Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Oleh :
ADNAN
08061181419007
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018
ii
Pembimbing:
1. Dr. Muharni, M.Si. (......................................................)
NIP. 196903041994122001
2. Fitrya, M.Si., Apt. (......................................................)
NIP. 197212101999032001
Pembahas:
1. Dr. Hj. Budi Untari, M.Si., Apt. (......................................................)
NIP. 195810261987032002
2. Prof. Dr. Elfita, M.Si. (......................................................)
NIP. 196903261994122001
3. Indah Solihah, M.Sc., Apt. (......................................................)
NIPUS.198803082014082201
Mengetahui,
Ketua Jurusan Farmasi
Fakultas MIPA, UNSRI
Ketua:
1. Fitrya, M.Si., Apt. (......................................................)
NIP. 197212101999032001
Anggota:
1. Dr. Muharni, M.Si. (......................................................)
NIP. 196903041994122001
2. Prof. Dr. Elfita, M.Si. (......................................................)
NIP. 196903261994122001
3. Najma Annuria Fithri, M.Sc., Apt. (......................................................)
NIP. 198803252015042002
4. Annisa Amriani, M.Farm., Apt. (......................................................)
NIPUS. 198412292014082201
Mengetahui,
Ketua Jurusan Farmasi
Fakultas MIPA, UNSRI
Adnan
NIM. 08061181419007
v
Adnan
NIM. 08061181419007
vi
(Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang)
“Dia memberikan hikmah (ilmu yang berguna) kepada siapa yang dikehendaki-Nya.
Baramg siapa yang mendapat hikmah itu sesungguhnya ia telah mendapat kebajikan
yang banyak. Dan tiadalah yang menerima peringatan melainkan orang-orang yang
berakal”(QS. Al-Baqarah: 269)
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhan-mu yang Menciptakan, Dia telah Menciptakan manusia
dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhan-mulah Yang Maha Pemurah, yang mengajar (manusia)
dengan perantaraan qalam. Dia Mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya” (Q.S Al-‘Alaq
: 1-5)
“Barang siapa yang menempuh suatu perjalanan dalam rangka untuk menuntut ilmu maka
Allah akan mudahkan baginya jalan ke surga.” (Abu Hurairah radhiyallahu ‘ anhu)
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat” (Q.S Al-Mujadalah : 11)
ALMAMATER KU TERCINTA
UNIVERSITAS SRIWIJAYA INDERALAYA
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, Tuhan Semesta Alam yang atas rahmat dan
karunia-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan
skripsi yang berjudul “Isolasi Senyawa Metabolit Sekunder dari Ekstrak akar
Tanaman Daun Afrika (Vernonia amygdalina Delile). Skripsi ini disusun untuk
memenuhi salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Farmasi di Jurusan
Farmasi pada Fakultas MIPA Universitas Sriwijaya. Selain itu, skripsi ini ditulis
untuk memberikan informasi mengenai kandungan kimia yang terdapat dalam
tanaman akar daun afrika .
Penulis menyadari bahwa dalam penelitian maupun penyusunan skripsi ini
tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak (Zaili) dan Ibunda (Mahani) tercinta, yang selalu melangitkan do’a
pada Yang Maha Kuasa, memberikan keteladanan, motivasi, dukungan
moril dan materil serta mengajarkan apa artinya kerja keras dalam
kehidupan.
2. Ayuk Halimah Tuzuriah, Iga Hafsotun, dan Zilul Firnanda untuk semangat
yang diberikan saat ujian sehingga aku mendapatkan hasil yang melebihi
target.
3. Rektor Universitas Sriwijaya dan Dekan Fakultas MIPA atas sarana dan
prasarana yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi
dengan baik dan lancar.
4. Bapak Dr.rer.nat. Mardiyanto, M.Si., Apt. selaku Ketua Program Studi
Farmasi FMIPA Unsri yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk melakukan penelitian dan penyusunan skripsi.
5. Ibu Indah Solihah, M.Sc., Apt. selaku pembimbing akademik yang telah
bersedia meluangkan waktu, memberikan ilmu, arahan dan saran, serta
semangat dan motivasi untuk mengejar masa depan selama penulis kuliah
dar awal sampai melakukan penelitian hingga penyusunan skripsi
terselesaikan.
6. Ibu Dr. Muharni, M.Si. selaku pembimbing pertama dan Ibu Fitrya, M.Si.,
Apt. selaku pembimbing kedua yang telah bersedia meluangkan waktu,
viii
memberikan ilmu, arahan dan saran, serta semangat dan motivasi untuk
mengejar masa depan selama penulis melakukan penelitian hingga
penyusunan skripsi terselesaikan.
7. Ibu Prof. Dr. Elfita, M.Si., Indah Solihah, M.Sc., Apt., dan Dr. Hj. Budi
Untari, M.Si., Apt. selaku dosen penguji dan pembahas yang telah banyak
memberikan masukan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
8. Seluruh dosen Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Sriwijaya yang
telah memberikan pengetahuan, wawasan, dan bantuan dalam studi baik di
dalam maupun di luar kampus selama perkuliahan.
9. Seluruh staf (Kak Ria dan Kak Adi) dan analis laboratorium (Kak Tawan,
Kak Erwin, Kak Put, Kak Isti, Kak Fitri, Kak Icen, dan Kak Irma) Jurusan
Farmasi FMIPA Universitas Sriwijaya yang telah banyak memberikan
bantuan sehingga penulis bisa menyelesaikan studi tanpa hambatan.
10. Pak Dirman dan analis laboratorium dasar bersama yang tidak bisa disebut
satu persatu Universitas Sriwijaya yang begitu banyak memberikan
bantuan dan ilmu pengetahuan hingga akhirnya penelitian berjalan dengan
lancar.
11. Tim isolasi senyawa metabolit sekunder (Kak Imam dan Riska Adilah)
yang selalu ada selama penelitian dari awal sampai akhir, yang rela
menunggu dari pagi sampai malam, sekali lagi terimakasih untuk kalian
berdua.
12. Teman-teman MRCL (MARCOL) (Kak Ario, Pj alias ek ok, Kak Agus,
Kak Yudis, Wak Edi, Bang Dul, Bang Arief, Wak Yadin, Kak Yasin, Kak
Thio, Kak Fithri, Ridho, Kak Qori, Wendy, Ucok, Rahman, Bross
Bersaudara, Tot, Kak Irvan, Mario, Kak Okta, Kak Herpi, dan Ivan)
karena kalian beban hidup terasa tidak terlalu berat.
13. Fiony, Memes, Ipik, dan Evi yang sudah bersedia membantu dan selalu
bersedia direpotin walaupun sering ngoceh nggak jelas. Terima Kasih!
Damay alias enti wanita kesepian wanita pedofil yang selalu ada dalam
senang dan duka, yang mau mendengarkan curhatan peneliti berjam-jam
walaupun sama-sama curhat, yang selalu mentraktir makanan, terimakasih
atas waktunya selama ini, Kamu Luar Biasa!!! Ria, Veni, Pina, dan Ajeng
ix
yang selalu mengasih semangat selama peneliti kuliah dari semester awal
sampai peneliti mendapatkan gelar sarjana, Terima Kasih!!!
14. Diva, Syabrina, Dyah, Merie, Adel, Vivi, dan Asgaf yang sering ngasih
masukan untuk peneliti dalam hal kuliah maupun hal lainnya.
15. Teman seperjuangan Farmasi 2014 kelas A dan B yang aku banggakan
yang mampu menciptakan gelak tawa dan menghibur jika banyak tugas
dan laporan menumpuk.
16. Teman mainku yang dari SMA sampai sekarang Milo (Fahmi, Rizki,
Mega, Romi alias paklek, Haris, Ojan, Febi alias jenong, Ulma, Atun,
indah alias aliong, dan Ewik ) terima kasih sudah memberi semangat
selama ini. I love them so much!
17. Seluruh kakak tingkat 2011, 2012, 2013, dan adik-adik angkatan 2015,
2016 dan 2017 yang telah memberikan dukungan serta semangat kepada
penulis selama perkuliahan, penelitian, dan penyusunan skripsi hingga
selesai yang turut melengkapi cerita dalam perjuangan meraih toga.
18. Siapapun yang telah memberikan do’a, dorongan serta bantuan, Allah
jualah yang Maha Bijaksana dan Maha Pembalas dengan sangat sempurna.
Penulis sangat bersyukur dan berterimakasih atas segala kebaikan,
bantuan, dukungan, dan motivasi yang diberikan dari semua pihak yang telah
membantu selama penelitian dan penyusunan skripsi ini. Semoga Allah
memberkahi dan membalas setiap kebaikan semua pihak yang membantu. Penulis
menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
perbaikan dimasa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat memberikan banyak
manfaat untuk kemajuan ilmu pengetahuan.
Adnan
NIM. 08061181419007
x
Adnan
08061181419007
ABSTRACT
Adnan
08061181419007
ABSTRAK
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL
Halaman
DAFTAR GAMBAR
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
DAFTAR SINGKATAN
DAFTAR ISTILAH
J : Tetapan kopling
1
H : Hidrogen-1
13
C : Karbon-13
π : phi
π* : phi star
α : Alfa
ß : Beta
λ : Panjang gelombang
δH : Delta Hidrogen
δc : Delta Karbon
ƩH : Jumlah atom Hidrogen
Ø : Diameter
Ψ : Gamma
BAB I
PENDAHULUAN
salah satu anggota dari suku Asteraceae (Kigigha and Ebubechukwu, 2015).
diabetes. Aktivitas biologis suatu ekstrak tanaman sangat erat kaitannya dengan
terdiri dari alkaloid, flavonoid, terpenoid, steroid, dan golongan fenol. Setiap
Penelitian mengenai komponen kimia dari bagian daun afrika telah banyak
dilakukan. Beberapa komponen kimia yang terdapat dalam tumbuhan daun afrika
glikosida steroid. Senyawa yang sudah dilaporkan dari bagian daun diantaranya
seiskuiterpen lakton (Ijeh and Chuwoknonso, 2010; Luo et al., 2010; Zenebe et
al., 2015). Ekstrak metanol daun afrika memiliki potensi sebagai antioksidan
dengan % inhibisi 75 – 99,3% terhadap radikal DPPH dan 96,2 – 100% dengan
antioksidan dari ekstrak daun afrika ini diduga erat kaitannya dengan
2
2007).
Hasil penelitian mengenai bagian akar tanaman daun afrika belum banyak
dilaporkan. Kajian terkait tanaman daun afrika lebih banyak difokuskan pada
bagian daunnya yang berpotensi sebagai obat dan makanan, sedangkan untuk
bagian lainnya seperti batang dan akar belum banyak dieksplorasi. Penelitian
tentang senyawa metabolit sekunder dari akar tanaman daun afrika baru
amyrin palmitate (Geissler et al., 2002; Yeap et al., 2010; Ramadhani, 2016).
Ekstrak etanol batang dan akar daun afrika juga dilaporkan berkhasiat sebagai
dari ekstrak air dingin, air panas, dan ekstrak etanol akar tanaman daun afrika
limfoblastik akut (Khalafalla et al., 2009). Chin et al. (2006) melaporkan bahwa
dari 52% senyawa kimia baru yang ada di pasaran dalam kurun waktu tahun 1998
sampai 2002, merupakan hasil isolasi dari bahan alami. Produk alami merupakan
dari bagian akar tanaman daun afrika masih belum banyak dilaporkan, baru
dari bagian akar tanaman daun afrika maka perlu dilakukan penelitian untuk
3
secara spektroskopi.
adalah:
Vernonia amygdalina.
TINJAUAN PUSTAKA
dikenal dengan nama lain dibeberapa negara seperti Kenya dan Malaysia disebut
South Africa leaf, di Inggris dinamakan Bitter leaf, dan di Etiopia dinamakan
Buzut. Daun afrika di Afrika sendiri dikenal sebagai muop, ndole (Kamerun),
tuntwano (Tanzania) dan mululuza (Uganda) (Audu et al., 2012). Sistematika dan
Kerajaan : Plantae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Asterales
Suku : Asteraceae
Marga : Vernonia
40 cm dengan cabang muda padat dan mengular. Permukaan kulit batang agak
kasar dan mudah mengelupas serta berwarna abu-abu terang atau coklat. Bentuk
Permukaan daunumumnya kasar, berwarna hijau sampai hijau tua, dengan atau
5
tanpa rambut yang jarang. Bunga yang mekar memiliki komposisi tangkai kepala
hingga 1 cm, kecil, warna krem-putih, dan ada yang berwarna ungu muda. Bunga
memiliki aroma manis terutama pada malam hari. Buah berbentuk seperti kacang
yang berukuran kecil, dengan kelenjar serta rambut berbulu di sepanjang bagian
atas. Benih memiliki tipe perkecambahan yang epigeal (Ofori et al., 2013).
(a) (b)
Gambar 1. Vernonia amygdalina Delile, (a) bagian keseluruhan tanaman, (b) bagian akar
tanaman (Ofori et al., 2013)
Daun afrika dikenal secara luas di beberapa negara yaitu Cina, Afrika,
Malaysia, Singapura dan Nigeria sebagai sayuran, olahan makanan. Ekstrak air
getir dan kandungan kimia sebagai obat (Katende, 1995). Beberapa penelitian
telah membuktikan khasiat dan kandungan dari daun afrika. Tanaman tersebut
juga dapat digunakan sebagai obat tradisional untuk mengobati penyakit sakit
penyakit usus (Ofori et al., 2013). Daun Afrika mengandung berbagai macam
(Atanghwo et al., 2007). Kandungan nutrisi daun Afrika Selatan dalam 100 g
Tabel 1. Kandungan nutrisi daun afrika dalam 100 g (Atanghwo et al., 2007)
No Kandungan kimia Dalam 100 g
1. Vitamin A 348 IU/100 g
2. Vitamin E 37 IU/100 g
3. Vitamin C 2000 – 2230 mg/100 g
4. Riboflavin 1 – 1,12 mg
5. Tiamin 0,18 – 0,193 mg
6. Niacin 0,48 – 0,51 mg
7. Mn (mangan) 0,07 – 0,073 mg
8. Se (serium) 0,01 mg
9. Zn (seng) 0,04 – 0,041 mg
10. Fe (besi) 0,14 mg
11. Cu (tembaga) 0,1 mg
12. Mg (magnesium) 0,43 mg
13. Cr (kromium) 0,04 mg
14. Protein sederhana 23,25 – 24,45 g
15. Serat 16,05 – 17,50 g
16. Lemak 3,53 g
dan polifenol (Igile et al., 1994). Daun afrika memiliki kandungan vitamin dan
mineral berupa polifenol sebanyak 9,75 mg, vitamin C sebanyak 166,5 mg,
karotenoid 30 mg, dan komponen gula. Beragam kandungan kimia telah diteliti,
komponen senyawa kimia yang telah ditemukan dibagian daun dalam daun afrika
kimia, seiskuiterpen lakton umumnya larut dalam lemak dan terdapat dalam
O
O
O
HO H H
O O
O O
H
H O O O
H
O
O OH
(a) (b)
HO O
O
O OH H H
O
O O
O H
H
H O O O
H
O H
O OH
(c) (d)
OH
O OH
O O
O
O O O H
O
H O
H
O
O H
HO O
(e) (f)
OH
H
H3CO O
O OH
O
O O
O O
O
H
H O
OH
O O
(g) (h)
Gambar 2. Senyawa seiskuiterpen lakton pada daun afrika, (a) vernomigdin, (b) 11, 13-dihid
rovernodalin, (c) hidrokdivernolida, (d) vernodalin, (e)vernolida, (f) vernodalol,
(g) epivernodalol, (h) 3’deoksivernodalol (Kiplimo, 2016)
flavonoid juga ditemukan pada bagian daun tanaman daun afrika yaitu luteolin 7-
O O
OH OH HO OH
HO O HO O
O
O
O
O O
O O
HO HO
HO OH HO OH HO
OH OH OH
steroid dapat diartikan sebagai kelas senyawa organik bahan alam yang kerangka
A, B, C, dan D serta semua atom C yang terdapat dalam struktur diberi nomor
O O
O O
O OH O OH
H H
H H
H H
HO O O HO O O
H H
HO OH HO OH
(a) (b)
H HO H HO
O OCH3 O
O O O
O O
HO H HO H
O O O O
HO HO
H HO H
HO
OH OH
(c) (d)
H HO
O
O O
O NH2
O
HO H
O NH2
HO O
HO H
OH
(e) (f)
Gambar 4. Senyawa steroid pada daun afrika, (a) lupenyl 20 (29) en 3ß-O-D glukosida,
(b) lupenyl palmitat, (c) 18, 19-dehidrolupenyl asetat, (d) α-amirin, (d) vernoni
asida, (e) vernoamiosida A, (f) vernoamiosida B, (g) vernoamiosida C, (h)
vernoamiosida D (Kiplimo, 2016), (i) 3-amino-5-metil-5-enyl-3-amino-6-
metilepht-6-enil terephthate (Zenebe et al., 2015)
Ekstrak etanol batang dan akar daun afrika dilaporkan berkhasiat sebagai
aktivitas antileukimia dari ekstrak air dingin, air panas, dan ekstrak etanol akar
tanaman daun afrika dengan mayoritas 50 – 75% membunuh sel abnormal pasien
Bagian kulit batang dan kulit akar daun afrika mengandung alkaloid,
diabetes, dan aterosklerosis (Audu et al., 2012). Bagian empulur muda dari
merupakan jenis steroid saponin dan berperan sebagai anti malaria (Ntie-Kang et
al., 2014). Senyawa metabolit sekunder dari akar tanaman daun afrika baru
HO O CH3 CH3
OH
OOCH3C O OOCH3C O
O
(a) (b) (c)
Gambar 5. Metabolit sekunder akar daun afrika, (a) 18,19-dehidrolupenyl asetat (Yeap etal.,
2010), (b) α-amirin palmitat (Geissler et al., 2002), (c) 7-hidroksi dihidroflavonol
(Ramadhani, 2016)
dalam keluarga Asterasceae, yang mencakup lebih dari 1500 spesies yang tersebar
luas di daerah tropis dan subtropis Afrika, Asia, dan Amerika. Genus Vernonia
genus ini pertama kali dilakukan awal tahun 1979, didapatkan senyawa tetrasiklik
Vernonia terbagi atas lima kelas yaitu lupan, oleanan, friedoursan, ursan, dan
O
H
R2
HO R R1
H H
H H
R
H3C H3C
struktur dengan kelipatan enam satuan isoprene dan secara biosintesis diturunkan
dari hidrokarbon C–30 asiklik, yaitu skualen (Gambar 7). Senyawa triterpenoid
yang dijumpai di alam terdapat dalam dua bentuk yaitu bentuk asiklik dan siklik.
Senyawa ini di alam terdapat pada tumbuhan dan hewan, senyawa ini terdapat
dalam bentuk ester dari senyawa glikosida atau membentuk suatu senyawa yang
dan pentaterpen siklik merupakan jenis yang paling banyak. Adanya triterpen
siklik ini, menyebabkan adanya variasi yang nyata pada sejumlah kelompok
12
2009). Menurut Sarker dan Nahar (2009) jenis struktur utama triterpenoid
O OH
HO H O OAc
H
OH
O H OAc O
(a) (b)
H
OH
H
H
HO HO
H H
(c) (d)
Gambar 8. Triterpenoid tetrasiklik, (a) azadiraktol, (b) kukurbitasin E, (c) korollatadiol, (d)
lanosterol (Sarker dan Nahar, 2009)
2.5.1 Biosintesis triterpenoid
triterpenoid alam, yakni pengubahan asam asetat melalui asam mevalonat yang
eliminasi pirofosfat dengan reduksi NADPH yang disertai reaksi eleminasi radikal
yang mengalami siklisasi, lalu lanosterol akan melepaskan tiga gugus metil
OH OP O
H2 H2 H2 dekarboksilasi H2 H2
ATP
H3 C C C OH H3C C C C O- H2C C C C OPP
C 3 tahap H2
H2C C OH H2C C OPP CH3
O Isopentenil Pirofosfat
Asam mevalonat
IPP
H2 H2
H3C C C C OPP
CH2
H2 H2 enzim isomerase H2
H3C C C C OPP H3C C C C OPP
H
Dimetil Alil Pirofosfat
CH2 CH3 DMAPP
OPP OPP
GPP IPP
OPP OPP
Farsenil Pirofosfat Farsenil Pirofosfat
FPP FPP
TRITERPENOID
2.6 Ekstraksi
simplisia bertujuan untuk memisahkan senyawa bahan alam dari jaringan kering
oleh tekstur, kandungan air bahan-bahan yang akan diekstrak dan senyawa-
senyawa yang akan diisolasi. Substansi yang akan diekstrak terdapat di dalam
(Rusdi, 1998).
dilakukan dengan jalan membiarkan padatan terendam dalam suatu pelarut. Proses
14
perendaman dalam usaha mengekstraksi suatu substansi dari bahan alam ini bisa
pada suhu pendidihan. Salah satu keuntungan metode maserasi adalah cepat.
Terutama jika maserasi dilakukan pada suhu didih pelarut. Waktu rendam bahan
dalam pelarut bervariasi antara 15 – 30 menit tetapi terkadang bisa sampai 24 jam.
Jumlah pelarut yang diperlukan juga cukup besar, berkisar antara 10 – 20 kali
jumlah sampel (Kristanti dkk., 2008). Secara teoritis pada suatu maserasi tidak
(Voigt, 1995).
kepolarannya rendah. Pelarut yang lebih polar seperti alkohol dan etil asetat
Pemilihan pelarut berdasarkan kaidah like dissolves like, yang berarti suatu
senyawa polar akan larut dalam pelarut polar dan juga sebaliknya, senyawa non-
akan memerlukan proses ekstraksi lebih lanjut, yaitu ekstraksi fase air yang
2.7 Fraksinasi
golongan utama kandungan yang satu dari kandungan yang lain. Senyawa yang
bersifat polar akan masuk ke pelarut polar dan senyawa non polar akan masuk ke
pelarut non polar (Harbone, 1996). Proses fraksinasi ini dapat memisahkan
senyawa baru dengan sifat kepolaran dari senyawa yang akan dipisahkan.
beragam mulai dari cara sederhana sampai yang agak rumit dari segi kerja dan
peralatan dan metode ini dapat dipakai untuk setiap jenis senyawa (Gritter et al.,
1991).
sebagai prosedur pemisahan zat yang terlarut oleh suatu proses migrasi diferensial
dinamis dalam sistem yang terdiri dari dua fase atau lebih. Salah satu diantaranya
dan partisi. Kromatografi kolom klasik merupakan yang tertua dari cara
kromatografi cair. Fase diam dapat dikemas ke dalam tabung baik cara basah
(dibuat lumpuran terlebih dahulu) maupun degan cara kering (langsung dituang ke
tabung sedikit demi sedikit). Cara basah umumnya lebih mudah dan lebih sering
dipakai untuk silika gel, sedang cara kering lebih baik untuk alumina (Gritter et
al., 1991).
16
Eluen
Kapas
diam dalam pelarut yang sesuai ke dalam kolom dan dibiarkan memadat.
Permukaan pelarut kemudian diturunkan sampai tepat pada bagian atas penyerap,
dan cuplikan yang dilarutkan dalam pelarut yang sesuai diletakkan pada bagian
atas kolom dan dibiarkan mengalilr ke dalam lapisan atas penyerap atau
mengembangkan kromatogram.
Kondisi yang dipilih dengan baik, linarut (bahan pelarut) yang merupakan
komponen campuran, turun berupa pita dengan laju yang berlainan dan dengan
seringkali dengan memakai pengumpul fraksi mekanis (Gritter et al., 1991). Fase
dengan jarak perambatan suatu zat dengan jarak perambatan fase gerak (solven)
dihitung dari titik pentolan larutan zat dinyatakan sebagai Rf zat tersebut. Harga
percobaaan antara lain dipengaruhi oleh pelarut (solven), kejenuhan dari ruangan
atau bejana kromatografi (chamber), jumlah yang ditotolkan, dan besarnya noda
mula-mula keaktifan dari zat penyerap. Harga Rf yang didapat tersebut berguna
dalam hal ini dibuat tiga kromatogram pada selembar kertas atau satu lempeng
KLT. Pertama dari zat uji, kedua dari zat pembanding, dan ketiga dari campuran
zat uji dari pembanding yang memberikan Rf yang sama maka dapat diperkirakan
zat uji sama dengan zat pembanding. Identifikasi perlu dilakukan paling sedikit
dua kali percobaan dengan pelarut (solven) yang berbeda (Hapsari, 2011).
Jarak yang ditempuh pelarut diukur dari titik campuran ditotolkan sampai
ujung pelarut atau bagian yang terlihat basah oleh pelarut pada lempeng KLT.
Jarak yang ditempuh komponen, diukur dari titik campuran ditotolkan sampai
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya: jenis fase diam, ketebalan lapisan,
jumlah campuran yang dipisahkan, dan jenis pelarut (eluen) yang digunakan
(Hapsari, 2011).
disebut spektrum absorpsi dari molekul tersebut dan dijadikan sidik jari untuk
molekul. Bila cahaya jatuh pada senyawa, maka sebagai cahaya tersebut akan
adalah pengukuran jumlah radiasi UV-Vis yang diserap oleh senyawa sebagai
fungsi dari panjang gelombang radiasi. Panjang gelombang serta intensitasnya ini
tergantung dari jenis ikatan dan gugus karakteristik dan molekul (Christian, 2004).
Pancaran sinar UV-Vis berada pada panjang gelombang 200 – 800 nm.
Prinsip dasar dari spektrofotometri UV-Vis adalah penyerapan sinar tampak atau
molekul tersebut dari tingkat energi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi.
Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada detektor pada berbagai panjang
Spektrum ini akan memberikan informasi penting untuk identifikasi adanya gugus
kromofor (Hendayana et al., 1994). Senyawa kimia yang dapat menyerap sinar
maksimum pada benzena berada pada daerah 255 nm. Cincin benzena yang
terdapat pasangan elektron sunyi seperti pada fenol, maka panjang gelombang
Gugus karbonil pada aldehida dan keton dapat dieksitasi baik dengan peralihan
n→π* atau π→π*. Peralihan pita absorpsi n→π* pada ikatan jenuh kurang
intensif pada daerah 275 – 295 nm. Senyawa karbonil tidak jenuh pada posisi α
dan β, pada daerah 300 sampai 350 nm terjadi pergeseran bathokromik. Peralihan
π→ π* pada ikatan karbonil jenuh dieksitasi di bawah 200 nm, sedang pada
senyawa karbonil tidak jenuh pada posisi α dan β dieksitasi di atas 200 nm
4
*
* 3
n n
2
O
1
O
Gambar 11. Diagram orbital molekul karbonil (Kismane dan Ibrahim, 1981)
20
2.8.2 Spektrofotometri IR
Absorpsi molekul pada infrared atau infra merah terjadi ketika molekul
tereksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi. Suatu molekul hanya menyerap
adalah sebagai sidik jari suatu molekul dan untuk menentukan informasi struktural
dari suatu molekul. Absorpsi dari tiap tipe ikatan (N–H, C–H , O–H, C–X, C=O,
C–O, C–C, C=C, C=N, dan sebagainya) umumnya ditemukan hanya dalam porsi
yang sedikit dari area vibrasi inframerah. Rentang kecil dari absorpsi dapat
yang terbentuk dari sampel yang dihasilkan dan juga memprediksikan reaksi
polimerisasi yang terjadi. Analisis ini didasarkan pada analisis dari panjang
puncak-puncak tersebut menunjukkan adanya gugus fungsi tertentu yang ada pada
dalam area umum 4000 hingga 400 cm-1. Meskipun keduanya menyediakan
spektrum yang nyaris identik dari senyawa yang diuji, FT Infrared (FTIR)
memberikan spektrum IR yang lebih cepat dari instrumen dispersif (Pavia et al.,
2001).
21
daerah 4000 – 1300 cm-1 (2,5 – 7,7 μm) sebagai daerah gugus fungsi dan daerah
1300 – 650 cm-1 (11,0 – 15,4 μm) sebagai daerah sidik jari. Daerah yang
ulur khas untuk gugus fungsi seperti O–H, N–H, dan C=O terletak pada daerah
itu. Sebagai contoh serapan khas untuk gugus karbonil berada pada 1858 – 1540
cm-1 (5,4 – 6,5 μm). Pita serapan yang kuat bagi senyawa aromatik dan
heteroaromatik berada pada daerah 1600 – 1300 cm-1. Tidak adanya serapan kuat
di daerah 909 – 650 cm-1 menunjukkan suatu struktur mono aromatik. Senyawa-
senyawa aromatik dan heteromatik menunjukkan vibrasi tekuk C–H keluar bidang
(out of plane). Bagian tengah spektrum yaitu 1300 – 909 cm-1 biasanya disebut
adanya gugus hidroksil. Pita serapan pada bilangan gelombang <3000 cm-1
merupakan serapan dari C–H alifatik. Pita serapan pada bilangan gelombang 1600
– 1700 cm-1 merupakan serapan dari gugus C=C alkena, dan pita serapan pada
Spektroskopi NMR adalah salah satu teknik utama yang digunakan untuk
elektromagnetik daerah frekuensi radio, pada frekuensi yang tergantung dari sifat-
sifat sampel. Suatu plot dari frekuensi puncak-puncak absorbsi versus intensitas
hidrogen dalam lingkungan, dan struktur gugus yang berdekatan dengan atom
hidrogen (Juliana dkk., 2010). Pengukuran dengan metode ini berada pada daerah
gelombang radio 75 – 0,5 m atau pada frekuensi 4 – 600 MHz, yang bergantung
pada jenis inti yang diukur (Hendayana dkk., 1994). Pelarut yang digunakan
merupakan pelart dengan viskositas yang rendah. Pelarut yang digunakan juga
harus dapat melarutkan cuplikan dan tidak memberikan sinyal. Pelarut organik
yang umunya digunakan, yaitu seperti CCl4, CS2, CDCl3. D2O, C6D6, dan
senyawa kimia, karena melalui instrumen ini dapat diketahui informasi mengenai
jumlah sinyal karbon dalam senyawa organik. Pemecahan sinyal karbon yang
tergantung dari jumlah atom hidrogen terikat, jenis karbon, serta lingkungan
spektrum yang menunjukan pola pemisahan spin dan spektrum yang tidak
menunjukan pola tersebut. Kedua tipe spektrum tersebut, digunakan TMS sebagai
standar internal dan pergeseran kimia diukur pada medan lemah dari sinyal TMS.
13
Pergeseran kimia pada spektrum C-NMR jauh lebih besar dibandingkan
efek pelarut, dan hibridisasi. Atom C sp3 akan menyerap pada medan paling kuat
diikuti oleh C sp dan akhirnya oleh C sp2 yang menyerap pada medan yang paling
didapatkan dalam bentuk dua dimensi yang dapat digunakan sebagai keterangan
tambahan dalam penentuan senyawa murni. Eksperimen dua dimensi, baik sumbu
x dan y memiliki nilai pergeseran kimia dan spektrum 2D diplot sebagai grid
seperti peta. Informasi diperoleh dari spektra dengan melihat puncak dalam grid
24
HSQC adalah satu percobaan untuk mendeteksi sinyal proton dan karbon
di mana inti yang terdeteksi secara langsung adalah proton dan inti yang terdeteksi
secara tidak langsung adalah karbon. Hakekat dari percobaan HSQC adalah
12
menghilangkan atau mengeliminasi sinyal proton menyertakan C, hanya sinyal
13
proton C yang terdeteksi, sehingga hanya ada korelasi pergeseran kimia antara
1
H dan 13C (Gauglitz and Vodinh, 2003).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.2.1 Alat-alat
3.2.2 Bahan-bahan
(Brataco®), kertas saring Whatman No.1 (GE Healthcare), dan aluminium foil
(Klinpak®).
25
26
3.3.1 Ekstraksi
sebanyak 3 kali ditempat terlindung dari cahaya matahari sambil sesekali diaduk.
(Lenny, 2006).
GF245 untuk melihat pola pemisahannya. Eluen yang digunakan dapat bermacam-
macam seperti eluen n-heksana:etil asetat dan etil asetat:metanol dalam berbagai
dibersihkan dengan eluen. Lapisi chamber dengan kertas saring yang kering lalu
Kemudian siapkan plat KLT silika GF254 dengan ukuran 1x5 cm, kemudian plat
27
diberi batas atas dan batas bawah masing-masing 1 cm. Totolkan masing-masing
fraksi menggunakan pipet kapiler ditengah-tengah garis awal lalu masukan plat
KLT yang sudah ditotolkan ke dalam chamber yang sudah jenuh. Letakan secara
vertikal lalu tutup, tunggu beberapa saat sampai elusi naik pada batas yang
ditentukan. Amati noda jika eluen sudah mencapai batas yang terbentuk di bawah
lampu UV dengan panjang gelombang 254 dan 366 nm atau dengan bantuan
penyemprot dengan berbagai reagen penampak noda seperti serium sulfat 1,5 %
Ekstrak terpilih yang menunjukkan noda mayor pada plat KLT dipisahkan
digunakan untuk preparasi kolom, yakni memakai silika dengan cara membuat
suspensi dalam n-heksana. Kolom beserta kerannya dipasang secara vertikal pada
statif, lalu dimasukkan sedikit kapas pada ujung mulut kolom sebelum keran.
Suspensi silika kemudian dimasukkan ke dalam kolom sambil dialiri eluen secara
terus-menerus dengan keran terbuka sampai permukaan absorben tidak turun lagi.
dan 5 g, dipisahkan dengan kromatografi kolom terbuka dengan fase diam silika
gel GF254 dan eluen dengan kepolaran meningkat. Sampel disiapkan dengan cara
preadsorbsi. Eluat yang dihasilkan ditampung dengan vial (±10 cm), kemudian
Identifikasi struktur kimia isolat murni yang didapat dengan cara analisis
gelombang 200 – 400 nm. Sebanyak 1 mg sampel yang dilarutkan dalam metanol
2004).
FT-IR pada panjang gelombang 400 – 4000 cm-1 untuk melihat gugus fungsinya
tube hingga tinggi 4 cm. Tutup tube tersebut lalu ukur dengan alat 1H-NMR 125
IR dan NMR. Bercak noda yang berwarna akan diperoleh pada analisis KLT.
Gugus kromofor yang ada pada senyawa dapat diperkirakan dari data UV-Vis.
Data IR juga dapat memberi informasi jenis gugus fungsinya serta data NMR
dan jenis proton dari senyawa metabolit sekunder tersebut sehingga dapat
Uji fitokimia serbuk akar tanaman daun afrika meliputi uji alkaloid,
golongan alkaloid dan flavonoid umumnya berada di fraksi semi polar dan polar
dalam fraksi non polar (n-heksana). Hasil uji skrining dapat dilihat pada Tabel 3.
4.2 Ekstraksi
Penghalusan bertujuan untuk memperkecil ukuran partikel dari akar daun afrika
dengan pelarut sehingga proses ekstraksi maksimal dan seluruh kandungan kimia
dapat tersari.
dan metanol. Maserasi merupakan salah satu proses ekstraksi yang dilakukan pada
30
31
sekunder yang tidak tahan terhadap suhu tinggi. Maserasi bertingkat dilakukan
pelarut polar dan komponen yang bersifat non polar cenderung masuk ke dalam
dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan di dalam dan luar sel.
sitoplasma akan terlarut dalam pelarut organik (Lenny, 2006). Ekstraksi dilakukan
hingga larutan hampir tak berwarna sehingga dapat diindikasikan bahwa senyawa
pada suhu 60ºC (n-heksana), 70ºC (etil asetat), dan 60ºC (metanol) sehingga
didapatkan ekstrak pekat n-heksana (2 g), etil asetat (5,5 g), dan metanol (5 g).
kromatografi kolom terbuka (ر2 cm) menggunakan fase diam silika gel 60 GF254
dan fase gerak dengan sistem kepolaran meningkat meliputi n-heksana 100% (200
mL), n-heksana:etil asetat 9:1 (250 mL), 8:2 (250 mL), 7:3 (250 mL), dan 6:4
(250 mL) sebagai fase geraknya. Fraksi yang dihasilkan ditampung dalam vial
berukuran ±10 mL. Pemisahan menghasilkan 60 vial dan fraksi memiliki pola
32
fraksi yaitu FHA (0,32 g), FHB (0,35 g), FHC (0,22 g), dan FHD (0,93 g).
KLT. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa fraksi FHA memiliki pola noda yang
dengan fase diam silika gel 60 GF254 dan eluen dengan sistem gradien. Fraksi
menghasilkan 25 vial dan fraksi yang memiliki pola kromatogram yang sama,
dan FHA2 (0,155 g). Fraksi FHA1 dianalisis lebih lanjut menggunakan KLT
menunjukkan fluoresensi yang kurang jelas di bawah lampu UV pada λ 254 nm,
dan dengan menggunakan penampak noda serium sulfat didapatkan noda yang
terhadap fraksi etil asetat karena fraksi n-heksana diduga kurang murni.
33
menggunakan kromatografi kolom gravitasi (ر2 cm) dengan silika gel 60 GF254
sebagai fase diam dan eluen dengan kepolaran bertingkat mulai dari n-heksana
100% (250 mL) sampai n-heksana:etil asetat 9:1 (400 mL), 8:2 (350 mL), 7:3
(600 mL), dan 6:4 (300 mL) sebagai fase geraknya (Gambar 13). Fraksi yang
106 vial dan fraksi yang memiliki pola kromatogram yang sama, digabungkan
sehingga diperoleh gabungan sebanyak 7 fraksi yaitu FEA (0,27 g), FEB (0,37 g),
FEC (0,42 g), FED (0,42 g), FEE (0,52 g), FEF (1,33 g), dan FEG (0,90 g).
Keterangan :
Fase diam = Silika gel 60 GF254
Fase gerak = n-heksana : etil asetat (8:2)
Deteksi = UV 254 nm
Gambar 14. Kromatogram fraksi ekstrak etil asetat akar tanaman daun afrika
34
Fraksi FEA dan FEB memiliki pola pemisahan yang berpotensi, ditandai
menggunakan kromatografi kolom gravitasi dengan fase diam silika gel 60 GF254
dan eluen dengan sistem gradien, kemudian hasil ditampung dalam vial berukuran
±10 ml. Pemisahan menghasilkan 25 vial untuk FEA dan fraksi yang memiliki
dengan eluen n-heksana:etil asetat (8:2 dan 7:3), didapatkan pola noda tunggal
didapatkan kristal tidak larut dalam pelarut organik karena dugaan senyawa hasil
A B
(a) (b)
Keterangan
FEA1 = vial 1˗10
Fase diam = silika gel 60 GF254
Fase gerak FEA1 = A:[n-heksana:etil aetat (8:2)]
B:[n-heksana:etil asetat (7:3)]
Deteksi = UV 254 nm
Gambar 15. Pemisahan fraksi etil asetat (a) kromatogram fraksi FEA1 dan (b) kristal
kuning fraksi FEA1 akar tanaman daun afrika
gravitasi seperti pada pemurnian fraksi FEA dan berdasarkan hasil analisis KLT
35
juga didapatkan 2 substansi yaitu FEB1 (0,564 g) dan FEB2 (0,742 g). Fraksi FEB1
dicuci dengan n-heksana, didapatkan kristal putih 11 mg. Kristal putih kemudian
Uji kemurnian terhadap senyawa hasil isolasi dari fraksi FEB1 dilakukan
menggunakan eluen yang bervariasi yaitu n-heksana:etil asetat (9:1 dan 7:3), dan
sulfat. Hasil analisis fraksi FEB1 dengan 3 variasi eluen tersebut dapat dilihat pada
Gambar 16. Hasil memperlihatkan bahwa KLT senyawa hasil isolasi dengan
berbagai variasi eluen setelah disemprot dengan penampak noda serium sulfat
memperlihatkan satu noda pada setiap eluen yang mengindikasikan bahwa fraksi
A B C
(a) (b)
Keterangan
FEE1 = vial 1 – 5
Fase diam = silika gel 60 GF254
Fase gerak FEA1 = A: [n-heksana:etil aetat (9:1)]
B: [n-heksana:aseton (9:1)]
C: [n-heksana:etil asetat (7:3)]
Deteksi = UV 254 nm
Gambar 16. Pemisahan fraksi n-heksana (a) Kromatogram fraksi FEB1 dengan 3 variasi
eluen setelah disemprot dengan serium sulfat, (b) Kristal putih fraksi FEB1
akar tanaman daun afrika
36
adanya serapan senyawa hasil isolasi pada daerah UV (200 – 400 nm).
Berdasarkan data ini disimpulkan bahwa senyawa hasil isolasi tidak memiliki
spektrum UV (200 – 400 nm) tidak menunjukkan serapan pita, hal ini dikarenakan
ad-chcl4
wavelength (cm)
Gambar 17. Spektrum UV senyawa hasil isolasi
berbagai gugus fungsi yang terdapat dalam sebuah molekul organik (Fessenden
and Fessenden, 1986). Puncak spektra yang dihasilkan diidentifikasi dengan cara
yang khas untuk gugus hidroksil dan bentuk pita yang tajam menunjukkan
serapan dari OH. Adanya gugus hidroksil ini juga diperkuat dengan munculnya
regang C–O pada daerah 1039,63 cm-1. Serapan pada 2943,37 dan 2858,51 cm-1
menunjukkan serapan yang khas untuk regang C–H alifatik dan diperkuat dengan
munculnya serapan pada 1456,26 cm-1 dan serapan pada 1381,03 cm-1 merupakan
serapan yang khas untuk gugus gem dimetil pada triterpenoid. Daerah serapan
pada 1637,56 cm-1 terdapat C=C alkena yang terisolasi. Berdasarkan serapan
%T
1139.93
1301.95
943.19
642.30
545.85
1190.08
90
1105.21
979.84
881.47
80
1637.56
1039.63
1381.03
1456.26
70
2858.51
60
3388.93
50
2943.37
40
4500 4000 3500 3000 2500 2000 1750 1500 1250 1000 750 500
ae51 1/cm
ppm yang khas untuk triterpenoid/steroid. Selain itu tidak adanya sinyal pada
isolasi adalah triterpenoid. Spektrum 1H-NMR pada senyawa hasil isolasi juga
terlihat serapan yang karakteristik untuk C–H vinilik triterpenoid pada daerah
sekitar δH 4,57 ppm dan δH 4,68 ppm masing-masing 1H (s) yang tidak satu
lingkungan kimia sehingga muncul sebagai 2 buah sinyal serta sinyal pada daerah
δH 3,18 ppm (1H, dd, J=4,9) merupakan sinyal karakteristik untuk proton metin
yang terikat pada C yang mengikat gugus heteroatom yang lazim ditemukan pada
H-18
H-3
H-29
golongan triterpenoid yang memiliki 1 buah ikatan rangkap dan memiliki gugus
OH yang lazim ditemukan pada posisi C3. Spektrum 1H-NMR senyawa hasil
isolasi juga terlihat sinyal dengan intensitas tinggi pada daerah δH 0,75 – δH 1,70
ppm yang diduga merupakan sinyal dari gugus-gugus metil di mana senyawa hasil
isolasi terlihat memiliki 7 metil pada daerah δH 0,76 ppm, δH 0,79 ppm, δH 0,83
ppm, δH 0,94 ppm, δH 0,98 ppm, δH 1,03 ppm, dan δH 1,68 ppm (3H, s) masing-
masing 3H (s).
H-23 H-28
H-24
H-26 H-27
H-25
H-30
Gambar 20. Penggalan spektrum H-NMR pada 0,74 – 1,95 ppm dan 1,46 – 1,84 ppm
40
dimana terlihat adanya 30 sinyal karbon yaitu dua buah sinyal untuk karbon sp 2
yang muncul pada daerah di atas 100 ppm (δc 109,5 ppm, dan δc 151,1 ppm) yang
memperkuat dugaan adanya satu buah ikatan rangkap pada senyawa yang
dianalisis. Sinyal pada δc 79,2 ppm karakteristik untuk C sp3 yang mengikat OH.
Sinyal-sinyal ini khas untuk senyawa golongan triterpenoid yang mempunyai satu
ikatan rangkap dan memiliki gugus hidroksil pada C3. Sinyal lainnya yang
berdempetan pada daerah di bawah δc 60 ppm merupakan sinyal untuk karbon sp3.
Spektra 13C-NMR senyawa hasil isolasi dapat diihat pada Gambar 21.
mbar 20.
C-
20 C- C-3
29
Karbon yang tidak muncul pada spektrum NMR 2D HSQC merupakan karbon
41
kuartener. Korelasi untuk karbon metil dan metin ditandai dengan kontras merah,
sedangkan metilen kontras biru. Karbon metil lazimnya akan muncul pada daerah
0,79; δH 0,83; δH 0,94; δH 0,98; δH 1,03; dan δH 1,68 masing-masing 3H (s) terikat
pada karbon berturut-turut pada pergeseran kimia δc 15,5 ppm, δc 18,2 ppm, δc
16,3 ppm, δc 14,7 ppm, δc 28,2 ppm, δc 16,1 ppm, dan δc 19,5 ppm yang
menunjukkan adanya 7 gugus metil. Gugus metil pada HSQC akan ditandai
dengan kontras warna merah besar. Kontras dengan warna merah kecil pada
Proton pada δH 3,18 (1H, dd, J=4.9) terlihat terikat dengan karbon pada δc
79,2 ppm, sedangkan δH 4,57 (1H), dan δH 4,68 (1H) terikat pada karbon yang
sama yaitu δc 109,5 ppm yang menunjukkan khas karbon sp2. Hal ini
mengindikasikan kedua proton ini merupakan sinyal untuk proton metilen yang
tidak selingkungan kimia. Sinyal pada proton δH 3,18 (1H, dd, J=4,9) yang terikat
dengan karbon pada δc 79,2 ppm khas untuk senyawa triterpenoid. Salah satu yang
steroid tidak muncul sinyal proton yang mengikat karbon pada C3.
43
Gambar 24. Penggalan spektrum NMR 2D HSQC karbon sp2 senyawa hasil isolasi
mempunyai 7 CH3 pada δc 14,7 ppm; δc 15,5 ppm; δc 16,1 ppm; δc 16,3 ppm; δc
18,2 ppm; δc 19,5 ppm; dan δc 109,5 ppm; 11 CH2 pada δc 18,5 ppm; δc 21,1 ppm;
δc 25,3 ppm; δc 27,6 ppm; δc 27,6 ppm; δc 29,9 ppm; δc 34,5 ppm; δc 35,8 ppm; δc
38,9 ppm; δc 40,2 ppm; dan δc 109,5 ppm (Lampiran 7); 6 CH pada δc 38,2 ppm;
δc 48,2 ppm; δc 48,5 ppm; δc 50,6 ppm; δc 55,5 ppm; dan δc 79,2 ppm; serta 6 C
kuartener pada δc 37,3 ppm; δc 39,0 ppm; δc 41,0 ppm; δc 43,0 ppm; δc 43,2 ppm;
membantu untuk mengetahui senyawa dari hasil isolasi yang didapat. Data
isolasi dibandingkan dengan data 13C-NMR lupeol seperti ditunjukkan pada Tabel
8 (Muharni, 2010).
44
Tabel 8. Data geseran kimia proton dan karbon dari spektrum 1H dan 13C-NMR dalam
CDCl3 serta data lupeol pembanding (Muharni, 2010)
13 13 1
No C-NMR Lupeol C-NMR H NMR
Pembanding Senyawa Hasil (δ,ƩH, multiplisitas, J) Jenis C
Isolasi
1 38,7 38,9 0,90; 2H CH2
2 27,4 27,6 1,55; 2H CH2
3 78,9 79,2 3,18; 1H; dd, 4,9 CH
4 38,8 39,0 C
5 55,3 55,5 0,69; 1H CH
6 18,3 18,5 1,39; 2H; m CH2
7 34,2 34,5 1,36; 2H CH2
8 40,8 41,0 C
9 50,4 50,6 1,30; 1H CH
10 37,1 37,3 C
11 20,9 21,1 1,20; 2H CH2
12 25,1 25,3 1,65; 2H CH2
13 38,0 38,2 CH
14 42,8 43,0 C
15 27,4 27,6 CH2
16 35,5 35,8 1,40; 2H CH2
17 43,0 43,2 C
18 48,2 48,5 2,37; 1H; m CH
19 47,9 48,2 1,37; 1H; m CH
20 150,9 151,1 C
21 29,8 29,9 1,25; 2H CH2
22 40,0 40,2 1,41; 2H CH2
23 28,0 28,2 0,98; 3H; s CH3
24 15,4 15,5 0,76; 3H; s CH3
25 16,1 16,3 0,83; 3H; s CH3
26 15,9 16,1 1,03; 3H; s CH3
27 14,5 14,7 0,94; 3H; s CH3
28 18,0 18,2 0,79; 3H; s CH3
29 109,3 109,5 4,57; 1H; s : 4,68; 1H; s CH2
30 19,3 19,5 1,68; 3H; s CH3
dipastikan bahwa senyawa hasil isolasi adalah golongan triterpenoid yaitu lupeol
senyawa ini memiliki aktivitas biologi yang bervariasi antara lain sebagai
HO
5.1 Kesimpulan
kesimpulan bahwa:
1. Senyawa metabolit sekunder yang diisolasi dari ekstrak etil asetat akar
golongan triterpenoid.
dengan data dari literatur di usulkan senyawa hasil isolasi adalah golongan
5.2 Saran
Adapun saran untuk penelitian lebih lanjut adalah perlu dilakukan isolasi
senyawa metabolit sekunder dari fraksi metanol dan n-heksana atau melanjutkan
46
DAFTAR PUSTAKA
Asha, R., Gayathri, V.D. & Annie, A. 2016, Lupeol, a pentacyclic triterpenoid
isolated from Vernonia cinerea attenuate selenite induced cataract formation
in sprague dawlwy rat pups, Chemico Biological Interaction, 245(2016): 20
– 29.
Atanghwo, I.J., Ebong, P.E., Eteng, M.U., Eyong, E.U. & Obi, A.U. 2007, Neffect
of Vernonia amygdalina Del leaf on kidney function of diabetic rats,
International Journal of Pharmacology, 3(2): 143 – 148.
Audu, S.A., Taiwo, A.E., Ojuolape, A.R., Sani, A.S., Bukola, A.R. &
Mohammed, I. 2012, A Study review of documented phytocemistry of
amygdalina (Family Asteraceae) as the basis for pharmacologic activity of
plant extract, J Nat Scl Res, 7(2): 2224–3186.
Chin Y.W., Balunas, M.J., Chai, H.B. & Kinghorn, A.D. 2006, Drug discovery
from natural sources, Journal of Analytical and Applications, 8(2): 239 –
253.
Christian, G.D. 2004, Analytical chemistry, 6th edition, John Wiley and Sons Inc.,
New York.
Ejoh, R.A., Djuikwo, V.N., Gouado, I. & Mbofung, C.M. 2007, Effect of
processing and preservation on some quality parameters of three non-
conventional leafly vegetables, Pakistan Journal of Nutrition, 6(2): 128 –
133.
Erasto, P., Donald S.G. & Anthony J.A. 2006, Evaluation of antioxidant activity
and the fatty acid profile of the leaves of Vernonia amygdalina growing in
South Africa, Food Chemistry, 104: 636 – 642.
Fessenden, R.J. & Fessenden, J.S. 1986, Organic chemistry, diterjemahkan oleh
Pudjaatmaka, A.H., Kimia organik, edisi ke-3, Erlangga, Jakarta,
Indonesia.
Geissler, P.W., Harris, S.A., Prince, R.J., Olsem, A., Odhiambo, R.A., Oketch,
R.H., et al. 2002, Medicinal plants used by luo mothers and children in
bondo district, Kenya, Journal Ethnopharmacol, 83: 39 – 54.
Gritter, J.R., Bobbit, J.M. & Schwarting, A.E. 1991, Pengantar kromatografi,
edisi ke-2, terjemahan Kosasih Padmawinata, ITB, Bandung, Indonesia.
47
48
Hapsari, R. 2011, ‘Studi isolasi dan penentuan struktur molekul senyawa kimia
dalam fraksi asam dari daun jambu biji lokal daging buah merah (Psidium
guajava L.)’, Skripsi, S.Si., Program Studi Kimia, Fakultas matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia.
Igile, G.O., Oleszek, W., Jurzysta, M., Burda, S., Fafunso, M. & Fasanmade, A.A.
1994, Flavonoids from Vernonia amygdalina and their antioxidant
activities, Journal of Agriculture and Food Chemistry, 42:2445–2449.
Ijeh, I.I. & Chukwunonso, E.C.C.E. 2010, Current perspectives on the medicinal
potentials of Vernonia amygdalina Del, Journal of Medicinal Plant
Research, 5(7): 1051 – 1061.
Juliana. 2010, ‘Isolasi dan Karakterisasi senyawa turunan terpenoid dari fraksi n-
heksana Momordica charantia L’, Skripsi, S,Si., Program Studi Kimia,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan
Indonesia, Bandung, Indonesia.
Katende, A.B. 1995, Useful trees and shrubs for uganda, identification,
propagation and management for agricultural and pastoral communities,
regional soil conservation unit (RSCU), Swedish International Development
Authority, Swedia.
Khalafalla, M.M., Eltayb, A., Hussein, M.D., Amr, A.N., Khalid, M.A.E., David,
A.L., Alan, C. & Hany, A.E. 2009, Antileukemia activity from root cultures
of Vernonia amygdalina, Journal of Medicinal Plants Research, 3(8): 556 –
562.
Kismane, S. & Ibrahim, S. 1985, Analisis farmasi, Gajah Mada University Press,
Yogyakarta, Indonesia.
Kristanti, A.N., Aminah, N.S., Tanjung, M. & Kurniadi, B. 2008, Buku ajar
fitokimia, Airlangga University Press, Surabaya, Indonesia.
Lenny, S. 2006, ‘Isolasi dan uji bioaktivitas kandungan kimia utama puding
merah dengan metode brine shrimp lethality’, Skripsi, S.Si, Jurusan Kimia,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera
Utara, Medan, Indonesia.
Luke, U.O., Ebong, P.E., Eyong, E.U., Robert, A.E., Ufot, S.U. & Egbung, G.E.
2014, Effect of ethanolic root and twig extracts of Vernonia amygdalina
(etidot) on liver function parameters of streptozotocin induced
hyperglycaemic and normal wistar rats, European Scientific Journal, 30(9):
1857 – 7881.
Luo, X., Yan, J., Frank R.F., Cuiwu, L., Ernest, B.I. & Ken, S.L. 2010, Isolation
and structure determination of a sesquiterpene lactone (vernodalinol) from
Vernonia amygdalina extracts, Pharmaceutical Biology, 49(5): 464 – 470.
Muharni, 2010, Triterpenoid lupeol dari manggis hutan (Garcinia bancana Miq.),
Jurnal Penelitian Sains Universitas Sriwijaya, Palembang, Indonesia.
Ntie-Kang, F., Pascal, A.O., Lydia, L.L., Jean, C.N., Wolfgang, S. & Luc, M.M.
2014, The potential of anti malarial ocmpounds derived from African
medicinal plants, Part II: A pharmacological evaluation of non alkaloids and
non terpenoids, Malaria Journal, 13: 81.
Ofori, D.A., Anjarwalla, P., Jamnadass, R., Stevenson, P.C. & Smith, P. 2013,
Pesticidal plant leaflet Vernonia amygdalina Del. the University of
Greenwich, World agroforestry centre, London, Inggris.
Pavia, D.L., Lampman, G.M. & Kriz , G.S. 2001, Introduction to spectroscopy,
3rd edition, Thomson learning, Inc., United States of America.
Pudjaatmaka, A.H. 1982, Kimia organik, edisi ke-3, Erlangga, Jakarta, Indonesia.
Puspawati, N.M., Simpen I.N., Sumerta M.I.N. 2012, Gelatin isolation from
broiler chicken feet skin and characterization of functional groups by ftir
spectrophotometer, Chemistry Journal, 6(1): 79 – 87.
Ramadhani, F.S. 2016, ‘Isolasi dan uji itotoksik senyawa flavonoid dari ekstrak
metanol akar tanaman daun afrika’, Skripsi, S.Farm., Jurusan Farmasi,
50
Sarker, S.D. & Nahar, L. 2009, Kimia untuk mahasiswa farmasi, Pustaka Belajar,
Yogyakarta, Indonesia.
Silverstain, R.M., Bassler, G.C. & Morril, T.C. 1986, Spectrometric identification
of organic compounds, edisi ke-4, diterjemahkan dari Bahasa Inggris oleh
Hartono, Erlangga, Jakarta, Indonesia.
Tobing, R.L. 1989, Kimia bahan alam, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Proyek Pembangunan Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan, Jakarta, Indonesia.
Willard, H.H., Lynne, L.M. & John, A.D. 1966, Instrumental methods of analysis,
Journal of Chemical Education, 43(9): 506 – 507.
Yeap, S.K., Ho, W.Y., Beh, B.K., Liang, W.S., Ky, H., Yousr, A.H.N. &
Alitheen, N.B. 2010, Vernonia amygdalina, an ethnoveterinary and
ethnomedical used green vegetable with multiple bioactivities, Journal
Medicinal Plant Res, 4: 2787 – 2812.
Zenebe, M.M., Bitew, K.D., Getachew, G. & Adhena, A.W. 2015, Isolation,
structural elucidation, and bioactivity studies of leaf extract of Vernonia
amygdalina, American Journal of Analytical Chemistery, 3(1): 14 – 20.
LAMPIRAN
Ekstrak N-Heksana
Pemisahan dengan KK
Analisis: KLT
Analisis:
KLT
Pemisahan
dengan KK
Fraksi Fraksi
HA1 HA2
Pemisahan dengan
KK
Pemisahan
dengan KK
Kristal
Minyak kuning
kuning
Uji Kelarutan
Garam
51
52
Pemisahan dengan KK
Analisis: KLT
Analisis:
KLT Fraksi Analisis: Fraksi Fraksi
Pemisahan EB KLT EE EG
dengan KK Pemisahan
dengan KK
dimurnikan n-heksana
dimurnikan n-heksana
Kristal Kristal
kekuningan kekuningan
Senyawa Senyawa
murni
diidentifikasi diidentifikasi
Garam
53
Serbuk
N-heksana
Etil asetat
C-7
C-16
C-1
C-13
C-22
(A)
C-6
C-11
(B)
58
Ekstrak kental
Rendemen = ×100%
Berat sampel
17,73
= ×100%
1000
= 1,77 %
Ekstrak kental
Rendemen = ×100%
Berat sampel
6,31
= 1000 ×100%
= 0,631 %
Ekstrak kental
Rendemen = ×100%
Berat sampel
23,61
= ×100%
1000
= 2,36 %
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Adnan
NIM : 08061181419007
Alam /Farmasi
Alamat Rumah : Jl. Depati Hamzah Air Itam Kec. Bukit Intan
Belitung
No Telepon/HP : 082281330365
Email : aaadadnan@gmail.com
Riwayat Pendidikan :
2016/2017
lina Delile.)
59