You are on page 1of 25

ASUHAN KEPERAWATAN TERPAPAR DINGIN (GENERAL COOLING)

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Gawat Darurat
Dosen Pembimbing: Romadhoni Tri Purnomo.,S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun Oleh :
KELOMPOK 2
1. Ari Wahyuni (1502094)
2. Dimas Jatu P (1502101)
3. Febriana Endar P (1502103)
4. Intan Ayu A (1502105)
5. Nurul Annisa (1502117)
6. Selly Rahayu (1502123)
7. Vanny Septyaningrum (1502128)

PRODI D-III KEPERAWATAN


STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN

SEPTEMBER 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
taufik dan hidayah-Nya sehingga makalah ini selesai tepat pada waktunya. Penulisan makalah
yang berjudul “TERPAPAR DINGIN”, bertujuan untuk memenuhi tugas Keperawatan Gawat
Darurat
Kami menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, itu
dikarenakan kemampuan yang terbatas.Namun berkat dorongan dan bimbingan dari berbagai
pihak, akhirnya pembuatan makalah ini tepat pada waktunya. Kami berharap dalam penulisan
makalah ini dapat bermanfaat bagi kami sebagai penyusun sendiri dan bagi para pembaca
pada umumnya serta semoga dapat menjadi bahan pertimbangan untuk mengembangkan atau
meningkatkan prestasi di masa yang akan datang.

Penyusun
Klaten, 14 September 2017

(kelompok 2)

2
Daftar Isi
BAB I ........................................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 4
A. LATAR BELAKANG........................................................................................................................ 4
B. RUMUSAN MASALAH .................................................................................................................. 5
C. TUJUAN ....................................................................................................................................... 5
BAB II ....................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ......................................................................................................................................... 6
A. PENGERTIAN ............................................................................................................................... 6
B. KLASIFIKASI.................................................................................................................................. 6
C. TAHAPAN FROSBITE .................................................................................................................... 8
D. MEKANISME TRAUMA DINGIN ................................................................................................... 9
E. FAKTOR PREDISPOSISI ................................................................................................................. 9
F. MANIFESTASI KLINIK ................................................................................................................. 10
G. PATOFOSIOLOGI ........................................................................................................................ 11
H. PATHWAY .................................................................................................................................. 12
I. PENATALAKSANAAN ................................................................................................................. 13
J. KOMPLIKASI .............................................................................................................................. 14
K. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK...................................................................................................... 14
L. PENGERTIAN GENERAL COOLLING (HIPOTERMIA) ................................................................... 14
M. MANIFESTASI KLINIS HIPOTERMI .......................................................................................... 15
N. PENATALAKSANAAN HIPOTERMIA............................................................................................ 15
O. EFEK PAJANAN SUHU DINGIN TERHADAP KONDISI FISIOLOGIS MANUSIA .............................. 16
BAB III .................................................................................................................................................... 17
ASUHAN KEPERAWATAN ...................................................................................................................... 17
A. Pengkajian ..................................................................................................................................... 17
B. Diagnosa.................................................................................................................................... 20
C. Intervensi .................................................................................................................................. 21
D. Evaluasi ..................................................................................................................................... 22
BAB III .................................................................................................................................................... 24
KESIMPULAN ......................................................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 25

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Tubuh manusia akan selalu mempertahankan keadaan suhu normal dengan suatu
system tubuh yang sempurna sehingga dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan
yang terjadi di luar tubuh manusia tidak melebihi 20% untuk kondisi panas dan 35% untuk
kondisi dingin. Tubuh manusia dapat menyesuaikan diri karena kemampuannya untuk
melakukan proses konveksi, radiasi, penguapan jika terjadi kekurangan atau kelebihan panas
yang membebani.
Secara fisiologis jika suhu disekeliling sangat dingin akan terjadi perbedaan suhu
yang sangat mencolok pada bagian kulit. Keadaan ini menyebabkan ketidaknyamanan pada
tubuh. Ketidaknyamanan yang berasal dari luar akan mengakibatkan perubahan fungsional
organ sebagai respon alami yang bertujuan untuk menyesuaikan tubuh dengan
ketidaknyamanan tersebut.
Misalnya suhu panas yang berlebihan akan mengakibatkan rasa letih dan kantuk,
mengurangi kestabilan dan meningkatkan jumlah angka kesalahan kerja, sebaliknya kondisi
dingin yang berlebihan akan meningkatkan rasa malas untuk istirahat, yang akan mengurangi
kewaspadaan dan konsentrasi terutama berkaitan dengan pekerjaan yang menuntut kesiapan
mental. Kondisi yang berlebihan akan meningkatkan stimulasi tubuh manusia untuk
melakukan aktivitas yang menghasilkan “internal heat” yang lebih tinggi.
Tekanan hawa dingin (cold stress) adalah suatu gabungan antara kondisi suhu dingin,
kecepatan angin, dan kelembaban yang membahayakan tubuh. Cold stress dapat terjadi pada
suhu <180C. akibat dari cold stress ialah terjadi respon fisiologis yang bertujuan untuk
mengatur agar suhu tubuh tidak menurun, respon ini disebut cold stress (vasokonstruksi,
menurunnya jumlah keringat).
Kemampuan manusia untuk bekerja ditempat dingin tergantung pada integritas fungsi
otak dan fungsi kaki.Tanda umum yang biasanya muncul bila tekanan hawa dingin ialah
pendinginan otak kemudian tidak terkoordinasi, pendinginan kaki dan bagian tangan,
hasilnya terjadi kekakuan. Akibat dari semua itu, seseorang akan sulit untuk melakukan
pekerjaannya.

4
Paparan terhadap dingin dapat menyebabkan penurunan suhu tubuh .panas yang di
bentuk tubuh atau yang diperoleh tidak cukup untuk mengimbangi kehilangan panas sehingga
suhu tubuh menjadi rendah < 35 C atau hipotermia. Tubuh akan berusaha untuk
mengatasinya dengan cara bergetar, suatu respon bawah sadar untuk meningkatkan suhu
tubuh melalui aktivitas otot. Suhu lingkungan tidak perlu terlalu dingin untuk mencetus
hipotermia.Hipotermia dapat terjadi akibat penderita berada di lingkungan alam terbuka
untuk waktu yang cukup lama. Ada beberapa keadaan yang memperburuk hipotermia yaitu
suhu rendah, faktor angina, usia, air, kesehatan penderita dll.
Hipotermia merupakan suatu kondisi yang dapat sangat berbahaya bila tidak di
tangani, hal ini di karenakan hipotermia akan mengganggu metabolism sehingga kerja multi
organ dapat terganggu. Perawat sebagai tim kesehatan pertama dalam menangani pasien
harus mengetahui gejala serta tindakan yang dilakukan dalam menangani pasien dengan
hipotermia

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep Asuhan Keperawatan kegawatdaruratan terpapar dingin
(frostbite)?

C. TUJUAN
Untuk mengetahui asuhan keperawatan gawatdarurat terpapar dingin (frostbite)

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Frosbite adalah injuri dingin yang bersifat lokal disebabkan oleh terpapar
temperatur yang dingin (Tamsuri, 2006).
Merupakan kondisi dimana sebagian organ tubuh membeku akibat terpapar
suhu dingin yang berlebihan.Biasanya organ yang terkena, antara lain dagu, ujung jari
tangan dan kaki, cuping hidung, serta cuping telinga. Frostbite pada organ tubuh
biasanya ditandai dengan kulit yang terlihat pucat dan keras, bila terkelupas nampak
jaringan di bawahnya yang berwarna merah dan nyeri. Biasanya organ akan
mengalami mati rasa.
Terpapar dingin dapat digolongkan sebagai paparan membekukan dan tidak
membekukan.Terpapar dingin membekukan disebut “Frostbite”.Terpapar dingin tak
membekukan yang diakibatkan oleh lama terpapar keadaan basah atau lembab dikenal
“Trench Foot” (Boswick. John A, 2008)
Radang dingin adalah cedera yang disebabkan oleh pembekuan dari kulit dan
jaringan di bawahnya.Pertama kali kulit akan menjadi sangat dingin dan merah,
kemudian akan mati rasa, keras dan pucat. Frostbite atau radang dingin paling sering
terjadi pada jari, jari kaki, hidung, telinga, dan dagu.

B. KLASIFIKASI
Frosbite di klasifikasikan kedalam 2 tipe yaitu frosbite permukaan(local cooling dang
frosbite dalam(general cooling)
1. Frostbite permukaan frostbite yang mengenai kulit sampai dengan jaringan
subkutan, dengan karakteristik area injuri berwarna putih, seperti lilin, lunak dan
anastetik. Pengisian kapiler (capillary refill) tidak ada. Pada saat pencairan, area
injuri akan menjadi merah, edema, nyeri, dan kemudian menjadi buruk/belang
atau keungu-unguan. Blister dapat terbentuk dalam 24 jam dan pecah pada sekitar
10 hari, meninggalkan eschar hitam dan kasar. Setelah 3-4 minggu eschar terpisah
meninggalkan epitel baru sensitive. Nyeri berdenyut (throbbing) dan nyeri
panas/rasa terbakar (burning) yang berlangsung beberapa minggu. Area ini

6
sensitive terhadap panas dan dingin sekitar 1 bulan, dan bagian yang mengalami
frostbite dapat mengeluarkan keringat yang berlebihan.
2. Frostbite dalam (deep) menyebabkan injuri pada kulit, jaringan subkutan, otot
tendon dan struktur neurovaskuler. Bagian yang mengalami injuri kasar dan padat,
tetap dingin, belang, dan biru atau kelabu setelah pencairan. Blister mungkin tidak
terbentuk tetapi dapat pula terbentuk setelah beberapa minggu pada tempat
dimana terdapat jaringan yang masih hidup (viable) dan jaringan yang tidak dapat
hidup (nonviable). Edema biasanya mengenai anggota badan dan memerlukan
waktu sekitar satu bulan untuk sembuh. Ketika blister kering, menjadi hitam dan
terbentuk cekungan, suatu garis pemisah terlihat karena jaringan yang masih dapat
hidup, terlepas atau tertarik dari jaringan yang mati.
Frostbite berdasarkan tingkatan cedera jaringan dibagi kedalam empat derajat
dengan karakteristiknya masing-masing, yaitu :
1. Derajar 1 : cedera mengakibatkan eritemia setelah dihangatkan kembali.

2. Derajat 2 : terjadi pembentukan blister.

7
3. Derajat 3 : terjadi nekrosis kulit.

4. Derajat 4 : kerusakan jaringan lunak dan dapat terjadi gangrene pada jari-jari atau
ekstremitas.

C. TAHAPAN FROSBITE
1. Tahap pertama radang dingin, tidak menyebabkan kerusakan kulit permanen.
Anda dapat mengobati radang dingin sangat ringan dengan langkah-langkah
pertolongan pertama, termasuk rewarming kulit Anda. Semua radang dingin
lainnya memerlukan perhatian medis karena dapat merusak kulit, jaringan, otot
dan tulang. Kemungkinan komplikasi dari radang dingin yang parah termasuk
infeksi dan kerusakan saraf.
2. Tahap kedua dari radang dingin muncul sebagai kulit memerah yang berubah
menjadi putih atau pucat. Kulit bisa tetap lembut, tetapi beberapa kristal es bisa
terbentuk di jaringan. Kulit Anda mungkin mulai merasa hangat - tanda

8
keterlibatan kulit yang serius. Jika Anda memperlakukan radang dingin dengan
rewarming pada tahap ini, permukaan kulit Anda mungkin tampak berbintik-
bintik, biru atau ungu. Dan Anda mungkin melihat menyengat, terbakar dan
pembengkakan. Sebuah melepuh berisi cairan mungkin muncul 24 sampai 36 jam
setelah rewarming kulit.
3. Tahap parah (dalam) radang dingin. Radang dingin yang berlangsung
mempengaruhi semua lapisan kulit, termasuk jaringan yang terletak di bawah.
Anda mungkin mengalami mati rasa, kehilangan semua sensasi dingin, rasa sakit
atau ketidaknyamanan di daerah yang terkena. Sendi atau otot mungkin tidak lagi
bekerja. Lepuh besar terbentuk 24 sampai 48 jam setelah rewarming. Setelah itu,
daerah berubah hitam dan keras seperti jaringan mati

D. MEKANISME TRAUMA DINGIN


Trauma dinginadalah suhu rendah dan terpaparnya jaringan.Faktor penyokong
meliputi lembab atau kebasahan, kontak langsung dengan benda dingin dan tak
adanya pelindung.Efek kelembaban atau kebasahan segera terlihat bila ada lubang
pada sarung tangan atau sepatunya, yang memasukan lembaban. Kontak dengan
benda dingin, khususnya logam, akan menyebabkan kehilangan panas yang cepat.

E. FAKTOR PREDISPOSISI
Terdapat berbagai faktor predisposisi yang berkaitan dengan terjadi frostbite.
Orang yang tidak dapat menyesuaikan diri terhadap iklim dingin dari iklim hangat
akan menagalami vasospasme yang hebat dan berkurangnya produksi oanas pada
daerah ekstermitasnya ketika ia terpapar dengan temperature dingin. Diketahui adanya
beberapa pengaruh yang memicu terjadinya frostbite :
1. Ras
Ras orang yang berkulit hitam bisa menjadi pengaruh faktor predisposisi tehadap
paparan dingin dikarenakan yakni orang yang berkulit hita terbiasa hidup di iklim
panas.
2. Kelelahan
Kelelahan bisa menyebabkan terkena frostbite di karenakan kekurangan pasukan
O2 sehingga mudah terpapr dingin
3. Usia
Usia muda ataupun tua siapapun bisa terkena paparan dingin .
4. Gangguan sirkulasi/pentakit vaskuler perifer

9
Akibat aterosklerosis dan diabetes mellitus
5. Alcohol
Saat mengkonsumsi alcohol pada posisi kedinginan mungkin merasa lebih
hangat karena akibat dari pemanasan kulit yang di dapat dari pasukan darah ekstra
akan tetapi darah tersebut akan cepat dingin kembali akibat papran dingin di luar
tubuh, kehangatan yang di sebabkan oleh aliran darah menuju kulit juga akan
membuat tubuh lebih mudah berkeringat demi melawan sensai panas tersebut.
6. Nikotin (rokok) dan hipoksia
Meningkatkan resiko frostbite atau rentan terjadinya frostbite di karenakan
kandungan nikotin di dalam rokok menyebabkan pembuluh darah mengkerut dan
mengakitbatkan penumpukan plak arteri sehingga aliran darah ke berbagai
anggota tubuh menjadi berkurang.
Faktor yang meningkatkanpengeluaranpanassepertikontakdengan metal,
kulitbasahberkontribusiterhadapterjadinyafrostbitesertaberatnyainjurifrosbite .

F. MANIFESTASI KLINIK
Kerusakan yang terjadi dapat kecil atau ringan dapat juga luas hingga mampu
menyebabkan hilangnya suatu bagian tubuh.Adapun bagian yang hilang atau yang
sering terkena meliputi tangan, kaki, hidung dan telinga.
1. Kulit dingin dan seperti tertusuk,
2. Mati rasa,
3. Berwarna merah, putih,, kulit putih kebiruan atau keabu-abuan-kuning,
4. Keras atau tampak seperti permukaan kulit terdapat lilin,
5. Kecanggungan karena sendi dan otot kaku,
6. Terik setelah rewarming, pada kasus yang berat,
7. Kulit pucat,
8. Edema,
9. Dingin / menggigil tak terkontrol

10
G. PATOFOSIOLOGI
Cedera sel pada frosbite disebabkan oleh pembekuan secara langsung pada sel
disaat injuri atau oleh karena perfusi jaringan yang tidak adekuat sebagai akibat dari
spasme vaskuler dan oklusi pembuluh-pembuluh kecil pada area injuri.
Dengan pembekuan sel secara langsung (crystallization), terbentuk kristal es di dalam
cairan ekstraseluler dan secara osmotik menarik cairan intraseluler, sehingga
menyebabkan dehidrasi sel. Perubahan vaskuler yang terjadi antara lain meliputi
vasokonstriksi, penurunan perfusi kapiler dan peningkatan viskositas darah dengan
disertai terbentuknya endapan dan trombus
Setelah pencarian, terjadi stasis vaskuler pada area yang inbjuri sebagi akibat
obstruksi pada dasar pembuluh darah.Edema terjadi pada daerah injuri dan
bertlangsung selama 2-3 hari setelah pencairan.Thrombus, perdarahan intertistial dan
infiltrasi leukosit dapat terjadi.Nekrosis jaringan terjadi dan menjadi lebih jelas
sebagai edema yang pecah.Luasnya injuri di tentukan oleh besar dan kecepatan
pengeluaran panas dari kulit.

11
H. PATHWAY
Terpapar dingin

General cooling Local Cooling

Kulit, jaringan subkutan, otot, Area kulit yang terpapar membeku


Tendon membeku
Pengisian kapiler tidak ada
Vasospasme vaskuler
Kulit memerah
GANGGUAN PERFUSI JARINGAN
Udema

Terbentuk Kristal es
Terbentuk Blister
Dehidrasi sel
NYERI
Vasokontriksi, penurunan perfusi
Kapiler, peningkatan viskositas darah

Disertai thrombus, perdarahan interstisial,


Infiltrasi leukosit

Udema

Kerusakan jaringan subkutan

Blister GANGGUAN INTEGRITAS KULIT

12
I. PENATALAKSANAAN
1. Pre hospital
a. Pindahkan penderita ke tempat yang hangat
b. Pegang bagian yang terkena dengan lemah lembut, jangan pernah menggosok
bagian yang terkena.
c. Hangatkan secara lemah lembut dengan merendam bagian yang terkena di
dalam air hangat (100-105 derajat Farenheit) sampai terlihat merah dan teraba
hangat.
d. Membalut dengan bebas bagian yang terkena dengan pembalut yang kering
dan steril.
e. Jika jari tangan atau jari kaki penderita mengalami luka karena dingin yang
luar biasa, tempatkan perban (gauze) yang kering dan steril diantara luka dan
balutan agar keduanya terpisah.
f. Jangan memecahkan lepuhan yang ada
g. Jangan biarkan bagian yang terkena membeku lagi.
h. Periksakan ke pelayanan kesehatan sesegera mungkin.
2. In Hospital
a. Pasien koma dengan trauma dingin harus harus diinfus dengan larutan garam
seimbang (RL) yang mengandung 100-300 mEq NaHCO3, yang diberikan
dalam kecepatan 250 ml/jam
b. Lebih baik memeriksa Ph dan Po2 arteri, serta hematocrit sebelum terapi yang
diberikan. Bila hasil pemeriksaan ini tak bisa didapatkan sebelum pengobatan
dan di perlukan penghangatan kembali jaringan, maka kecepatan penggantian
cairan harus dinaikan sampai 500ml/jam sebab penghangatan kembali
mungkin meninggikan derajat asidosis.
c. Untuk mengobati hiposekmia yang biasa timbul pada pasien, dengan trauma
dingin, maka oksigen harus di berikan dengan masker atau kateter hidung
selama 6-8 jam atau sampai po2 arteri kembali normal. Pengobatan jaringan
yang beku atau dingin
d. Bila fasilitas perawatan definitif jauhnya lebih dari 1 atau 2 jam perjalanan dan
jaringan dapat di jaga tetap hangat, maka jaringan yang beku atau dingin
segera di hangatkan kembali. Ia terbaik dilapisi dengan meletakan pasien di
bak mandi air panas
e. Pembedahan

13
1) Escharotomy
2) Sympathectomyuntukspasmeberatdannyeri
3) Debridement setelahretraksijaringan viable (13 minggu – 4
bulansetelahinjuri)
4) Amputasiekstremitas nonviable setelahretraksijaringan viable;
mungkinbeberapabulan setelahinjuri.
f. Medikasi
1) Imunisasi tetanus 0.5 ml IM
2) Plasma ekspander: dextran 40, 20 ml/kg IV setiap 24 jam
untukmenurunkanendapan.
3) Antibiotik: tetrasiklinatauampisilinuntukprofilaksis, 250 mg posetiap 6
jam.
4) Analgesiknarkotik :morphin 15 mg IM setiap 3 jam atau
5) Analgesikantipiretik : aspirin, 600 mg posetiap 3 jam.

J. KOMPLIKASI
1. Konfusi
2. Aritmia jantung
3. Nekrosis kulit
4. Infeksi dan kerusakan saraf
5. Penuruna fungsi pergerakan otot dan sendi

K. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Rontgen
2. Scan tulang atau tes pencitraan,
3. Magnetic resonance imaging (MRI), untuk menentukan keparahan frostbite dan
untuk memeriksa tulang atau otot yang belum terluka.

L. PENGERTIAN GENERAL COOLLING (HIPOTERMIA)


Pengeluaran panas akibat paparan terus menerus terhadap dingin
mempengaruhi kemampuan kemampuan tubuh memproduksi panas sehingga akan
mengakitbatkan hipotermia. Hipotermia di klasifikasikan melalui pengukuran suhu
inti :
1. Ringan 33-36 C
2. Sedang 30-33 C

14
3. Berat 27-30 C
4. Sangat berat <30 C
Hipotermia aksidental biasanya terjadi secara berlangsung dan tidak di ketahui
selama beberapa jam.Ketika suhu tubuh turun menjadi 35c, orang yamg mengalami
hipotermia mengalami gemetar yang tidak terkontrol, hilang ingatan, depresi, dan
tidak mampu menilai.
Jika suhu tubuh di bawah 34,4c frekuensi jantung, pernafasan dan tekanan darah turun.
Jika hipotermia terus berlangsung, disritmia jantung akan berlangsung, kehilangan
kesadaran dan tidak responsive terhadap stimulus nyeri.

M. MANIFESTASI KLINIS HIPOTERMI


1. Gejala dan tanda hipotermia sedang :
a. Menggigil
b. Terasa melayang
c. Pernafasan cepat, nadi lambat
d. Gangguan penglihatan
e. Reaksi mata lambat
f. Gemetar
2. Gejala dan tanda hipotermia berat :
a. Pernafasan sangat lambat
b. Denyut nadi sangat lambat
c. Tidak ada respon
d. Manik mata melebar dan tidak bereaksi
e. Alat gerak kaku

N. PENATALAKSANAAN HIPOTERMIA
1. Rawat penderita dengan hati-hati, berikan rasa nyaman
2. Penilaian dini dan pemeriksaan penderita
3. Pindahkan penderita dari lingkungan dingin
4. Jaga jalan nafas dan berikan oksigen bila ada
5. Ganti pakaian yang basah, selimuti penderita, upayakan agar tetap kering
6. Bila penderita sadar dapat diberikan minuman hangat secara pelan-pelan
7. Pantau tanda penderita secara berkala

15
8. Pasien dengan hipotermi ringan dapat di terapi langsung dilapangan, yaitu dengan
melepas atau menjauhkan benda atau zat yang mendinginkan, kemudian diberi
penghangat seperti handuk dan selimut
9. Hipotermia sedang atau berat memerlukan perawatan khusus di rumah sakit
berupa rewarming atau peningkatan kembali suhu tubuh. Perawatan ini berupa
rewarming aktif yang diikuti rewarming pasif, rewarming aktif yaitu
mendekatkan benda hangat atau panas dari luar tubuh yang di tempelkan pada
tubuh pasien.

O. EFEK PAJANAN SUHU DINGIN TERHADAP KONDISI FISIOLOGIS


MANUSIA
Terus menerus terpajan dengan dingin akan menyebabkan orang tersebut menggigil
sehingga menghasilkan panas dengan menaikkan kecepatan metabolisme tubuh. Tubuh akan
bereaksi dengan mulai memindahkan aliran darah dari ekstrimitas tubuh dan kulit bagian luar
menuju inti tubuh ( dada dan perut ). Hal ini memungkinkan kulit yang terpajan dan
ektrimitas untuk dingin lebih cepat dan meningkatkan resiko fros bite dan hipotermia .
Hipotalamus bertanggungjawab untuk menjalankan system pertahanan suhu tubuh untuk
melawan dingin, yaitu vasokontriksi periberal dan menggigil. Tubuh dapat mengatur suhu
intinya dengan menurunkan hilangnya panas ( vasokontriksi periberal ).dan meningkatkan
produksi panas (menggigil). Memperbaiki aktivitas fisik juga dapat meningkatkan produksi
panas.
Vasokontriksi periberal adalah respon yang dilakukan untuk menurunkan suhu kulit
.vasokontriksi mengarahkan darah menjauh dari permukaan kulit menuju inti tubuh, dimana
panas mudah dijaga
Menggigil di hasilkan dari kontraksi otot volunteer dan menghasilkan peningkatan
produksi panas metabolic, yang dapat menggantikan panas yang hilang. Ada hubungan antara
kecepatan bernafas dan detak jantung . Menggigil dapat meningkatkan metabolic rate 2-5 kali
lipat

16
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas
a. Identitas pasien
b. Identitas penanggung jawab
2. Keadaan pasien : baik,
3. Kesadaran : CM
4. Primer survey :
A : Airway
Tidak ada gangguan jalan nafas.
Tidak ada suara :
a. Snoring : suara seperti mendengkur
b. Gurgling : suara seperti terdapat cairan di saluran / jalan nafas
c. Stidor : suara seperti terdapat benda asing
d. Chocking : suara tambahan diantara scapula / tersedak karena masuknya benda
asing (makanan, dll)
e. Hempling : suara tambahan diantara px sternum dan pusar
B : Breathing
Alat bantu pernafasan : klien tidak menggunakan alat bantu pernafasan.
C : Circulation
TD : 100/80 mmHg
N : 70 x / menit
S : 30 – 330C
RR : 15x/menit
Akral pasien dingin pada ujung jari tangan dan kaki. Terasa dingin pada ujung
telinga / ujung daun telinga, hidung,
Urin output : 500-600cc/hari
D : Disability
E4 , V5 , M4
E : Exposure + Hypotermi
Terdapat luka di ujung jari, hidung, ujung telinga, dll yang terdapat blister.
Terdapat tanda hypotermi suhu 30-330C
17
5. Sekundery Survey
a. Keluhan utama
Klien mengeluh meraska nyeri pada bagian luka atau merasakan kulit berdenyut,
sensitive terhadap panas dan dingin.
b. Riwayat kesehatan
Klien mungkin mengeluh nyeri (rasa terbakar) atau berdenyut.
Sensitif terhadap dingin
c. SAMPLE
Sign and Symptom : kedigninan, kaku, nyeri,
Allergy : alergi dingin
Medication :
1) Plasma ekspander: dextran 40, 20 ml/kg IV setiap 24 jam untuk menurunkan
endapan; terapi ini masih kontroversial.
2) Antibiotik: tetrasiklin atau ampisilin untuk profilaksis, 250 mg po setiap 6
jam.
3) Analgesik narkotik : morphin 15 mg IM setiap 3 jam, atau
4) Analgesik antipiretik : aspirin, 600 mg po setiap 3 jam.
Past medical history : -
Last meal : -
Event leading : kedinginan yang berlebihan, terpapar dingin.
6. Pengkajian nyeri
O (Onset) : kapan mulainya pasien mengalami sakit.
P (Provokes / Penyebab) : suhu dingin.
Q (Quality / kualitas) : seperti tertusuk-tusuk
R (Radiates / penyebaran) : area akral, hidung, ujung telinga, ujung jari tangan atau
kaki.
S (Severety / keparahan) : nyeri sedang, skala 5
T (Time / waktu) :
7. Psikologi : khawatir (cemas)
8. Pemeriksaan penunjang :
a. Rontgen
b. Scan tulang atau tes pencitraan,
c. Magnetic resonance imaging (MRI),
9. TTV :

18
TD : 100/80 mmHg RR : 15x/menit
N : 70x/menit
S : 30-330C
10. Pengkajian head to toe
a. Kepala
1) Kulit kepala : bersih , terlihat tidak ada lesi
2) Wajah : pucat
3) Mata : bentuk mata simetris , konjungtiva tidak terlihat ada kotoran yang
menempel
4) Hidung : bentuk dan posisi metris, dalam hidung tidak ada kotoran, terasa
dingin.
5) Telinga : kedua daun telinga bersih , fungsi pendengaran baik, tidak ada
serumen yang keluar, ujung telingan dingin.
6) Mulut : mulut bersih, tidak terdapap peradangan dan pendarahan , mukosa
bibir lembab
b. Pengkajian leher : tidak ada pembekaan kelenjar tiroid dan lympa, leher
terlihat bersih
c. Pengkajian dada :
1) Jantung
Inspeksi : kedua dada terlihat simetris, denyut jantung terlihat didaerah
apeks
Perkusi : redup
Palpasi : ictus cordis teraba
Auskultasi : regular
2) Paru – paru
Inspeksi : pengembangan dada simetris, pola nafas reguler
Perkusi : suara sonor
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
Auskultasi : vesikuler
3) Abdomen
Inspeksi : tampak datar , tegang .
Auskultasi : bising usus hiperpenstaltik (20x/menit)
Perkusi : tymponi
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan

19
d. Pengkajian ekstremitas (cidera) :
Ektremitas atas : terdapat blister diujung jari tangan,kaku,teraba dingin
Ektremitas bawah : terdapat blister diujung jari kaki,kaku,teraba dingin
1. Riwayatkesehatan
a. Klienmungkinmengeluhnyeri (rasa terbakar) atauberdenyut.
b. Sensitifterhadappanasdandingin
2. Pemeriksaanfisik
a. FrosbitePermukaan (superfisial), akandi dapatkan.
1) Area injuriberwarnaputih, sepertililin; lunakdananestetic.
2) Pengisiankapiler (capillary refill) tidakada.
3) Padasaatpencairan area injurimenjadimerah, edema,
nyeridankemudianmenjadiburik/belangataukeungu-unguan.
4) Blister, dapatpecah, escharhitamdankasar.
5) Area frostbite dapatmengeluarkankeringat yang berlebihan.
b. FrosbiteDalam, kemungkinanakandidapatkan :
1) Area injurikasardan padat, tetapdingin, burik/belangdanbiru
/kelabusetelahpencairan.Blister mungkintidakterbentuktetapidapat pula terbentuk
2) Edema.
3) Ketika blister kering, menjadihitamdanterbentukcekungan
4) Kaji pula adanyainfeksi, yang ditandaioleh :
5) Terdapat pus
6) Kemerahan
7) Bau
8) Demam

B. Diagnosa
1. Gangguan perfusi jaringan perifer b.d vasospasme vaskuler
2. Gangguan integritas kulit
3. Nyeri

20
C. Intervensi
No. Diagnosa kep Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
1. Gangguan perfusi Setelah dilakukan tindakan 1. Rendam dalam air
jaringan perifer keperawatan selama 2-6 jam hangat dengan suhu
b.d Vasospasme diharapkan, perfusi jaringan 38° - 45° C selama 20
vaskuler adekuat dengan kriteria hasil: menit.
1. TTV dalam batas normal 2. Instruksikan klien
2. Akral hangat untuk tidak merokok
3. Konjungtiva tidak anemis agar terhindari dari
4. Membrane mukosa merah vasokonstriksi.
muda
Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. Pelihara agar blister
2. integritas kulit b.d keperawatan selama 2-6 jam tetap utuh
Terbentuk Kristal diharapkan, area luka pasien 2. Tinggikan ekstremitas
es menunjukkan tanda-tanda secara periodic
perbaikan dengan kriteria hasil: 3. Gunakan linen steril
1. Area terbebas dari infeksi 4. Isolasi ekstremitas atau
lanjut klien untuk mencegah
2. Kulit bersih, kering, infeksi
lembab 5. Gunakan bed cradle

3. Nyeri b.d agen Setelah dilakukan tindakan 1. Bantu pasien untuk


injury biologis keperawatan selama 2-6 jam mengidentifikasi
(kerusakan diharapkan, pasien dapat tindakan memenuhi
jaringan mengontrol nyeri dan nyeri kebutuhan rasa
subkutan) berkurang dengan skala 0-1 nyaman yang telah
dengan kriteria hasil: berhasil dilakukan
1. Terlihat tenang dan rileks seperti distraksi,
2. Tidak ada keluhan nyeri relaksasi atau kompres
3. Menunjukkan perilaku hangat / dingin
penanganan nyeri 2. Posisikan pasien
dengan nyaman.

21
3. Menciptakan
lingkungan yang
nyaman
4. Kaji tanda-tanda vital
5. Observasi keluhan
nyeri.
6. Catat lokasi dan
intensitas (skala 0 -
10)
7. Gunakan kata-kata
yang konsisten dengan
usia dan tingkat
perkembangan pasien
dalam mengkaji nyeri
pasien.
8. Kolaborasi dengan tim
medis dalam
memberikan analgesik

D. Evaluasi
No. Diagnosa Evaluasi
1. Gangguan perfusi jaringan 1. Tekanan systole dan diastole dalam rentang
perifer b.d Vasospasme yang diharapkan
vaskuler 2. Tidak ada ortotastik hipertensi
3. Tidak adda tanda-tanda penigkatan tekanan
intracranial
2. Gangguan integritas kulit b.d 1. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan
Terbentuk Kristal es (sensasi , elastisitas, temperature,
hidrasi,pigmentasi)
2. Tidak ada luka/lesi pada kulit
3. Perfusi jaringan baik
4. Menunjukkan pemahaman dalam proses
perbaikan kulit dan mencegah terjadinya

22
cedera berulang
5. Mampu melindungi kulit dan
mempertahnkan kelembabpan kulit dan
perawwatan alami.
3. Nyeri b.d agen injury biologis 1. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab
(kerusakan jaringan subkutan) nyeri, mampu menggunakan teknik
nonfarmakologi untuk mengurngi nyeri,
mencari bantuan)
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan
menggunakan manajemen nyeri
3. Mampu mengenali nyeri
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri
berkurang

23
BAB III

KESIMPULAN

Merupakan kondisi dimana sebagian organ tubuh membeku akibat terpapar suhu
dingin yang berlebihan. Biasanya organ yang terkena, antara lain dagu, ujung jari tangan
dan kaki, cuping hidung, serta cuping telinga. Frostbite pada organ tubuh biasanya
ditandai dengan kulit yang terlihat pucat dan keras, bila terkelupas nampak jaringan di
bawahnya yang berwarna merah dan nyeri. Biasanya organ akan mengalami mati rasa.
Keadaan yang menyebabkan seseorang terpapar dingin adalah suhu yang rendah
dan terpaparnya jaringan. Faktor penyokong meliputi kelembaban atau kondisi basah,
kontak langsung dengan benda dingin, dan tidak adanya pelindung / penghangat tubuh.
Kontak langsung dengan benda dingin, khususnya logam akan menyebabkan kehilangan
panas yang cepat.
Cedera sel pada frosbite disebabkan oleh pembekuan secara langsung pada sel
disaat injuri atau oleh karena perfusi jaringan yang tidak adekuat sebagai akibat dari
spasme vaskuler dan oklusi pembuluh-pembuluh kecil pada area injuri.

24
DAFTAR PUSTAKA

Greaves et al. 2006.Emergency Care Textbook For Paramedics. Edisi ke – 2. Edinburgh: Elsevier
Saunder
Hartanto, H. 2011. Pertolongan Pertama. Jakarta: Erlangga.

Kartikawati, D. 2011. Buku Ajar Dasar-dasar Keperawatan Gawat Darurat.Jakarta : Salemba


Medika

Proehl A. Jean. 2009. Emergency Nursing Procedure. Edisi ke – 4. Philadelphia: Elsevier Saunders

25

You might also like