You are on page 1of 14

PENAPISAN BAKTERI RIZOSFER YANG BERPERAN DALAM

MENINGKATKAN PERTUMBUHAN TANAMAN

Nama : Sekar Tyas Pertiwi


NIM : B1A015069
Kelompok :6
Rombongan : II
Asisten : Rai Alvin Fazrian

LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO

2018
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesuburan tanah merupakan salah satu faktor vital yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Saat ini, belum ada pedoman khusus untuk
mengetahui apakah suatu tanah masih subur atau tidak. Pendugaan kesuburan kimiawi
tanah salah satunya dapat menggunakan metode biologis. Tanaman dapat digunakan
sebagai metode biologi. Selain tanaman, mikroba juga dapat digunakan untuk
menandai keberadaan maupun ketiadaan suatu unsur hara tertentu pada tanah
(Rosmarkan & Yuwono, 2002).
Udara bebas mengandung gas nitrogen (N2) lebih dari 97%, sementara tanaman
mutlak membutuhkan nitrogen untuk pertumbuhannya. Tanaman tidak dapat
memanfaatkan secara langsung atau mengambil nitrogen langsung dari udara.
Beberapa jenis bakteri mampu melakukan penambatan (pengikatan) nitrogen dari
udara, baik secara non-simbiosis dengan tanaman (free living nitrogen-fixing bacteria)
maupun simbiosis dengan tanaman (root nodulating bacteria). Mikroba tanah
menghasilkan metabolit yang mempunyai peran sebagai zat pengatur tumbuh yang
dapat menambat nitrogen (Nasahi, 2010).
Tanah merupakan suatu media yang digunakan sebagai tempat hidup dan
pertumbuhan mikroorganisme secara kompleks. Mikroba dapat hidup di tanah dengan
memanfaatkan semua nutrien yang ada di dalamnya dan dapat dimanfaatkan dalam
pertanian ataupun perkebunan. Peranan terpenting mikroba tanah ialah fungsinya yang
membawa perubahan kimiawi pada substansi-substansi di dalam tanah, terutama
perubahan senyawa organik yang mengandung karbon, nitrogen, sulfur, dan fosfor
menjadi senyawa anorganik. Proses ini disebut dengan mineralisasi, dimana di
dalamnya terlibat sejumlah besar perubahan kimiawi dengan peranan berbagai macam
mikroorganisme (Sari, 2015).
Tujuan praktikum penapisan bakteri yang berperan dalam peningkatan
pertumbuhan tanaman adalah mengetahui cara penapisan isolat bakteri rizosfer yang
mampu menambat nitrogen bebas dari udara, melarutkan fosfat organik, memproduksi
HCN, dan hormon IAA yang berperan dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman.
II. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat-alat yang digunakan pada praktikum penapisan bakteri rizosfer yang


berperan dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman adalah cawan petri, tabung
reaksi, jarum ose, lampu spiritus, dan penusuk.
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum penapisan bakteri rizosfer yang
berperan dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman adalah isolat A, isolat B, isolat
C, isolat jamur patogen Fusarium sp., isolat jamur patogen Sclerotium sp., medium
PDA, medium NA + Glycin, kertas Whatman, picric acid, sodium karbonat 2 %,
medium Pikovskaya, medium TSA + Triptofan 5 %, reagen Salkowski, dan medium
NfB.

B. Metode

1. Uji Antagonisme Isolat Bakteri pada Jamur Patogen


Isolat A, B, dan C diinokulasikan secara streak kontinyu menggunakan jarum
ose pada medium PDA sesuai tempatnya. Setelah itu, isolat Fusarium sp. dan isolat
Sclerotium sp. diinokulasikan 1 plug pada medium PDA. Selanjutnya, diinkubasi 3 x
24 jam pada suhu ruang. Interpretasi positif apabila pertumbuhan jamur terhambat.
2. Uji Produksi HCN
Isolat A, B, dan C diinokulasikan secara streak kontinyu menggunakan jarum
ose pada 3 cawan petri yang berisi medium NA + Glycin sesuai tempatnya. Setelah
itu, picric acid, sodium karbonat 2 %, dan kertas Whatman dimasukkan ke masing-
masing medium NA + Glycin. Selanjutnya, diinkubasi 3 x 24 jam pada suhu ruang.
Interpretasi positif apabila kertas Whatman berubah warna menjadi kuning kecoklatan,
sedangkan interpretasi negatif apabila kertas Whatman tidak berubah.
3. Uji Bakteri Pelarut Fosfat
Isolat A, B, dan C diinokulasikan secara streak kontinyu menggunakan jarum
ose pada medium Pikovskaya sesuai tempatnya. Selanjutnya, diinkubasi 3 x 24 jam
pada suhu ruang. Interpretasi positif apabila zona bening terbentuk di sekitar koloni,
sedangkan interpretasi negatif apabila tidak terbentuk zona bening.
4. Uji Produksi IAA
Isolat A, B, dan C diinokulasikan secara streak kontinyu menggunakan jarum
ose pada medium TSA + Triptofan 5 % sesuai tempatnya. Setelah itu, diinkubasi 3 x
24 jam pada suhu ruang. Selanjutnya, ditambahkan reagen Salkowski lalu diletakkan
ke ruangan gelap selama 30 menit. Setelah 30 menit, diamati. Interpretasi positif
apabila terbentuk warna merah muda di sekitar koloni, sedangkan interpretasi negatif
apabila tidak ada perubahan warna.
5. Uji Penambat Nitrogen
Isolat A, B, dan C diinokulasikan dengan cara ditusukkan (stab inoculation) ke
medium semi solid Nitrogen free Bromothymol (NfB), kemudian diinkubasi 3 x 24
jam pada suhu ruang. Setelah inkubasi, diamati adanya perubahan warna menjadi biru
dan terdapat pelikel putih di permukaan medium sebagai interpretasi positif.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 3.1. Hasil Interpretasi Uji Penapisan Bakteri Rizosfer Kelompok 6


Rombongan II
Uji Isolat A Isolat B Isolat C
Uji Antagonisme Isolat Negatif (-) Negatif (-) Positif (+)
Bakteri pada Jamur Patogen
Fusarium sp.
Uji Antagonisme Isolat Negatif (-) Negatif (-) Positif (+)
Bakteri pada Jamur Patogen
Sclerotium sp.
Uji produksi HCN Positif (+) Positif (+) Positif (+)
Uji Bakteri Pelarut Fosfat Negatif (-) Negatif (-) Negatif (-)
Uji produksi IAA Negatif (-) Negatif (-) Negatif (-)
Uji Penambat Nitrogen Negatif (-) Negatif (-) Negatif (-)

Gambar 3.1.
Hasil Inkubasi Uji Antagonisme Isolat Bakteri pada Jamur Patogen Fusarium sp.
pada Medium PDA

Isolat bakteri A dan B kelompok 6 tidak berhasil menghambat pertumbuhan


isolat jamur Fusarium sp. pada medium PDA, namun pada isolat bakteri C kelompok
6 berhasil menghambat jamur Fusarium sp. Menurut Lugauskas (2005), Fusarium
menghasilkan senyawa antimikroba trichothecenes Zeit yang dapat menghambat
sintesis protein dan DNA sel bakteri.
Gambar 3.2.
Hasil Inkubasi Uji Antagonisme Isolat Bakteri pada Jamur Patogen Sclerotium
sp. pada Medium PDA

Isolat bakteri A dan B kelompok 6 tidak berhasil menghambat pertumbuhan


isolat jamur Sclerotium sp. pada medium PDA, namun pada isolat bakteri C kelompok
6 berhasil menghambat isolat jamur Sclerotium sp. Menurut Hartono & Krestini
(2016), mekanisme antagonisme diduga disebabkan oleh keberadaan senyawa
metabolit sekunder yang dihasilkan oleh bakteri, baik berupa enzim hidrolitik
(kitinase, selulase, pektinase, dll) dan komponen metabolit sekunder lainnya.

Gambar 3.3.
Hasil Inkubasi Uji Produksi HCN pada Medium NA + Glycin

Isolat bakteri A, B, dan C kelompok 6 uji produksi HCN pada medium NA +


Glycin menunjukkan interpretasi positif dengan ditandai kertas Whatman berubah
menjadi kuning kecoklatan yang membuktikan adanya kandungan HCN atau asam
sianida. Sianida merupakan metabolit sekunder dari beberapa mikroorganisme. HCN
berperan sebagai biokontrol dengan menghambat pertumbuhan organisme patogen.
HCN bekerja dengan cara menghambat kerja enzim yang memiliki kofaktor berupa
ion logam seperti Cu2+ seperti pada sitokrom C oksidase (Pambudi et al., 2017).

Gambar 3.4.
Hasil Inkubasi Uji Bakteri Pelarut Fosfat pada medium Pikovskaya

Isolat bakteri A, B, dan C kelompok 6 uji bakteri pelarut fosfat pada medium
Pikovskaya menunjukkan interpretasi negatif dengan ditandai tidak terbentuknya zona
bening yang membuktikan bahwa isolat bakteri tersebut tidak menghasilkan fosfat.
Menurut Kuswinanti (2014), kemampuan mikroba pelarut fosfat dalam melarutkan
fosfat yang terikat dapat diketahui dengan membiakkan biakan murninya pada media
agar Pikovskaya yang berwarna putih keruh, karena mengandung P tidak larut seperti
kalsium fosfat Ca3(PO4)2. Pertumbuhan mikroba pelarut fosfat dicirikan dengan adanya
zona bening di sekitar koloni mikroba yang tumbuh.

Gambar 3.5.
Hasil Inkubasi Uji produksi IAA pada Medium TSA + Triptofan 5 %
Isolat bakteri A, B, dan C kelompok 6 uji produksi IAA pada medium TSA +
Triptofan 5 % yang telah ditambahkan reagen Salkowski lalu diinkubasi 30 menit di
ruang gelap menunjukkan interpretasi negatif dengan ditandai tidak terbentuknya
warna merah muda di sekitar koloni yang membuktikan bahwa isolat bakteri tersebut
tidak menghasilkan IAA. Menurut Sukmadewi et al (2015), bakteri yang mampu
menghasilkan IAA akan berwarna merah saat ditetesi salkowski, karena adanya
interaksi antara IAA dan Fe membentuk senyawa kompleks [Fe2(OH)2(IA)4]. Warna
merah muda yang semakin pekat menunjukkan konsentrasi IAA yang dihasilkan oleh
bakteri semakin tinggi.

Gambar 3.6.
Hasil Inkubasi Uji Penambat Nitrogen pada medium NfB

Isolat bakteri A, B, dan C kelompok 6 uji penambat nitrogen pada medium


NfB menunjukkan interpretasi negatif dengan ditandai medium tidak berubah warna
menjadi biru dan tidak terdapat pedikel putih. Hal ini menunjukkan tidak adanya
aktivitas bakteri dalam menambat nitrogen di dalam medium NfB (Nitrogen free
Bromothymol Blue). Menurut Alexander (1978), bakteri penambat nitrogen
(Rhizobium) mempunyai kemampuan menambat nitrogen bebas (N2) dari udara dan
merubahnya menjadi amonia (NH3) yang akan diubah menjadi asam amino yang akan
digunakan oleh tanaman untuk tumbuh dan berkembang.
Rizosfer adalah tanah disekitar akar tanaman yang secara langsung dipengaruhi
oleh mikroba tanah dan eksudasi perakaran tanaman. Penyediaan nutrisi pada tanaman
sangat dipengaruhi oleh komposisi mikroba di daerah rizosfer (Sukmadi, 2013).
Rizosfer merupakan daerah yang ideal untuk pertumbuhan dan perkembangan mikroba
antagonis. Nutrisi yang disekresikan tanaman ke dalam rizosfer banyak dipengaruhi
oleh faktor lingkungan dan selanjutnya mempengaruhi kelimpahan dan keragaman
mikroba di daerah tersebut (Kuswinanti et al., 2014). Beragam mikroba hidup dan
berkembang di rizosfer termasuk di permukaan perakaran yang disebut rhizoplane dan
mendapatkan keuntungan dari ketersediaan oksigen dan nutrient (Sari, 2015).
Rhizobakteri adalah bakteri yang hidup di daerah perakaran (rhizosphere) dan
berperan penting dalam pertumbuhan tanaman. Pada dasarnya rhizobakteri dapat
dibedakan menjadi dua golongan, yaitu rhizobakteri yang memacu pertumbuhan
tanaman atau plant growth promoting rhizobacteria (PGPR) dan rhizobakteri yang
merugikan. tanaman atau deleterius rhiozbacteria (DRB). Plant Growth Promoting
Rhizobacteria secara umum merupakan bakteri yang berkoloni di sekitar perakaran
tanaman sebagai bakteri yang menguntungkan bagi tanaman dengan meningkatkan
pertumbuhan tanaman, menyediakan nutrisi bagi tanaman, dan mengontrol penyakit
melalui produksi metabolit-metabolit antifungi (Kloepper & Schroth, 1981).
PGPR merupakan konsorsium bakteri yang aktif mengkolonisasi akar tanaman
yang berperan penting dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman, hasil panen dan
kesuburan lahan. Keuntungan penggunaan PGPR adalah meningkatkan kadar mineral
dan fiksasi nitrogen, meningkatkan toleransi tanaman terhadap cekaman lingkungan,
sebagai biofertiliser, agen biologi control, melindungi tanaman dari patogen tumbuhan
serta peningkatan produksi indol-3-acetic acid (IAA) (Naikofi & Aloysius, 2017).
Mekanisme PGPR dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman adalah sebagai
biostimulan yaitu mampu menghasilkan atau mengubah konsentrasi hormon tanaman.
PGPR memberi efek antagonis terhadap patogen tanaman melalui beberapa cara yaitu
produksi antibiotik, siderofore, enzim kitinase, ß-1,3-glucanase, sianida, parasitisme,
kompetisi sumber nutrisi dan relung ekologi, menginduksi ketahanan tanaman secara
sistemik (Pratama & Kiki, 2017). Contoh dari PGPR adalah bakteri fiksasi nitrogen
non simbiotik (Azotobacter sp. dan Azospirillum sp.) dan bakteri pelarut fosfat
(Bacillus megaterium dan Bacillus subtilis) (Permatasari & Nurhidayati, 2014).
Bakteri pelarut fosfat (BPF) berperan dalam melarutkan fosfat organik dan anorganik
menjadi fosfat terlarut sehingga dapat digunakan oleh akar tanaman dan mikroba tanah
lainnya yang dapat memacu pertumbuhan tanaman. Beberapa bakteri yang termasuk
dalam kelompok BPF yaitu Pseudomonas sp., Bacillus sp., Bacillus megaterium, dan
Chromobacterium sp. dapat dimanfaatkan sebagai biofertilizer (Marista et al., 2013).
Plant Growth Promoting Rhizobacteria dapat diklasifikasikan menjadi
extracellular Plant Growth Promoting Rhizobacteria (ePGPR) dan intracellular Plant
Growth Promoting Rhizobacteria (iPGPR). ePGPR ada di rhizosfer, di rhizoplane atau
di ruang antara sel-sel korteks akar. iPGPR secara umum terdapat di dalam struktur
nodular khusus dari sel-sel akar. Genera bakteri seperti Agrobacterium, Arthrobacter,
Azotobacter, Azospirillum, Bacillus, Burkholderia, Caulobacter, Chromobacterium,
Erwinia, Flavobacterium, Micrococcous, Pseudomonas dan Serratia milik ePGPR.
iPGPR milik keluarga Rhizobiaceae termasuk Allorhizobium, Bradyrhizobium,
Mesorhizobium dan Rhizobium, endophytes dan spesies Frankia keduanya dapat
secara simbiotik memperbaiki nitrogen atmosfer dengan tanaman yang lebih tinggi
(Gupta et al., 2015).
Uji yang dilakukan pada praktikum kali ini, yaitu:
1. Uji antagonisme isolat bakteri pada jamur patogen: Uji antagonis adalah suatu cara
untuk mengukur kemampuan bakteri atau jamur antagonis terhadap patogen pada
skala laboratorium. Tujuanya untuk mengetahui kemampuan jamur atau bakteri
dalam menekan petumbuhan dan perkembangan patogen. Antagonistik ditandai
dengan terbentuknya jarak antara isolat bakteri dengan cendawan patogen. Kriteria
keefektifan hasil uji antagonisme dilihat dari terbentuk atau tidaknya zona
hambatan, yaitu zona bening di antara patogen dan calon agens antagonis. Adanya
Hambatan senyawa antibiotik yang dihasilkan agens antagonis menyebabkan
terjadinya penekanan pada pertumbuhan patogen (Maria, 2002).
2. Uji produksi HCN: isolat bakteri dikultur dengan menggunakan media NA yang
ditambahkan dengan larutan glysin. Setelah itu di bagian tutup petri diberi kertas
Whatman yang sebelumnya direndam dalam larutan 2% sodium karbonat dalam
0,5% asam pikrat. Perubahan warna kertas Whatman setelah menjadi orange atau
cokelat menunjukkan hasil positif bahwa isolat menghasilkan HCN (Pambudi et
al., 2017).
3. Uji bakteri pelarut fosfat: isolat bakteri diinokulasi ke media pikovskaya, lalu
diinkubasi pada suhu ruang selama 48 jam. Isolat yang mampu melarutkan fosfat
akan menghasilkan zona bening di sekitar koloni (HiMedia Laboratories, 2011).
4. Uji produksi IAA: isolat bakteri diinokulasi ke medium TSA. Isolat yang tumbuh
pada media TSA diuji dengan cara ditetesi larutan Salkowski. Hasil positif setelah
ditetesi larutan Salkowsky ditunjukkan dengan terjadinya perubahan warna
menjadi merah muda setelah diinkubasi di tempat gelap selama 30 menit
(Sukmadewi et al., 2015).
5. Uji bakteri penambat nitrogen: uji bakteri penambat nitrogen adalah uji yang
dilakukan untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam menambat nitrogen bebas
yang berada diudara. Interpretasi positif apabila terbentuknya pelikel pada
permukaan media, hal ini menunjukkan kondisi yang baik untuk aktivitas
nitrogenase (Sukmadewi et al., 2015).
Salah satu teknik pengendalian hayati yang akhir-akhir ini berkembang pesat
ialah penggunaan mikroorganisme yang berasosiasi secara alami dengan perakaran
tanaman dan memiliki kemampuan untuk memperbaiki pertumbuhan dan
mengendalikan penyakit tanaman atau lebih dikenal dengan istilah plant growth
promoting rhizobacteria (PGPR). Penggunaan rizobakteri sebagai agensia hayati yang
memacu pertumbuhan tanaman, memperbaiki kesehatan tanaman, dan meningkatkan
hasil tanaman diprediksi akan menjadi kajian menarik yang terus berkembang di
bidang pertanian pada masa mendatang. Rizobakteri dari kelompok PGPR telah banyak
dikembangkan dan dilaporkan efektif untuk mengendalikan penyakit tanaman yaitu
contohnya Pseudomonas fluorescens (Sutariati & Wahab, 2010).
Berdasarkan hasil praktikum kelompok 6, pada uji antagonisme isolat bakteri
pada jamur patogen Sclerotium sp. dan Fusarium sp. pada Medium PDA, hanya isolat
C yang menghasilkan interpretasi positif, sedangkan isolat A dan B menghasilkan
interpretasi negatif. Lagauskas (2005) menyatakan bahwa Fusarium sp. menghasilkan
senyawa antimikroba trichothecenes Zeit yang dapat menghambat sintesis protein dan
DNA sel bakteri. Uji produksi HCN menghasilkan interpretasi positif pada semua
isolat bakteri. Uji pelarut fosfat menghasilkan interpretasi negatif pada semua isolat
bakteri. Kuswinanti (2014) menyatakan bahwa kemampuan mikroba pelarut fosfat
dalam melarutkan fosfat yang terikat dapat diketahui dengan membiakkan biakan
murninya pada media agar Pikovskaya yang berwarna putih keruh, karena
mengandung P tidak larut seperti kalsium fosfat Ca3(PO4)2. Pertumbuhan mikroba
pelarut fosfat dicirikan dengan adanya zona bening di sekitar koloni mikroba yang
tumbuh. Uji produksi IAA menghasilkan interpretasi negatif pada semua isolat bakteri.
Sukmadewi et al (2015) menyatakan bahwa bakteri yang mampu menghasilkan IAA
akan berwarna merah saat ditetesi salkowski, karena adanya interaksi antara IAA dan
Fe membentuk senyawa kompleks [Fe2(OH)2(IA)4]. Warna merah muda yang semakin
pekat menunjukkan konsentrasi IAA yang dihasilkan oleh bakteri semakin tinggi. Uji
Penambat Nitrogen menghasilkan interpretasi negatif pada semua isolat bakteri.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa cara


penapisan isolat bakteri rizosfer yaitu dengan menggunakan beberapa uji, yaitu uji
antagonisme isolat bakteri pada jamur patogen, uji produksi HCN, uji bakteri pelarut
fosfat, uji produksi IAA, dan uji penambat nitrogen.

B. Saran

Saran yang dapat diberikan untuk acara praktikum ini yaitu seharusnya isolat
bakteri yang dipakai diberi tahu nama spesiesnya.
DAFTAR REFERENSI

Alexander, M., 1978. Introduction to Soil Microbiology 2nd ed. New Delhi: Willey
Eastern Limited.

Gupta, G., Shailendra, S. P., Narendra, K. A., Sunil, K. S. & Vinod, S., 2015. Plant
Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR): Current and Future Prospects for
Development of Sustainable Agriculture. J Microb Biochem Technol. 7(2): pp.
96-102.

Hartanto, S. & Krestini, E. H., 2016. Pegaruh Penghambatan Aktinomisetes


Terhadap Pertumbuhan Fungi Colletotrichum acutatum Penyebab Antraknosa
pada Cabai Secara In Vitro. Prosiding Seminar Nasional II. 3(2), pp: 1160-
1167.

HiMedia Laboratories., 2011. Technical Data: Pikovskayas Agar M520. Mumbai:


HiMedia™ Publications.

Kloepper, J. W. & Schroth, M. N., 1981. Plant Growth Promoting Rhizobacteria an


Plant Growth Under Gnotobiotic Conditions. Phytopathology. 71, pp: 642-644.

Kuswinanti, T., Baharudin. & Sukmawati, S., 2014. Efektivitas Isolat Bateri dari
Rizosfer dan Bahan Organik Terhadap Ralstonia solanacearum dan
Fusarium oxysporum pada Tanaman Kentang. Jurnal Fitopatologi Indonesia.
10(2): pp. 68-72.

Lugauskas, A., 2005. Potential Toxin Producing Micromycetes on Food Raw Material
and Products of Plant Origin. Botanica Lithuanica.7: pp. 3–16.
Maria, P. D., 2002. Eksplorasi dan Uji Antagonisme Bakteri Rhizosfer Tanah dan
Endofit Akar untuk Pengendalian Penyakit Layu (Fusarium oxysporum)
pada Pisang (Musa paradisiaca). Jurnal Fakultas Pertanian IPB. 21(1): pp.
43-50.

Marista, E., Khotimah, S. & Linda, R., 2013. Bakteri pelarut fosfat hasil isolasi dari
tiga jenis tanah rhizosfer tanaman pisah nipah (Musa paradisiaca var. Nipah)
di Kota Singkawang. Probiont. 2(2): pp. 93-101.

Naikofi, Y. M. & Aloysius, R., 2017. Pengaruh Aplikasi PGPR dan Jenis Peptisida
terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Selada (Lactuca sativa, L.). Savana
Cendana. 2(4): pp. 71-73.

Nasahi, C., 2010. Peran Mikroba dalam Pertanian Organik. Bandung: Jurusan Hama
dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran.
Pambudi, A., Susanti. & Priambodo, T. W., 2017. Isolasi dan Karaktersasi Bakteri
Tanah Sawah di Desa Sukawali dan Desa Belimbing, Kabupaten Tangerang.
Journal of Biology. 10(2), pp: 105-113.

Permatasari, A. & Nurhidayati, T., 2014. Pengaruh Inokulan Bakteri Penambat


Nitrogen, Bakteri Pelarut Fosfat dan Mikoriza Asal Desa Condro, Lumajang,
Jawa Timur terhadap Pertumbuhan Tanaman Cabai Rawit. Jurnal Sains dan
Seni Pomits. 3(2): pp. 2337-3520.

Pratama, R. A. & Kiki, Z., 2017. Pengaruh Pemberian Fungi Mikoriza Arbuskula
(FMA) dan PGPR terhadap Bintil Akar Tanaman Kedelai Hitam. JAGROS.
2(1): pp. 36-41.

Rosmarkam, A. & Nasih, W. Y., 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Yogyakarta: Kanisius
Sari, D. R., 2015. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Tanah yang Terdapat di Sekitar
Perakaran Tanaman. Bio-site. 1(1), pp: 21-27.
Sukmadewi, D. K. T., Suharjono. & Antonius, S., 2015. Uji Bakteri Penghasil
Hormon IAA (Indole Acetic Acid) dari Tanah Rhizosfer Cengkeh (Syzigium
aromaticum L.). Jurnal Biotropika. 3(2): pp. 91-94.

Sukmadi, R. B., 2013. Aktivitas Fitohormon Indole-3-Acetic Acid (IAA) dari


Beberapa Isolat Bakteri Rizosfer dan Endofit. Jurnal Sains dan Teknologi
Indonesia. 1: pp. 221-227.

Sutariati, G. A. K. & Wahab, A., 2010. Isolasi dan Uji Kemampuan Rizobakteri
Indigenous sebagai Agensia Pengendali Hayati Penyakit pada Tanaman Cabai.
J. Hort. 20(1): pp. 86-95.

You might also like