You are on page 1of 7

Penatalaksanaan Aktinomikosis Oroservikofasial dengan Berbagai Faktor Risiko

Tita Puspitasari*, Sinta Sari Ratunanda, Ratna Anggraeni, Wijana


Departemen Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok – Bedah Kepala Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin
Bandung
2018

ABSTRAK
Latar belakang: Aktinomikosis merupakan penyakit kronis granulomatosa yang jarang terjadi
(1:300.0000), berkembang lambat, disebabkan bakteri Gram positif anaerob famili Actinomycetaceae
(genus Actinomyces)1. Tujuan: Melaporkan dan menganalisis kasus Aktinomikosis Oroservikofasial.
Kasus: Laki-laki 21 tahun, sulit menelan sejak 2 bulan. Ditemukan adanya massa pada tonsil lingualis
dan supraglotis serta pasien didiagnosis menderita HIV . Laki-laki 50 tahun penglihatan buram sejak 1
tahun, disertai lubang hidung kanan tersumbat, penurunan penciuman, dan mata kanan menonjol. Pasien
didiagnosis karsinoma sinonasal disertai jaringan granulasi kavum nasi kanan. Anak perempuan 1,5 tahun
dengan hidung tersumbat sejak 3 bulan. Pasien didiagnosis korpus alienum disertai peradangan kronis
kavum nasi kanan. Hasil biopsi ketiga pasien didapatkan peradangan kronis disebabkan Actinomyces.
Kemudian dilakukan pengangkatan jaringan patologis. Metode: Pencarian literatur melalui situs Pubmed,
Clinical Key, Proquest, Google Scholar. Berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi, didapatkan lima artikel,
kemudian dilakukan penilaian critical appraisal. Hasil: Lima artikel tersebut menyatakan bahwa
Aktinomikosis disebabkan berbagai faktor risiko. Manajemen Aktinomikosis memberikan hasil yang baik
dengan terapi faktor risiko. Antibiotik pilihan pertama Aktinomikosis adalah Penisilin yang diberikan per oral
maupun parenteral. Kesimpulan: Terapi Penisilin memberikan keluaran memuaskan pada pasien
Aktinomikosis Oroservikofasial.
Kata kunci: Aktinomikosis,oroservikofasial, Penisilin

ABSTRACT
Background: Actinomycosis is a rare chronic granulomatous disease (1: 300.0000), progresses slowly
due to anaerobic Gram-positive bacteria from the Actinomycetaceae family (genus Actinomyces)1.
Purpose: To present and analyze cases of Actinomycosis in the Oroservicofacial region. Case: A 21-years
old man, difficulty in swallowing since 2 months. Mass was found in the lingual tonsil and supraglottic and
patient was diagnosed HIV. A 50 years old man had blurred vision since 1 year, right nasal congestion and
decreased smell with a prominent right eye. Patient diagnosed with Sinonasal carcinoma accompanied by
granulation tissue in right cavum nasi caused by Actinomyces. A 1.5-year-old girl has nasal congestion
since 3 months. The patient was diagnosed with corpus alienum accompanied by chronic inflammation in
right cavum nasi. Biopsy results all of three patients was found chronic inflammation caused by
Actinomyces. Then performed the pathological tissue removal. Method: Search of literatures was
conducted on Pubmed, Clinical Key, Proquest, Google Scholar. Based on the inclusion and exclusion
criteria, five articles were obtained which were then evaluated by critical appraisal. Result: The five articles
state that Actinomycosis is caused by various risk factors. Actinomycosis management provides good
1
results with risk factor therapy. First choice antibiotic Actinomycosis is Penicillin given orally or parenterally.
Conclusion: Teraphy Penicillin give satisfactory outcomes in patients with Oroservicofacial Actinomycosis..
Keywords: Actinomycosis, oroservicofacial, Penicillin

PENDAHULUAN
Aktinomikosis merupakan penyakit kronis granulomatosa yang jarang terjadi (1:300.0000),
berkembang lambat disebabkan oleh bakteri Gram positif anaerob famili Actinomycetaceae (genus
Actinomyces)1. Pria lebih sering terkena (3:1) dibandingkan dengan wanita. Aktinomikosis sering salah
didiagnosis karena menyerupai penyakit keganasan dan tuberkulosis.2
Actinomyces merupakan bakteri komensal orofaring, traktus gastrointestinal, dan traktus urogenital.
Ketika keutuhan jaringan terganggu dengan adanya lesi pada mukosa, bakteri ini dapat menyerang struktur
lokal sehingga terjadi Aktinomikosis.2 Penyakit ini diklasifikasikan menjadi berbagai bentuk klinis tergantung
dari bagian anatomis yang terinfeksi. Yaitu : Oroservikofasial (50%), abdominopelvis (20%), toraks (20 %),
dan, organ lain (15%).2 Actinomyces israelii dan Actinomyces gerencseriae terdapat pada hampir 70%
infeksi Aktinomikosis oroservikofasial. Umumnya penderita mempunyai riwayat manipulasi gigi, trauma
pada mulut, dan higiene gigi yang buruk. Gejala umum berupa demam, pembengkakan jaringan dengan
atau tanpa nyeri, serta limpadenopati regional pada stadium akhir. Infeksi bisa meluas ke struktur
sekitarnya seperti tulang dan otot. Aktinomikosis secara akurat ditegakkan dengan terdapatnya organisme
Gram positif berfilamen disertai granul-granul sulfur pada pemeriksaan histopatologi.3 Pada stadium awal,
pemeriksaan pencitraan tidak spesifik dan bisa ditemukan pada proses inflamasi lokal atau tumor. Pada
stadium lanjut terdapat gambaran infiltrasi pada jaringan sekitar dengan pembentukan sinus. Pemeriksaan
darah tidak spesifik, dapat menunjukan anemia, leukositosis ringan, peningkatan sedimentasi eritrosit, dan
protein C reaktif.4
Aktinomikosis bisa disembuhkan dengan antibiotik dosis tinggi, seperti Penisilin G dengan dosis 18-
24 juta/hari selama 2-6 minggu diikuti dengan Penisilin V oral 2-4 gram/hari selama 6-12 bulan. Risiko
perkembangan Actinomyces menjadi resisten terhadap Penisilin adalah rendah. Selain itu juga bisa
diberikan antibiotik golongan β laktam (Benzilpenisilin, Amoksisilin, Ceftriaxon, Meropenem, Piperasilin-
Tazobaktam), Doksisiklin, Klindamisin, Eritromisin, Klaritromisin. Terdapat studi bahwa Aktinomikosis bisa
diterapi dengan agen antimikroba baru seperti Linezolid dan Tigesiklin. Sedangkan Fluorokuinolon
(Siprofloksasin, Moksifloksasin) dan Tetrasiklin tidak menunjukan perbaikan yang signifikan.5 Pembedahan
diperlukan pada kasus dengan jaringan nekrotik luas, terdapatnya sinus, fistula, tidak dapat dibedakan
dengan keganasan, serta pada pasien yang tidak respon terhadap terapi oral.5
Tujuan laporan ini adalah melaporkan dan menganalisis keberhasilan terapi dari kasus-kasus
Aktinomikosis pada daerah oroservikofasial.

LAPORAN KASUS

LAPORAN KASUS 1
Seorang laki-laki berusia 21 tahun pada bulan Februari 2016, mengeluh sulit menelan sejak 2
bulan disertai penurunan berat badan drastis sebanyak 5 kg dalam 2 bulan (semula 45 kg menjadi 40 kg).
2
Pada pemeriksaan rinolaringoskopi serat lentur didapatkan massa putih kekuningan, berbenjol-benjol
pada tonsil lingualis dan supraglotis yang menutupi dua pertiga inlet laring dan sfingter esofagus atas.
Dilakukan ekstirpasi dan biopsi massa, serta trakeostomi.1 Minggu paska operasi tidak ditemukan massa
pada inlet laring, rima glotis terbuka dan massa putih kekuningan pada tonsil lingualis sudah menipis.
Hasil biopsi menunjukkan granul sulfur yang menunjukkan peradangan kronis disebabkan Actinomyces sp.
Kemudian diberikan pengobatan Amoksisilin - Klavulanat 3 x 635 mg per oral, serta Ketokonazol 2 x 200
mg per oral. Pada hari ke-14 pasca operasi, keluhan disfagia tidak ada. Penderita dicurigai menderita HIV
dan dilakukan pemeriksaan CD4 dan anti HIV dengan hasil positif. Penderita dikonsulkan ke Bagian IPD
dan didiagnosis HIV dengan wasting syndrome disertai infeksi Aktinomikosis pada tonsil lingualis, dan plika
ventrikularis. Pasien direncanakan terapi anti-retroviral (ARV). Dilakukan dekanulasi serta pelepasan
selang nasogastrik pada hari ke 30 pasca operasi.
Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3.
Rinolaringoskopi Rinolaringoskopi Gambaran
serat lentur serat lentur pemeriksaan
sebelum operasi setelah operasi Histopatologi
penderita kasus 1

LAPORAN KASUS 2
Seorang laki-laki usia 50 tahun, mengeluh hidung kanan tersumbat sejak 2 tahun. Pemeriksaan
nasoendoskopi menunjukan masa kemerahan sewarna mukosa, berbenjol-benjol, rapuh, mudah berdarah,
memenuhi meatus media kanan , disertai sekret mukopurulen dan septum deviasi ke kiri. CT Scan sinus
paranasal menunjukan lesi isoden pada orbita dextra, suspek SOL/massa dengan eksoftalmus OD.
Pasien diberikan cuci hidung Nacl 0,9% 6x sehari, Amoksilin-Klavulanat 3 x 625 mg peroral. Hasil biopsi
tanggal 1/8/2017 didapatkan jaringan granulasi e.c Actinomyces. Pasien didiagnosis Rinosinusitis kronis
ec Actinomyces dengan komplikasi intrakranial + Proptosis oculi dextra DD/ Supp Tumor sinonasal
CT4aNoMx . Penderita dilakukan tindakan FESS + Kraniotomi eksplorasi frontal dextra pada tanggal
4/9/2017. 2 Hari pasca operasi keluhan sakit kepala berkurang, hidung sudah tidak tersumbat, proptosis
mata kanan berkurang dan penglihatan membaik dengan visus 20/200. Pasien dipulangkan dengan terapi
Amoksilin-Klavulanat 3x650 mg. Hasil pemeriksaan biopsi menunjukan Undifferentiated carcinoma pada
kavum nasi dekstra DD/ Large cell neuroendocrine carcinoma.

Gambar 4. Gambar 5. Gambar 6.


Rinolaringoskopi Rinolaringoskopi Gambaran
serat lentur serat lentur pemeriksaan
sebelum operasi setelah operasi Histopatologi
penderita kasus 2

LAPORAN KASUS 3
Jumat, tanggal 13 Oktober 2017 seorang anak perempuan usia 1,5 tahun, dikeluhkan hidung
kanan tersumbat sejak 3 bulan. Pemeriksaan rinolaringoskop serat lentur ditemukan benda asing berwarna
putih mengkilat, keras setinggi konka inferior dan menutupi 1/3 koana kavum nasi kanan. Dilakukan
eksplorasi dan ekstraksi corpus alienum dengan bantuan endoskop. Terlihat mukosa cavum nasi kanan

3
edema, ditemukan benda asing berwarna putih mengkilat, keras berbahan dasar plastik berukuran 3x2x2
cm setinggi konka inferior menutupi 1/3 koana disertai jaringan granulasi berwarna putih agak kecoklatan,
kenyal berukuran 0,5x0,5x0,5 cm setinggi konka inferior. Pasien kemudian diberikan terapi antibiotik
berupa Ceftriaxon 2x500 mg IV. Terapi selanjutnya berupa Amoxycillin syrup 3x1/2 sendok obat dan cuci
hidung NaCl 0,9%. 2 Minggu kemudian hidung tersumbat sudah tidak ada serta tidak ditemukan edema
pada mukosa cavum nasi.
Gambar 7. Gambar 8. Gambar 9.
Rinolaringoskop Rinolaringoskop Gambaran
serat serat lentur setelah pemeriksaan
lentur sebelum operasi Histopatologi
operasi penderita kasus 3

RUMUSAN MASALAH
Bagaimanakah penanganan yang tepat pada kasus pasien Aktinomikosis pada daerah Oroservikofasial
dengan latar belakang berbagai faktor risiko ?
METODE
Pencarian dilakukan pada situs Pubmed, Clinical Key, Proquest, Google Schoolar pada 1 Juni 2018 –
30 September 2018, menggunakan fasilitas search dengan menggunakan kata kunci “laryngeal”,
“pharyngeal”, “sinonasal”, “actinomycosis”, “treatment”. Strategi pencarian, hasil, kriteria inklusi dan
eksklusi ditampilkan dalam flowchart (gambar10). Lima artikel tersedia sebagai full-text, kemudian kami
lakukan telaah kritis dengan menggunakan 8 critical appraisal question checklist (tabel 1). Checklist yang
digunakan didapatkan dari website www.joannabriggs. Com
Tabel 1. Telaah kritis lima artikel terpilih menggunakan 8 critical appraisal question checklist

Checklist Ahmadi Sari et Vorasubin Hsin- Yi


et al al et al Ching Lin Zheng
Patient’s demographic characteristic is clearly described - - - - -
Patient’s history is clearly described and presented as + + + - +
timeline
Current clinical condition of patient is clearly described + + + + +
Diagnostic tests or assessment methods and the results + + + + +
are clearly described
Interventions and treatment procedures are clearly + + - + +
described
Post-intervention clinical condition is clearly described + - - + +
Adverse or unanticipated events are identified and - - - - -
described
The case report provide takeaway lessons + + + + +
Level of Evidence* 5 5 5 5 5

4
HASIL
Ahmadi et all melaporkan seorang laki-laki 63 tahun dengan stadium awal kanker glotis. Setelah 1
tahun dilakukan kemoradiasi, pasien mengeluh demam, nyeri, pembengkakan dan fistul bernanah dari
bagian depan leher. Laringoskop direk menunjukan pembengkakan pita suara. Hasil histopatologi
menunjukan adanya infeksi Actinomyces. Pada pasien tersebut dilakukan tindakan rekonstruksi karilago
tiroid dan trakeostomi untuk mengatasi fistula laringokutan akibat radionekrosis Pasien diterapi Penisilin
IV diikuti dengan Penisilin PO selama 6 bulan sampai sekret dan jaringan inflamasi berkurang . Luka
trakeostomi menutup setelah 3 bulan pembedahan. Saluran nafas penderita utuh dan video stroboskopi
menunjukan pita suara dan pergerakan aritenoid yang normal, serta sedikit jaringan granulasi pada
mukosa endolaring pada 6 bulan setelah pembedahan.6
Murat Sari et all melaporkan laki-laki 21 tahun mengeluh suara serak selama 6 bulan tanpa faktor
risiko. Laringoskopi indirek menunjukan massa hemoragik berbatas tegas pada 1/3 anterior pita suara kiri.
Kemudian dilakukan eksisi massa tersebut dengan bantuan laringoskopi direk. Pemeriksaan histopatologi
didapatkan nodul plika vokalis tipe telangiektasis disertai infeksi Aktinomikosis. Pasien diberikan terapi
Amoksisilin-Asam klavulanat 625 mg PO 3x1, selama 8 minggu. Setelah 2 bulan pengobatan struktur pita
suara dan struktur laring lainnya menjadi normal. 24 Bulan setelah pembedahan tidak terdapat bukti
adanya penyakit 7
Vorasubin et all melaporkan laki-laki usia 57 tahun dengan pembengkakan kanan wajah sejak 6
bulan, lubang hidung kanan tersumbat, serta terdapat jaringan nekrosis pada sublabial. Pada CT-Scan
ditemukan erosi sinus maksila, frontal, etmoid. Pasien kemudian dilakukan biopsi jaringan patologis melalui
tindakan Caldwell-Luc. Pemeriksaan histopatologis ditemukan infeksi Aktinomikosis. Pasien diterapi
dengan Penisilin G intra vena selama 4 minggu dilanjutkan Amoksisilin-Asam Klavulanat selama 6 bulan.
Setelah selesai terapi pada pemeriksaan didapatkan mukosa sinonasal normal tanpa adanya infeksi atau
krusta.8
Hsin-Ching Lin melaporkan pasien laki-laki usia 36 tahun tanpa faktor risiko, mengeluh nyeri
teggorokan progresif sejak 2 bulan. Pada laringoskop direk ditemukan ulkus besar ukuran 3x3 cm pada
dasar lidah sebelah kanan, valekula, dan dinding bagian kanan hipofaring. Berdasarkan pemeriksaan
hispopatoloigi ditemukan Aktinomises. Terapi diberikan berupa Penisilin V 4x500 mg selama 4,5 bulan.
Ukuran lesi perlahan berkurang. Keluhan nyeri tenggorokan membaik setelah 2 minggu dan menghilang
setelah 4 minggu. Tidak ada rekurensi setelah difolow up selama 36, bulan.9
Yi Zheng melaporkan pasien laki-laki usia 54 tahun dengan keluhan sesak nafas, sulit menelan,
bengkak pada leher bagian depan selama 1 bulan. Pada pemeriksaan fisik terdapat massa di dinding
posterior faring ukuran 3x5 cm. Pasien didiagnosis abses retrofaring. Pasien riwayat menjalani kemoterapi
selama 10 bulan atas indikasi kanker lambung dan mendapatkan terapi metilprednisolone 28 mg/hari
selama 1 tahun sebagai penatalaksanaan dermatomisitis. Hasil CT-Scan menunjukan massa jaringan
lunak pada retrofaring dengan produksi gas pada bagian anterior C4-C5 Pasien menjalani insisi drainase
emergensi dan biopsi. Pemeriksaan histopatologi menunjukan adanya sulfur granul Actinomyces. Pasien
diterapi Doksisiklin 100 mg/hari IV dengan Levofloxacin 0,5 gr IV. 1 Minggu kemudian tidak ditemukan
bakteri abnormal pada pus. CT Scan ulang menunjukan tidak terlihat adanya abses Terapi dilanjukan

5
selama 1 bulan. Evaluasi dilanjutkan setelah 1 bulan pasien rawat jalan, tidak ada rekurensi abses
retrofaringeal.10

Kata kunci :
“actinomycosis”, “laryngeal”, “pharyngeal”, “treatment”
Pada situs Pubmed, Clinical Key, Proquest, Google Scholar

332

Penyaringan Judul dan Abstrak 74

Tahun Penerbitan
2007-2017
67

Kriteria Inklusi : Laryngeal, Pharyngeal, Kriteria Eksklusi:


Sinonasal, Actinomycosis, Treatment - Aktinomikosis pada organ lain
- Ko-infeksi dengan bakteri patogen laring, faring,
sinonasal (tuberculosis, aspergilosis, etc)

10

Tersedia 5 artikel dengan teks lengkap Penelaahan 5 artikel


5 Artikel yang digunakan
lengkap

Gambar 10. Strategi pencarian, hasil, kriteria inklusi dan eksklusi ditampilkan dalam flowchart

DISKUSI
Kasus Aktinomikosis pada Oroservikofasial terjadi dengan berbagai macam faktor risiko, Pembedahan
merupakan tindakan awal penting dalam menangani kasus Aktinomikosis, hal tersebut disesuaikan dengan
faktor risiko yang melatarbelakangi penyakit Aktinomikosis maupun perubahan struktur anatomi daerah
oroservikofasial yang disebabkan oleh Aktinomikosis itu sendiri.
Pasien-pasien yang dibahas pada artikel di atas maupun pasien-pasien yang datang berobat ke poli
THT-KL RSHS mendapatkan terapi antibiotik Penisilin baik secara IV atau per oral. Evaluasi rata-rata
dilakukan pada 2 bulan setelah terapi. Terapi dengan antibiotik tersebut berhasil dengan baik, yang dinilai
dengan pemeriksaan rinolaringoskop maupun dari perbaikan gejala yang dikeluhkan pasien.
Artikel terlengkap yang telah dilakukan Clinical Appraisal adalah artikel yang ditulis oleh Yi Zheng
dengan judul Retropharyngeal Abscess Due to Actinomyces Species in an Immunocompromised Patient

6
pada tahun 2013. Tetapi masih terdapat kekurangan megenai data karakteristik demografik pasien dan
efek samping terapi yang tidak dijelaskan.

KESIMPULAN
Terapi antibiotik golongan Penisilin yang diberikan pada pasien Aktinomikosis Oroservikofasial di
RSHS secara PO maupun IV dapat memberikan hasil yang baik, sesuai dengan hasil telaah pada 5 artikel
sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA
1. Wong VK, Turmezei TD, Weston VC. Actinomycosis: Clinical Review. 2011: 1-7
2. Fadda GL, Gisolo M, Crosetti E, Fulcheri A, and Succo G. Intracranial Complication of Rhinosinusitis
from Actinomycosis: Case Report. 2014: 1-5
3. Boyanova L, Kolarov R, Mateva L, Markovska R, Milov I. Actinomycosis: a frequently forgotten disease:
Future Microbiol. 2015; 10(4): 613-28.
4. Valour F, Senechal A, Dupieux C, Karsenty J, Lustig S, Breton P, et al. Actinomycosis: etiology, clinical
features, diagnosis, treatment, and management. Infect Drug Resist. 2014; 7:183-97
5. Manimaran V. Combined Modality Treatment for Laryngeal Actinomycosis - A Rare Cause of
Hoarseness. 2017; 7(3):1-3
6. Ahmadi A, et all. Chondroradionecrosis of the Larynx in a Patient with Laryngeal: Case Report. 2-17; 29
(3) : 1-6
7. Sari M , Yazici M, Bag˘ Lam T, Selc¸ Nanli U, et al. Actinomycosis of the larynx. Acta Oto-Laryngologica.
2007; 127: 550 -552
8. Vorasubin N, Wu Arthur W, Day C, Jeffrey D. Invasive Sinonasal Actinomycosis: Case Report and
Literature. 2013: 334-338
9. Hsin-Ching Lin, Chao-Hui Yang,, Michael Friedman, Jui-Wei Lin. Atypical Presentation of Actinomycosis:
A Giant Ulcer of The Base Of The Tongue. Operative Techniques in Otolaryngology 2007. Vol l8. No 4:
329-331.
10. Yi Zheng, Jianguo Tang. Retropharyngeal Abscess Due to Actinomyces Species in an
Immunocompromised Patient: Case Report. J Oral Maxillofac Surg. 2013: e147-e150

You might also like