You are on page 1of 11

EVALUASI RASIO PANJANG USUS DENGAN PANJANG TUBUH IKAN

Oleh :
Nama : Sekar Tyas Pertiwi
NIM : B1A016080
Rombongan : III
Kelompok :2
Asisten : Khalil Ibrahim Sani

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI NUTRISI

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2018
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hewan mempunyai jenis makanan tersendiri di alam bebas. Jenis makanan


hewan yang dipelajari adalah makanan yang tersedia di alam. Sumber makanan hewan
dikelompokkan ke dalam dua macam, yaitu tumbuhan dan hewan.
Makanan yang berasal dari tumbuhan di antaranya dapat berupa daun, batang, buah,
biji-bijian, dan akar atau umbi-umbian. Makanan yang berasal dari hewan dapat berupa
daging, ikan, tulang, dan serangga (Bond, 1979).
Pisces merupakan anggota vertebrata yang memiliki jumlah terbanyak baik dari
segi kelimpahan, distribusi maupun keanekaragamannya. Ikan memiliki habitat yang
sangat beraneka ragam mulai dari laut, air sungai hingga air payau. Jenis makanan ikan
sangat bervariasi mulai dari pemakan hewani (karnivora), pemakan nabati (herbivora)
ataupun keduanya (omnivora). Setiap ikan memiliki organ dan sistem organ yang
spesifik. Sistem tersebut antara lain sistem pencernaan, reproduksi, urogenital, dan
sistem respirasi. Sistem-sistem tersebut terdiri atas organ-organ spesifik. Setiap jenis
ikan memiliki ukuran serta bentuk yang berbeda. Perbedaan ini dapat menjadi salah satu
alat untuk membedakan spesies tertentu dari spesies lainnya (Susanto, 2005).
Berdasarkan makanannya, ikan dapat dibedakan menjadi pemakan plankton,
pemakan tanaman, pemakan dasar, pemakan detritus, ikan buas, dan ikan pemakan
segala. Berdasarkan jumlah variasi dari macam-macam makanan, ikan dibedakan
menjadi Euryphagic yaitu ikan pemakan bermacam-macam ikan, Stenophagic yaitu
ikan pakan makanan yang macamnya sedikit dan Monophagic yaitu ikan yang
makannya hanya terdiri dari satu macam saja. Upaya untuk mengetahui perbedaan
tersebut dapat dipelajari baik anatomi, morfologi, fungsi, sifat maupun ukuran organ
dari tiap ikan yang diamati. Ciri spesifik yang dimiliki masing-masing organ pada tiap
spesies dapat menjadi suatu alat untuk mengidentifikasi suatu jenis ikan. Oleh sebab itu,
studi mengenai ikan sangat dibutuhkan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan
sektor perikanan itu sendiri (Effendie, 1979).

B. Tujuan

Tujuan praktikum kali ini adalah untuk mengevaluasi rasio panjang usus dengan
panjang tubuh untuk dapat memprediksi kategori makan ikan.
II. MATERI DAN CARA KERJA

A. Materi

Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah ikan Lele
(Clarias glariepinus), ikan tawes (Barbonymus gonionotus), Belut (Monopterus
albus), Bawal (Colossoma macropomum), dan Nila (Oreochromis niloticus).
Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah alat bedah,
millimeter blok, pinset, kamera, dan baki preparat.

B. Cara Kerja

1. Panjang total ikan diukur dengan millimeterblok.


2. Ikan dibedah dari arah ventral.
3. Saluran pencernaan ikan dikeluarkan & diurai.
4. Panjang usus diukur dengan millimeterblok dari pangkal depan lambung
sampai ujung anus.
5. Rasio panjang usus dengan panjang total tubuh dihitung.
6. Preparat dan usus yang telah diurai didokumentasikan.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 3.1 Pengamatan Rasio Panjang Usus dengan Panjang Tubuh Ikan
Kelompok Ikan Rasio Panjang Keterangan
Belut 1 0.75 Karnivora
1 Belut 2 0.67 Karnivora
Tawes 1 2.13 Herbivora
Tawes 2 2.67 Herbivora
Lele 1 0.40 Karnivora
2 Lele 2 1.69 Omnivora
Belut 1 0.56 Karnivora
Belut 2 0.66 Karnivora
Lele 1 0.84 Omnivora
3 Lele 2 1.11 Omnivora
Bawal 1 1.31 Omnivora
Bawal 2 1.66 Omnivora
Bawal 1 1.47 Omnivora
4 Bawal 2 1.44 Omnivora
Nila 1 5.88 Herbivora
Nila 2 4.48 Herbivora

Perhitungan kelompok 2
Panjang keseluruhan dari lambung−anus 10
Rasio Total Lele 1 = = 24.7 = 0.40
Panjang total tubuh

Panjang keseluruhan dari lambung−anus 35


Rasio Total Lele 2 = = 20.6 = 1.69
Panjang total tubuh

Panjang keseluruhan dari lambung−anus 12.5


Rasio Total Belut 1 = = = 0.56
Panjang total tubuh 22

Panjang keseluruhan dari lambung−anus 17.2


Rasio Total Belut 2 = = = 0.66
Panjang total tubuh 26
Gambar 3.1. Rasio Panjang Usus Gambar 3.2. Rasio Panjang Usus
dengan Panjang Total Tubuh Lele 1 dengan Panjang Total Tubuh Lele 2

Gambar 3.1. Rasio Panjang Usus Gambar 3.2. Rasio Panjang Usus
dengan Panjang Total Tubuh Belut 1 dengan Panjang Total Tubuh Belut 2
B. Pembahasan

Praktikum yang dilakukan oleh kelompok 2 rombongan III menggunakan ikan


lele (Clarias glariepinus) sebanyak 2 ekor dan ikan belut (Monopterus albus) sebanyak
2 ekor. Berdasarkan hasil praktikum, rasio total lele 1 yaitu 0.40 yang berarti karnivora
dan rasio total lele 2 yaitu 1.69 yang berarti omnivora, sedangkan rasio total belut 1
yaitu 0.56 yang berarti karnivora dan rasio total belut 2 yaitu 0.66 yang berarti
karnivora. Hasil ini sesuai dengan pustaka, menurut Effendie (1979), sistem pencernaan
belut (Monopterus albus) memiliki bentuk yang memanjang mengikuti anatomi
tubuhnya yang memanjang. Panjang usus belut hanya 2/3 dari panjang tubuhnya. Hal ini
membuat belut menjadi ikan karnivora. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Kapoor et
al (1975), menyatakan bahwa ikan-ikan karnivora dicirikan dengan panjang ususnya
yang relatif pendek. Hal ini disebabkan makanan yang dikonsumsi oleh ikan karnivora
lebih mudah dicerna. Menurut Efendi & Maloedin (2015), lele mempunyai kebiasaan
makan di dasar perairan atau kolam (bottom feeder). Berdasarkan jenis pakannya, lele
digolongkan ikan yang bersifat karnivora (pemakan daging). Lele memakan siput air,
belatung, laron, jentik-jentik serangga, kutu air, dan larva serangga air di habitat aslinya.
Selain hewan karnivora, lele juga tergolong kanibal (pemakan sesama) dan hewan
nocturnal yang suka hidup di air keruh serta hangat, sedangkan menurut Nugroho
(2007), ikan lele digolongkan dalam kelompok omivora (pemakan segala). Ikan lele
mempunyai sifat scavenger (pemakan bangkai).
Ikan merupakan hewan vertebrata yang hidup di air, baik air laut maupun air
tawar. Sistem pencernaan pada ikan tentu saja berbeda dengan hewan darat lainnya,
mengingat habitatnya yang berbeda. Secara umum, alat-alat pencernaan ikan meliputi,
rongga mulut, pangkal tenggorokan (faring), kerongkongan (esofagus), lambung, usus,
dan anus. Ikan juga mempunyai kelenjar pencernaan yaitu hati (Wischnitzer, 1972).
Secara umum, mekanisme pencernaan makanan pada ikan, yakni pertama-tama
makanan masuk ke dalam rongga mulut. Gigi ikan dijumpai pada rahang atas sedangkan
pada rahang bawah terdapat lidah. Ikan juga mempunyai kelenjar ludah. Setelah
melewati mulut, makanan bergerak melewati pangkal tenggorokan dan kerongkongan
menuju lambung. Lambung ikan berukuran agak besar untuk menampung makanan.
Selanjutnya makanan bergerak menuju usus dan terjadi proses penyarapan sari sari
makanan. Sisa sari sari makanan kemudian dikeluarkan melalui anus (Affandi et al.,
1992). Aktivitas enzim pencernaan mencerminkan karakteristik pencernaan ikan dan
memiliki pengaruh pada kemampuan untuk mencerna dan menyerap makanan dan
efisiensi dengan energi yang diperoleh. Selama makanan berlimpah, ikan menggunakan
enzim pencernaan untuk memperoleh nutrisi dan energi secara efisien di saluran
pencernaan. Beberapa enzim pencernaan seperti tripsin dan lipase terutama disekresikan
dari pankreas sebagai zymogens dan secara fungsional diaktifkan di saluran pencernaan
(Zeng et al., 2012).
Berdasarkan jenis pakannya, ikan dibagi menjadi ikan herbivora, ikan karnivora
dan ikan omnivora. Ikan herbivora merupakan ikan yang memakan bahan tumbuhan
yang hidup di air atau di dalam lumpur, seperti alga, hifa jamur atau alga biru. Ikan
herbivora tidak memiliki gigi dan tapis insang yang lembut sehingga dapat menyaring
fitoplankton. Ikan herbivora juga tidak mempunyai lambung yang sejati. Lambungnya
merupakan bagian usus yang mempunyai jaringan otot yang kuat, mengekskresi asam,
mudah mengembang, dan terdapat di bagian muka alat pencerna makanannya. Bentuk
usus ikan herbivora ini panjang berliku-liku dan dindingnya tipis (Susanto, 1995).
Ikan karnivora memiliki saluran pencernaan yang lebih pendek dari saluran ikan
herbivora. Hal ini dikarenakan daging yang dimakan memiliki dinding sel tipis berupa
selaput sehingga lebih mudah dicerna. Saluran pencernaan pada ikan karnivora hanya
sepanjang tubuh saja atau bahkan ada pula yang lebih pendek dari panjang tubuhnya,
sedangkan pada ikan herbivora dapat mencapai tiga kali panjang tubuhnya. Lambung
ikan karnivora membesar dan berdinding tebal yang kuat mirip dengan ampel pada
ayam (Gerking, 1994).
Ikan omnivora merupakan golongan ikan yang memakan bahan makanan yang
berasal dari binatang dan tumbuhan. Ikan golongan ini mempunyai sistem pencernaan
antara bentuk herbivora dan karnivora. Jenis makanan pada ikan ditentukan secara
langsung tidaklah mudah, karena usus ikan kadang-kadang kosong. Namun,
pengamatan terhadap panjang usus dan hubungannya dengan panjang badan dapat
membantu untuk mengetahui jenis bahan makanan yang dimakannya. Ikan herbivora,
umumnya memiliki usus yang panjangnya 4-10 kali panjang badannya. Ikan predator
memiliki panjang usus yang lebih pendek atau sama panjang dengan badannya (Lagler
et al., 1977). Menurut Edmonson (1963), ikan omnivora memiliki lambung yang
menyerupai bentuk kantung dan usus sedang dengann ukuran 5 sampai 6 kali panjang
tubuh.
Panjang usus ikan yang berbeda berhubungan erat dengan jenis makanan. Usus
yang sangat panjang pada ikan herbivora merupakan kompensasi terhadap kondisi
makanan yang kadar seratnya tinggi dan keadaan villinya yang relatif rendah. Makanan
ikan herbivora mangandung banyak serat sehingga rnemeriukan pencernaan yang lebih
lama. Pencernaan yang larna membutuhkan tempat pencernaan (saluran pencernaan)
yang panjang. Sementara ikan karnivora memiliki usus yang pendek. Dengan demikian,
panjang usus merupakan suatu bukti bahwa dalam usus terjadi proses pencernaan
makanan, jika tidak terjadi proses pencernaan makanan maka panjang usus ikan
herbivora maupun karnivora seharusnya sama (Andy & Bin, 1987).
Perbedaan perbandingan panjang intestinum dengan panjang tubuh dari tiga sifat
makan ikan (herbivora, omnivora, karnivora) mencerminkan penyesuaian dari
intestinum terhadap tingkat kompleksitas pakan yang dimakan. Ikan dengan sifat
herbivora memiliki intestinum yang lebih panjang yaitu sampai 3 kali panjang tubuhnya karena
bahan makanan nabati lebih sukar untuk dicerna (Emha et al.,2018). Ikan karnivora memiliki
panjang usus lebih pendek dari panjang tubuhnya. Ikan omnivora memiliki panjang usus
berada di antara panjang usus ikan karnivora dengan ikan herbivora (Chiasson, 1980).
IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa rasio


panjang usus dengan panjang tubuh ikan dapat memprediksi kategori makan ikan. Ikan
herbivora umumnya memiliki rasio panjang usus dengan panjang tubuh lebih panjang,
ikan karnivora umumnya memiliki panjang usus kurang dari 100 % panjang tubuh, dan
ikan omnivora umumnya memiliki rasio panjang usus dengan panjang tubuh pada posisi
intermediet.
DAFTAR PUSTAKA

Affandi, R., Sjafei, D. S., Rahardjo, M. F. & Sulistiono., 1992. Ikhtiologi Suatu
Pedoman Kerja Laboratorium. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Andy, O. & Bin, S., 1987. Penuntun Praktikum Ichthyologi. Ujung Pandang: Jurusan
Perikanan Universitas Hasanuddin.

Bond, C. E., 1979. Biology of Fishes. Philadelphia: W. B. Saunders Company.

Chiasson, R., 1980. Laboratory Anatomy of the Perch. WM. C. Iowa: Brown Company
Publishers Dubuque.

Edmonson, W. T. 1963. Freshwater Biology. New York: John Wiley and Sons Inc.

Efendi, M. & Maloedin, S., 2015. Lele Organik Hemat Pakan. Jakarta: PT Agromedia
Pustaka.

Effendie, M. I., 1979. Metode Biologi Perikanan Edisi 1. Bogor: Yayasan Dewi Sri.

Emha, R. F. T. U., Cut, D. I. & Erdiansyah, R., 2018. Histologis Intestinum Ikan
Gurami (Osphronemus gouramy Lac.) pada Fase Benih dan Dewasa. JIMVET,
2(1), pp. 56-63.

Gerking, S. D., 1994. Feeding Ecology of Fish. San Diego: Academic Press.

Kapoor, B. G., Smit, H. & Verighina, E. A., 1975. The Alimentary Canal Digestion in
Teleost. Ad. Mar. Biol., vol. 13, pp. 109-211.

Lagler, K. F., Bardach, J. E., Miller, R. R. & Passino, D. R. M., 1977. Ichthyology. New
York: John Wiley and Sons Inc.

Nugroho, E., 2007. Kiat Agribisnis Lele. Jakarta: Penebar Swadaya.

Susanto, H., 1995. Budidaya ikan di Pekarangan. Jakarta: Penebar Swadaya.

Wischnitzer, S., 1972. Atlas and Dissection Guide for Comparative Anatomy. San
Francisco: W. H. Freeman and Company.

Zeng, L. Q., Feng, J. L., Xiu, M. L., Zhen D. C., Shi, J. F. & Yao, G. Z., 2012. The
Effects of Starvation on Digestive Tract Function and Structure in Juvenile
Souther Catfish (Silurus meridinalis Chen). Comparative Biochemistry and
Physiology, vol. 162. pp. 200-211.

You might also like