi mikroorganisme hasil isolasi (isolat). Kegiatan karakterisasi dapat
dilakukan berdasarkan sifat sitologi (bentuk sel, gerak atau motilitas, sifat Gram dan
endospora, sifat morfologi, dan sifat fisiologi. Uji sifat morfologi mencakup sifat-sifat
koloni, seperti ukuran, bentuk, warna dan tepian, sedangkan uji sifat fisiologi
diantaranya uji hidrolisis pati, hidrolisis lemak, hidrolisis protein dan uji katalase.
Karakterisasi terbagi dalam dua tahap yaitu klasifikasi dan identifikasi. Selain itu,
untuk dapat mengidentifikasi dan mengkasifikasi suatu mikroorganisme, maka harus
mempelajari karakteristik mikroorganisme tersebut terlebih dahulu. Klasifikasi
merupakan pengelompokan mikroba ke dalam suatu kelompok taksonomi tertentu.
Teori identifikasi mikroba merupakan perbandingan antara yang tidak diketahui dan
yang diketahui. Tingkat keakuratan dari identifikasi bergantung pada ketelitian kerja
preparasi seperti pembuatan media, pembuatan reagen dan pewarnaan, dan ketelitian
dalam melakukan, mengamati, dan mencatat berbagai uji (Pelczar & Chan, 2007).
Anggota dari famili Enterobacteriaceae adalah bakteri Gram negatif fakultatif
anaerobik berbentuk batang yang dapat bersifat motil atau non motil. Strain bakteri
motil mempunyai flagella peritrik. Panjangnya dapat mencapai 1-5 μm. Semua spesies
berkembang biak pada media buatan dan mengubah glukosa, dimana mereka
membentuk asam atau asam dan gas. Bakteri-bakteri tersebut juga memproduksi
enzim katalase. Pengecualian pada genus Erwinia, anggota dari Enterobacteriaceae,
yang mereduksi nitrat menjadi nitrit. Komposisi antigeniknya tendiri dari sebuah
mozaik hubungan serologik yang saling mengisi diantara beberapa genus. Famili ini
termasuk saprofit, parasit hewan dan beberapa parasit tanaman (Farmer, 2003).
Apabila Enterobacteriaceae diuji dengan tes katalase maka hasilnya positif, hal
tersebut menunjukkan bahwa Enterobacteriaceae mengandung enzim katalase. Namun,
apabila diuji dengan tes oksidase, maka hasilnya negatif. Enterobacteriaceae
merupakan bakteri non-spora dan membentuk reaksi katalase yang bervariasi.
Sebagian besar strainnya memiliki fimbria adhesif. Saat pertumbuhannya,
Enterobacteriaceae kurang atau sedikit memerlukan NaCl (Brooks et al., 2008).
Enterobacteriaceae adalah patogen manusia yang umum dan berkoloni pada
saluran usus manusia yang dapat menyebabkan berbagai macam penyakit termasuk
infeksi saluran kemih, radang paru-paru, infeksi aliran darah, infeksi intra-abdomen,
dan infeksi kulit dan jaringan lunak (Baran & Aksu, 2014). Enterobacteriaceae
sebagian besar lebih dikenal bersifat patogen. Sebagian kuman enterik ini tidak
menimbulkan penyakit pada host (sel inang) bila kuman tetap berada di dalam usus
besar, tetapi pada keadaan-keadaan dimana terjadi perubahan pada host atau bila ada
kesempatan memasuki bagian tubuh yang lain, banyak diantara kuman ini mampu
menimbulkan penyakit pada tiap jaringan tubuh manusia. Organisme-organisme di
dalam famili ini pada kenyataannya mempunyai peranan penting di dalam infeksi
nosokomial, misalnya sebagai penyebab infeksi saluran kemih, infeksi pada luka, dan
infeksi lainnya. Banyak anggota famili ini adalah bagian normal dari flora usus
ditemukan dalam usus manusia dan hewan lainnya, sementara yang lain ditemukan
dalam air atau tanah, atau parasit pada berbagai hewan dan tumbuhan yang berbeda.
Beberapa organisme enterik, misalnya, Escherichia coli adalah bagian dari flora
normal dan dapat menyebabkan penyakit, sementara yang lain yaitu Salmonella dan
Shigellae secara teratur patogen bagi manusia (Clayton, 1986).
Enterobacteriaceae merupakan bakteri gram negatif yang bersifat anaerob
fakultatif dan mempunyai kebutuhan nutrisi yang sederhana. Enterobacteriaceae dapat
memfermentasi glukosa dan mereduksi nitrat. Enterobacteriaceae tumbuh pada
temperatur minimal 8 ºC, optimal 37 ºC, dan maksimal 45 ºC. Enterobacteriaceae
dapat tumbuh pada pH minimal 9,3 dengan nilai pH minimal 4,05, optimal 7,0, dan
maksimal 9,0. Enterobacteriaceae sering ditemukan pada lingkungan yang tidak
higienis (Romawati et al., 2014).
Genus Enterobacter terdiri atas 12 spesies, hidup di tanah, air, dan usus besar
manusia dan hewan. Ada delapan spesies Enterobacter yang berhubungan dengan
penyakit pada manusia yaitu Enterobacter cloacae, Enterobacter aerogenes,
Enterobacter agglomerans, Enterobacter gergoviae, Enterobacter sakazakii,
Enterobacter taylorae, Enterobacter asburiae, dan Enterobacter Hoemaechii.
Enterobacter sakazakii merupakan bakteri gram negatif anaerob fakultatif, berbentuk
koliform (kokoid), dan tidak membentuk spora. Bakteri ini termasuk dalam famili
Enterobacteriaceae. Enterobacter sakazakii bukan merupakan mikroorganisme normal
pada saluran pencernaan hewan dan manusia, sehingga disinyalir bahwa tanah, air,
sayuran, tikus dan lalat merupakan sumber infeksi. Enterobacter sakazakii dapat
ditemukan di beberapa lingkungan industri makanan (pabrik susu, coklat, kentang,
sereal, dan pasta), lingkungan berair, sedimen tanah yang lembap. Beberapa bahan
makanan yang berpotensi terkontaminasi Enterobacter sakazakii antara lain keju,
sosis, daging cincang awetan, sayuran, dan susu bubuk. Laporan mengenai infeksi E.
sakazakii menunjukkan bahwa bakteri ini dapat menyebabkan radang selaput otak dan
radang usus pada bayi. Kelompok bayi yang memiliki risiko tertinggi terinfeksi
Enterobacter sakazakii yaitu neonatus (baru lahir hingga umur 28 hari), bayi dengan
gangguan sistem tubuh, bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), bayi prematur,
dan bayi yang lahir dari ibu yang mengidap Human Immunodeficiency Virus (HIV).
Enterobacter sp. merupakan patogen nosokomial yang menjadi penyebab berbagai
macam infeksi termasuk bakteremia, infeksi saluran pernapasan bagian bawah, infeksi
kulit dan jaringan lunak, infeksi saluran kemih, infeksi dalam perut, radang jantung,
radang sendi, osteomyelitis, dan infeksi mata (Farmer, 2003).
Enterobacter sakazakii dapat dibedakan dengan anggota yang lain karena pigmen
kuning yang diproduksinya. Enterobacter lebih jarang terisolasi dibandingkan
Klebsiella dan E. coli, dan meskipun bisa menginfeksi berbagai jaringan dalam tubuh,
namun lebih sering dihubungkan dengan infeksi saluran kemih (ISK). Enterobacter
cloacae merupakan penyebab infeksi yang tersering, diikuti oleh Enterobacter
aerogenes dan Enterobacter agglomerans. Organisme ini biasanya terdapat dalam
cairan infus di rumah sakit. Enterobacter gergoviae berhubungan dengan infeksi
saluran kemih, nosokomial, dan dapat diisolasi dari bahan pemeriksaan dari saluran
napas dan darah. Enterobacter sakazakii paling sering diisolasi dari luka dan saluran
napas, tetapi juga dapat menyebabkan meningitis, abses otak, dan bakterimia pada
neonatus (Gayet, 2003).
Klebsiella adalah kelompok bakteri Enterobacteriaceae, Gram negatif, panjang-
pendek, berpasangan atau berderet, tidak berspora, tidak bergerak, dan berkapsul.
Klebsiella dapat hidup sebagai saprofit pada lingkungan hidup, pada air, tanah,
makanan, dan sayur-sayuran. Bakteri ini dapat menimbulkan infeksi pada saluran urin,
paru-paru, saluran pernapasan, luka-luka, dan septiksemia. Berdasarkan studi
hubungan DNA, genus ini terdiri atas Klebsiella Pneumonia, Klebsiella Planticola,
Klebsiella Terrigena, dan Klebsiella group 47. Klebsiella pneumonia adalah yang
paling sering terisolasi. Klebsiella Pneumonia dapat menyebabkan primary
community-acquired pneumonia serta pneumonia nosokomial, biasanya terjadi pada
penderita usia pertengahan, dan usia tua dengan latar belakang alkoholisme, penyakit
bronkopulmonari kronik, atau diabetes mellitus. Klebsiella pneumonia juga
menyebabkan infeksi saluran kemih, infeksi pada luka, bakterimia, dan meningitis
(Soemarno, 2000).
Escherichia coli adalah anggota famili Enterobacteriaceae yang merupakan
bakteri batang gram negatif, tidak berkapsul, umumnya mempunyai fimbria dan
bersifat motil. Bakteri E. coli mempunyai ukuran panjang 2,0-6,0 μm dan lebar 1,1-1,5
μm, tersusun tunggal, berpasangan, dengan flagella peritikus (Supardi, 1999). Suhu
optimum E. coli untuk tumbuh adalah 37˚C, sedangkan interval suhu untuk
pertumbuhan adalah 10˚C-40˚C. Nilai pH maksimumnya yaitu 8,5. Bakteri ini relatif
sensitif terhadap panas dan dapat diinaktifkan pada suhu pasteurisasi makanan atau
selama pemasakan makanan (Maloha, 2002). Gangguan kesehatan pada manusia salah
satunya dapat disebabkan oleh bakteri Escherichia coli yang keberadaannya banyak
tersebar di alam sekitar. Penyebaran E. coli dapat terjadi dengan cara kontak langsung
(bersentuhan, berjabatan tangan, dan sebagainya) kemudian diteruskan melalui mulut.
Penyakit yang disebabkan oleh E. coli yaitu infeksi saluran kemih, diare, sepsis dan
meningitis (Sari et al., 2015).
Tujuan praktikum karakterisasi bakteri enteron adalah mengetahui langkah-
langkah atau tahapan dalam karakterisasi bakteri secara morfologi, biokimia, dan
enzimatis.
II. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat-alat yang digunakan pada praktikum karakterisasi bakteri enteron adalah


tabung reaksi, cawan petri, pipet steril, lampu spiritus, jarum ose, tusuk steril, pipet
tetes, object glass, mikroskop, wrapper, dan tissue.
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum karakterisasi bakteri enteron
adalah isolat cair, medium Tryptone Broth (TB), MRVP medium, medium Simmon’s
citrate, Kovack’s Indole, Methyl Red, KOH 40 %, α-naphtole, medium TSI agar,
medium Urease Broth (UB), Xylosa, Mannosa, Maltosa, Arabinosa, medium Nutrient
Broth (NB), reagen H2O2, kertas saring, medium MacConkey Agar, medium SIM A,
aquadest, alkohol, pewarna Gram A yaitu Crystal Violet, pewarna Gram B yaitu
Lugol’s Iodine, pewarna Gram C yaitu Ethanol 96%, dan pewarna Gram D yaitu
Safranin.

B. Metode

A. Biokimiawi
1. IMVIC
a. Uji Indole

Isolat cair diambil sebanyak 0,1 ml menggunakan pipet steril ke dalam


medium TB, kemudian diinkubasi selama 2 x 24 jam dalam suhu 37 oC.
Setelah inkubasi, medium ditetesi dengan reagen Kovack’s Indole sebanyak
3 tetes. Interpretasi positif (+) jika terbentuk cincin merah di permukaan
koloni dan interpretasi (-) jika tidak terbentuk cincin merah.
b. Uji Methyl Red
Isolat cair diambil sebanyak 0,1 ml menggunakan pipet steril ke dalam
MRVP medium, kemudian diinkubasi selama 2 x 24 jam dalam suhu 37oC.
Setelah inkubasi, medium ditetesi dengan reagen Methyl Red. Interpretasi
positif (+) jika medium berubah warna menjadi merah dan interpretasi
negatif (-) jika tidak ada perubahan.
c. Uji Voges Proskauer
Isolat cair diambil sebanyak 0,1 ml menggunakan pipet steril ke dalam
MRVP medium, kemudian diinkubasi selama 2 x 24 jam dalam suhu 37oC.
Setelah inkubasi, medium ditetesi dengan reagen KOH 40% sebanyak 3
tetes + α-naphtole sebanyak 1 tetes. Interpretasi positif (+) jika medium
berubah warna menjadi merah dan interpretasi negatif (-) jika tidak ada
perubahan.
d. Uji Citrate
Isolat diinokulasikan sebanyak satu ose ke dalam medium Simmons’s
citrate, lalu diinkubasi selama 2 x 24 jam dalam suhu 37oC. Interpretasi
positif (+) jika medium berubah warna menjadi hijau dan interpretasi negatif
(-) jika tidak ada perubahan warna.
2. Uji TSIA
Isolat ditusuk menggunakan tusuk steril lalu diinokulasikan ke medium
TSI Agar secara stab & slant inoculation, kemudian diinkubasi 1 x 24 jam
dalam suhu 37 oC.
3. Uji Urease
Isolat cair diambil sebanyak 0,1 ml menggunakan pipet steril ke dalam
medium Urease Broth, kemudian diinkubasi 2 x 24 jam dalam suhu 37oC.
interpetasi positif (+) jika berubah warna menjadi pink dan interpretasi negatif
(-) jika tidak berubah warna.
4. Uji Reduksi Gula
Isolat cair diambil sebanyak 0,1 ml dan masing-masing dimasukkan ke
dalam medium berisi jenis-jenis gula (manosa, xylosa, arabinosa, dan maltosa),
kemudian diinkubasi selama 2 x 24 jam dalam suhu 37oC. Interpretasi positif
(+) terjadi jika terdapat gelembung gas pada medium berubah menjadi kuning
dan interpretasi negatif (-) jika tidak terjadi perubahan.
B. Fisiologis
Isolat diinokulasikan 1 ose ke dalam medium NB, kemudian diinkubasi
2 x 4 jam pada suhu 37 oC. Interpretasi obligat aerob jika koloni bakteri
tumbuh di bagian atas, interpretasi obligat anaerob jika koloni bakteri tumbuh
di bagian bawah, dan interpretasi fakultatif anaerob jika koloni bakteri tumbuh
di bagian atas, namun juga menyebar ke tengah medium.
C. Enzimatis
1. Katalase
Isolat bakteri Enterobacteriaceae diulas 1 ose di atas object glass,
kemudian ditetesi dengan reagen katalase (H2O), lalu diamati. Interpretasi
positif (+) jika terdapat gelembung dan interpretasi negatif (-) jika tidak
terdapat gelembung.
2. Oksidase
Isolat bakteri Enterobacteriaceae diulas 1 ose di atas object glass yang
telah diberi kertas saring, kemudian ditetesi dengan reagen oksidase
(tetramethyl-p-phenylenediaminedihidrochloride), lalu diamati.
Interpretasi positif (+) jika kertas saring berwarna biru kehitaman dan
interpretasi negatif (-) jika tidak ada perubahan warna.
3. Proteolitik
Isolat bakteri Enterobacteriaceae diinokulasikan ke dalam medium
dengan metode streak kontinyu setengah cawan, lalu diinkubasi 2 x 24 jam
dalam suhu 37oC. Interpretasi positif (+) jika terdapat zona jernih di sekitar
koloni dan interpretasi negatif (-) jika tidak terdapat zona jernih.
D. Morfologi
a. Makromorfologi
Isolat diinokulasikan 1 ose lalu dilakukan streak kuadran pada medium
MacConkey Agar, kemudian diinkubasi 2 x 24 jam pada suhu 37oC.
Bentuk koloni, warna koloni, elevasi koloni, tepi koloni, ukuran koloni,
dan permukaan koloni diamati.
b. Mikromorfologi
1. Uji Motilitas
Isolat diinokulasikan ke medium SIM A dengan stab
inoculation, lalu diinkubasi 2 x 24 jam dalam suhu 37oC. Interpretasi
positif (+) jika terjadi pertumbuhan koloni yang menyebar dan
interpretasi negatif (-) jika tidak terjadi pertumbuhan koloni.
2. Pewarnaan Gram
Isolat diulas 1 ose di atas object glass, lalu ditetesi akuades
secukupnya, dan difiksasi 2-3 kali di atas api bunsen. Isolat ditetesi
dengan Gram A (Crystal Violet) dan didiamkan selama 60 detik,
kemudian dicuci-kering-angin-kan. Isolat ditetesi dengan Gram B
(Lugol’s Iodine) dan didiamkan selama 60 detik, kemudian dicuci-
kering-angin-kan. Isolat dibilas dengan Gram C (Ethanol 96%) sampai
bersih, kemudian dicuci-kering-angin-kan. Isolat ditetesi dengan Gram
D (Safranin) dan didiamkan selama 45 detik, kemudian dicuci-kering-
angin-kan. Setelah pewarnaan, isolat diamati di bawah mikroskop
untuk mengetahui bentuk sel dan jenis gramnya.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil kegiatan praktikum, isolat bakteri enteron yang digunakan


dilakukan karakterisasi dengan melakukan beberapa uji laboratorium meliputi uji
biokimia, uji fisiologi, uji morfologi, dan uji enzimatis. Uji biokimia yang dilakukan
meliputi uji IMVIC, uji reduksi gula, uji urease, dan uji TSIA. Uji Fisiologi dilakukan
untuk mengetahui pertumbuhan optimum dari bakteri enteron dengan suhu, pH, dan
tekanan osmotik yang berbeda. Uji morfologi untuk mengamati karakterisasi secara
makromorfologi meliputi bentuk koloni dan sebaginya, serta mikromorfologi meliputi
pewarnaan Gram dan bentuk sel. Uji Enzimatik dilakukan untuk melihat kemampuan
enzimatis yang dihasilkan dalam memecah senyawa oleh isolat bakteri. Isolat bakteri
enteron yang dimiliki oleh kelompok 6 rombongan II diindikasikan sebagai bakteri
enteron dari Escherichia coli dan Shigella sp. Cara membedakan antara Escherichia
coli dan Shigella sp. salah satunya adalah motilitasnya. Menurut Mindar et al (2017),
Shigella sp. merupakan kuman kecil berbentuk batang dengan pengecatan gram
bersifat negatif ramping dengan ukuran 0,5-0,7 µm x 2 -3 µm, tidak mempunyai flagel
sehingga tidak dapat bergerak dan tidak berspora. Shigella sp. bersifat nonmotil dan
biasanya tidak memfermentasikan laktosa tetapi memfermentasikan karbohidrat lain,
serta memproduksi asam tetapi tidak H2S. Hasil uji mikromorfologi pada uji motilitas
bahwa isolat Enterobacteriaceae positif yang berarti motil. Isolat bakteri enteron yang
dimiliki oleh kelompok 6 rombongan II berarti Escherichia coli karena bakteri
tersebut bersifat motil.
Tabel 3.1. Hasil Interpretasi Uji Biokimiawi, Fisiologis, Enzimatis, dan Morfologi
Kelompok 6 Rombongan II
No Uji Interpretasi
Biokimiawi
1. IMVIC
- Indole +
- Methyl Red +
- Voges Proskauer -
- Citrate -
2. 2. Uji TSIA -
3. Uji Urease -
4. Uji Reduksi Gula
- Xylosa -
- Mannosa +
- Maltosa -
- Arabinosa +
Fisiologis
1. Fisiologis Fakultatif Anaerob
Enzimatis
1. Katalase -
2. Oksidase +
3. Proteolitik +
Morfologi
1. Makromorfologi
- Bentuk koloni Sirkular
- Warna koloni Putih
- Elevasi koloni Flat (rata)
- Tepi koloni Rata
- Ukuran koloni Pin point
- Permukaan koloni Tidak mengkilap, halus
2. Mikromorfologi
- Uji Motilitas +
- Pewarnaan Gram Gram negatif, batang

Gambar 3.1. Hasil Uji Indole

Isolat bakteri Enterobacteriaceae menunjukkan hasil positif dari uji Indole.


Hasil tersebut dinyatakan positif karena saat ditambahkan reagen Kovack’s Indole
menghasilkan cincin merah. Menurut Odonker & Joseph (2013), bakteri E.coli akan
memberikan hasil positif pada uji Indole dan Methyl Red. Uji Indole bertujuan untuk
mengidentifikasi kemampuan bakteri menghasilkan Indole dengan menggunakan
enzim tryptophanase. Bakteri yang memiliki enzim tryptophanase menghidrolisis
tryptophan menjadi Indole, piruvat, dan amonia. Hemraj (2013) menyatakan bahwa
hal ini digunakan sebagai bagian dari prosedur IMVIC, sebuah tes yang dirancang
untuk membedakan antara anggota keluarga Enterobacteriaceae.

Gambar 3.2. Hasil Uji Methyl Red


Isolat bakteri Enterobacteriaceae menunjukkan hasil positif dari uji Methyl
Red. Menurut Hemraj (2013), hasil positif ditunjukkan dengan perubahan warna
larutan menjadi merah setelah ditambakan reagen Methyl Red. Uji ini bertujuan untuk
mendeteksi kemampuan organisme dalam memproduksi dan mempertahankan produk
akhir asam stabil dari fermentasi glukosa. Methyl Red adalah indikator pH. Methyl Red
berwarna merah pada pH di bawah 4,4 (menunjukkan hasil positif) dan kuning pada
pH diantara 6 dan warna orange menunjukkan pH menengah dan dianggap hasil
negatif.

Gambar 3.3. Hasil Uji Voges Proskauer


Isolat bakteri Enterobacteriaceae menunjukkan hasil negatif dari uji Voges
Proskauer. Menurut Iwade et al (2016), uji VP (Voges Proskauer) adalah tes yang
digunakan untuk mendeteksi acetoin dalam kultur cair bakteri. Pengujian ini dilakukan
dengan menambahkan α-naptholedan kalium hidroksida dengan kaldu Voges
Proskauer yang telah diinokulasi dengan bakteri. Warna merah cherry menunjukkan
hasil yang positif, sedangkan warna kuning-coklat menunjukkan hasil negatif.

Gambar 3.4. Hasil Uji Citrate


Isolat bakteri Enterobacteriaceae menunjukkan hasil negatif dari uji Citrate.
Suardana et al (2016) menyatakan bahwa Uji IMVIC yang terakhir adalah uji citrate.
Uji ini bertujuan untuk mendeteksi kemampuan organisme memanfaatkan sitrat
sebagai satu-satunya sumber karbon dan energi. Bakteri diinokulasi pada media yang
mengandung medium sitrat dan indikator pH bromothymol blue. Media juga
mengandung garam amonium anorganik yang digunakan sebagai satu-satunya sumber
nitrogen. Pemanfaatan sitrat melibatkan enzim citrat permease yang memecah sitrat
menjadi oksaloasetat dan asetat. Oksaloasetat lebih lanjut dipecah menjadi piruvat dan
CO2. Produksi Na2CO3 serta NH3 dari pemanfaatan natrium sitrat dan garam amonium
masing-masing menghasilkan pH basa.

Gambar 3.5. Hasil Uji TSIA


Isolat bakteri Enterobacteriaceae menunjukkan hasil negatif dari uji TSIA.
Menurut Holt et al (1994), uji H2S menggunakan medium Triple Sugar Iron Agar
(TSIA). TSIA adalah media deferensial yang digunakan dalam menentukan fermentasi
karbohidrat dan produksi H2S. Selain itu, uji TSIA ini juga dapat mendeteksi adanya
gas hasil dari metabolisme karbohidrat. TSIA membedakan bakteri berdasarkan
fermentasi mereka laktosa, glukosa, dan sukrosa dan produksi hidrogen sulfida. TSIA
yang paling sering digunakan dalam identifikasi Enterobacteriaceae, meskipun
berguna untuk bakteri Gram negatif lainnya.

Gambar 3.6. Hasil Uji Urease


Isolat bakteri Enterobacteriaceae menunjukkan hasil negatif dari uji urease.
Menurut Brink et al (2012), uji urease berguna untuk mengidentifikasi organisme yang
mampu menghidrolisis urea yang dapat menghasilkan amonia dan karbon dioksida
terutama untuk mengetahui mikroorganisme tersebut mempunyai enzim urease atau
tidak. Urease merupakan enzim konstitutif yang menghidrolisis urea menjadi karbon
dioksida dan ammonia.

Gambar 3.7. Hasil Uji Reduksi Gula


Isolat bakteri Enterobacteriaceae menunjukkan interpretasi negatif pada gula
maltosa dan xylosa sedangkan interpretasi positif pada gula mannosa dan arabinosa
dari uji urease. Menurut McNeil & Harvey (2008), uji reduksi gula digunakan untuk
mengetahui apakah bakteri dapat memfermentasi masing-masing gula yang
membentuk asam. Sebagian besar mikroorganisme memperoleh energi dari substrat
berupa karbohidrat yang selanjutnya di fermentasi menghasilkan asam-asam organik
(seperti asam laktat, format, asetat), dengan disertai atau tidak disertai pembentukan
gas. Organisme-organisme yang berbeda akan menggunakan karbohidrat atau gula-
gula yang berbeda tergantung dari komponen enzim yang dimilikinya.

Gambar 3.8. Hasil Uji Fisiologis


Isolat bakteri Enterobacteriaceae menunjukkan interpretasi fakultatif anaerob
dari uji fisiologis yang ditandai dengan pertumbuhan koloni di bagian atas menyebar
ke tengah. Melliawati (2009) menyatakan bahwa E. coli merupakan bakteri fakultatif
anaerob dan dapat tumbuh baik pada temperatur 8°C - 46ºC dan temperatur optimum
37°C. Menurut Holt et al (1994), uji fisiologis adalah uji yang dapat digunakan untuk
melihat pergerakan dari pertumbuhan bakteri.

Gambar 3.9. Hasil Uji Katalase


Isolat bakteri Enterobacteriaceae menunjukkan interpretasi negatif dari uji
katalase. Menurut Ibrahim et al (2015), pengujian katalase adalah pengujian secara
biokimiawi yang memperlihatkan aktivitas dari bakteri yang menghasilkan enzim
katalase ditandai dengan terbentuknya gelembung pada pengujian yang menandakan
reaksi positif. Uji katalase dilakukan dengan meneteskan larutan H2O2. Sifat reaksi
terhadap uji katalase ditentukan dengan pemunculan gelembung gas yang memberikan
indikasi pembentukan gas CO2. Uji katalase menunjukkan bahwa isolat bakteri yang
diuji menunjukkan hasil uji berupa katalase negatif dimana tidak terbentuknya
gelembung pada object glass. Hal ini dikarenakan bakteri tidak memproduksi enzim
katalase yang dapat mengubah hidrogen peroksida menjadi air dan oksigen dan
berkaitan dengan kemampuan bakteri asam laktat yang hanya membutuhkan sedikit
oksigen untuk dapat hidup.

Gambar 3.10. Hasil Uji Oksidase


Isolat bakteri Enterobacteriaceae menunjukkan interpretasi positif dari uji
oksidase. Menurut Hidayat (2014), uji oksidase bertujuan untuk menentukan bakteri
enterik atau non enterik. Enzim oksidase memegang peranan penting dalam transport
elektron selama respirasi aerobik. Uji ini dilakukan untuk mengetahui bakteri yang
dapat memproduksi sitokrom oksidase. Sitokrom oksidase mengkatalisis oksidasi dan
reduksi sitokrom oleh molekul oksigen. Enzim oksidase dihasilkan oleh bakteri aerob,
fakultatif anaerob dan mikroaerofilik. Mikroorganisme ini menggunakan oksigen
sebagai akseptor elektron terakhir selama penguraian karbohidrat menjadi energi.
Kemampuan bakteri memproduksi sitokrom oksidase dapat diketahui dari reaksi yang
ditimbulkan setelah pemberian reagen oksidase pada koloni. Reagen yang biasa
digunakan adalah tetramethyl–p–phenylenediamine dihidrocloride. Reagen ini
mendonorkan elektron pada enzim untuk dioksidasi membentuk kompleks warna biru
marun.
Gambar 3.11. Hasil Uji Proteolitik
Isolat bakteri Enterobacteriaceae menunjukkan interpretasi positif dari uji
proteolitik karena terbentuk zona jernih di sekitar koloni. Menurut Baehaki et al
(2011), uji proteolitik dilakukan dengan menggunakan media Skim Milk Agar (SMA)
yaitu media yang ditambahkan dengan susu skim 2%. Isolat di stab inoculation atau
streak kontinyu pada media SMA, lalu diinkubasi 1 x 24 jam pada suhu 37 ºC.
Aktivitas dari bakteri yang tumbuh ditunjukan dengan terlihatnya zona bening yang
muncul disekitar koloni yang terbentuk.

Gambar 3.12. Hasil Uji Makromorfologi


Isolat bakteri Enterobacteriaceae menunjukkan interpretasi ukuran koloni pin
point, bentuk sirkular, elevasi flat (rata), tepi koloni rata, warna putih, dan permukaan
koloni tidak mengkilap dan halus dari uji makromorfologi. Menurut Iman (2009),
Escherichia coli membentuk koloni bulat konveks, halus dengan pinggir-pinggir yang
nyata. Menurut Sastroamidjojo (1967), E. coli merupakan bakteri berbentuk batang
pendek (kobasil). Ukuran E. coli yaitu 0,4-0,7 mm x 1,4 mm.
Gambar 3.13. Hasil Uji Motilitas
Isolat bakteri Enterobacteriaceae menunjukkan interpretasi positif dari uji
motilitas. Menurut Supardi & Sukamto (1999), Escherichia coli adalah anggota famili
Enterobacteriaceae yang merupakan bakteri batang Gram negatif, tidak berkapsul,
umumnya mempunyai fimbria, dan bersifat motil. Bakteri E. coli mempunyai ukuran
panjang 2,0-6,0 μm, lebar 1,1-1,5 μm, diameter 0,7 μm; tersusun tunggal;
berpasangan, dengan flagella peritikus. E. coli membentuk koloni yang bundar,
cembung, dan halus dengan tepi yang nyata.

Gambar 3.14. Hasil Pewarnaan Gram


Isolat bakteri Enterobacteriaceae menunjukkan interpretasi Gram negatif dan
bentuk batang dari pewarnaan Gram. Menurut Pelczar & Chan (2007), pewarnaan
Gram dapat dilakukan dalam uji sifat sitologi suatu bakteri. Prinsip pewarnaan Gram
adalah kemampuan dinding sel terhadap zat warna dasar (Crystal Violet) setelah
pencucian alkohol 96%. Bakteri Gram positif terlihat berwarna ungu karena dinding
selnya mengikat kristal violet lebih kuat, sedangkan sel Gram negatif mengandung
lebih banyak lipid sehingga pori-pori mudah membesar dan kristal violet mudah larut
saat pencucian alkohol. Menurut Melliawati (2009), E. coli secara umum memiliki
bentuk bulat cenderung ke batang panjang, bentuk batang biasanya berukuran 0,5 x 1
– 3 µ, terdapat sendiri-sendiri, berpasangan, dan rantai pendek, motil atau tidak motil,
bergerak menggunakan flagela peritrik, biasanya tidak berkapsul, tidak membentuk
endospora, Gram negatif, dan bersifat aerob atau anaerob fakultatif.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa langkah-


langkah atau tahapan dalam karakterisasi bakteri yaitu yang pertama secara
biokimiawi melalui IMVIC (uji Indole, uji Methyl Red, uji Voges Proskauer, dan uji
Citrate), uji TSIA, uji urease, dan uji reduksi gula. Langkah atau tahapan yang kedua
adalah uji fisiologis. Langkah atau tahapan yang ketiga adalah uji enzimatis yang
terdiri dari uji katalase, oksidase, dan proteolitik. Langkah atau tahapan yang terakhir
adalah uji morfologi yang dibagi menjadi dua yaitu uji makromofologi dan uji
mikromorfologi (uji motilitas dan pewarnaan Gram).

B. Saran

Sebaiknya ketika melakukan uji harus lebih berhati-hati agar memperoleh hasil
yang maksimal.
DAFTAR REFERENSI

Baehaki, A., Rinto. & Budiman, A., 2011. Isolasi dan Karakterisasi Protease dari
Bakteri Tanah Rawa Indralaya Sumatera Selatan. Jurnal Teknologi Dan
Industri Pangan. 1(22): pp. 37-42.

Baran, I. & Neriman, A., 2016. Phenotypic and genotypic characteristics of


carbapenem‑resistant Enterobacteriaceae in a tertiary‑level reference hospital in
Turkey. Ann clin Microbiol Antimicrob. 15(20): pp. 1-11.

Brink, A., Coetzee, J. & Clay, C., 2012. The spread of carbapenem-resistant
Enterobacteriaceae in South Africa: Risk factors for acquisition and
prevention. J Med. 10(2): pp. 599-601.

Brooks, G. F., Butel, J. S. & Morse, S. A., 2008. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta:
Salemba Medika.

Clayton, P., Feltham, R. K. A., Mitchell, C. J. & Sneath, P. H. A., 1986. Constructing
A Data Base For Low Cost Identification Gram Negative Rods in Clinical
Laboratories. Journal of Clinical Pathology. 39, pp: 798-802.

Farmer, J. J., 2003. Enterobacteriaceae Introduction and Identification. New York:


ASM Press.

Hemraj, V., 2013. A Review on Commonly Used Biochemical Test for Bacteria.
Innovare Journal of Life Science. 1(1): pp.1-7.

Hidayat, A. S., 2014. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Vibrio sp. dari Ikan Kerapu Sunu
(Plectropomus leopardus). Jurnal Teknosains. 8(2): pp. 209-216.
Holt, J. G., Krig, N. R., Sneath, P., Staley, J. &William, S., 1994. Bergeys Manual of
Determinative Bacteriology. Pennsylvania: Lippincott Williams and Wilkins
Company.

Ibrahim, A., Aditya, F. & Fila, D., 2015. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Asam Laktat
(BAL) dari buah Mangga (Mangifera indica L.). Jurnal Ilmiah Manuntung. 1(2):
pp. 159-163.

Iman, M. N., 2009. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol Bunga Pepaya Jantan
(Carica Papaya L) Terhadap Escherichia colidanStaphylococcus aureus
Multiresisten Antibiotik. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Surakarta.

Iwade, Y., Tamura, K., Yamauchi, A., Kumazawa, N. H., Ito, Y. & Sugiyama., 2006.
A (Characterization of the outbreak-derived Salmonella enterica serovars
enteritidis strains with a typical triple sugar iron and Simmon’s citrate
Reactions) Japanese. Journal of Infectious Diseases. (59): pp.512-513.
Maloha, M. M., 2012. Pemeriksaan Angka Kuman Escherichia Coli dengan Usap Alat
pada Restoran, Rumah Makan, dan Lokalisasi Makanan Jajanan di Kota
Jambi. Jambi: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Mc, N. B. & Harvey, L., 2008. Practical Fermentation Technology. England: John
Wiley & Sons Ltd.
Melliawati, R., 2009. Escherichia Coli Dalam Kehidupan Manusia. Biotrends. 1(4):
pp. 10-14.
Mindar, Yusnaini. & Wellem, H. M., 2017. Identifikasi Bakteri pada Lobster Mutiara
(Panulirus ornatus) yang Dibudidayakan di Karamba Jaring Apung. Media
Akuatika, 2(1): pp. 300-309.

Odonker, S. T. & Joseph, K. A., 2013. Escherichia coli as an Indicator of


Bacteriological Quality of Water. Microbiology Research. 4(2): pp. 5-11.

Pelczar, M. J. & Chan, E. S. S., 2007. Dasar-Dasar Mikrobiologi 1. Jakarta: UI Press.

Romawati, M. D., Widodo, F. M. & Romadhon. Pengaruh Kadar Garam terhadap


Kandungan Histamin, Vitamin B12, dan Nitrogen Bebas Terasi Ikan Teri
(Stolephorus sp.). Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan. 3(1):
pp. 80-88.

Sari, P. P., Wiwik, S. R. & Ni, M. P., 2015. Identifikasi dan Uji Aktivitas Senyawa
Tanin dari Ekstrak Daun Trembesi (Samanea saman (Jackq.) Merr) sebagai
Antibakteri Escherichia coli (E. coli). Jurnal Kimia. 9(1): pp. 27-34.

Sastroamidjojo, S., 1967. Obat Asli Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat.

Soemarno., 2000. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Klinik Edisi Ketiga Akademi Analis
Kesehatan Yogyakarta. Yogyakarta: Departemen Kesehatan.
Suardana, I. W., Putu, J. R., Apsari, P. & Nengah, K. B., 2016. Isolasi dan Identifikasi
Escherichia coli O157:H7 pada Feses Sapi di Kecamatan Petang, Kabupaten
Badung-Bali. Buletin Veteriner Udayana. 8(1): pp. 31-35.

Supardi, I. & Sukamto., 1999. Mikrobiologi dalam Pengolahan dan Keamanan


Pangan. Bandung: Penerbit Alumni.

You might also like